Makalah Tingkat Kepuasan
Makalah Tingkat Kepuasan
Oleh :
FITRI BADRIYATUL ISTIQOMAH
1310201001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan hal penting dalam kehidupan masyarakat karena berkaitan
dengan kelangsungan hidup.Namun realitanya kesehatan di Indonesia masih jauh tertinggal
jika dibandingkan dengan negara tetangga.Salah satu hal yang menunjukan bahwa tingkat
kesehatan masih menurun adalah angka kematian ibu (AKI).Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup.Sementara target AKI di tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000
kelahiran hidup.Jadi, target angka ini masih jauh dari yang harus dicapai.AKI sebesar 359
ini, 82 persennya terjadi pada persalinan ibu berusia muda, 14-20 tahun. Ada berbagai
penyebab kematian ibu.Menurut laporan rutin Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) tahun
2007, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), keracunan kehamilan
(20%), infeksi (7%) dan lain-lain (33%).Kondisi tersebut ditunjang pula dengan keadaan
sosial ekonomi sebagian masyarakat yang masih berada digaris kemiskinan, fasilitas
kesehatan dan tenaga kesehatan yang belum tersebar secara merata tenaga kesehatan di
seluruh wilayah Indonesia.( Gizi Tinggi, 2016, Masih Tingginya Angka Kematian Ibu,
http://gizitinggi.org/masih-tingginya-angka-kematian-ibu.html )
Kesehatan adalah hak dan investasi, semua warga negara berhak atas kesehatannya
karena dilindungi oleh konstitusi seperti yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat
kedua dimana tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan. Dengan berpedoman pada kalimat tersebut maka dapat dijelaskan
bahwa semua warga negara tanpa kecuali mempunyai hak yang sama dalam penghidupan
dan pekerjaan, penghidupan disini mengandung arti hak untuk memperoleh kebutuhan
materil seperti sandang, pangan dan papan yang layak dan juga kebutuhan immateri seperti
kesehatan, kerohanian, dan lain-lain. Demikian juga halnya kesehatan dapat pula diartikan
investasi karena kesehatan adalah modal dasar yang sangat diperlukan oleh segenap
masyarakat untuk dapat beraktifitas sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing
sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat secara ekonomi.
Namun bila kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan bisa-bisa seluruh harta
dan kekayaan yang mereka peroleh habis digunakan untuk memperoleh kesehatan tersebut.
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1960 tentang PokokPokok Kesehatan yang menyebutkan bahwa kesehatan rakyat adalah salah satu modal
pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa dan mempunyai peranan penting
dalam penyelesaian revolusi nasional dan penyusunan masyarakat sosialis Indonesia.
Sehingga pemerintah harus mengusahakan bidang kesehatan dengan sebaik-baiknya, yaitu
menyediakan pelayanan kesehatan yang memadai dan dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat umum.
Pemerintah bertanggung jawab untuk menjamin terpenuhnya hak hidup sehat bagi
seluruh penduduk Indonesia yang mampu maupun penduduk miskin atau tidak mampu,
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan
merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggitingginya. Untuk mewujudkan terjaminnya hidup sehat, kewajiban pemerintah dalam
menjamin rakyatnya dalam hal kesehatan juga di amanatkan oleh Undang-undang No. 40
tahun 2004 bahwa pemerintah seharusnya menjamin kesehatan seluruh masyarakat
termasuk rakyat tidak mampu dan miskin. Oleh sebab itu maka perlu menyediakan
program pembangunan dibidang kesehatan.Hal inilah yang menjadi salah satu faktor
penyebab perlunya peningkatan kualitas kesehatan yang ada di Indonsia. Sesuai Undang-
undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dengan
adanya JKN ( Jaminan Kesehatan Sosial ), maka seluruh masyarakat Indonesia akan
dijamin kesehatannya. Dengan adanya Undang-undang seperti tersebut maka pemerintah
membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau yang terkenal dengan sebutan BPJS.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan dahulu bernama Jamsostek
merupakan BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan dahulu bernama Jamsostek
merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.Kedua BPJS tersebut pada dasarnya
mengemban misi negara untuk memenuhi hak konstitusional setiap orang atas jaminan
sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan memberi kepastian
perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Penyelenggaraan
jaminan sosial yang kuat dan berkelanjutan merupakan salah satu pilar Negara untuk
menuju kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu pendidikan bagi semua masyarakat,
lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan ekonomi yang stabil._Salah satu
BPJS adalah BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan). BPJS
kesehatan merupakan Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan memiliki tugas
khusus dari pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan
TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya
ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014. Undang- Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), secara
tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum
publik. UU BPJS menentukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan menurut UU SJSN ( Sistem Jaminan
Sosial Negara ) diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Dalam bidang kesehatan Kecamatan Muntilan adalah salah satu kota yang sangat
memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya terutama dalam bidang kesehatan dan
kepuasan pelayanan BPJS kesehatan di kecamatan muntilan. Dengan itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap
Kualitas Pelayanan BPJS Kesehatan Di Kecamatan Muntilan. Penulis ingin mengetahui
sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat muntilan terhadap kualitas pelayanan publik,
yang dalam hal ini adalah pelayanan program BPJS Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KepuasanPelanggan
Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau sering disebut juga dengan total
customer satisfaction menurut Barkley dan Saylor ( 1994 : 82 ) merupakan fokus dari
proses Costumer-Driven Project Management (CPDM), bahkan dinyatakan pula bahwa
kepuasan pelanggan adalah kualitas. Begitu juga defenisi singkat tentang kualitas yang
dinyatakan oleh Juran ( 1995 : 3 ) bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan.
Menurut Kotler yang di kutip Tjiptono (1996:146) bahwa kepuasan pelanggan
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang
dirasakan dengan harapannya.Jadi, tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara
kinerja yang dirasakan dengan harapan.
Menurut Tse dan Wilson( 1988 ) dalam Tjiptono ( 2006 : 349 ) mendefenisikan
bahwa kepuasan/ ketidakpuasan pelanggan sebagai respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian yang dipersepsikan antara harapan awal sebelum pembelian (atau norma
kinerja/ lainnya) dan kinerja aktual produk yang dipersepsikan setelah pemakaian atau
konsumsi produk bersangkutan.
Dari defenisi defenisi tersebut dapat dilihat kesamaan bahwa kepuasan pelanggan
merupakan suatu perasaan atau penilaian emosional dari pelanggan atas penggunaan
produk barang atau jasa ketika harapan dan kebutuhan terpenuhi. Dengan kata lain, jika
konsumen merasa apa yang diperoleh lebih rendah dari yang diharapkan maka konsumen
tersebut tidak puas. Jika apa yang diperoleh konsumen melebihi apa yang diharapkan maka
konsumen akan puas, sedangkan ketika apa yang diperoleh sama dengan apa yang
diharapkan maka konsumen dalam keadaan netral atau merasa tidak puas dan puas.
Dalam mengevaluasi kepuasan terhadap produk, jasa, atau perusahan tertentu,
konsumen umumnya mengacu pada berbagai faktor atau dimensi. Faktor yang sering
digunakan dalam mengevaluasi kepuasan terhadap suatu produk (Tjiptono, 2005 : 225)
antara lain meliputi :
1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product)
yang dibeli, misalnya kecepatan, konsumen bahan bakar, jumlah penumpang yang
dapat diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi, dan sebagainya.
2. Ciri ciri keistimewaan tambah (features) yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap.
3. Keandalan (reliability) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau
gagal dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) yaitu sejauh mana
karakteristik desaindan operasi memenuhi standar standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
5. Daya tahan (durability) berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus
digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis
penggunaan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyaman, mudah diperbaikiserta
penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak hanya
sebatas sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan, tetapi juga selama
proses penjualan hingga purna jual, yang mencakup pelayanan reparasi dan
ketersediaan komponen yang dibutuhkan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, misalnya bentuk fisik yang
menarik, model/ desain, warna, dan sebagainnya.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk
serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
2.2 Konsep Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan suatu tingkatan dimana kebutuhan, keinginan,
dan harapan dari pelanggan dapat terpenuhi yang mengakibatkan terjadinya pembelian
ulang atau kesetiaan yang berlanjut. Faktor yang paling penting untuk menciptakan
kepuasan konsumen adalah kinerja dan kualitas dari layanan yang di berikan oleh
organisasi.
Produk jasa berkualitas mempunyai peranan penting untuk membentuk kepuasan
pelanggan. Semakin berkualitas produk dan jasa yang diberikan, maka kepuasan yang
dirasakan oleh pelanggan semakin tinggi. Bila kepuasan pelanggan semakin tinggi, maka
dapat menimbulkan keuntungan bagi badan usaha atau organisasi pemberi layanan
tersebut.
Tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan
dengan harapan. Dengan demikian, harapan pelanggan melatarbelakangi mengapa dua
orgnisasi pada jenis bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya.