Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia,pada
hakikatnyamerupakansuatunilainilaiyangbersifatsistematis,fundamentaldanmenyeluruh.
Makasilasilamerupakansuatukesatuanyangbulatdanutuh,hierarkisdansistematis.Dalam
pengertianinilahmakasilasilapancasilamerupakansuatusistemfilsafat. Dasarpemikiran
filosofisyangterkandungdalamsetiapsila,bahwaPancasilasebagaifilsafatbangsadannegara
Indonesia mengandung arti dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan dan
kenegaraanharusberdasarkannilainilaiKetuhanan,Kemanusiaan,Persatuan,Kerakyatandan
Keadilan.
Burung garuda berwarna kuning emas mengepakkan sayapnya dengan gagah menoleh ke
kanan. Dalam tubuhnya mengemas kelima dasar dari Pancasila. Di tengah tameng yang
bermaknabentengketahananfilosofis,terbentanggaristebalyangbermaknagariskhatulistiwa,
yang merupakan lambang geografis lokasi Indonesia. Kedua kakinya yang kokoh kekar
mencengkeram kuat semboyan bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika yang berarti
Berbedabeda,NamunTetapSatu.
WarnakeemasanpadaburungGarudamelambangkankeagungandankejayaan.
Garudamemilikiparuh,sayap,ekor,dancakaryangmelambangkankekuatandantenaga
pembangunan.
JumlahbuluGarudaPancasilamelambangkanhari proklamasikemerdekaanIndonesia
padatanggal17Agustus1945,antaralain:
o 17 helai bulu pada masingmasing sayap, melambangkan tanggal 17 hari
kemerdekaanindonesia.
o 8helaibulupadaekor,melambangkanbulanagustus.
o 19helaibuludibawahperisaiataupadapangkalekordan45helaibuludileher,
melambangkantahunkemerdekaanindonesiayaitutahun1945.
Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban
Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan
perlindungandiriuntukmencapaitujuan.
Di tengahtengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis
khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu
negaratropisyangdilintasigariskhatulistiwamembentangdaritimurkebarat.
WarnadasarpadaruangperisaiadalahwarnabenderakebangsaanIndonesia "merah
putih".Sedangkanpadabagiantengahnyaberwarnadasarhitam.
Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila.
Pengaturanlambangpadaruangperisaiadalahsebagaiberikut:
SilaKedua:KemanusiaanYangAdilDanBeradab.Rantaiyangdisusunatasgelanggelang
kecil ini menandakan hubungan manusia satu dengan yang lainnya yang saling membantu.
Gelangyanglingkaranmenggambarkanwanita,gelangyangpersegimenggambarkanpria.
Sila Ketiga: Persatuan Indonesia. Pohon beringin (Ficus benjamina) adalah sebuah pohon
Indonesiayangberakartunjangsebuahakartunggalpanjangyangmenunjangpohonyang
besartersebutdenganbertumbuhsangatdalamkedalamtanah.Inimenggambarkankesatuan
Indonesia.Pohoninijugamemilikibanyakakaryangmenggelantungdarirantingrantingnya.
Hal ini menggambarkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun memiliki berbagai akar
budayayangberbedabeda.
Sila Keempat: : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.Binatangbanteng(Latin: Bosjavanicus)ataulembuliaradalah
binatangsosial,samahalnyadenganmanusiacetusanPresidenSoekarnodimanapengambilan
keputusanyangdilakukanbersama(musyawarah),gotongroyong,dankekeluargaanmerupakan
nilainilaikhasbangsaIndonesia.
Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas (yang
menggambarkansandangdanpangan)merupakankebutuhanpokoksetiapmasyarakatIndonesia
tanpamelihatstatusmaupunkedudukannya.Halinimenggambarkanpersamaansosialdimana
tidakadanyakesenjangansosialsatudenganyanglainnya,namunhalinibukanberartibahwa
negaraIndonesiamemakaiideologikomunisme.
BAB I
FILSAFAT PANCASILA
1.1.
Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata philos dan sophos menjadi
philosophia. Philos berarti cinta atau teman, sophos berarti bijaksana. Jadi philosophia atau
filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan/pengetahuan. Seorang ahli pikir disebut filosof. Kata
ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.
Professor Langeveld membedakan antara filosof dan ahli filsafat. Filosof adalah orang
yang menghasilkan /menciptakan karya filsafat, sedangkan ahli filsafat adalah orang yang
menguasai pengetahuan filsafat, dapat bicara filasat, membahas dan mengajarkan filsafat (sarjana
Filsafat) tetapi tidak menciptakan karya filsafat.
Pengertian lainnya :
1.
Plato (427 SM 348 SM). Ahli filsafat Yunani : Filasafat ialah ilmu pengetahuan yang berminat
2.
3.
estetika.
Al- farabi (870 950 M), ahli filsafat islam : filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam wujud
4.
5.
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan :
a. Apakah yang dapat diketahui? (jawabnya: metefisika)
b. Apakah yang harus kita kerjakan? (jawabnya: etika)
c. Sampai dimanakah harapan kita? (jawabnya: agama)
d. Apakah yang dinamakan manusia? (jawabnya: antropologi)
Drs. Hasbullah Bakry seorang ahli filsafat Indonesia: ilmu filsafat ialah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
6.
Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua macam sebagai berikut :
Pertama : Filsafat sebagai produk mencakup pengertian
a.
Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dari
para filsuf pada zaman dahulu, teori, sistem atau pandangan tertentu, yang merupakan hasil dari
b.
1.2
Fungsi filsafat
Dengan memperhatikan makna filsafat sebagai proses dan produk filsafat, serta
pengkajiannya, filsafat juga berfungsi bagi kehidupan manusia dalam kehidupannya sebagai
individu maupun anggota masyarakat. Fungsi tersebut antara lain, sebagai berikut :
a.
Berfilsafat mengajak manusia bersikap arif, berwawasan luas terhadap berbagai problem yang
dihadapi.
Manusia
diharapkan
mampu
memecahkan
problem
tersebut
dengan
cara
b.
c.
d.
Bagi mahasiswa atau ilmuan dibutuhkan kemampuan menganalisis, atau analisis kritis yang
komprehensif dan sintetis atas berbagai masalah ilmiah yang dituangkan dalam suatu riset atau
kajian ilmiah lainnya
1.3
Kenyataan Pancasila yang demikian itu disebut kenyataan objektif, yaitu bahwa
kenyataan itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain, atau terlepas dari
pengetahuan orang. Kenyataan objektif yang ada dan terlekat pada pancasila, sehingga pancasila
sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas, dan berbeda dengan sistem filsafat lainnya. Hal ini
secara ilmiah disebut ciri khas secara objektif (Notonagoro, 1975:14). Misalnya kita mengamati
jenis-jenis logam tertentu, emas, perak, tembaga dan lainnya, kesemua jenis logam itu
mempunyai ciri khas tersendiri. Jadi ciri khas yang dimiliki oleh sesuatu itu akan menunjukkan
jati diri, atau sifat yang khas dan khusus yang tidak dimliki oleh sesuatu lainnya. Oleh Karena itu
pancasila sebagai sistem filsafat akan memberikan ciri-ciri yang khas, yang khusus yang tidak
terdapat pada sistem filsafat lainnya.
1.4
Kesatuan Sila-Sila Pancasila
Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal
Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk piramida. Pengertian
matematika pyramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hirarkhi sila-sila dari
pancasila dalam urutan-urutan luas dan juga dalam hal sifat-sifatnya. Kalau dilihat dari intinya,
urutan-urutan lima sila menunjukan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya,
merupakan pengkhususan dari sila-sila yang dimukanya. Jika urutan-urutan lima sila ada
hubungan yang mengikat yang satu kepada yang lain sehingga pancasila merupakan suatu
kesatuan keseluruhan yang bulat.
Dalam susunan hierarkhis dan piramidal ini, maka ketuhanan yang maha Esa menjadi
basis kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan dan keadilan social. Sebaliknya Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah ketuhanan yang berkemanusiaan, yang membangun, memelihara dan
mengembangkan persatuan Indonesia, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial demikian
selanjutnya. Sehingga tiap-tiap sila di dalamnya mengandung sila-sila yang lainnya. Dengan
demikian dimungkinkan penyesuaian dengan keperluan dan kepentingan keadaan, tempat dan
waktu, artinya sesuai dengan keperluan dan kepentingan keadaan, tempat dan waktunya, dalam
pembicaraan kita berpokok pangkal atau memusatkan diri dalam hubungannya hierarkhis
pyramidal semestinya.
1.4.2
1.
Sila Ketuhnan YME adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
2.
3.
berkerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
4.
yang
yang
berkerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
5.
1.5
Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu, pertama: tentang
sumber pengetahuan pancasila, sebagaimana dipahami bersama bahwa sumber pengetahuan
pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa indonesia sendiri, bukan berasal dari bangsa
lain, bukannya hanya merupakan perenungan serta pemikiran seseorang atu beberapa orang saja
namun dirumuskan oleh wakil-wakil bangsa indonesia dalam mendirikan negara. Dengan kata
lain bahwa bangsa indonesia adalah sebagai kausa materialis Pancasila.
Berikutnya tentang susunan pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Sebagai suatu
sistem pengetahuan maka pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis baik dalam arti
susunan sila-sila pancasila maupun isi arti sila-sila pancasila. Dan susunan kesatuan sila-sila
pancasila adalah bersifat hierarkhis dan berbenuk piramidal.
Dan susunan isi arti pancasila meliputi tiga hal, yaitu : pertama, isi arti pancasila yang
umum universal. Kedua, isi arti Pancasila yang umum kolektif. Ketiga, isi arti pancasila yang
bersifat khusus dan kongkrit.
Pembahasan berikutnya adalah pandangan panasia tentang pengetahuan manusia.
Menurut pancasila bahwa hakikat manusia adalah monopluralis yaitu hakikat manusia yang
memiliki unsur-unsur pokok yaitu Susunan kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa. Tingkatan
hakikat raga manusia adalah unsur-unsur : fisis anorganis, vegetatif, animal. Adapun unsur jiwa
(rohani) manusia terdiri atas unsur potensi jiwa manusia yaitu : akal, rasa, kehendak. Menurut
Notonagoro dalam skema potensi rohaniah manusia terutama dalam kaitannya dengan
pengetahuan akal manusia merupakan sumber daya cipta manusia dan dalam kaitannya dengan
upaya untuk memperoleh pengetahuan yang benar terdapat tingakat-tingkat pemikiran sebagai
berikut : memoris, reseptif dan kreatif. Adapun potensi atau daya untuk meresapkan pengetahuan
atau dengan kata lain transformasi pengetahuan terdapat tingkatan sebagai berikut : demonstrasi,
imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham (Notonagoro, tanpa tahun).
Berdasarkan tingkatan tersebut di atas maka pancasila mengakui kebenaran rasio yang
bersumber pada akal manusia.
Epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran konsesus terutama dalam kaitannya
dengan hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Sebagai suatu paham
epistemologi maka Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada
hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia
serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang
mutlak dalam hidup manusia.
Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila
Sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar
aksiologisnya, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakikatnya juga
merupakan suatu kesatuan.
a.
Teori nilai
Terdapat berbagai macam pandangan tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak
dan sudur pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian serta hirarkhi nilai,
misalnya kalangan matrealis memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai materi. Menurut
tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan sebagai berikut :
1)
Nilai-nilai kenikmatan : dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakkan dan
2)
misalnya kesehatan.
3) Nilai-niai kejiwaan : dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali tidak
tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan.
4) Nilai-nilai kerokhanian : dalam tingkat ini terdapat modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci.
Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi (Frondizi, 1963; Driyarkara,
1978).
Walter G. everet menggolong-golongkan nilai-nilai manusiawi ke dalam delapan
kelompok, yaitu :
1) Nilai-nilai Ekonomis (ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli)
2) Nilai-nilai kejasmanian (membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari kehidupan
badan)
3) Nilai-nilai hiburan (nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbangkan pada
4)
5)
6)
7)
8)
pengayaan kehidupan)
Nilai-nilai sosial (berasal mula dari berbagai bentuk perserikatan manusia).
Nilai-nilai watak (keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan)
Nilai-nilai estetis (nilai keindahan dalam alam dan karya seni).
Nilai-nilai Intelektual (nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran)
Nilai-nilai keagamaan.
Menurut Notonagoro membagi nilai menjadi tiga yaitu :
1)
Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
manusia.
Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will, wollen, karsa)
manusia.
d) Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini
bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Masih banyak lagi cara mengelompokkan nilai, misalnya seperti yang dilakukan N.
Recher, yaitu pembagian ini berdasarkan pembawa nilai, hakikat keuntungan yang diperoleh, dan
pula dengan pengelompokan nilai menjadi nilai intrinsik dan ekstrinsik. Nilai objektif dan nilai
subjektif, nilai positif dan niai negatif dan sebagainya.
Menurut Notonagoro bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk nilai kerokhanian, tetapi nilainilai kerokhanian yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai
Pancasila yang tergolong nilai kerokhanian itu juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap
dan harmonis yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estetis, nilai
kebaikan atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematikhierarkhis, di mana sila pertama yaitu Ketuhanan yang maha Esa sebagai basisnya sampai
dengan sila Keadilan Sosial sebagai tujuannya (Darmodihardjo, 1978).
b.
merupakan suatu sistem. Sila-sila itu merupakan kesatuan organik. Antara sila-sila Pancasila itu
saling berkaitan, saling berhubungan secara erat, bahkan saling mengkualifikasi. Adanya sila
yang kesatu mengkualifikasi adanya sila yang lainnya. Secara demikian, Pancasila itu merupakan
suatu sistem dalam pengertian umum, dalam artian bahwa bagian-bagiannya (sila-silanya) saling
berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh.
Dari uraian mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila itu pula.
Tampak dengan jelas bahwa nilai-nilai yang termuat dalam pancasila termasuk dalam tingkatan
nilai yang tinggi, dengan urutan sila Ketuhanan yang maha Esa menduduki tingkatan dan bobot
nilai tertinggi, karena secara jelas mengandung nilai religius. Pada tingkatan di bawahnya adalah
keempat nilai manusiawi dasar. Apabila keempat nilai manusiawi dasar itu akan diberikan
tingkatan dan bobot nilainya, maka nilai kemanusiaan, tingkatan dan bobot nilainya layak
dinyatakan berada dibawah nilai Ketuhanan. Nilai keadilan sebagai salah satu nilai manusiawi
dasar, dalam hubungannya dengan tingakatan dan bobot nilai kiranya harus diletakan dalam
tempat ketiga dibawah nilai kemanusiaan. Namun sesuai dangan sifat dasar bangsa indonesia
yang sangat menekankan kerukunan, maka nilai persatuan mempunyai tingkatan dan bobot
nilainya, kiranya nilai persatuan memiliki tingkatan dan bobot yang lebih tinggi dari nilai
kerakyatan,
karena nilai kerakyatan lebih merupakan sarana yang perlu untuk mencapai
persatuan.
Suatu hal yang diberikan penekanan lebih dahulu yakni meskipun nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila itu mempunyai tingkatan dan bobot nilai yang berbeda yang berarti
ada keharusan untuk menghhormati nilai yang lebih tinggi, nilai-nilai yang berbeda tingkatan
dan bobot nilainya itu tidak saling berlawanan atau bertentangan, melainkan saling melengkapi.
1.6
1.
hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Sila-sila pancasila merupakan
suatu sistem filsafat karena kelima sila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hirarkhi dan
sistematis serta memiliki esensi makna yang utuh, bukan terpisah-pisah dan memiliki makna
sendiri-sendiri.
Dasar pemikiran filosofis dari sila-sila pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah
sebagai berikut. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia, mengandung
makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Secara kausalitas, nilai-nilai pancasila adalah bersifat objekif dan subjektif. Artinya
esensi nilai-nilai pancasila adalah bersifat universal yaitu Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Sehingga dimungkinkan dapat diteapkan pada negara lain maupun
barangkali namanya bukan Pancasila.
Nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Rumusan dari sila-sila pancasila itu sebenarnya hakikat maknanya yang terdalam menunjukan
adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.
b. Inti nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang massa dalam kehidupan bangsa Indonesia dan
mungkin juga pada bangsa lain baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun
c.
a.
Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia. Sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa
materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran, penilaian kritis, serta hasil refleksi
Indonesia. Sebagai suatu sumber dari hukum dasar, secara objektif merupakan suatu pandangan
hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana
kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia.
Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan.
Yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah bangsa Indonesia.
Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu kedilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini negara berkewajiban mewujudkan kesejahteraan
umum bagi bagi seluruh warga negara. Pokok pikiran ini sebagai penjabaran sila kelima.
Pokok pikiran ketiga bahwa negara berkedaulatan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa
negara Indonesia adalah negara demokrasi yaitu berkedaulatan di tangan rakyat. Ini adalah
penjabaran sila keempat.
Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Mengandung arti menjunjung
tinggi keberadaban semua agama dalam pergaulan hidup Negara. Ini adalah penjabaran sila
pertama dan kedua.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa keempat pokok pikiran tersebut tidak lain merupakan
perwujudan dari sila-sila pancasila. Dengan kata lain bahwa dalam penjabaran sila-sila Pancasila
dalam peraturan perundang-undangan bukanlah secara langsung dari sila-sila pancasila
melainkan melalui pembukaan UUD 1945.
3.
bagi penyusunan norma huum di Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma
dasar) atau staatfundamentalnorm (norma fundamental negara) dalam jenjang norma hukum di
Indonesia.
Sistem hukum Indonesia membentuk tata urutan peratuan perundang-undangan
sebagaimana di atur dalam ketetapan MPR No. II/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata
urutan perundang-undangan sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
UUD 1945
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
Undang-undang.
Peraturan pemerintah pengganti Undang-undang (perpu).
Peraturan pemerintah
Keputusan presiden
Peraturan daerah
Dalam undang-undang No. 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundangundangan juga menyebutkan adanya jenis dan hierarkhi peraturan perundang-undangan sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
4.
1.7
Kemanusiaan berasal dari kata manusia yaitu makhluk yang berbudaya dengan
memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang mendudukkan manusia pada
tingkatan martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan
terutama berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sesuai dengan martabat. Adil berarti wajar
yaitu sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab sinonim dengan sopan
santun, berbudi luhur, dan susila, artinya, sikap hidup, keputusan dan tindakan harus senantiasa
berdasarkan pada nilai-nilai keluhuran budi, kesopanan, dan kesusilaan. Dengan demikian, sila
ini mempunyai makna kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi
nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap
diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
Hakikat pengertian di atas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 Alenia Pertama : Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya dalam Batang Tubuh UUD.
c.
Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung
pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.
Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang
mendiami seluruh wilayah Indonesia. Yang bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan
kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia
merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia dan bertujuan melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang
dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena
itu, paham kebangsaan Indonesia tidak sempit (chauvinistis), tetapi menghargai bangsa lain.
Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa serta keturunan. Hal ini sesuai
dengan alenia keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia. Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya dalam Batang
Tubuh UUD 1945.
sebagai pribadi dan manusia sebagai bagian dari masyarakat. Konsekuensinya meliputi:
1. Keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara negara dan warganya dalam arti pihak
negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk
kesejahteraan, bantuan subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak
2.
dan kewajiban.
Keadilan legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara, dalam
masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan
3.
BAB II
IDEOLOGI PANCASILA
2.1.
Pengertian Ideologi
Secara etimologi ideologi berasal dari kata idea, yang berarti pemikiran, gagasan, atau
konsep, dan logos berarti pengetahuan. Ideologi adalah sesuatu yang netral, idea atau gagasan
yang merupakan pemikiran seseorang yang dianggap baik, yang akhirnya mendapat dukungan
luas dari sekelompok masyarakat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh kelompok
manusia termasuk masyarakat negara akan memberikan arah dalam kehidupannya, baik secara
kelompok maupun individu.
Ada beberapa pengertian ideologi menurut beberapa kalangan, yaitu :
1. Maswardi Rauf (srijanti, dkk, 2008) adalah rangkaian/ kumpulan nilai yang disepakati bersama
untuk menjadi landasan atau pedoman dalam mencapai tujuan atau kesejahteraan bersama.
2. Carl J. Friederich (kamal Pasha. 2002), ideologi sebagai suatu sisitem pemikiran yang berkaitan
3.
dengan tindakan.
Alfian (1981), ideologi adalah pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam
yang dipunyai dan dipegang oleh masyarakat tentang bagaimana, yaitu secara moral dianggap
benar dan adil, mengatur tingkah laku mereka bersama dalam berbagai segi kehidupan duniawi
mereka.
4. Kunto Wibisono (kamal pasha, 2002) menyebut tiga unsur yang sangat dominan dalam ideologi
yaitu :
a. Adanya keyakinan, yakni gagasan vital yang diyakini kebenarannya.
b. Mitos, ada yang dimitoskan secara optik dan deterministik pasti akan menjamin tercapainya
c.
tujuan.
Loyalitas, yakni menuntut adanya keterlibatan secara optimal dari para pendukungnya.
Peranan ideologi dalam kehidupan bermasyarakat dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu :
a.
Dimensi ideal, bahwa kualitas yang terkandung dalam ideologi mampu mendorong motivasi,
ideologinya.
Dimensi fleksibilitas, menunjuk pada kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.
Terhadap dimensi fleksibilitas terdapat dua tipologi ideologi yaitu :
1)
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dalam eksistensinya memiliki unsur fleksibilitas, yang
terbuka menyesuaikan diri terhadap pengaruh dari perkembangan dan pertumbuhan masyarakat
pendukungnya.
2) Ideologi tertutup adalah ideologi yang eksistensinya disakralkan oleh masyarakat pendukungnya
sehingga ideologi tersebut praktis menutup diri terhadap perkembangan dari luar.
2.2
sosialis-komunisme.
c. Filsafat teologisme, yang berkembang dalam bentuk filsafat teologi statis dan dinamis:
1) Filsafat teologi statis, agama yang menempatkan ajaran Tuhan memegang peran sentral dalam
politik kenegaraaan, yang dalam konstruk politik kenegaraan menjadikan pemuka agama sebagai
tokoh yang dikultuskan.
2) Filsafat teologis dinamis, adalah agama yang menempatkan ajaran Tuhan sebagai sumber
aspirasi, motivasi, inovasi dan ekspresi, yang menempatkan ajaran Tuhan sebagai faktor
integratif dan pencerahan.
2.2.1
Ideologi Kapitalis-Liberalis
Zaman renaisance melahirkan gerakan sekularisme dan humanisme, suatu gerakan yang
mengagungkan kebebasan berfikir dan memisahkan diri masalah keduniaan dan masalah yang
berkaitan dengan agama.
1)
Kebebasan ini pada awalnya menyangkut kehidupan warga terkait dengan kebebasan dasar,
seperti hak hidup, hak politik dan kemudian berkembang dalam kebebasan ekonomi dan sosial.
2) Jaminan penuh pada pemilikan pribadi serta kebebasan penuh terhadap penggunaan pemilikan
pribadi.
3) Dalam politik kenegaraan pemerintah harus berdasarkan hukum dan harus mendapat persetujuan
rakyat, harus ada pemisahan kekuasaan dalam pemerintahan negara
4) Menolak pemikiran yang bersifat dogma yang dianggap membelenggu kebebasan berfikir serta
5)
2.2.2
Ideologi Sosialisme
Robert owen (1771-1837) seorang kapitalis kaya di Inggris, adalah orang yang pertama
kali menggunakan istilah sosialisme (Schmandt, 2002). Namun sebelum Owen sebanarnya ide
perjuangan melawan ketidakadilan dampak dari individualisme dan kapitalisme yang berhasil
mewujudkan revolusi industri di Inggris maupun di Prancis, pernah dilakukan oleh Francois
Babeuf meskipun tidak menggunakan istilah sosialisme.
Pada dasarnya gerakan sosialis adalah perwujudan realistis dari demokrasi yang
berorientasi publik. Oleh karena itu dilihat dari perjalanan sejarah sosialisme yang berhasil hanya
dapat diwujudkan pada negara-negara dengan tradisi demokrasi yang kuat seperti Inggris,
Prancis, Belgia, Belanda, maupun Australia. Beberapa prinsip dalam paham sosialis adalah :
1)
Dalam gerakan sosial pengaruh agama cukup kuat, sehingga doktrin agama masuk dalam
kehidupan sosial ekonomi, seperti munculnya gerakan Kristiani sosialis di Inggris, dengan
Komunis Lenin-Stalin
Perjuangan komunis lenin lebih dekat dengan teori karl marx dibanding kedekatannya
dengan stalin. Konsep ini merupakan pembaharuan komunis Marx yang awalnya bersifat
memisahkan diri. Perubahan dari lenin bahwa partai komunis harus meninggalkan politik
memisahkan diri, akan tetapi sebaliknya harus memakai segala jalan untuk mengadakan
perhubungan dengan massa rakyat, untuk kemudian mengambil kekuasaan.
Dalam gerakan komunis Lenin membagi dalam dua kelompok strategis yaitu :
1)
Gerakan terbuka, dimana kaum pekerja harus membentuk organisasi-organisasi buruh dengan
tujuan ekonomi sebagai pokok aktivitasnya, yang bekerja secara terbuka, umum dan sah.
2)
Gerakan tertutup atau rahasia, yaitu organisasi dari kelompok kecil revolusioner profesioner,
mulai dari tentara, polisi atau kelompok birokras lainnya
Lenin menegaskan revolusi sebagai bentuk transisi dari masyarakat kapitalis kepada
masyarakat komunis harus dipimpin oleh diktator proletariat (Schmandt. 2002)
Keberhasilan Lenin dalam meletakkan dalam dasar komunis Rusia pernah menjadi
kekuatan besar di dunia, dan setia terhadap ajaran Marx, termasuk teori lenyapnya negara.
Sepeninggal Lenin, posisi pemimpin Rusia digantikan Stalin. Tahun 1936 Stalin
menyatakan sebagian pentahapan masyarakat komunis telah tercapai. Doktrin Marx tentang
negara ketinggalan zaman karena tidak mempertimbangkan situasi internasional. Stalin dianggap
berhasil memimpin Rusia meski kekuasaan dijalankan mirip Nazi Jerman massa Hitler.
Pemujaan terhadap Stalin dengan besar dengan kemampuan merevisi doktrin Marx dan Lenin
demi kajayaan Rusia, meski Stalin dianggap melanggar kepemimpinan kolektif dengan
menciptakan kultus individu dirinya.
2.2.5
Ideologi Nasionalis
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (depdikbud, 1997), nasionalisme dijelaskan sebagai
berikut :
Afrika, dan Amerika Latin, kini dihadapkan pada tantangan baru berupa lahirnya tatanan dunia
global yang melampaui batas, batas geografis, administratif, dan sosio kultural yang menjadi
sistem di dunia dalam pergaulan Internasional bangsa-bangsa.
2.2.6
1)
Agama Islam menghormati akal manusia dan mendudukan akal pada tempat yang terhormat
serta menyerahkan agar manusia mempergunakan akal untuk menyelidiki keadaan alam.
2) Agama Islam mewajibkan pemeluknya baik laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu dari
3)
4)
datangnya dari kalangan sebangsa da seagama atau dari bapak ibu atau nenek moyang.
Agama Islam menyuruh memeriksa kebenaran walaupun datangnya dari kam yang berlainan
dan
mengarahkan
pemeluk
pergi
ke
negara
lain,
memeperhubungkan silaturahmi dengan bangsa dan golongan lain, saling bertukar rasa dan
pandangan.
Adapun menurut Taqiyuddin an-Nabhani (mujtahid), ideologi atau mabda (dalam bahasa
Arab) ialah aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan. Yang dimaksud aqidah adalah pemikiran
menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta tentang apa yang ada dan setelah
kehidupan, di samping hubungannya dengan sebelum dan sesudah kehidupan. Sedangkan
peraturan yang lahir dari akidah tidak lain berfungsi untuk memecahkan dan mengatasi berbagai
problema hidup manusia, menjelaskan bagaimana cara pelaksanaaan pemecahannya, memelihara
aqidah serta untuk mengemban Mabda/ ideologi. Penjelasan tentang cara pelaksana dan
pemeliharaan aqidah dan penyebaran risalah dakwah inilah Thariqoh (jalan/metode
pelaksanaan). Sedangkan fikroh (pemikiran/ konsep yang mendasari) adalah aqidah dan berbagai
macam konsep pemecahan masalah hidup.
Islam berisikan ajaran atau petunjuk yang berhubungan dengan masalah dunia dan
akhirat yang bersifat Universal. Islam bukan sekedar Ideologi, tetapi lebih dari eksistensi
ideologi, meski dalam perkembangan islam dilakukan secarara ideologis secara nyata oleh nabi
Muhammad Saw. Islam juga merupakan pandangan hidup yang sempurna karena di dalamnya
terdapat standar dan tolak ukur yang jelas dengan besandar pada Al-Quran dan assunah yang
menjadi jalan hidup yang sempurna untuk setiap umat manusia. Dan jika seluruh manusia mau
memikirkan apa saja ajaran yang terkandung dalam ajaran Islam maka akan didapati ajarannya
yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan jiwa.
Islam tidak hanya mengatur ibadah ritual tapi mengatur dalam perpolitikan. Islam
mengatur dalam tiga hubungan, yaitu hubungan diri manusia dengan Tuhannya, mengatur
hubungan manusia dengan dirinya, dan mengatur hubungan dirinya dengan manusia lainnya.
Beberapa prinsip dalam Islam yang dapat memepersamakan dengan ideologi menurut
Syam Firdaus (2002) :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
melarang.
Risalah, Rasulullah telah menegakkan bagi kita salah satu sistem hidup dalam islam dan
memberikan praktik yang diperlukan secara rinci.
3)
Khilafah, negara Islam yang tegak berdiri atas Al-Quran dan assunnah lain secara kaffah
(menyeluruh) yang menjadikan posisi manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi.
2.3
Ideologi Pancasila
Dalam pengusulan perumusan dasar negara pancasila Sukarno juga menjelaskan tentang
Ideologi pancasila yang dipersamakan dengan Declaration of independence Amerika Serikat
serta manifesto komunisme Karl Marx dan Engels. Bila Amerika mengagungkan kebebasan
individu, Marx mengagungkan kehidupan sosial yang sama antar individu.
Ideologi pancasila menjunjung hak individu baik langsung maupun tidak langsung
terpengaruh dengan ideologi Liberal, di mana memang tidak dipungkiri bahwa manusia yang
merupakan makhluk individu, bukanlah murni sebagai individu yang mandiri, tetapi sekaligus
sebagai makhluk sosial yang dalam kenyataan hidupnya tidak dapat lepas dari masyarakat atau
bantuan orang.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat panjang, dengan
memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Sebab itu bangsa
Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang bersamaan dengan lahirnya bangsa dan
negara itu. Karena itulah pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan
telah berjuang, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan
besar dunia.
Karena pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian
bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan, hal ini
tampak dalam sejarah meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam
tiga buah UUD yang kita miliki, yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam mukaddimah
konstitusi Republik Indonesia serikat 1949, dalam mukaddimah UUD sementara Republik
Indonesia 1950, pancasila itu tetap tercantum di dalamnya. Pancasila memang selalu dikehendaki
oleh bangsa Indonesia sebagai dasar kerohanian negara, dikehendaki oleh seluruh rakyat
Indonesia karena ia sebenarnya telah tertanam dalam kalbu rakyat, oleh karena itu ia juga
merupakan dasar yang mampu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
2.3
Nilai Dasar
Nilai dasar adalah nilai yang ada dalam Pancasila yang merupakan representasi dari nilai
atau norma dalam masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Nilai ini tidak bisa diubah-ubah,
b.
c.
Nilai Praktis
Nilai praktis harus ada pada setiap penyelenggara negara, artinya penyelenggara negara baik
dari tingkat pusat sampai tingkat terbawah penyelenggaraan pemerintah harus memiliki
semangat membangun sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila secara konsekuen, amanah dan
istiqomah, serta mampu memberikan keteladanan kepada bawahannya sesuai kondisi setempat
atau lingkungan kerja pada masing-masing kelompok.
Dengan nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila sebagaimana tersebut di atas, Pancasila
bukan berarti dogma atau tertutup dari pengaruh lain, namun demikian sifat keterbukaan
terhadap ideologi Pancasila terdapat rambu-rambu atau batas-batas yang harus diperhatikan dan
a.
b.
c.
d.
2.3.2
yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad untuk mewujudkannya. Dengan pandangan
hidup inilah suatu bangsa akan memandang persoalan yang dihadapi dan menentukan arah
pemecahan secara tepat sesuai dengan yang diyakini. Tanpa memiliki pandangan hidup, suatu
bangsa akan terombang ambing dalam menghadapi persoalan baik dalam memecahkan masalah
dalam negeri atau masalah yang berhubungan dengan dunia luar.
Bangsa Indonesia termasuk bangsa yang besar yang mampu menggali pandangan hidup
dari nilai-nilai luhur bangsa baik yang bersifat universal sebagaimana sila pertama, dan kedua
yang merupakan pengakuan bangsa Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semua
manusia, bukan hanya Tuhan bagi bangsa Indonesia. Kemanusiaan yang adil dan beradap adalah
cerminan pengakuan bangsa Indonesia bahwa bangsa Indonesia yang merdeka merupakan bagian
bangsa-bangsa di seluruh dunia dengan kedudukan harkat dan martabat yang sama. Pancasila
mulai sila ke tiga sampai ke lima adalah cara pandang bangsa Indonesia dengan titik berat
sebagai bangsa yang merdeka dalam wilayah Negara Kesatuan Indonesia, yang berdaulat dan
berkewajiban mewujudkan keadilan bagi bangsa Indonesia.
Dengan Pancasila kita bangsa Indonesia mendapatkan arah untuk semua kegiatan dan
aktivitas kehidupan sehari-hari. Untuk itu sudah seharusnya bangsa Indonesia di dalam setiap
sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari harus mencerminkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Memang,
pengamalan/ pelanggaran nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari tidak semua mengandung
sanksi hukum positif, namun disinilah letak keluwesan Pancasila dalam membangun kehidupan
yang harmonis sesama manusia meski tidak semua terikat dengan hukum positif. Kita perlu
memahami dan menyadari bahwa mengamalkan nilai umum Pancasila, apabila kita meyakini
bahwa nilai Pancasila tidak bertentangan dengan norma agama, norma kesusilaan, norma
kesopanan, adat kebiasaan serta tidak bertentangan dengan norma hukum.
Pengamalan dasar ini merupakan pengamalan yang bersifat subjektif, dengan bidang
yang sangat luas dimana setiap orang dapat mengklaim telah mengamalkan Pancasila dengan
pola yang berbeda tanpa harus menghina dan menjelekkan pihak lain. Secara objektif seseorang
beragama dan dijamin di Indonesia dan secara subjektif masing-masing mengamalkan dengan
keyakinan masing-masing.
2.3.3
dikandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia. Adapun dasar itu haruslah
filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesia yang merdeka.
Landasan atau dasar itu haruslah kuat dan kokoh agar yang berdiri di atas akan tegak
sentosa untuk selama-lamanya. Landasan itu pula yang harus pula tahan uji terhadap seranganserangan baik dalam maupun dari luar.
Sidang BPPK telah menerima secara pancasila itu sebagai dasar negara Indonesia
merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 agustus pancasila tercantum
secara resmi dalam pembukan UUD RI, undang-undang dasar yang menjadi dasar
ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup
bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar tadi tahan uji sepanjang masa.
Oleh karena pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi
peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercanrtum
dalam alinea IV pembukaan UUD tersebut, maka semua peraturan peundang-undangan Republik
Indonesia (ketetapan MPR, undang-undang, Peraturan pemerintah pengganti Undang-undang
(perpu), keputusan presiden dan peraturan yang lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan
pemerintah haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan pancasila. Isi dan tujuan dari peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpan dari jiwa pancasila bahkan
dalam ketetapan MPR No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa pancasila adalah sumber dari
segala sumber hukum (sumber hukum formal, undang-undang, kebiasaan, traktat, jurisprudensi,
hakim, ilmu pengetahuan hukum)
Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa bangsa Indonesia berdiri atas fundamen
yang kuat, dasar yang kokoh, yakni pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu model
yang didatangkan dari luar negeri.
Dasar-dasar negara kita barakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia,
Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita
sejak dulu hingga sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa
Indonesia sebagai dasar negara, tapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar
hidupnya. Pancasila bersifat universal yang akan mempengaruhi hidup dan kehidupan bangsa
dan negara kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi.
http://sharingposting.blogspot.com/2013/02/makalah-filsafat-pancasila.html
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
1.
Filsafat adalah suatu usaha pemikiran manusia yang sungguh-sungguh, secara sistematis dan
2.
3.
anggota masyarakat.
Pancasila sebagai sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang
4.
utuh.
Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang menyangkut silasilanya saja, melainkan juga meliputi hakikat dasar dari sila-sila Pancasila atau secara filosofis
5.
6.
7.
3.2
Saran
Sebagai filsafat dan ideologi bangsa Indonesia, sudah selayaknya warga negaranya
memiliki kepribadian Pancasila tersebut. Kepribadian Pancasila ini harus sudah terpancar dalam
sikap, tindakan, dan dalam cara berpikir setiap masyarakatnya. Mereka para Mahasiswa tidak
ada lagi tantangannya kecuali harus sanggup untuk mengamalkan filsafat dan ideologi Pancasila
tersebut sebagai kepribadian hidupnya sehari-hari. Bahkan untuk tumbuh menjadi seorang
pemimpin pun mahasiswa diuji dengan kemahirannya mengamalkan kepribadian Pancasila
tersebut. Oleh karenanya sudah sepantasnyalah Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa
sadar diri untuk melakukan penelaahan secara lebih luas dan mendalam serta secara praktis
dalam pengamalan dan penanaman filsafat dan ideologi Pancasila tersebut dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Bedjo dan Zainul Akhyar. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan (civic education untuk perguruan
tinggi). Banjarmasin: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. Fakultas Keguruan dan Ilmu
pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.
Kaelan. 2004. Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.
Kaelan dan Ahmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta :
Paradigma.
Kansil, C. S. T, dan Christine. S. T. Kansil. 1971. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Jakarta :
Paradnya Paramita.
Salam, Burhanuddin. 1996. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta : PT. Rineka cipta.
Sutarto. 2006. Aspirasi, PKN kelas X semester 2. Surakarta : CV. Pustaka Manggala.
Situs Internet:
Daniel. 2010. Makna Sila-Sila Pancasila. http://danielbiologi.blogspot.com/2010/10makna-sila-silapancasila.html. (Online). Diakses hari Rabu, 23 Februari 2011.
Diana
Agustia.
2010.
Makalah
Tentang
Kesatuan
http://dianagustia.blogspot.com/2010/05/makalah-tentang-kesatuan-sila-sila.html.
Sila-Sila.
(Online).
Jawaban lain
: Definisi filsafat:
Studi tentang arti dan berlakunya kepercayaan atau pengetahuan manusia pada
sisi yang paling dasar dan universal. Diambil dari bahasa Yunani;
philosophia
Sedangkan filosofi merupakan serapan dari bahasa Yunani yaitu (philia =
persahabatan, cinta dsb) dan (sophia = kebijaksanaan)
Sehingga perbedaan filsafat dengan filosofis yaitu
filsafat merupakan sebuah studi atau ilmu
sedangkan filosofis adalah segala hal yang berkaitan dengan kecintaan atas
kebijaksanaan (segala yang berkaitan dgn filsafat)