Anda di halaman 1dari 23

MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
Transaksi Murabahah
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis

Program
Studi

S1 Akuntansi

TatapMuk
a

07

Kode MK

DisusunOleh

84048

Safira, SE.Ak, M.Si

Abstract

Kompetensi

Modul ini membahas tentang transaksi


murabahah pada perbankan syariah

Kemampuan memahami transaksi


murabahah pada perbankan syariah

Transaksi Mrabahah
Pengertian Murabahah
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Dalam murabahah, bank
syariah dapat bertindak sebagai penjual dan juga pembeli. Sebagai penjual apabila bank
syariah menjual barang kepada nasabah, sedangkan sebagai pembeli apabila bank syariah
membeli barang kepada supplier untuk dijual kepada nasabah.

Jenis Akad Murabahah


Murabahah sesuai jenisnya dapat dikategorikan sebagi berikut :
1. Murabahah tanpa pesanan (murabaha to the purchase order)
Artinya ada yang dibeli atau tidak, bank syariah menyediakan barang.
2. Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order)
Artinya bank syariah baru akan melakukan transaksi atau pembelian barang bila
apabila ada pesanan.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :

Sifatnya mengikat artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut mengikat untuk


dibeli oleh nasabah sebagai pemesan.

201
6

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Sifatnya tidak mengikat artinya walaupun nasabah telah melakukan pemesanan


barang namun nasabah tidak terikat untuk membeli pesanannya tersebut.
Dari cara pembayarannya, murabahah dapat dikategorikan menjadi murabahah dengan
pembayaran tunai dan dengan cara pembayaran tangguh. Dalam praktek yang
dilakukan oleh bank syariah saat ini adalah murabahah berdasarkan pesanan, sifatnya
mengikat dengan pembayaran tangguh. Dalam perbankan, murabahah lazimnya
dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil). Dalam transaksi ini barang
diserahkan segera setelah akad sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.

Sumber Hukum Akad Murabahah


a)

Al Quran
1. Firman Allah QS. al-Nisa [4]: 29:
Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan sukarela di antaramu.
2. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 275:
"Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."
3. Firman Allah QS. al-Maidah [5]: 1:
Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu.

201
6

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

4. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 280:


Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia
berkelapangan
b)

Al Hadist
1. Hadist Nabi saw.:
Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli
itu harus dilakukan suka sama suka." (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai
shahih oleh Ibnu Hibban).
2. Hadist Nabi riwayat Ibnu Majah:
Nabi bersabda, Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
3. Hadist Nabi riwayat Tirmidzi:
Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram (HR. Tirmizi dari Amr bin Auf).
4. Hadist Nabi riwayat Jamaahi:
Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu
kezaliman
5. Hadist Nabi riwayat Nasai, Abu Dawud, Ibu Majah, dan Ahmad:
Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan
harga diri dan pemberian sanksi kepadanya.
6. Hadist Nabi riwayat `Abd al-Raziq dari Zaid bin Aslam:
Rasulullah saw. ditanya tentang urban (uang muka) dalam jual beli, maka beliau
menghalalkannya.
Fatwa DSN tentang Murabahah
a)

Fatwa DSN NO: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah


Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah:
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.

201
6

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
jika pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga
jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu
tertentu yang telah disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak
bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.
Kedua: Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:
1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset
kepada bank.
2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset
yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus
menerima (membeli)-nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena
secara hukum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus
membuat kontrak jual beli.
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka
saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus
dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank
dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:
a. jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar
sisa harga.
b. jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar
kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang
muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
Ketiga : Jaminan dalam Murabahah:
1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.
2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

201
6

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Keempat : Hutang dalam Murabahah:


1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada
kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas
barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan
atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank.
2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak
wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus
menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat
pemba-yaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.
Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:
1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian
hutangnya.
2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu
pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Keenam : Bangkrut dalam Murabahah:
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus
menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan
kesepakatan.
b)

Fatwa DSN NO: 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang muka dalam Murabahah

Pertama : Ketentuan Umum Uang Muka:


1. Dalam akad pembiayaan murabahah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat.
2. Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.
3. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi
kepada LKS dari uang muka tersebut.
4. Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan
kepada nasabah.
5. Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus mengembalikan
kelebihannya kepada nasabah.
Kedua:
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

201
6

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Ketiga :
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
c)

Fatwa DSN NO: 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam Murabahah


Pertama : Ketentuan Umum:
1. Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua
belah pihak, baik sama dengan nilai (qmah) benda yang menjadi obyek jual beli,
lebih tinggi maupun lebih rendah.
2. Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan
ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
3. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga
sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah.
4. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan
berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad.
5. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan
ditandatangani.
Kedua:
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Ketiga
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
d) Fatwa DSN NO: 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan pelunasan Murabahah
Pertama : Ketentuan Umum
1. Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat
waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati, LKS boleh memberikan
potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan
dalam akad
2. Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada kebijakan dan
pertimbangan LKS.
Kedua : Ketentuan Lain
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

201
6

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

e) Fatwa DSN NO: NO: 46/DSN-MUI/II/2005 tentang potongan tagihan Murabahah


Pertama : Ketentuan Pemberian Potongan
1. LKS boleh memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran kepada nasabah
dalam transaksi (akad) murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran
cicilannya dengan tepat waktu dan nasabah yang mengalami penurunan
kemampuan pembayaran.
2. Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada kebijakan LKS.
3. Pemberian potongan tidak boleh diperjanjikan dalam akad.
Kedua : Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
f) Fatwa DSN NO: 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi
Nasabah Tidak Mampu Membayar
Pertama : Ketentuan Penyelesaian
LKS boleh melakukan penyelesaian murabahah bagi nasabah yang tidak bisa
menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah
disepakati, dengan ketentuan:
a. Obyek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui
LKS dengan harga pasar yang disepakati;
b. Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan;
c. Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka LKS mengembalikan sisanya
kepada nasabah
d. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi
hutang nasabah;
e. Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa hutangnya, maka LKS dapat
membebaskannya.
Kedua : Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
201
6

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

g) Fatwa DSN NO: 48/DSN-MUI/II/2005 tentang penjadwalan kembali tagihan


Murabahah
Pertama : Ketentuan Penyelesaian
LKS boleh melakukan penjadwalan kembali (rescheduling) tagihan murabahah bagi
nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan
waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan:
a. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa;
b. Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil;
c. Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak.
Kedua : Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
h)

Fatwa DSN NO: 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi akad Murabahah

Pertama : Ketentuan Konversi Akad


LKS boleh melakukan konversi dengan membuat akad (membuat akad baru) bagi
nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaan murabahahnya sesuai
jumlah dan waktu yang telah disepakati, tetapi ia masih prospektif dengan ketentuan:
a. Akad murabahah dihentikan dengan cara:
1. obyek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan harga pasar;
2. Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan;
3. Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu dapat dijadikan
uang muka untuk akad ijarah atau bagian modal dari mudharabah dan
musyarakah;
4. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap
menjadi hutang nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara LKS dan
nasabah.
b. LKS dan nasabah eks-murabahah tersebut dapat membuat akad baru dengan akad:
1. Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang tersebut diatas dengan merujuk kepada
fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 Tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi AlTamlik;

201
6

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

2. Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000


tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh); atau
3. Musyarakah dengan merujuk kepada fatwa DSN no.08/DSN-MUI/IV/2000
tentang Pembiayaan Musyarakah.
Kedua : Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
mestinya.
Rukun dan Syarat/Ketentuan akad Murabahah
Rukun murabahah:
1. Pihak yang berakad:
a. Penjual
b. Pembeli
2. Objek yang diakadkan:
a. Barang yang diperjualbelikan
b. Harga
3. Akad/sighot:
a. Serah (ijab)
b. Terima (qabul)
Syarat / Ketentuan transaksi murabahah :
1. Pihak yang berakad:
a. Cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan).
b. Sukarela (ridho)
2. Objek yang diakadkan:
a. Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal.
b. Bermanfaat.
c. Dimiliki oleh penjual.
d. Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat dilakukan.
e. Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang diterima pembeli.
f.

Kuantitasnya jelas.

g. Kualitasnya jelas.
h. Harga barang jelas.
3. Akad/sighot:
Pernyataan dan ekspresi saling ridho/rela di antara pihak pihak pelaku akad.
201
6

10

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Perhitungan Margin Murabahah


Dalam perhitungan menentukan keuntungan/margin murabahah ada beberapa cara, yakni
sebagai berikut : (Wiyono, 2005)
1. Bank menentukan keutungan dari

jumlah dana yang dipinjam oleh nasabah untuk

membeli barang ke bank tersebut sebesar yang disepakati ke dua belah pihak.
Rumus Harga jual (cara pertama)
Harga Jual = harga pokok aktiva murabahah/jumlah pembiayaan + (markup/laba x n
tahun)
2. Atas dasar dana yang dipinjam oleh nasabah bank syriah menerapkan keutungan
transaksi misalnya 20%, kemudian jika dibayar satu atau dua tahun maka untuk
mensatbilkan daya beli uang tersebut bank syariah dapat menambahkan sejumlah dua
kali inflsai yang akan datang. Misal diperkirakan inflasi 5% pertahun maka faktor
stabilizer daya beli untuk 2 tahun sama dengan 2 x 5% = 10%. Jadi, selama 2 tahun
nasabah mengangsur pokok pinjaman ditambah dengan keutungan dan inflasi.
Rumus Harga jual (cara kedua)
Harga Jual = harga pokok aktiva murabahah/jumlah pembiayaan + (inflasi x n) tahun +
markup/laba sekali
3. Dalam penentuan harga jual bank, bnk dapat menerapkan metode penetapan harga jual
berdasarkan cost plus markup. Dengan metode cost plus, harga jual dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Rumus Harga jual (cara ketiga)
Harga Jual = harga pokok aktiva murabahah/jumlah pembiayaan + cost recovary +
markup/laba sekali
Cost recovery adalah bagian dari estimasi biaya operasi bank syariah yang dibebankan
kepada harga pokok aktiva murabahah/ pembiayaan.
Rumus perhitungan cost recovery
Cost recovery = (harga pokok aktiva murabahah atau pembiayaan/estimasi total
pembiayaan) x estimasi biaya operasi 1 tahun
Markup/laba ditentukan sekian persen dari harga pokok aktiva murabahah/pembiayaan,
misalnya 10%. Untuk menghitung margin murabahah maka kita dapat menghitung
dengan rumus :
Margin murabahah = (cost

recovery

markup)/harga

(pembiayaan)

201
6

11

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

pokok

aktiva

murabahah

Teknis Perhitungan Transaksi Murabahah


Contoh kasus transaksi jual beli murabahah :
Pada tanggal 5 januari 20XA, PT. Haniya melakukan negosiasi dengan Bank Murni Syariah
untuk memperoleh fasilitas Murabahah dengan pesanan untuk pembelian kendaraan
sebuah mobil dengan rencana sebagai berikut :
Harga Barang

Rp. 100.000.000

Uang muka

Rp. 10.000.000 (10% dari harga barang)

Pembiayaan oleh bank

Rp. 90.000.000

Margin

Rp. 18.000.000 (20% dari pembiayaan oleh bank)

Harga jual

Rp. 118.000.000 (harga barang + margin)

Jangka waktu

24 bulan

Biaya administrasi

1% dari pembiayaan oleh bank

Perhitungan angsuran per bulan


Angsuran per bulan bersifat tetap dan merata sepanjang masa pelunasan. Perhitungan
angsuran dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Angsuran per bulan = Total Piutang Uang Muka
Jumlah bulan pelunasan
Dengan data transaksi PT. Haniya tersebut diatas maka dapat dihitung besar angsuran per
bulan

(Rp.118.000.000 Rp.10.000.000)/24 bulan

Rp.108.000.000/24 bulan

Rp.4.500.000 per bulan

Perhitungan pendapatan margin yang diakui pada saat jatuh tempo atau pembayaran
angsuran
Setiap tanggal jatuh tempo, bank syariah akan mengakui adanya pendapatan margin.
Besarnya pendapatan margin yang diakui bergantung pada alternatif pendekatan yang
digunakan. Bila bank menggunakan pendekatan proporsional, maka besarnya
margin setiap bulan adalah sama, sedang bila menggunakan pendekatan tabel
anuitas, maka margin pada bulan pertama akan lebih besar dibandingkan dengan
bulan kedua dan seterusnya. Berdasarkan P S A K 1 0 2 , p e n d e k a t a n y a n g
d i s a r a n k a n a d a l a h p e n d e k a t a n pr opor sional, yaitu proporsional ter had ap
jum lah

piutan g

yan g berhasil

dit agi h

dengan

m engal ihkan

persen t as e

keunt u ngan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih (PSAK 102 paragraf 24).
Adapun persentase keuntungan dihitung dari (1) perbandingan antara total margin dan total

201
6

12

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

piutang di luar uang muka atau (2) perbandingan antara total margin dengan biaya
perolehan murabahah.
1. Perhitungan persentase keuntungan dari perbandingan margin dengan biaya
perolehan
Dalam PSAK 102 paragraf 24 disebutkan bahwa persentase keuntungan dihitung
dengan perbandingan antara margin dan biaya perolehan asset murabahah. Aplikasi
perhitungan pendekatan ini adalah sebagai berikut
Persentase Keuntungan

Total Margin
x 100 %
=
Biaya Perolehan asset murabahah diluar uang muka nasabah
= 20 %
Rp. 18.000.000
= 20 % x Biaya perolehan
x 100 %perbulan
Rp. 90.000.000
Penggunaan persentase keuntungan dari perbandingan margin dengan biaya perolehan
Margin per bulan

asset murabahah tidaklah praktis untuk diterapkan terutama dalam melakukan


perhitungan margin yang diakui oleh bank pada saat adanya angsuran oleh nasabah.
Untuk itu perhitungan persentase keuntungan sebaiknya diambil dari perbandingan
margin dengan total piutang diluar uang muka yang telah dibayar nasabah (Rizal Yaya,
dkk, 2009)
2. Perhitungan persentase keuntungan dari perbandingan margin dengan total
piutang
Perhitungan persentase keuntungan dari perbandingan margin dengan total piutang
adalah sebagai berikut, ditunjukkan oleh rumus berikut :
Persentase Keuntungan

Total
x 100
= Total
Piutang
Margin
%
Bersih
Rp.
x
100
= 16,666666
%
Rp.
18.000.000
Penggunaan pendekatan ini akan
sangat membantu
dalam hal perhitungan margin
%
108.000.000
perbulan yang dihitung proporsional terhadap jumlah yang dibayar.
Margin per bulan
= persentase keuntungan x angsuran perbulan
= 16,666666 % x Rp. 4.500.000
= Rp. 750.000
Pokok per bulan

= angsuran per bulan margin per bulan


= Rp. 4.500.000 Rp. 750.000
= Rp. 3.750.000
Dengan demikian, untuk setiap pembayaran angsuran sebesar Rp. 4.500.000 per bulan,
terkandung didalamnya margin sebesar Rp. 750.000 dan pokok sebesar Rp. 3.750.000.
Berdasarkan perhitungan angsuran, pokok dan margin per bulan di atas, bank
selanjutnya menyiapkan skedul pembayaran murabahah untuk PT Haniya seperti terlihat
pada tabel dibawah ini :

201
6

13

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Tabel Jadwal Pembayaran Murabahah PT Haniya


No

14

Margin

Bulan ( Rp )

( Rp )

( Rp )

Angsuran per

Tempo
1

10 Feb 20XA

4,500,000

3,750,000

750,000

10 Mar 20XA

4,500,000

3,750,000

750,000

10 Apr 20XA

4,500,000

3,750,000

750,000

10 Mei 20XA

4,500,000

3,750,000

750,000

10 Jun 20XA

4,500,000

3,750,000

750,000

10 Jul 20XA

4,500,000

3,750,000

750,000

10 Agst 20XA

4,500,000

3,750,000

750,000

10 Sept 20XA

4,500,000

3,750,000

750,000

10 Okt 20XA

4,500,000

3,750,000

750,000

10

10 Nop 20XA

4,500,000

3,750,000

750,000

11

10 Des 20XA

4,500,000

3,750,000

750,000

12

10 Jan 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

13

10 Feb 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

14

10 Mar 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

15

10 Apr 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

16

10 Mei 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

17

10 Jun 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

18

10 Jul 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

19

10 Agt 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

20

10 Sep 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

21

10 Okt 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

22

10 Nop 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

23

10 Des 20XB

4,500,000

3,750,000

750,000

24

10 Jan 20XC

4,500,000

3,750,000

750,000

108,000,000

90,000,000

18,000,000

Total

201
6

Pokok

Tanggal jatuh

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Perlakuan Akuntansi (PSAK 102)


Akuntansi Untuk Penjual
1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan.
Dr. Aset Murabahah

xxx

Cr. Kas/Aset Nonkas

xxx

2. Untuk murabahah pesanan mengikat, pengukuran aset murabahah setelah


perolehan adalah dinilai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan nilai
aset karena usang, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah,
penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset.
Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat, maka jurnal :
Dr. Beban

xxx

Cr. Aset Murabahah

xxx

Untuk murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat maka
aset dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, dan
dipilih mana yang lebih rendah. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih
rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat, maka jurnal :
Dr. Kerugian

xxx

Cr. Aset Murabahah

xxx

3. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka perlakuannya
adalah sebagai berikut :
(a) Akan menjadi pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum
akad murabahah, jurnal :
Dr. Aset Murabahah

xxx

Cr. Kas

xxx

(b) Menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan
sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli, jurnal :
201
6

15

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Dr. Kas

xxx
Cr. Hutang

xxx

(c) Menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah
dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak penjual, jurnal :
Dr. Kas

xxx
Cr. Keuntungan Murabahah

xxx

(d) Pendapatan operasional lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad, jurnal :
Dr. Kas

xxx
Cr. Pendapatan operasional lain

xxx

4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas penge,balian potongan tersebut akan


tereleminasi pada saat :
(a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli, sehingga jurnal :
Dr. Utang

xxx
Cr. Kas

xxx

Atau
(b) Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat
dijangkau oleh penjual, sehingga jurnal :
Dr. Utang

xxx
Cr. Kas

xxx

Dan
Dr. Dana kebajikan kas

xxx

Cr. Dana kebajikan potongan pembelian

201
6

16

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

xxx

5. Keuntungan murabahah diakui :


(a) pada saat terjadinya akad murabahah jika penjualan dilakukan secara tunai atau
secara tangguh sepanjang masa angsuran murabahah tidak melebihi satu
periode laporan keuangan maka keuntungan langsung diakui. Pada periode
tersebut. Jurnal :
Dr. Kas

xxx

Dr. Piutang Murabahah

xxx

Cr. Aset Murabahah

xxx

Cr. Keuntungan

xxx

(b) Namun apabila lebih dari satu periode maka perlakuannya adalah sebagai
berikut :
(1)

keuntungan diakui saat penyerahan asset murabahah dengan syarat


apabila risiko penagihannya keci, maka dicatat dengan cara yang sama
pada butir a.

(2)

keutungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil


ditagih dari piutang murabahah, maka jurnal :
Pada saat penjualan kredit dilakukan :
Dr. Piutang murabahah

xxx

Cr. Aset murabahah

xxx

Cr. Keuntungan tangguhan

xxx

Pada saat penerimaan angsuran :


Dr. Kas

xxx
Cr. Piutang Murabahah

Dr. Keuntungan tangguhan


Cr. Keuntungan
(3)

xxx
xxx
xxx

keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih, dicatat


dengan cara yang sama pada poin (2), hanya saja jurnal pengakuan
keuntungan dibuat saat seluruh piutang telah selesai ditagih

6. Pada saat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah
dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang

201
6

17

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama dengan akuntansi
konvensional, yaitu saldo piutang dikurang penyisihan kerugian piutang.
Dr. Beban piutang tak tertagih

xxx

Cr. Penyisihan piutang tak tertagih

xxx

7. Potongan pelunasan piutang murabahah

yang diberikan kepada pembeli yang

melunasi tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai
pengurang keuntungan murabahah
(a) Jika potongan diberikan pada saat pelunasan, maka dianggap sebagai
pengurang keutungan.
Dr. Kas

xxx

Dr. Keutungan ditangguhkan

xxx

Cr. Piutang Murabahah

xxx

Cr. Keuntungan

xxx

(Porsi pengakuan keuntungan-potongan)

(b) Jika potongan diberikan setelah pelunasan yaitu penjual menerima pelunasan
piutang dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya
kepada pembeli.
Dr. Kas

xxx

Dr. Keutungan ditangguhkan

xxx

Cr. Piutang Murabahah

xxx

Cr. Keuntungan

xxx
(Sesuai porsi pengakuan keuntungan)

Pada saat pengembalian kepada pembeli


Dr. Keutungan murabahah

xxx

Cr. Kas

201
6

18

xxx

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Jika potongan diberikan karena adanya penurunan kemampuan pembayaran


pembeli diakui sebagai beban.
Dr. Kas

xxx

Dr. Keutungan ditangguhkan

xxx

Dr. Beban

xxx

Cr. Piutang Murabahah

xxx

Cr. Keuntungan

xxx

8. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan
akad, dan denda uang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan
Dr. Kas

xxx
Cr. Dana kebajikan-denda

xxx

9. Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut :


(a) uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima;
(b) pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang diakui sebagai pembayaran
piutang (merupakan bagian pokok)
(c) jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh
penjual
Jurnal yang terkait dengan penerimaan uang muka:
a. Penerimaan uang muka dari pembeli
Dr. Kas

xxx

Cr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah

xxx

b. Apabila murabahah jadi dilaksanakan


Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
Cr. Piutang Murabahah

xxx

Sehingga untuk penentuan margin keutungan didasarkan atas nilai piutang


(harga jual kepada pembeli setelah dikurangi uang muka)
c. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih
besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka
memenuhi permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon
pembeli.
201
6

19

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx


Cr. Pendapatan Operasional

xxx

Cr. Kas

xxx

d. Pesanan dibatalkan jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih
kecil daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli untuk
membayarkan kekurangannya dan pembeli membayarkan kekurangannya.
Dr. Kas/ Piutang

xxx

Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx


Cr. Pendapatan Operasional

xxx

e. Jika perusahaan menanggung kekurangannya atau uang muka sama dengan


beban yang dikeluarkan.
Dr. Utang Lain-Uang Muka Murabahah xxx
Cr. Pendapatan Operasional

xxx

10. Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu
saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
11. Pengungkapan
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi
tidak terbatas pada :
(a) harga perolehan asset murabahah;
(b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban
atau bukan; dan
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Akuntansi Untuk Pembeli
1. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan
murabahah tunai.
Dr. Aset

201
6

20

xxx

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Dr. Beban Murabahah Tangguhan

xxx

Cr. Utang Murabahah

xxx

Jika ada uang muka :


Dr. Uang muka

xxx

Cr. Kas

xxx

Dr. Aset

xxx

Dr. Beban Murabahah Tangguhan

xxx

Cr. Uang Muka

xxx

Cr. Utang Murabahah

xxx

2. Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai
beban murabahah tangguhan. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara
proporsional dengan porsi utang murabahah. Jurnal :
Dr. Utang Murabahah

xxx

Cr. Kas

xxx

Dr. Beban

xxx

Cr. Beban Murabahah Tangguhan

xxx

3. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan
potongan utang murabahah sebagai pengurang beban murabahah tangguhan.
Dr. Kas

xxx
Cr. Beban Murabahah Tangguhan

xxx

Jurnal untuk potongan pelunasan dan potongan uang murabahah


Dr. Utang Murabahah

xxx

Cr. Kas

xxx

Dr. Beban

xxx

Cr. Beban Murabahah Tangguhan

xxx

4. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan
akad diakui sebagai kerugian
Dr. Kerugian

xxx

Cr.Kas/Utang

xxx

5. Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai
kerugian. Jurnal :
Dr. Uang Muka

xxx

Cr. Kas
Dr. Kas
201
6

21

xxx
xxx

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Dr. Kerugian

xxx

Cr, Uang Muka

xxx

6. Penyajian
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (control account) utang
murabahah.
7. Pengungkapan
Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada :
(a) nilai tunai asset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
(b) jangka waktu murabahah tangguh
(c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah

DaftarPustaka

Antonio, Muhammad Syafii , 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema
Insani, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, dkk, 2006, Akuntansi Perbankan Syariah, LPFE


Usakti, Jakarta.

Muhammad, Rifqi, 2008, Akuntansi Keuangan Syariah : Konsep dan


Implementasi PSAK Syariah , P3EI Press, Yogyakarta.

Nurahayati, Sri dan Wasilah, 2008, Akuntansi Syariah di Indonesia, Salemba


Empat, Jakarta

201
6

22

PSAK 102, Akuntansi Murabahah, IAI.

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Wiyono, Slamet, 2005, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan


Syariah Berdasar PSAK dan PAPSI , Grasindo, Jakarta.

201
6

23

Yaya, Rizal, dkk, 2014, Akuntansi Perbankan Syariah : Teori dan Praktik
Kontemporer, Salemba Empat, Jakarta.

Perbankan Syariah
Safira, SE.Ak. M.Si

PusatBahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai