REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 17 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN PELAKSANAAN
PENANAMAN MODAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
2012
tentang
Pedoman
dan
Tata
Cara
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
Pedoman
dan
Tata
Cara
Pengendalian
Mengingat . . .
-2-
Mengingat
: 1.
133,
Tambahan
Lembaran
Negara
Nomor
(Lembaran
10
Tahun
Negara
1995
Republik
tentang
Indonesia
Negara
93,
Republik
Tambahan
Indonesia
Lembaran
Tahun
Negara
2006
Republik
Nomor
36
Tahun
2000
tentang
Nomor
Perdagangan
Bebas
Tahun
dan
2000
tentang
Pelabuhan
Bebas
Kawasan
menjadi
Negara
130,
Republik
Tambahan
Indonesia
Lembaran
Tahun
Negara
2007
Republik
Nomor
37
Tahun
2000
tentang
Nomor
Perdagangan
Bebas
Tahun
dan
2000
tentang
Pelabuhan
Bebas
Kawasan
Sabang
-3-
5. Undang-Undang
Nomor
13
Tahun
2003
tentang
Nomor
31
Tahun
2004
tentang
Nomor
25
Tahun
2007
tentang
Nomor
40
Tahun
2007
tentang
Nomor
11
Tahun
2008
tentang
Nomor
Informasi
14
Tahun
Publik
2008
tentang
(Lembaran
Negara
12. Undang-Undang . . .
-4-
Nomor
25
Tahun
2009
tentang
Nomor
dan
32
Tahun
Pengelolaan
2009
tentang
Lingkungan
Hidup
Nomor
(Lembaran
Tahun
Negara
2014
Republik
tentang
Indonesia
Nomor
(Lembaran
Tahun
Negara
2014
Republik
tentang
Indonesia
Nomor
Daerah
23
Tahun
(Lembaran
2014
Negara
tentang
Republik
58,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
19. Peraturan . . .
-5-
dan
Pemerintahan
Pengawasan
Daerah
Penyelenggaraan
(Lembaran
Negara
Republik
kepada
Masyarakat
(Lembaran
Negara
Nomor
4757)
sebagaimana
telah
diubah
24. Peraturan . . .
-6-
Republik
Indonesia
Tahun
2011
Nomor
2,
30. Peraturan . . .
-7-
Ekonomi
Khusus
Sei
Mangkei
(Lembaran
Ekonomi
Khusus
Palu
(Lembaran
Negara
-8-
Ekonomi
Khusus
Maloy
Batuta
Trans
Pelayanan
Terpadu
Satu
Pintu
dan
Pengembangan
Bahan
Industri
Untuk
Dalam
Pembangunan
Rangka
atau
Penanaman
45. Keputusan . . .
-9-
Dalam
Menteri
Perdagangan
Nomor
27/M-
(API)
sebagaimana
telah
diubah
dengan
Pejabat
Ruang/Kepala
Badan
Kementerian
Pertanahan
Agraria
dan
Nasional
Tata
untuk
51. Peraturan . . .
- 10 -
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
Kepala Badan
Menteri
Perdagangan
Nomor
96/M-
P.97/MENHUT-II/2014
tentang
Pendelegasian
Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal
57. Peraturan . . .
- 11 -
57. Peraturan
Menteri
IND/PER/12/2014
Perindustrian
tentang
Nomor
Pendelegasian
122/MWewenang
Menteri
KP.340/12/2014
Pertanian
tentang
Nomor
Pendelegasian
1312/Kpts/
Wewenang
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
64. Peraturan . . .
- 12 -
pelaksanaan
pelayanan
terpadu
satu
pintu
Penanaman
Modal
Di
Bidang-Bidang
Usaha
Negeri
Yang
Diberikan
Fasilitas
Pajak
Penghasilan;
68. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
159/PMK.010/2015
tentang
Pemberian
Fasilitas
- 13 -
2014
tentang Pelimpahan
Wewenang
2014
tentang Pelimpahan
Wewenang
Wewenang
Kawasan
Ekonomi
Khusus
Tanjung
Lesung;
75. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 2 Tahun
Wewenang
Kawasan
Ekonomi
Khusus
Tanjung
Lesung;
76. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Cara
Permohonan Izin Prinsip Penanaman Modal;
77. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Cara
Permohonan Perizinan dan Nonperizinan Penanaman
Modal;
78. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Cara
Pelayanan Fasiltas Penanaman Modal;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN
MODAL TENTANG
PEDOMAN
DAN
TATA
CARA
PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL.
BAB I . . .
- 14 -
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala ini yang dimaksud dengan:
1. Penanaman
Modal
adalah
segala
bentuk
kegiatan
Modal
Dalam
Negeri
yang
selanjutnya
Indonesia,
Indonesia,
badan
atau
usaha
daerah
Indonesia,
yang
negara
melakukan
7. Perizinan . . .
- 15 -
7. Perizinan
adalah
melakukan
segala
bentuk
persetujuan
Penanaman
Modal
yang
oleh Pemerintah
Pusat,
Pemerintah
untuk
dikeluarkan
Daerah,
Badan
Prinsip
Perluasan
Penanaman
Modal,
yang
Prinsip
Perubahan
Penanaman
Modal,
yang
selanjutnya disebut
Izin Prinsip
Penggabungan
- 16 -
untuk
izin
memulai
yang
wajib
pelaksanaan
dimiliki
kegiatan
perusahaan
untuk
Usaha yang
memulai
wajib
pelaksanaan
dimiliki
kegiatan
perluasan
usaha, khusus
untuk
sektor
industri.
17. Izin Usaha Perubahan adalah izin yang wajib dimiliki
perusahaan, dalam rangka legalisasi terhadap perubahan
realisasi
Penanaman
Modal
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya.
18. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan adalah izin yang
wajib dimiliki perusahaan hasil penggabungan dalam
rangka memulai pelaksanaan kegiatan produksi/operasi
untuk menghasilkan barang atau jasa.
19. Izin Kantor Perwakilan adalah izin untuk perusahaan
asing di luar negeri yang memiliki perwakilannya di
Indonesia.
20. Kantor Perwakilan Perusahaan Asing, yang selanjutnya
disebut KPPA adalah kantor yang dipimpin oleh satu atau
lebih perorangan warga negara asing atau warga negara
Indonesia yang ditunjuk oleh perusahaan asing atau
gabungan
perusahaan
asing
di
luar
negeri
sebagai
perwakilannya di Indonesia.
21. Kantor Perwakilan Perusahaan Perdagangan Asing, yang
selanjutnya disebut KP3A adalah kantor yang dipimpin
oleh perorangan WNI atau WNA yang ditunjuk oleh
Perusahaan Asing atau Gabungan Perusahaan Asing di
luar negeri sebagai perwakilannya di Indonesia.
22. Pemantauan . . .
- 17 -
22. Pemantauan
adalah
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
Modal
yang
telah
mendapat
Perizinan
Penanaman Modal.
23. Pembinaan adalah kegiatan bimbingan kepada Penanam
Modal untuk merealisasikan Penanaman Modalnya dan
fasilitasi penyelesaian permasalahan atas pelaksanaan
kegiatan Penanaman Modal.
24. Pengawasan adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan
guna mencegah dan mengurangi terjadinya penyimpangan
terhadap ketentuan pelaksanaan Penanaman Modal dan
penggunaan fasilitas Penanaman Modal.
25. Pengendalian adalah kegiatan Pemantauan, Pembinaan,
dan Pengawasan agar pelaksanaan Penanaman Modal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
26. Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnya disingkat
PTSP, adalah pelayanan secara terintegrasi dalam satu
kesatuan proses dimulai dari tahap permohonan sampai
dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu
pintu.
27. Penyelenggara PTSP adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas
dan
Pelabuhan
Bebas,
dan
Administrator
Kawasan
Ekonomi Khusus.
28. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia yang dibantu Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
29. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara
pelaksanaan
pemerintahan
urusan
daerah
pemerintahan
yang
yang
memimpin
menjadi
30. Badan . . .
- 18 -
BKPM,
Kementerian
adalah
yang
Lembaga
bertanggung
Pemerintah
jawab
di
Non
bidang
yang
Modal
menyelenggarakan
dengan
nomenklatur
urusan
lain
sesuai
dalam
rangka
penyelenggaraan
pemerintahan
koordinasi
di
bidang
Penanaman
Modal
di
pemerintah kabupaten/kota.
33. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, yang
selanjutnya disingkat KPBPB, adalah suatu kawasan yang
berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga
bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan
nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai.
34. Badan . . .
- 19 -
KPBPB,
adalah
Badan
lembaga/instansi
Kawasan
Ekonomi
Khusus,
yang
Modal
Penanaman
yang
Modal
dari
telah
BKPM,
mendapat
BPMPTSP
Perizinan
Provinsi,
Penanaman
dihadapi
Penanam
Modal
Modal
dan
yang
permasalahan
wajib
dibuat
yang
dan
41. Pembatasan . . .
- 20 -
dengan
dihentikannya
kewenangannya
kegiatan
yang
usaha
mengakibatkan
dan/atau
fasilitas
Perizinan
Penanaman
Modal
yang
dengan
kewenangannya
yang
mengakibatkan
Pemerintah
Non
Kementerian
BAB II . . .
- 21 -
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
Pasal 2
(1) Maksud pengendalian pelaksanaan Penanaman Modal
adalah
melaksanakan
Pemantauan,
Pembinaan,
dan
pengendalian
pelaksanaan
Penanaman
Modal
adalah:
a. memperoleh data perkembangan realisasi Penanaman
Modal dan informasi permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan;
b. melakukan
bimbingan
dan
fasilitasi
penyelesaian
Pengawasan
pelaksanaan
Penanaman
tindak
lanjut
atas
hasil
pemeriksaan
lingkup
kegiatan
pengendalian
pelaksanaan
- 22 -
- 23 -
bentuk
fasilitas
kemudahan
sesuai
dengan
mematuhi
semua
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan; dan
j.
Pasal 6 . . .
- 24 -
Pasal 6
Setiap Penanam Modal bertanggung jawab:
a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber
yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan
kerugian
jika
Penanam
Modal
menghentikan
atau
mematuhi
semua
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
BAB V
PENYELENGGARAAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN
PENANAMAN MODAL
Bagian Kesatu
Pemantauan
Pasal 7
(1) Kegiatan Pemantauan pelaksanaan Penanaman Modal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a
dilaksanakan oleh BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP
Kabupaten/Kota,
Badan
Pengusahaan
KPBPB,
atau
Pemerintah
Kabupaten/kota,
Badan
Provinsi,
Pengusahaan
Pemerintah
KPBPB
atau
Administrator KEK.
(3) Kepala . . .
- 25 -
Pembinaan
terhadap
Penanaman
Modal
Badan
Pengusahaan
KPBPB,
atau
kepada
Penanam
Modal
sesuai
kewenangannya.
(5) Pelaksanaan kegiatan Pembinaan teknis dilakukan oleh
Instansi teknis berwenang yang membina bidang usaha
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian . . .
- 26 -
Bagian Ketiga
Pengawasan
Pasal 9
(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf c dilaksanakan oleh BKPM, BPMPTSP Provinsi,
BPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB,
atau Administrator KEK sesuai dengan kewenangannya.
(2) BKPM dalam melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) melakukan koordinasi dengan BPMPTSP
Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan
KPBPB,
Administrator
KEK,
dan
instansi
teknis
berwenang.
(3) BPMPTSP
Provinsi
sebagaimana
dalam
dimaksud
pada
melakukan
ayat
(1)
kegiatan
melakukan
dimaksud
pada
ayat
(1)
melakukan
dimaksud
pada
ayat
(1)
melakukan
KEK
dalam
melakukan
kegiatan
Bagian . . .
- 27 -
Bagian Keempat
Pelaksanaan Pengendalian
Pasal 10
(1) Dalam hal tertentu, BKPM dapat langsung melakukan
Pemantauan, Pembinaan, dan Pengawasan Penanaman
Modal yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, Badan Pengusahaan KPBPB
atau Administrator KEK.
(2) Dalam hal tertentu, BPMPTSP Provinsi dapat langsung
melakukan Pemantauan, Pembinaan, dan Pengawasan
atas
kegiatan
kewenangan
Penanaman
Pemerintah
Modal
yang
menjadi
Kabupaten/Kota,
Badan
permintaan
dari
Kementerian/Lembaga
berwenang;
b. adanya permintaan pendampingan dari pemerintah
daerah
dalam
rangka
bimbingan,
supervisi,
dan
BAB VI . . .
- 28 -
BAB VI
TATA CARA PEMANTAUAN
Pasal 11
(1) Kegiatan Pemantauan pelaksanaan Penanaman Modal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a
dilaksanakan terhadap Penanaman Modal baik yang
masih dalam tahap konstruksi (tahap pembangunan)
maupun Penanaman Modal yang telah produksi/operasi
komersial (telah ada izin usaha).
(2) Kegiatan Pemantauan dilakukan melalui pengumpulan,
verifikasi, dan evaluasi data realisasi Penanaman Modal
yang tercantum dalam LKPM yang disampaikan oleh
perusahaan.
(3) LKPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
sesuai dengan Perizinan Penanaman Modal yang dimiliki
oleh perusahaan.
Pasal 12
(1) Perusahaan yang telah memperoleh Perizinan Penanaman
Modal, wajib membuat dan menyampaikan LKPM secara
berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)
dan
disampaikan
BPMPTSP
kepada
BKPM,
Kabupaten/Kota,
dan
BPMPTSP
Provinsi,
kepada
Badan
LKPM
oleh
perusahaan
sebagaimana
a. perusahaan . . .
- 29 -
tercantum
dalam
Lampiran
yang
tanggal
10
bulan
Oktober
tahun
yang
bersangkutan; dan
4. Laporan Triwulan IV disampaikan paling lambat
pada tanggal 10 bulan Januari tahun berikutnya.
b. perusahaan
yang
dalam
tahap
produksi/operasi
menggunakan
formulir
LKPM
sebagaimana
memiliki
kewajiban
membuat
dan
Penanaman
Modal
pada
periode
Triwulan
(4) Perusahaan . . .
- 30 -
(satu)
Perizinan
Penanaman
Modal,
wajib
(http://nswi.bkpm.go.id)
atau secara
rangka
penyampaian
LKPM
secara
daring,
atau secara
Pasal 14 . . .
- 31 -
Pasal 14
(1) BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota,
Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK
melakukan
verifikasi
dan
evaluasi
data
realisasi
Modalnya
atau
ketentuan
peraturan
perundang-undangan; dan
i. permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.
(3) Dalam
melakukan
verifikasi
dan
evaluasi
LKPM
kesalahan
atau
keraguan
atas
data
yang
disampaikan.
(4) Hasil verifikasi dan evaluasi data realisasi Penanaman
Modal yang dicantumkan dalam LKPM yang telah disetujui
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disimpan dalam
database SPIPISE (http://nswi.bkpm.go.id);
(5) Penyimpanan . . .
- 32 -
ayat
(4)
oleh
BKPM,
BPMPTSP
Provinsi,
izin
usaha)
yang
disampaikan
perusahaan
c. tanggal . . .
- 33 -
BPMPTSP
melakukan
Kabupaten/Kota
penyimpanan
yang
secara
belum
daring
dapat
LKPM
dengan
BPMPTSP
Provinsi
untuk
pada
BPMPTSP
Provinsi,
selambat-
dengan
BKPM
untuk
mendapatkan
pendampingan; dan/atau
b. melakukan kompilasi data realisasi Penanaman Modal
untuk wilayah KPBPB dan KEK, dan menyampaikan
hasil kompilasi data tersebut kepada BKPM, selambatlambatnya 2 (dua) hari kerja setelah batas waktu
penyampaian LKPM oleh perusahaan.
(10) BPMPTSP
daring
Provinsi
untuk
melakukan
Penanaman
penyimpanan
Modal
yang
secara
merupakan
(11) Pelaksanaan . . .
- 34 -
memberikan
bimbingan
dan
konsultasi
rangka
penyimpanan
LKPM
secara
daring
dalam
Pasal
ayat
(3)
huruf
a,
wajib
Direktorat
Jenderal
Bea
dan
Cukai
setempat.
(3) Penyampaian
laporan
realisasi
impor
sebagaimana
tercantum
dalam
Lampiran
IV
yang
laporan
realisasi
impor
kepada
BKPM
Pasal 16 . . .
- 35 -
Pasal 16
(1) Perusahaan yang telah mendapat Angka Pengenal Importir
(API) dari BKPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3) huruf b, wajib menyampaikan laporan realisasi
impor kepada BKPM baik dalam hal terealisasi maupun
tidak terealisasi, dengan periode laporan sebagai berikut:
a. Laporan Triwulan I disampaikan paling lambat pada
tanggal 10 bulan April tahun yang bersangkutan;
b. Laporan Triwulan II disampaikan paling lambat pada
tanggal 10 bulan Juli tahun yang bersangkutan;
c. Laporan Triwulan III disampaikan paling lambat pada
tanggal 10 bulan Oktober tahun yang bersangkutan;
dan
d. Laporan Triwulan IV disampaikan paling lambat pada
tanggal 10 bulan Januari tahun berikutnya.
(2) Penyampaian
laporan
realisasi
impor
sebagaimana
tercantum
dalam
Lampiran
yang
laporan
pada
ayat
realisasi
(1)
impor
dilakukan
http://inatrade.kemendag.go.id
sebagaimana
secara
dan
daring
SPIPISE
pelaksanaan
Penanaman
Modal
secara
b. rekapitulasi . . .
- 36 -
setiap
(tiga)
Perdagangan,
dengan
sebagaimana
tercantum
bulan
kepada
Menteri
menggunakan
dalam
formulir
Lampiran
VI
yang
dengan
menggunakan
formulir
sebagaimana
Provinsi
membuat
laporan
kumulatif
atas
pelaksanaan
Penanaman
Modal
di
wilayah
Bupati/Walikota
dengan
tembusan
pada
Gubernur.
(4) Badan Pengusahaan KPBPB atau Administrator KEK
membuat laporan kumulatif atas pelaksanaan Penanaman
Modal di wilayah KPBPB atau KEK setiap 3 (tiga) bulan
dan disampaikan kepada BKPM dengan tembusan kepada
Gubernur.
(5) Laporan kumulatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) disampaikan
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran VIII
BAB VII . . .
- 37 -
BAB VII
TATA CARA PEMBINAAN
Pasal 18
Kegiatan Pembinaan sebagaimana dimaksud pada Pasal (3)
ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui:
a. bimbingan sosialisasi atau workshop atau bimbingan
teknis
atau
pelaksanaan
dialog
investasi
Penanaman
mengenai
Modal
ketentuan
dan/atau
teknis
konsultasi
pengendalian
pelaksanaan
penyelesaian
Penanam
Modal
permasalahan
dalam
yang
merealisasikan
dihadapi
Penanaman
Modalnya.
Pasal 19
(1) Perusahaan yang telah mendapat Perizinan Penanaman
Modal, wajib memenuhi semua persyaratan teknis yang
tercantum
dalam
Perizinan
Penanaman
Modal
yang
dimilikinya.
(2) Perusahaan
wajib
melaksanakan
kegiatan
usahanya
pemahaman
tentang
peraturan
perundang-
(4) Untuk . . .
- 38 -
(4) Untuk
memenuhi
kebutuhan
Penanam
Modal
akan
yang
dihadapi
oleh
perusahaan
KPBPB,
Administrator
KEK,
Kepala
BPMPTSP
Pengusahaan
BPMPTSP
Kabupaten/Kota
KPBPB
Provinsi
atau
atau
atau
Administrator
BKPM
Badan
KEK
melakukan
atau
fasilitasi
dengan
instansi
teknis
berwenang;
dan/atau
c. komunikasi hasil fasilitasi penyelesaian masalah pada
pihak-pihak terkait.
(4) Dalam . . .
- 39 -
dimaksud
pada
ayat
(3),
BPMPTSP
mengadakan
perusahaan
dan
pertemuan
instansi
dengan
teknis
mengundang
terkait
untuk
atas
pelaksanaan
Penanaman
Modal
indikasi
penyimpangan
pelaksanaan
Penanaman
dipenuhinya
kewajiban
atas
Modal
dan
ketentuan
atau
tidak
tanggung
jawab
barang
dan
bahan,
dan
non
fiskal
(ketenagakerjaan).
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan
dengan
melibatkan
instansi
teknis
a. pemeriksaan . . .
- 40 -
a. pemeriksaan
terhadap
Penanaman
Modal
pelaksanaan
sebagaimana
ketentuan
tercantum
dalam
Izin
Prinsip
Perubahan,
Izin
Prinsip
Perluasan,
Izin
Perluasan,
Izin
Usaha
dengan
peraturan
perundang-undangan;
dan/atau
b. pemeriksaan
terhadap
penggunaan
fasilitas
Kabupaten/Kota
atau
Badan
Pengusahaan
BKPM
dapat
memanggil
perusahaan
untuk
ayat
(3)
perusahaan
wajib
memberikan
memberitahukan
terlebih
dahulu
kepada
perusahaan.
(2) Pemberitahuan . . .
- 41 -
(2) Pemberitahuan
kepada
perusahaan
sebagaimana
memberikan
diperlukan
dengan
penjelasan
jelas
dan
dan
informasi
benar
terkait
yang
dengan
objek Pengawasan.
(4) Hasil Pengawasan di lokasi Proyek dituangkan dalam BAP
yang
ditandatangani
oleh
pemeriksa
dan
pelaksanaan
Pengawasan
dapat
Perizinan
dilakukan
Penanaman
tanpa
Modal,
pemberitahuan
BPMPTSP
Kabupaten/Kota
atau
Badan
Modal
yang
dilakukan
oleh
BKPM,
c. proses . . .
- 42 -
c. proses
permohonan
Pembatalan
atau
Pencabutan
Kabupaten/Kota
untuk
Proyek
yang
Kabupaten/Kota
merupakan
kewenangan
untuk
Pemerintah
Proyek
yang
Provinsi
yang
Modal
apabila
dipersyaratkan
oleh
BAP
dilakukan
di
lokasi
Proyek
dan
Badan
Administrator
ditandatangani
Pengusahaan
KEK
dengan
oleh
KPBPB
Instansi
dan/atau
Terkait,
serta
pimpinan/penanggungjawab
(4) Pejabat . . .
- 43 -
(4) Pejabat
yang
melakukan
pemeriksaan
sebagaimana
tercantum
dalam
Lampiran
XI
yang
Kabupaten/Kota
oleh
Kepala
BPMPTSP
Kabupaten/Kota;
d. KPBPB oleh Kepala Badan Pengusahaan KPBPB; atau
e. KEK oleh Administrator KEK.
(5) Pejabat
yang
melakukan
pemeriksaan
dari
Instansi
Agraria
dan
Tata
Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
e. Direktorat Jenderal Imigrasi;
f.
j.
(6) Pejabat
yang
melakukan
pemeriksaan
dari
Instansi
a. dinas . . .
- 44 -
pada
Instansi
Pemerintah
Terkait
bentuk
Kegiatan
Nyata
direalisasikan
dan/atau
melakukan
- 45 -
j.
Perizinan
lainnya
sesuai
peraturan
perundang-
undangan.
(4) Kegiatan Nyata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam
bentuk
fisik merupakan
kegiatan
yang
telah
gedung/pabrik
atau
ruang
tertentu
dan
mendesak
sebagaimana
dan/atau
membahayakan
keselamatan
- 46 -
Administrator
KEK
untuk
yang
Perizinan
Pemerintah
Kabupaten/kota
atau
Badan
Pembatalan
BPMPTSP
dari
BPMPTSP
Kabupaten/Kota
kepada
Provinsi
BKPM
atau
untuk
dan
saat
ini
masih
menjadi
kewenangan
data
permohonan
Pembatalan
Perizinan
oleh
seluruh
calon
pemegang
tercantum
dalam
Perizinan
4. LKPM . . .
- 47 -
direalisasikan
diajukan
dalam
Pembatalan
bentuk
dengan
nyata
dapat
kelengkapan
data
berupa:
1. surat permohonan yang bermeterai cukup dan
ditandatangani oleh direksi;
2. asli Izin Prinsip yang dibatalkan;
3. Keputusan
Rapat
(RUPS)/pernyataan
Umum
para
Pemegang
pemegang
Saham
saham
perusahaan;
4. rekaman
permohonan;
5. rekaman NPWP;
6. LKPM periode terakhir yang disampaikan secara
daring;
7. rekaman
akta
pendirian
perusahaan
beserta
(9) Kelengkapan . . .
- 48 -
(9) Kelengkapan
data
usulan
Pembatalan
sebagaimana
permohonan/usulan
Pembatalan
sebagaimana
menerbitkan
Pembatalan
Perizinan
Penanaman
Pembatalan
Perizinan
Penanaman
Modal
secara
daring
melalui
SPIPISE
(14) Dalam . . .
- 49 -
hak akses
pada
perusahaan,
BPMPTSP
Perizinan
Penanaman
Modal
dilakukan
berdasarkan:
a. permohonan dari perusahaan;
b. usulan . . .
- 50 -
b. usulan
dari
BPMPTSP
Provinsi
atau
BPMPTSP
Pencabutan
dari
Kementerian/Lembaga
tercantum
dalam
Lampiran
XVII
yang
permohonan
Pencabutan
salah
satu
izin,
1. surat . . .
- 51 -
menyatakan
persetujuan
Pencabutan
akta
pendirian
perusahaan
beserta
Izin
Prinsip
atau
Izin
Usaha
sesuai
permohonan Pencabutan;
7. surat kuasa bermeterai cukup untuk pengurusan
permohonan yang tidak dilakukan secara langsung
oleh direksi dan tidak mempunyai hak substitusi
sebagaimana pada Lampiran XII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini
disertai dengan rekaman identitasnya; dan
8. rekaman identitas direksi yang menandatangani
permohonan.
b. Bagi perusahaan yang dalam rangka likuidasi atau
hanya memiliki satu Izin Usaha atau Izin Prinsip yang
telah
ada
realisasi
nyata,
diajukan
dengan
atau
dalam
likuidasi,
yang
Keputusan
namanya
Rapat
Umum
menyatakan
persetujuan
Pencabutan
- 52 -
akta
pendirian
perusahaan
beserta
Badan
Pengusahaan
KPBPB
atau
Kepala
(9) Pencabutan . . .
- 53 -
Izin
Usaha
dilakukan
berdasarkan
alasan
BPMPTSP
Kabupaten/Kota,
Kepala
Badan
Perizinan
Izin
Usaha
Penanaman
dilakukan
Modal
yang
berdasarkan
telah
alasan
BPMPTSP
Provinsi,
Kepala
BPMPTSP
Kepala
Administrator
KEK
berdasarkan
(13) Dalam . . .
- 54 -
hak akses
pada
perusahaan,
BPMPTSP
(2)
PMA
atau
PMDN
yang
berlokasi
di
wilayahnya.
(3)
(4)
(5)
mengajukan
hak
akses
kepada
BKPM,
bagi
- 55 -
(6)
Kelengkapan
data
permohonan
penutupan
KPPA
Perwakilan
yang
bersangkutan
yang
identitas
direksi
kantor
pusat
yang
Kelengkapan
data
permohonan
penutupan
KP3A
Perwakilan
yang
bersangkutan
yang
- 56 -
e. rekaman TDP;
f. rekaman
identitas
memberitahukan
direksi
kantor
pusat
penutupan/penghentian
yang
kegiatan
akta
pendirian
perusahaan
beserta
perubahannya;
e. rekaman
identitas
direksi
perusahaan
yang
Bentuk
permohonan
penutupan
KPPA
dan
KP3A
permohonan
penutupan
Kantor
Cabang
(11) Bentuk . . .
- 57 -
(11) Bentuk
penutupan
KPPA
dan
KP3A,
sebagaimana
permohonan
dimaksud
pada
penutupan
ayat
(3)
KPPA
huruf
a,
sebagaimana
Deputi
Bidang
permohonan
dimaksud
pada
penutupan
ayat
(3)
huruf
KP3A
b,
sebagaimana
Deputi
Bidang
Kantor
Cabang
Perusahaan
Penanaman
pelaksanaan
Penanaman
Modal
yang
Badan
Pengusahaan
KPBPB
atau
Administrator KEK.
(2) Biaya . . .
- 58 -
yang
Administrator
pelaksanaan
diperlukan
KEK
Badan
untuk
Penanaman
Pengusahaan
kegiatan
Modal
KPBPB,
pengendalian
dibebankan
pada
atau
Kabupaten/Kota
BPMPTSP
atau
Badan
Provinsi
atau
Pengusahaan
BPMPTSP
KPBPB
atau
memenuhi
kewajiban
dan
tanggung
jawab
dan
Nonperizinan
Penanaman
Modal;
dan/atau
2. ketentuan pelaksanaan Penanaman Modal termasuk
fasilitas pembebasan bea masuk mesin dan/atau
barang dan bahan, dan non fiskal (ketenagakerjaan)
yang telah diberikan.
c. telah berproduksi komersial yang belum memiliki izin
usaha.
Pasal 29 . . .
- 59 -
Pasal 29
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28,
dilakukan dengan cara:
a. Peringatan tertulis dan/atau peringatan secara daring;
b. Pembatasan kegiatan usaha;
c. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas Penanaman
Modal; atau
d. Pembatalan/Pencabutan
Perizinan
Penanaman
Modal
administratif
berupa
peringatan
tertulis
sejak tanggal
peringatan
sebelumnya
diterbitkan.
(2) Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterbitkan oleh Direktur Wilayah di lingkungan
Unit Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman
Modal,
Kepala
BPMPTSP
Provinsi,
Kepala
BPMPTSP
Kepala
Administrator
KEK
berdasarkan
kewenangannya.
(3) Bentuk Surat Peringatan Tertulis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), tercantum pada Lampiran XXIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Kepala ini.
Pasal 31
(1) Dalam
hal
dilakukan
tertentu
pengenaan
yang
bersifat
sanksi
mendesak,
administratif
dapat
berupa
- 60 -
(2) Hal
tertentu
yang
bersifat
mendesak
sebagaimana
pernah
menyampaikan
Laporan
Kegiatan
laporan
dan/atau
dari
instansi
instansi
terkait
teknis
berwenang
mengenai
terjadinya
terakhir
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
(satu)
bulan
terhitung
sejak tanggal
peringatan
perusahaan
tidak
memberikan
tanggapan/
bagi
perusahaan
yang
memiliki
Proyek
di
(3) Bentuk . . .
- 61 -
kegiatan
usaha
pada
BKPM,
BPMPTSP
Badan
Pengusahaan
KPBPB,
atau
Kepala
Pasal 33 . . .
- 62 -
Pasal 33
(1) Sanksi administratif berupa Pembekuan kegiatan usaha
dan/atau fasilitas Penanaman Modal dapat dikenakan
apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
Pembatasan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
32
ayat
(1),
perusahaan
tidak
memberikan
dilayaninya
permohonan
Perizinan
dan
(5) Dalam . . .
- 63 -
kegiatan
Penanaman
Modal
usaha,
pada
Pembekuan
fasilitas
BPMPTSP
Provinsi,
BKPM,
tercantum
dalam
Lampiran
XXX
yang
Pembekuan
fasilitas
Penanaman
Modal
dalam
pembatalan
Pembekuan
kegiatan
usaha
kegiatan
usaha
bagi
perusahaan
yang
fasilitas
Penanaman
Modal
sebagaimana
(10) Surat . . .
- 64 -
Kepala
Administrator
KEK
berdasarkan
kewenangannya.
Pasal 34
(1) Sanksi
Perizinan
administratif
Penanaman
berupa
Modal
Pembatalan/Pencabutan
dan/atau
kegiatan
usaha
memberikan
tanggapan
tertulis
tentang
upaya
fasilitas
Penanaman
Modal
sebagaimana
lanjut
atas
peringatan
tertulis
yang
ketiga
(2) BKPM . . .
- 65 -
Pembatalan/Pencabutan
dan/atau
kegiatan
Perizinan
usaha
Penanaman
dan/atau
fasilitas
mendapatkan
diterbitkan
oleh
fasilitas
BPMPTSP
Penanaman
Provinsi
Modal
atau
yang
BPMPTSP
Kabupaten/Kota,
atau
Kepala
Kepala
Administrator
Badan
Pengusahaan
KEK
berdasarkan
setelah berkas
setelah berkas
surat
Pembatalan/Pencabutan
sebagaimana
atau
BPMPTSP
Kabupaten/Kota
atau
Badan
BAB XV . . .
- 66 -
BAB XV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 36
(1) Perusahaan yang berkantor pusat di luar daerah lokasi Proyek
wajib
menunjuk
seorang
penanggung
jawab/perwakilan
penanggung
jawab/perwakilan
perusahaan
di
formulir
sebagaimana
tercantum
dalam
(2)
Agar . . .
- 67 -
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
FRANKY SIBARANI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR