Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
Nama Kelompok :
(12050009)
(12050010)
3. Dwi Widiyanti
(12050014)
Jurusan
Dosen
1. M.Widodo, AT.M.Tech
2. Hardianto,S.ST,M.Eng
3. Desiriana
BAB I
PENDAHULUAN
2. LANDASAN TEORI
2.1
Serat kapas
Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat
kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan
lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini
tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas),
dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun)
bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas (menyerap keringat).
Sebagai tambahan dari industri tekstil, kapas juga digunakan dalam jaring ikan, saringan
kopi, tenda, dan pembatas buku. Uang China pertama terbuat dari fiber kapas, dan
juga uang dollar AS modern. Denim, sebuah jenis pakaian 'durable', sebagian besar terbuat
dari kapas, dan juga kebanyakan T-shirt. Sekarang ini kapas diproduksi di banyak tempat di
dunia, termasuk Eropa, Asia, Afrika, Amerika, dan Australia, menggunakan tanaman kapas
yang telah dipilih jadi dapat
ditumbuhkan di 330.000 km ladang, 47 milyar pon kapas mentah seharga 20 milyar dolar
AS ditumbuhkan tahun tersebut.
2.2
Rayon
Serat rayon merupakan serat buatan dari ppolimer alam yang banyak diproduksi
disamping serat asetat. Serat rayon itu sendiri memiliki jenis yang beragam, dan yang
digunakan disini adalah jenis viskosa yang perkembangannya paling pesat. Dilihat dari
struktur kimianya, karena serat rayon merupakan serat selulosa yang diregenerasi, maka
struktur kimianya pun memiliki persamaan yaitu merupakan rantai selulosa yang
mengandung unit beta glukosa dengan pengecualian pada derajat polimerisasinya yang
lebih rendah akibat terjadinya degradasi rantai polimer selama pembuatan serat.
kemiripan yang hampir sama dengan serat kapas yang merupakan serat selulosa. Rayon
memiliki sifat elastisitas yang rendah, hal ini membuat benang yang mengalami tarikan
secara mendadak pada saat ditenun, kemungkinan benangnya tetap mulur dan tidak mudah
kembali lagi, yang mengakibatkan saat diberi warna akan memberikan hasil yang tidak rata
pada beberapa bagian dan terlihat beberapa garis yang lebih berkilau. Dalam ketahanan
terhadap panas saat penyetrikaan, serat rayon ini memiliki sifat yang cukup baik, akan tetapi
pemanasan dalam waktu yang lama akan membuat warna rayon menjadi lebih kuning.
2.3
Serat poliester
Poliester adalah suatu kategori polimer yang mengandung gugus fungsional ester dalam
rantai utamanaya. Meski terdapat banyak sekali polyester istilah polyester merupakan
sebuah bahan yang spesifik lebih sering merujuk pada polietilena tereftalat (PET). Serat
polyester adalah serat sintetik yang dibuat dari molekul polimer polyester linier dengan
susunan paling sedikit 85 % etilena glikol (HO-CH2-CH2-OH) dan asam tereftalat
(C6H4(COOH)2) melalui proses polimerisasi kondensasi. Kekuatan polyester pada keadaan
kering sama besar dengan kekuatan pada keadaan basah sedangkan berat molekulnya
adalah 1,38. Polyester mempunyai kristalinitas yang tinggi, bersifat hidrofob dan tidak
mengandung gugusan-gugusan yang aktif, sehingga sukar sekali ditembus oleh molekulmolekul yang berukuran besar ataupun tidak bereaksi dengan zat warna anion atau kation.
Penggunaan alkali panas waktu proses pencucian polyester sebaiknya dihindari,
karena akan menyebabkan terkelupasnya permukaan serat tersebut. Polyester juga memiliki
titik leleh yang tinggi yaitu 280oC, juga daya tahan terhadap sobekan maupun gosokan dan
elastisitas yang tinggi.
Poliester termasuk zat kimia yang alami, seperti yang kutin dari kulit ari tumbuhan,
maupun zat kimia sintetis seperti polikarbonat dan polibutirat. Dapat diproduksi dalam
berbagai bentuk seperti lembaran dan bentuk 3 dimensi, poliester sebagai termoplastik bisa
berubah bentuk sehabis dipanaskan. Walau mudah terbakar di suhu tinggi, poliester
cenderung berkerut menjauhi api dan memadamkan diri sendiri saat terjadi pembakaran.
Serat poliester mempunyai kekuatan yang tinggi dan E-modulus serta penyerapan air yang
rendah dan pengerutan yang minimal bila dibandingkan dengan serat industri yang lain.
Keburukan dari serat poliester merupakan kebaikan pada serat rayon viskosa,
demikian pula sebaliknya.
Sifat-sifat yang didapat dari pencampuran kedua macam serat tersebut adalah :
2.4
Merserisasi
Dalam percobaan kali ini digunakan serat selulosa, yaitu kain kapas. Dan kain ini
mengandung serat kapas yang komposisi utamanya tersusun atas selulosa. Selulosa
merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi molekul-molekul glukosa yang
dihubungkan pada posisi satu dan tempat.
Kandungan dari selusosa adalah tiga buah gugus hidroksil, satu primer dan dua
sekunder pada tiap-tiap unit glukosa. Dinding sekunder terdiri atas selulosa murni. Zat-zat
lain terdapat pada dinding primer dan sisa-sisa protoplasma di dalam lumen. Dinding primer
juga mengandung banyak selulosa.
Sedangakan untuk proses merserisasi dikerjakan pada kain kapas dalam larutan
NaOH yang konsentrasinya kurang lebih 30o 36o Be pada suhu kamar dan diikuti dengan
pencucian. Pengerjaan dengan kondisi tersebut memberikan hasil sebagai berikut :
Kain mengkeret
Mulur bertambah
Kekuatan bertambah
Proses merserisasi yang dilakukan dengan tegangan hasilnya akan memberikan kilap
yang bertambah, hal ini disebabkan oleh reorientasi rantai-rantai molekul selulosa sehingga
deretan kristalinnya lebih sejajar dan teratur dan pekerjaan merser melepaskan putaran
serat sehingga memberikan penampang serat yang lebih bulat.
Bahan dikerjakan dengan diberi tegangan baik pada waktu impregnasi maupun
waktu pencucian.
Kualitas bahan
Kualitas hasil yang baik akan didapatkan apabila bahan telah diproses singeing dan
scouring terlebih dahulu. Merserisasi dapat dilakukan sebelum ataupun sesudah bleaching,
tetapi kain yang dimerser sebelum bleaching akan memberikan pegangan yang lebih lunak.
Selain itu untuk kain yang stapelnya lebih panjang akan memberikan hasil merser yang lebih
baik.
2.5
Proses dispersi untuk kapas yang paling umum adalah proses merserisasi, yaitu
dengan mengerjakan kapas dalam larutan NaOH yang konsentrasinya 30-36 0Be pada
suhu kamar dan diikuti oleh pencucian. Pengerjaan dengan kondisi tersebut memberikan
hasil-hasil sebagai berikut :
Kain mengkeret
Kekuatan bertambah
Hasil yang didapat ialah, kapas atau rayonnya lebih mengkilap, kehalusannya lebih baik,
afinitas dalam pencelupan bertambah, kestabilannya lebih baik, kekuatan tariknya lebih
besar dan reaktifitas kimianya lebih tinggi. Hal ini penting terutama dalam pengerjaanpengerjaan yang menghasilkan ikatan silang.
Suatu campuran poliester-kapas atau poliester-rayon adalah pencampuran dua serat
yang sama sekali berbeda sifat-sifat kimianya. Kapas dan rayon adalah serat yang sensitif
terhadap air, sedangkan poliester tidak. Poliester hanya sensitif terhadap pengerjaan
dengan NaOH pekat pada suhu tinggi dan waktu yang lama. Karena efek merserisasi
terhadap kapas biasanya dicapai dengan NaOH pekat, suhu yang tidak tinggi dan waktu
kontaknya tidak lama maka kemungkinan terjadinya kerusakan poliester sangat kecil. Pada
umumnya kondisi merserisasi yang normal biasa dipergunakan untuk kapas, memberikan
hasil yang baik pada campuran serat poliester-kapas atau rayon.
2.7 Zat Warna Reaktif
Zat warna reaktif termasuk golongan zat warna yang larut dalam air, mempunyai sifat
tahan cuci dan kilau yang baik serta dapat mengadakan reaksi kimia dengan selulosa dalam
suasana alkali.
Struktur kimia zat warna reaktif
Pada umumnya struktur zat warna reaktif yang larut dalam air mempunyai bagian-bagian
dengan fungsi tertentu dan dapat digambarkan sebagai berikut:
Mempercepat pencelupan
Mempercepat migrasi, yakni perataan zat warna dari bagian-bagian yang tercelup
tua hingga kebagian-bagian yang tercelup lebih muda hingga terjadi keseimbangan.
Mendorong terjadinya reaksi antara serat dan zat warna pada pencelupan zat warna
reaktif.
setiap penambahan gugusan kimia yang merusak sifat datar molekul tersebut akan
mengakibatkan daya tembus zat warna berkurang.
Besar kecilnya atau penambahan suatu zat warna akan mempengaruhi kecepatan
celupnya. Molekul zat warna yang memanjang mempunyai daya untuk melewati pori-pori
dalam serat lebih baik daripada molekul-molekul yang melebar. Molekul yang besar
mempunyai ketahanan cuci yang lebih baik.
4. pH
pH dalam pencelupan dengan zat warna reaktif panas sangat berpengaruh, karena
zat waran reaktif memerlukan suasana yang cocok untuk bereaksi.
5. Perbandingan larutan
Perbandingan larutan adalah perbandingan antara besarnya larutan terhadap berat
bahan tekstil yang diproses, kenaikan konsentrasi zat warna dalam larutan akna menambah
besar penyerapan untuk pancelupan zat wana diusahakan untuk memakai perbandingan
larutan celup yang kecil sehingga zat warna yang terbuang atau hilang sedikit.
6. Elektrolit
Perbandingan elektrolit kelarutan celup untuk memperbesar jumlah zat warna yang
terserap oleh serat, meskipun zat warna yang memiliki kepekaan yang berbeda-beda.
Elektrolit yang ditambahkan
BAB II
PRAKTIKUM
Ember
Nampan plastik
Pencatat waktu
Timbangan digital
Penggaris
Bejana atau panci untuk mencelup zat warna reaktif pada bahan
Mesin stenter
Mesin padder
2. Bahan
Kain kapas
Kain T/C
NaOH 28 0 Be
Pembasah
NaCL
Na2CO3
Proses Penetralan
Timbang bahan
Proses Pencelupan
2.3 Resep
a. Resep Merser
NaOH
: 280Be
Pembasah
: 1 ml/l
Suhu
: 700C
b. Resep penetralan
Asam Asetat
: 1-2 cc
Suhu
: Kamar
c. Resep Celup
:1%
NaCl
: 20 g/l
Na2CO3
: 20 g/l
Vlot
: 1 : 20
Waktu
: 30 menit
NaOH
Asam Asetat
dimerser.
Pembasah
pada bahan.
NaCl
Na2CO3
: 137,04 gram
Vlot
: 20
Jumlah air
: 1% x 137,04
: 1,3704 gram
Na2CO3
: 20/1000 x 2740,8
: 54,81
NaCl
: 20/1000 x 2740,8
: 54,81
Bahan kain dipotong (kain kapas, kain T/C, kain kapas grey) Pada bahan
diambar bujur sangar ukuran 10 x 10cm dengan tinta permanen.
Buat larutan NaOH sesuai resep ( lihat tabel konversi larutan NaOH g/L ke
0
Be ) atur suhu larutan sesuai resep. ( bila merserisasi dingin, larutan harus
Pasang bahan pada frame dan berikan peregangan arah lusi dan arah pakan
Rendam bahan pada larutan asam cuka (proses penetralan) hingga bahan
terasa tidak licin.
Bagi kain menjadi dua bagian, satu bagian (1/3 bagian kain) di siapkan untuk
uji daya terhadap serap zat warna.
Keringkan kain hasil proses, dan lakukan evaluasi daya serap terhadap zat
warna.
pencucian
penetralan
pengeringan
Gambar 2.1 skema proses merserisasi
Bahan
NaCI
300 C
Na2CO3
700C
Gambar 2.2 skema proses pencelupan
Kain
Kapas Grey
T/C
Time
1. 20 Detik
2. 30 Detik
3. 40 Detik
4. 50 Detik
5. 60 Detik
L:3
L:2
L:1
P:4
P: 2
P: 1
L:2
L:2
L:1
P: 5
P: 2
P:0
L:1
L:1
L:1
P: 4
P:2
P:3
L:2
L:1
L:2
P: 3
P:1
P:1
L:2
L:0
L:2
P: 2
P: 1
P: 2
Ketuaan Warna
Kain Hasil Pengujian (Nilai 1-5)
Kelompok
Kain Kapas
Kain Kapas
Putih
Grey
Blanko
10
Kain T/C
proses
proses
BAB III
PENUTUP
3.1 Diskusi
Dari hasil praktikum penyempurnaan merser pada kain kapas putih, T/C, kapas grey
ada beberapa hal yang perlu didiskusikan :
1. Berdasarkan hasil uji ketuaan warna, kain yang lebih tua adalah kain kapas putih
kemudian T/C dan terakhir adalah kain grey.
2. Berdasarkan hasil uji mengkeret kain, secara umumnya semakin lama waktu
perendaman kain dalam latutan NaOH semakin kecil prosentase mengkeret kainnya.
Kain yang lebih tinggi prosentase mengkeretnya adalah kain kapas putih sedangkan
kain T/C lebih rendah mengkeretnya dibandingkan kain grey.
3. Merserisasi pada kain kapas yang setelah pengelantangan dan kain kapas grey
memiliki kekurangan dan kelebihan:
Kelebihan merser kain kapas grey:
a. Merser pada bahan grey dapat membantu menghilangkan kotoran alami
sehingga penggunaan soda kostik pada saat pemasakan akan berkurang
b. Daya serap tinggi
c. Pegangan kain lebih lembut
Kekurangan kapas grey: Ketidakrataan hasil merser
Kelebihan kain kapas putih:
a. Hasil merser lebih merata
b. Daya serap terhadap larutan merser baik
4. Pada hasil penyerapan zat warna, kain kapas putih penyerapannya paling baik
karena kain kapas putih saat merser penyerapan terhadap larutan NaOH sangat baik
dan zw reaktif penyerapannya semakin cepat saat di bantu dengan alkali sehingga
pada saat pencelupan dengan zat warna reaktif panas pewarnaan kain merata .
5. Sedangkan pada kain T/C penyerapannya kurang maksimal karena pada saat
proses merser penyerapan terhadap larutan NaOH kurang baik karena serat
3.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum penyempurnaan kain dengan proses merser pada kain
kapas putih, T/C, kapas grey dapat kita simpulkan :
1. Berdasarkan ketuaan warna, kain yang paling tua adalah kain kapas putih
2. Nilai prosentase mengkeret paling tinggi adalah kain kapas putih
DAFTAR PUSTAKA