Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malnutrisi bukan hanya masalah kesehatan global, tetapi juga merupakan
penghalang produktivitas, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.
Diperkirakan 32,0% dari beban global penyakit akan turun dengan menghilangkan
kekurangan gizi, termasuk kekurangan mikronutrien.1,2 Menurut Lindsay et al., 3
mikronutrien malnutritions (MNM) disebabkan oleh pola makan yang monoton
mengakibatkan asupan mikronutrien rendah dan bioavailabilitas rendah, terutama
mineral, asupan rendah dari sumber makanan hewani, prevalensi menyusui yang
rendah, kurangnya mikronutrien pada makanan pendamping, peningkatan tuntutan
fisiologis untuk pertumbuhan selama kehamilan dan laktasi, peningkatan kebutuhan
karena infeksi akut (terutama jika episode infeksi yang sering), infeksi kronis
(misalnya tuberkulosis, malaria, HIV dan AIDS) dan penyakit (kanker misalnya),
status gizi umum yang buruk, kekurangan gizi energi protein dan malabsorpsi karena
diare.
Hal ini juga disebabkan oleh adanya parasit usus (misalnya Giardia lamblia,
cacing tambang), meningkat ekskresi (misalnya karena schistosomiasis), variasi
musiman dalam ketersediaan pangan, kekurangan pangan, deprivasi sosial, buta
huruf, pendidikan yang rendah, status ekonomi miskin dan kemiskinan. Pada tahun
1990, 189 negara anggota PBB berkomitmen untuk menerapkan Millennium
Development Goals (MDGs) yang terdiri dari delapan target yang kemudian diadopsi
pada tahun 2000 oleh Negara Amerika sebagai bagian dari deklarasi milenium.
MDG`s pertama secara langsung berkaitan dengan pemberantasan kelaparan dan
kekurangan gizi. Namun target lain MDG`s seperti meningkatkan pendidikan;
menurunkan kematian anak; meningkatkan kesehatan ibu dan memerangi HIV dan
AIDS, malaria dan penyakit lainnya semua memerlukan status gizi yang baik jika
mereka ingin dicapai secara efisien.
Di tingkat nasional, hampir 4 dari 10 wanita mengetahui tentang undangundang fortifikasi pangan. Di semua bidang terlepas dari usia anak pada semua
provinsi.6

Pada

tahun

2002,

laporan
1

World

Health

Organisation7

telah

mengidentifikasi kekurangan yodium, zat besi, vitamin A dan seng merupakan faktorfaktor risiko kesehatan paling serius di dunia. Data dari penelitian yang dilakukan
oleh Labadarios et al.6 Mendukung temuan ini dengan menyoroti bahwa mikronutrien
seperti zinc, yodium, vitamin A dan zat besi tetap menjadi masalah di Afrika Selatan
bahkan setelah fortifikasi diperkenalkan. Statistik yang tersedia di salah satu klinik
lokal di Nkowankowa berdasarkan praktikum gizi mengungkapkan tingginya
prevalensi masalah MNM terkait gizi mempengaruhi anak-anak di bawah usia 5
tahun. Hal ini memotivasi peneliti untuk melanjutkan studi pada pengetahuan
perempuan tentang fortifikasi makanan pada kasus defisiensi mikronutrien di kota
Nkowakowa.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan pada wanita usia subur terhadap fortifikasi
pangan di kota Nkowankowa?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai pengetahuan fortifikasi pangan
pada wanita usia subur di kota Nkowankowa.
1.4 Manfaat
Meningkatkan wawasan tentang ilmu kedokteran primer khususnya bagi penulis
dan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai