Anda di halaman 1dari 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2

Ditulis oleh

resiliensi, dan produktivitas sumber daya alamnya. Kalimantan tengah memiliki 13 DAS yang
besar yang merupakan sumber ekologi yang terintergrasi satu dengan yang lainnya, namun
akibat aktivitas investasi di wilayah ini telah merubah bentang alam dengan merusak kawasan
hutan, danau dan wilayah resapan air digantikan lubang-lubang tambang dan tumbuhan
monokultur yang dipraktekan oleh industri yang dektruktif dan massif tersebut. Kekayaan alam
dikalimantan tengah ini justru menjadi bumerang karena wilayah ini dijadikan sumber bahan
baku berbasis komoditas untuk di eksploitasi sumberdaya alamnya sejak jaman kolonial
belanda. Pengerukan sumberdaya lam semakin massif sejak pemerintahan Suharto dima pada
era tahun 70 an pulau kalimnatn kalimantan telah di keruk habis terutama kayu log yang
berasal dari wilayah hutan dataran rendah hingga hutan hujan tropis di kawansa hulu di
pedalaman Kalimantan tengah telah di ekploitasi oleh puluhan perusahaan konglomersai
krooni Suharto untuk di ekport keluar negeri namun tidak menghasilkan apapun bagi
masyarakat di Kalimantan tengah.

Pergeseran pegerukan sumberdaya alam mulai erjadi pada era tahun 80-an dian mulai
menipisnya bahan kayu di kalimantan tengah yang menyisakan hutan sekunder yang
terdegradasi yang menjadi surga bagi para spekulan dengan menggunakan izin perkebunan
sawit untuk mengambil kayu dengan dalih IPK tanpa membangun kebun dengan serius.
Selanjutnya izin Kuasa Pertambangan khusunya batu bara bermunculan di berbagai wilyah
terutama di bagian utara kalteng yang di dukung oleh kebijakan otonomi daerah yang
memberikan kewengan kepada pejabat daerah untuk mengobral habis sumberdaya alamnya
melaui ijin konsensi untuk kepentingan politik dan menbangun kerajaan bersama kroni dan
keluarganya. Otonomi daerah yang di harapkan mapu untuk mendistribusika pembangunan
justru tidak menghasilkan perubahan apapun bahkan menambah penderitaan bagi masyarakat
di kalimantan tengah. Jumlah izin dan luasan meloncak tajam sejak tahun 2004 hingg tahun
2010 dimana penerbitan ijin konsensi dan izin rekomendasi ini berkaitan erat dengan
momentum pilkada baik di daerah maupun di provinsi Kalimantan tengah, Bahkan akibat
kerakusan tersebut terdapat dua wilayah yaitu Kabupaten Barito utara dan kabupaten Kapuas
telah mengeluarkan ijin melebihi dari luasan wilayah kabupaten tersebut. Lain lagi di Kabupaten
Seruyan untuk kepentingan politik dan menumpuk kekayaannya dan keluarganya telah
menerbitkan ijin untuk kroni-kroninya yang kemudian menjual ke salah satu holding perusahan
Malaysia yang kemudain di take offer oleh pihak perusahaan wilmar grup yang merupakan
salah satu pemain utama dalam bisnis industri sawait di dunia. Hal ini sudah dilaporkan ke
KPK karena unsur-unsur korupsi sudah melekat dalam modus pemberian ijin ini dimana dengan
kewenagannya sebagai Bupati Seruyan tersebut telah menerbitkan ijin untuk kepentingan
keluarganya yang tidak memiliki kapasitas untuk berbisnis dan proses perijinan yang di
keluarkan tidak prosedural mengakibatkan kerugian Negara yang merupakan unsur utama
dalam delik korupsi di sector kehutanan.

1 / 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2
Ditulis oleh

Kebijakan mereduksi emisi yang salah sasaran dan moratorium ijin yang tidak
menghentikan deforestasi

Di tengah kondisi kerusakan lingkungan hidup dan tingkat deforestasi yang tinggi akibat
konversi hutan untuk pertambangan dan perkebunan sawit, kalimantan tengah di tujuk oleh
presiden SBY pada akhir tahun 2010 sebagai provinsi percontohan yang merupakan bagian
dari perjanjian leter of inten (LOI) antara pemerintah indonesia dengan pemerintah kerajaan
Norwegia terkait dengan upaya penurunan gas ruma kaca dari sector deforestasi dan degradasi
hutan.

Situasi ini seolah menjadi angina segar untuk menyelamatkan hutan di Indonesia karena
pemerintah norwegia akan meberikan dana sebesar 10 miliyar US dan janji presiden SBY
untuk menurunkan angka emis sebsar 26 persen dengan upaya sendir dan 46 persen dengan
bisnis us usual (BAU) bantuan dari pihak lain. NAmuan sangat di sayangkan upya ini hanya
menjadi angsi seger yang hilang begitu saja karean tidak ada langkah kongkrit oleh pemerintah
indonesia termasuk di kalimantan tengah untuk menghentikan sumber utama deforestasi yaitu
konversi hutan dan gambut yang dilakuakn oleh perkebunan kelapa sawit dan pertambangan
serta HPH/HTI. Secara global mekanisme yang di dorong lebih mengarah pada upaya
pengalihan tanggun jawab negara maju yang tergolong pada Negara annex 1 serta pada
prakteknya didominasi upaya makelar karbon untuk memperdagangkan carbon yang berasal
dari hutan yang ada di kalimantan tengah dengan mekanisme pasar yang di balut dengan
bisnis konservasi yang di jalankan oleh lembaga konservasi international dan para konsultan
lintas negara.

Upaya lainnya adalah terbitnya inpres Nomor 10 tahun 2011 tentang penundaan pemberian izin
baru dan penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut yang juga
merupakan salah satu langkah dalam upaya menurunkan deforestasi dan degadasi hutan.
Pada kenyataannnya inpres ini hanya merupakan lips service karena banyak sekali
kelemahan yang menyertai kebijakan moratorium ini. Inpres ini dari status hukumnya sangat
lemah karena hanya merupakan instruksi presiden yang tidak masuk dalam struktur
perundang-undangan di indonesia sehingga tidak memiliki konswekensi hokum yang tegas dan
mengikat. Disi lain istilah hutan alam primer tidak ada dalam istilah hokum di indonesai
sehingga inpres ini cacat hukum dan juga mengaburkan objek moratorium tersebut, sementara
objek moratorium yang ada justru merupakan hutan lindung yang sudah dilindungi melalui
kebijakan yang lebih tinggi.

2 / 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2
Ditulis oleh

Yang paling penting dan mengkwatirkan adalah pengecualian dalam inpres ini dimana wilayah
yang dilindungai adalah perijinan yang sudah di terbitkan dan mendapat persetujuan prinsip
dari mentri tidak termasuk dalam area moratorium sehingga kebijakn ini akan lebih
mempercepat pengahcuran hutan yang ada luar objek tersebut dimana perijian di Kalimantan
tengah pada tahun 2010 sudah mencapai 12, 8 juta hektar yang akan sangat besar melakukan
konversi hutan yang akan mengakibatkan pelepasan emisi yang lebih besar dari wilyah-wilayah
yang masuk dalam objek moratorium tersebut, smentara didalam objek moratorium yang
merupakan hutan primer dan kawasa gambut tersebut sudah terdapat 118 ijin perkebunan
sawit seluas 1,4 juta hektar dan 28 ijin pertambangan seluas 205, 854 hektar sianya merupaka
kawasan hutan lindung dan Taman Nansioanal Sebangau dan TN. Tanjung Puting.

Kebijakan REDD di Kalteng juga sudah banyak menimbulkan penolakan dari masyarakat adat
dan menimbulkan konflik baru. Hal ini disebabkan banyak proyek demonstrasi REDD tanpa
melibatkan masayrakat dan patsipasi yang aktif dari masayrakt di sekitarnya. Salah satunya
adalah proyek Kalimantan Forest Patnership (KFCP) yang merupakan bentuk kerja sama
antara pemerintah Australia dan indonesia dengan komitmen dana sebesar 70 Juta Dollas
Australia hanya bisa melakukan penanaman seluas 50 hektar di wilayah eks PLG. Kawasan
yang menjadi proyek KFCP merupakan wilayah eks PLG yang merupakan dosa kebijakan orde
baru dan menyisakan konflik dan kerusakan lingkungan dimana KFCP mencoba menjadikan
wilayah seluas 120.000 Ha di wilayah Blok E eks PLG sebagai demontrasi activity untuk
REDD. Pada kenyataanya wilayah ini tanpa proyek tersebut tidak akan rusak karena banyak
inisiatif masyrakat di sekitar kawasan tersebut masih memiliki kearifan tradisional dalam
mengelola wilayah tersebut. Yang mengancm justru isin 23 buah perkebunan sawit seluas
360.000 ha yang kan merusak wilayah gambut di kawasa eks PLG tersebut. Proyek justru
menjadi wilayah yang akan menutup akses masyarakat dan menjauhkan masyarakat dari hutan
dan gambut yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka. Selain itu proyek ini tidak
dilakukan melalui prinsip FPIC (free prior infor consent) yang merupakan standar utama untuk
melindungi masyarakat dan melakukan konsultasi dan persetujuan tanpa kasaan terhadap
proyek tersebut, akibatnya konflik di tingkat masyarakat mulai muncul karena pendekatan
ekonomi dan janji akan mendapatkan keuntungan finasial merupakan metode penaklukan yang
dilakukan oleh pelaksana proyek yang d sponsori oleh lembaga konservasi international yang
memiliki jejak buruk di kawasan ini. Disisi lain kebijakan volunteri market sudah bermunculan di
kalimantan tengah dengan bentuk ijin IUPHK- Restorasi Ekosistem yang di motori oleh
perusahaan PT. Rimba Makmur Utama di Katingan dan PT. Rimba Raya Conservation di
Seruyan yang di sponsori oleh Gazprom Rusia (Shell rusia) [1] yang merupakan perusahaan
multi nasioanal yang bergerak di bidang energy yang merupakan salah satu biang perusak
lingkungan akibat eksploitasi energy yang mereka lakukan di berbagai belahan dunia
mengakibatkan kerusakan lingkungan dan pelangggan HAM.

Okupasi kawasan hutan secara ilegal yang merugikan negara namun tidak pernah
tersentuh hukum

3 / 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2
Ditulis oleh

Masalah utama yang uadah menjadi rahasia umum adalah prilakuaku korupsi dan
pelanggaran hokum yang dilakuka oleh pejabat daerah tanap ada upaya pengakan hokum oleh
aparat penegak hukum. Carut marutnya RTRWP kalteng adalah salah satu uaya pelemahan
intrumen hokum yang coab di terapkan oleh pegusaha dan pejabat daerah dlam menafaatkan
dualise pengunaan kawasan di kalimnat tengah. Pelanggaran hokum yang dilakukan
seolah-olah manjdi keterlajuran dan keslahan adminitarsi yang dilakukan oleh pejabat daerah
smentara perushaan medapatkan keuntungan dengan tersu mengkonversia hutan dan
menduakai kawasa hutan secra illegal tanpa ijin pelapasan kawasa hutan dan membayar pajak
atas penggunaan tanah dan menghilangakan potensi pendapatan Negara dari tegakan kayu,
dan pajak PSDH/ DR yang snagat besar.

Dari seluruh proses perijinan dikalimatan tengah banyak sekali pelanggaran terhadap UU
Kehutanan No 41 Tentang Kehutanan Tahun 1999 dimana perijain tersebut banyak berada di
kawasan hutan secara illegal karena belum memenuhi prosedural perijinan yang berlaku.
Pelanggaran perijinan untuk perkebunan besar sawit (PBS) dari 352 ijin hanya terdapat 68 Ijin
PBS yang sudah memiliki ijin pelepasan kawasan hutan dari mentri kehutanan.

Sementara untuk pertambangan dari 630 ijin KP, 15 ijin PKP2B dan 5 ijin KK hanya 178 ijin
yang di nyatakan clear and clean oleh kementrian ESDM [2] . Sementara perijinan dalam
kawasan hutan terdapat 35 perusahaan yang sudah secara legal dimana status perijinannya
terdiri dari 11 unit ijin yang sudah mendapatkan surat persetujuan pengunaan kawasan hutan
dari Dirjen Badan Planologi Kehutanan dan 14 Unit surat persetujuan prinsip pinjam pakai
kawasan hutan dari kementrian kehutanan dan 14 unit yang sudah mendapatkan surat
keputusan pinjam pakai kawasan hutan dari mentri kehutanan.
[3]

Semnatar dari temuan pokja dari kementrain kuhtanan dan satgas mafi hokum terdapat 9
perushaan tambang yang beroperasi di kawasan hutan lindung di kalimantan tengah dan
terdapat 54 (lima puluh empat) kasus perusahaan perkebunan, seluas 623.001 ha telah aktif
membuka kebun di kawasan hutan tanpa ijin pelepasan kawasan hutan dari Menetri
Kehutanan, yang tersebar di 10 kabupaten di kalimanta tengah.

4 / 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2
Ditulis oleh

Namun sayangnya temuan ini tidak pernah ditindaklanjuti dengan upaya penegakan hukum
dengan menyeret para pejabat daerah dan perusahaan ke pengadilan. Hal ini menunjukan
bahwa pemerintah dan aparat penegak hokum sebagai pelaksana dan penjaga
undang-undang sudah tidak mampu lagi menjalankan mandatnya untuk menertibkan
pelaggaran oleh para investor justru terindikasi hanya dijadikan alat negosiasi politik untuk
mendapatkan keuntungan dari situasi yang terjadi.

Dari segi kerugian negara akibat dari pelanggaran kawasan hutan yang tidak procedural
tersebut terdapat beberapa temuan yang sudah di ungkapkan ke publik antara lain adalah
temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap tujuh perusahaan swasta nasional di
Kalimantan Tengah diduga telah merugikan negara sebesar Rp 111,3 miliar dan US$ 453 ribu.
Kerugian ini ditimbulkan dari dana reboisasi dan iuran hasil hutan [4] . Sementara temuan
Kementrian Kehutanan menyebutkan terdapat 282 perusahaan kebun dengan luas 3,8 juta
hektare dan 629 perusahaan tambang dengan luas 3,5 juta hektar dengan kerugian Negara
sebesar Rp. 158,5 Triliun
[5]
.

Kerusakan lingkungn dan bencana ekologi semakin terpuruk atas praktek kotor
korporasi dan lemahnya penegakan hokum.

Prilaku investasi yang tidak memiliki sensifitas atas keberlangsungan lingkungan


mengakibatkan ancaman serius bagi wilayah ekologi genting yang berfungsi sebagai
penyangga kehidupan, merupakan wilayah resapan air yang berfungsi hidrologis, penahan air,
penyedia unsur hara, rumah bagi keragaman hayati, dan keseimbangan suhu juga merupakan
penjamin sumber pangan, air bersih, maupun energi bagi masyarakat secara berkelanjutan.

Setelah tahun 2010 dimana kawasan ekologi penting yag teracam oleh ekploisai sumberdaya
alam sepertai kawasan danau sembulu yang merupakan wilayah tata air di kawasan DAS
Seruyan dan sekitarnya dan tempat bermukim ribuan penduduk dari 7 desa yang

5 / 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2
Ditulis oleh

mengandalkan penghidupan dari danau tersebut yang telah dikelilingi oleh sawit hingga ke
pinggir-pinggir danau dan terancam limbah pabrik akibat pembangunan pabrik di dekat danau.
Sementara di kawasan eks PLG yang merupakan wilayah koservasi dan rehabilitasi gambut
yang hancur oleh pembukaan proyek PLG saat ini terancam oleh 23 ijin perkebunan sawit
dan 10 ijin konsensi pertambangan. Di wilayah kotawaringin timur kawasan perlindungan
seperti bukit santuai, santiung dan santilik telah di gunduli untuk perkebunan sawit, sementara
sebagian wilayah timur Taman Nasional Tanjung Putting sudah dicaplok dan beralih fungsi
menjadi perkebunan sawit milik PT.KUCC. Di Barito Selatan wilayah pemukiman dan
pemakaman suku Dayak Bawo yang memiliki karakteristik budaya yang unik saat ini sudah
terancam oleh pertambangan dan HPH yang mengusur ruang-ruang kelola dan wilayah sakral
suku Dayak Bawo. Di wilayah Murung Raya yang merupakan kawasan resapan air bagi jutaan
penduduk yang hidup di sepanjang DAS Barito telah di berikan ijin konsensi ke perusaahan
multi nasional asal Australia yaitu BHP. Biliton yang memiliki catatan sejarah kelam
pengelolaan lingkungan di wilayah pertambangnya di seluruh dunia.

Sepanjang tahun 2010- hingga 2011 banyak pengelolaan pabrik yang tidak sesuai dengan UKL
/ UPL juga menjadi bencana bagi ekositem air dan masyarakat seperti pencemaran PT. Agro
Indomas yang di temukan langsung membuang IPAL nya ke sungai Rungau dan Rambania,
PT. Bumi Hutan Lestari yang mencemari sungai Bumban, PT. Mustika Sembuluh yang masih
memiliki persoalaan pencemaran di sungai sampit yang masih ditemukan kebocoran pada
pengeloalaan IPAL nya. Di kabupaten Kotawaringin timur PT. Swadaya Sapta Putra yang
mengancam penduduk Desa Padas dan Desa Bajarau di wilayah kecamatan Parenggean,
meluapnya kolam limbah penampungan milik perusahaan Indo Muro Kencana pada akhir bulan
desember 2010 yang mencemari sungai Barito mengakibatkan banyak ikan yang mati
merupakan contoh pengelolaan lingkungan dan manajemen pematauaan yang tidak
berkelanjutan. Pada bulan november 2011 PT.Kalimantan Sawit Kusuma (KSK) mengakui
adanya pencemaran limbah dari pabrik yang membuat ribuan ikan mati di daerah bantaran
Sungai Mapam seperti, Desa Balai Riam, Jihing, dan Air Dua Di Kabupeten Sukamara.
SemnataraDi sesa buhut jaya kecamatan kapus tengah terjadi pencemara limbah batu bara
oleh perusahaan tambang PT Talen Orbit Prima (TOP).

Dalam penilaian program pengeloalan lingkungan hidup yang dilakukan oleh kementrian
lingkungan hidup di kalimantan tengah terdapat 8 perusahaan yang bermasalah dari 23
perusahaan yang di nilai. Ada 7 perusahaan yang terancam dicabut izinnya atau Drop Out (DO)
lantaran mendapat rapor merah yaitu PT Katingan Indah Utama, PT Sinar Alam Permai, PT
Sarana Prima Multiniaga, PT Tunas Agro Subur Kencana, PT Sapta Karya Damai (Asam Jawa
Group), PT Indomuro Kencana dan PT Marunda Graha Mineral. Dan satu perusahaan
mendapatkan raport hitam, yakni PT Bangkit Giat Usaha Mandiri menujukan bahwa mekanisme
pengeloalan lingkungan yang sangat jelek di kaimantan tengah.Selain itu banyaknya
pencemaran yang dilakukan oleh jutaan hektar tambang yang tidak melakukan reklamasi dan
revegetasi bekas lubang tambang telah menyisakan ribuan kubik air yang terendam bercampur
limbah kimia yang sewaktu-waktu mengancam sumber air bersih dan penduduk yang

6 / 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2
Ditulis oleh

mengandalkan sungai sebagai urat nadi kehidupanya.

Akibat dari pengelolaan lingkungan hidup yang tidak berkelanjutan tersebut kalimantan tengah
menjadi wilayah rentan bencana ekologi seperti banjir dan kebakaran hutan akibat deforestasi
hutan dan degradasi fungsi lingkungan. Di tahun 2010 bencana banjir merendam hampir di
semua wilayah di Kalimantan tengah dan merendam rumah ribuan penduduk terutama wilayah
potensi banjir seperti di Sungai Barito, di mana wilayah-wilayah yang menjadi lokasi yang parah
adalah kota Muara Teweh, Malungai, Buntok, Mengaktip, bahkan kota Puruk Cahu yang
merupakan wilayah hulu dan bertipologi dataran tinggi tidak terlepas dari terjangan banjir.

Di sungai Kapuas wilayah yang terkena banjir meliputi wilayah kecamatan Kapuas hulu dan
Kapuas tengah. Di sungai Kahayan wilayah yang menjadi wilayah banjir adalah Bahaur, Pulang
pisau, Palangkaraya khusunya wilayah Mendawai, Bereng bengkel dan Tundai. Kota Kuala
Kurun ibukota Kabupaten Gunung Mas yang sebelumnya jarang terendam banjir tidak terlepas
dari bencana banjir terutama di dua Kecamatan yaitu Tewah dan Kecamatan Kurun merupakan
wilayah terparah terendam banjir. Wilayah sungai Mentaya yang paling parah mengalami
kebanjiran seperti wilayah Kecamatan Perenggean, Cempaga hulu, Kuala Kuayan hingga ke
Antang Kalang dan sekitarnya yang merupakan wilayah hulu sungai Mentaya. Lokasi yang
terparah adalah desa Rubung Buyung, Desa Pundu, Kuala Kuayan. DAS Katingan seperti
Tumbang Samba, Kasongan dan Mendawai. Di DAS Seruyan sedikitnya 4 desa terendam
banjir termasuk di Kuala Pembuang ibukota Kabupaten Seruyan tidak terlepas dari rendaman
banjir.

Apabila melihat ekskalasi dan lamanya bencana banjir yang terjadi di berbagai lokasi di
kalimantan tengah sepanjang tahun 2010 ini menunjukan korelasi yang sangat erat dengan
wilayah tekananan eksploitasi sumber daya alamnya yang sangat tinggi terutama DAS Barito
karena banyaknya eksploitasi tambang, HPH dan konversi hutan untuk perkebunan sawit. DAS
Kahayan akibat penambangan emas di wilayah hulu, konversi hutan untuk sawit dan HTI, DAS
Katingan, DAS Mentaya dan DAS Seruyan merupakan wilayah yang menjadi wilayah
kosentrasi perijinan perkebunan sawit dan tambang.

Seluruh takanan eksploitasi yang menghancurkan hutan, fungsi hidrologi dan pengelolaan
lingkungan yang menggunakan bahan kimia ini akan berpengaruh pada wilayah resapan air
dan kualitas air yang mengairi seluruh DAS di kalimantan tengah. Selain bencana banjir hal ini
mengancam penduduk kalimantan tengah untuk memperoleh kualitas air bersih karena tingkat
kekeruhan dan kualitasa air yang terpangararuh oleh rusaknya hidrologi akibat deforestasi
hutan serta limbah domestik dan kimia dari pabrik pengolahan CPO, jutaan kubik racun
pestisida dan pupuk, mercuri (HG) dan limbah ikutan yang kesemuanya akhirnya akan

7 / 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2
Ditulis oleh

berunjung dan mengairi sungai di kalimantan tengah dan mengancam jutaan penduduk yang
bermukim di sepanjang DAS dan mengandalkan sungai sebagai sumber penghidupan mereka.

Pada sepanjang tahun 2011 kebakaran hutan menjadi salah satu santapan bencana ekologi
yang terjadi di kalimantan tengah dimana titik api mencapai hingga 589 titik api pada periode
juni-september 2011 yang tersebar di wilayah kalimantan tengah terutama kabupaten Kapuas,
Pulang Pisau, Kota Palangkaraya, Kotawaringin timur dan Seruyan yang merupakan wilayah
gambut yang terdegadasi dan kantong-kantong sebaran izin perkebunan sawit. Dari
pemnatauan meluai satsiaun BMG kalteng, Tingkat Indeks standar pencemaran udara (ISPU)
sudah tidak sehat dengan batas ISPU antara 101-199 terjadi di bulan September 2011. Hal ini
juga meningkatkan kasus penderita penyekit Infeksi Saluaran Pernapasan Akut (ISPA) di
kalteng terutama di 3 Kabupaten Kotim, Kobar dan Kapuas. Selain itu akibat kebakaran hutan
ini juga mengakibatkan kabut asap yang sempat menggangu penerbangan terutama jadwal
penerbangan pada pagi hari di bandara Tjilik Riwut Palangkaraya.

Rakyat kecil menjadi korban kriminalisasi untuk memperjuangkan hak kontitusi atas
tanah yang di rampas oleh perusahaan

Ditengah ketidak adilan distribusi sumberdaya alam dan agraria yang terjadi di kalimantan
tengah, pihak yang paling di rugikan dan menjadi korban adalah masyarakat yang mencoba
memperjuangkan hak-hak kontitusinya utuk mempertahan hak tanah yang di rampas oleh
investasi. Masyarakat yang berjuang dan melakukan upaya perlawanan justru di jadikan korban
dan di kriminalisasi oleh aparat kepolisian bahkan sudah 8 orang yang di vonis bersalah oleh
pengadilan padahal mereka sedang memperjuangkan hak katas tanahnya.

Hal ini menunjukan bahwa aparat penegak hukum di mulai dari kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan sudah menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan (setali tiga uang ) dalam
menjerat masyarakat yang sedang melakukan perjuangnanya. Pasca di cabutnya pasal 21 dan
46 UU perkebunan oleh mahkamah konstitusi pada bulan september tahun 2011 bukan berarti
bahwa masyarakat langsung bisa terhindar dari upaya kriminalisasi. Aparat kepolisian dengan
cerdiknya masih menggunakan pasal KUHP untuk menjerat masyarakat. Salah satunya
adalah kasus kriminalisasi aparat desa biru maju yang sedang memperjuangkan tanah
transmigrasi yang di rampas oleh PT. Buana Artha Sejahtera ( Sinarmas Grup ) yang justru
belum memiliki legalitas secara hokum atas perijiananya karean belum meliki ijin pelpasan

8 / 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2
Ditulis oleh

kawasan hutan dan belum memiliki HGU. Setelah kepala desa Purnomo dijebloskan kepenjara
dan di vonis 8 bulan penjara, giliran sekertaris desanya Bapak Mulyani Handoyo di tangkap
secara tidak prosedural. Pada awalnya Bapak Mulyani Handoyo langsung ditetapkan sebagai
tersangka dengan pasal 47 ayat (1) Jo pasal 21 UU Perkebunan tanpa ada bukti pendukung
yang kuat oleh pihak polres kotawaringin timur. Dalam perkembangannya pasca di cabutnya
pasal tersebut dengan mudahnya pihak kepolisian mangganti pasal yang bekerja sama dengan
pihak kejaksaan dengan pasal 362 KUHP tentang pidana pencurian tana melui proses
penyidkan yang bru namun memaksakan mengunakan satu berita acara pemeriksaan (BAP)
yang sama. Hal ini menunjukan bahwa kasus kriminalisasi ini merupakan pesanan dari pihak
perusahaan dalam rangka menundukan perlawanan masyarakat biru maju yang sedang
meperjungkan hak atas tanahnya. Padahal sebelumnya masyarakat Biru Maju sudah
melaporkan perampasan tanah yang di lakukan oleh perusahaan PT. BAS kepada pihak
kepolisan namun tidak ada tindakan hukum yang dilakukan oleh parat kepolisian.

Melihat kondisi ini perjuangan atas tanah masih akan mejadi jalan terjal untuk meperoleh
keadilan diaman buruh konsolidasi yang kuat dan terus menerus oleh masyarakat untuk
mendapatkan keadilan dan bebas dari ancaman perampasan tanah di Kalimantan tengah.
Sementara kebijakan Pergub 13 Tahun 2009 tentang tanah adat masih jauh dari harapan
untuk melindungi tanah-tanah adat dari ancaman perampasan tanah oleh invetasi sawit dan
pertambangan karena struktur adat yang ada sudah sangat rapuh dan dihancurkan oleh
kekuasaan sejak jaman orde baru dan penetrasi modal yang mengajarkan tentang
pragmatisme dan individualistik di tingkat masyarakat adat. Solidaritas dan kolektvitas yang
merupakan roh komunal masyarakat adat sudah sulit di konsolidasikan karena kepentingan
politik dan elit masyarakat yang telah mencerai beraikan persatuan budaya dan hukum adat.
Hal yang paling hakiki bagi masyarakat adat tentang wilayah dan tanah adatnya (unsetral
domain) sudah di kaburkan dan di kangkangi oleh struktur organisasi dan kewilayahan
adminstrasi negara sehingga kedaulatan atas tanah tidak akan pernah terwujud tanpa ada
perjuangan yang datang dari masyarakat adat untuk memastikan pengakuan yang tulus atas
wilayah adat sebagai sumber penghidupannnya.

Prediksi kerusakan lingkungan tinggi dan konflik yang tinggi atas praktek keruk habis
dan konversi hutan serta kebijakan PP Nomor 32 tahun 2011 tentang MP3EI.

Kerusakan lingkungan dan bencana ekologi akan masih terus mengancam dikalimantan
tengah karena ijin konsensi yang ada telah mengusai 78 % dari total wilyah kalteng diluar
taman nasioanal dan hutan linduang yang tidak bisa di akses oleh masayarakat. Ijin konsesni
tersebut merupakan ancaman seriuas bagi kebrlajutan lingkungan dikalimanta tengah karena
model keruk habis sumberdaya alam meluai metode konversi hutan seperti perkebunan sawit
yang monokultur dan membutuhkan lahan yang luas akan menghancurkan bentang alam dan
kubah gambut di kalimantan tengah begitu pun juga praktek pertambangan dengan metode

9 / 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2
Ditulis oleh

tambang terbuka (open pit ) yang terkosentarsi di wilayah tagkapan air di daerah hulu pulau
Kalimantan yang merupakan kawasan ekologi penting dan sumber penghidupan dan mata air
bagi beberap DAS di Kalimantan tengah. Prediksi kedepan bencana ekoalogi dan keruskan
lingkunagn seperati kebakaran hutan dan gambut, bencana banjir dan pencemaran lingkungan
oleh limbah-limbah pabrik terutama wilayah danau dan sungai-sungai dikalimantan tengah.

Sementara konflik social akan terus menerus terjadi karena pengusaan lahan yang di berikan
ijin oleh pejabat daerah yang sudah menguasai hampir setiap wilayah kelola masyarakat di
kalimantan tengah. Konfik lahan akan meningkat seiring dengan pembukaan lahan oleh
perkebunan dan pertambangan yang merampas tanah-tanah masyarakat lokal / adat. Perda
tentang masyarakat adat belum bisa menjamin atas perlindungan hak-hak adat karena
lemanhnya infrastuktur organisasi dan kapsiats pengurus adat dan semakin tergerusnya
budaya komunal akaibat penetrasi modal yang menghancurkan sendi-sendi kehidupan
masyarakat adat di kalimantan tengah. Disisi lain UU pengadaan tanah yang merupakan
pesanan investasi dan pihak asing menjadi ancaman serius karena tanah adat dan wilayah
kelola masyarakat akan terancam digusur dan di rampas atas nama investasi dan kepentingan
umum.

Salah satu kebijakan yang paling berbahaya adalah kebijakan Peraturan Presiden Nomor 32
tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembagunan Ekonomi Indonesai
(MP3EI) dimana Kalimantan di jadikan koridor ekonomi sebagia pusat Produksi dan
pengembangan hasil tambang dan lumbung energi nasional menjadinacaman serius bagi
keberlajutan lingkungan dan keruskan ekologi serta permepasan tanah bagi masayrakat di
kalimant tenrmasuk di kalimanta tengah. Dalam kebijakan tersebut kalimantan di gelontorkan
dana yang sangat besar senilai 128 triliun untuk membangun infrastuktur jalan, pelabuhan
dan rel kereta api yang semuanya bertujuan untuk mempermudah arus angkutan sumberadaya
alam dan mempercepat ekploitasi dan pengerukan kekayan alam di Kalimantan. Trend
kedepan dimana prediksi cadangan batu bara di kaltim dan kalsel yang akan habis 20-30 tahun
tahun kedepan, sehingga pengerukan akan di arahkan ke kalimantan tengah dan Kalimantan
barat dimana cekungan melawi yang kaya akan sumberdaya alam dan mineral akan di
persiapkan untuk di eksploitasi.

Kondisi ini sudah di persiapkan oleh perusahaan multi nasioanal seperti BHP Biliton yang
mengusai 7 konsensi seluas 362.733 ha (PKP2B) di Kabupaten Murung Raya dan PT.
Kalimantan Surya Kencana seluas 120.900 ha (Kontrak Karya) di kabupaten gunung mas,
katingan dan murung raya yang merupakan anak perusahaan Kalimantan Gold Corporation.
Ltd sudah sudah melakukan kongsi dengan Freeeport Mc Moran-Exploration. Ltd yang akan
mengusai 75 % saham setelah menginvestasikan US$7 juta. [6] Selain dua raksasa tersebut
juga di kabupaten Lamandau ada ijin miliki PT. Kalimantan Mineral Eskpolration seluas
290.100 ha yang merupakan anak perusahaan Rio Tinto.Ltd.

10 / 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2
Ditulis oleh

Di wilayah Kabupaten kapuas di bekas kawasan eks PLG terdapat persahaan asing yang siap
mengeksploitasi wilayah ini untuk energi gas metana batubara (CBM) oleh 3 perusahaan
dibawah bendera perushaan muti nasional British Proteleum dari inggris. Perusahaan tersebut
antar lain Konsorsium PT Transasia CBB-BP Kapuas I Limited, Konsorsium PT Kapuas CBM
Indonesia-BP Kapuas II Limited dan Konsorsium PT Gas Methan Utama-BP Kapuas III Limited.
Ketiga konsoroium perushaan ini adalah bagian dari 14 kontrak kerja sama (KKS) baru yang di
tandatangai oleh pemerintah Indonesia melalui kementrian ESDM dengan komitmen investasi
mencapai US$ 68,95 juta dan bonus tanda tangan USD 16,9 juta. KKS baru itu terdiri dari 9
KKS gas metana batu bara (CBM) dan 5 KKS WK migas [7] .

Sebagai upaya kamuflase di sekitar wilayah konsensi tersebut telah di jadikan jualan bisnis
konservasi yang dikuasi oleh NGO International yang juga bertujun untuk mangamankan
cadangan energi kedepan dengan dalih perlindungan lingkungan dan kawasan lindung yang di
bungkus dengan kebijakan green ekonomi.

Kenyataan tersebut mengambarkan bahwa pengerukan sumberdaya alam dan pengusuran


ruang sebagai sumber penghidupan rakyat akan semakin massif terjadi kedepan di kalimanta
tengah. Kepentingan investasi asing yang didukung oleh kebijakan pemerintah yang sudah
terbeli oleh kekuatan modal tidak bisa lagi dijadikan harapan untuk memperjuangkan
kepentingan rakyat dalam pencapaian kesejahteraan sebagai mana mandat undang-undang
dasar pasal 33 dimana bumi, air dan kekayaan alam dikuasai oleh negara untuk sepenuhnya
kesejahteraan rakyat..

Tidak ada cara selain terus bersuara dan melakukan perlawanan atas kebijakan yang tidak
ramah lingkungan dan mengancam ruang hidup rakyat dengan terus menerus
mengkonslidasikan diri bersama masyarakat adat/ lokal, buruh tani dan kaum miskin kota
lainya sebagai bagian terbesar dari populasi di indonesia untuk melawan segelintir orang yang
rakus yang telah menguasai dan menghisap tenaga produksi dan merampas tanah-tanah yang
ada di kalimantan tengah.

###

11 / 12

Catatan Akhir Tahun Kondisi Lingkungan Hidup Dan Sumbera Daya Alam di Kalimantan Tengah Tahun 2
Ditulis oleh

[1] http://af.reuters.com/article/energyOilNews/idAFSGE67N0D920100824?sp=true

[2] kementrian ESDM 2011

[3] kementraian kehutanan 2011

[4] Laporan Audit BPK dari hasil pemeriksaan semester II tahun anggran 2008 atas menjeman
hutan yang terkait dngn kegitan inventaris hutankawasa hutan, mitigasi perubahn iklim dan
perizinan pemanfatan hutan dan pengunaan kawasa hutan.

[5] http://metrotvnews.com/read/news/2011/06/14/54699/Alih-Fungsi-Hutan-di-Kalimantan-Ru
gikan-Negara-Rp240-5-Triliun

[6] http://www.kalimantan.com/s/PressReleases.asp?ReportID=465456&_Title=Kalimanta
n-Gold-Appoints-Commissioner-to-Subsidiary
, http://www.bisnis.com/articles/kongsi-kalim
antan-gold-and-freeport-terbentuk

[7]
http://www.esdm.go.id/siaran-pers/55-siaran-pers/4330-penandatanganan-kontrak-kerja-samamigas-tahun-2011.html?tmpl=component&print=1&page=

12 / 12

Anda mungkin juga menyukai