Buku Pedoman Ppi
Buku Pedoman Ppi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) sangat penting untuk dilaksanakan di
rumah sakit sebagai tempat fasilitas pelayanan kesehatan, disamping sebagai tolak ukur
mutu pelayanan juga untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung dan keluarga serta
lingkungan dari resiko tertular penyakit infeksi karena perawatan, bertugas dan berkunjung
ke rumah sakit. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat diharapkan dapat memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai standar yang sudah ditentukan.
Kebersihan program dan kegiatan PPI di rumah sakit memerlukan keterlibatan
semua pihak yaitu keterlibatan semua profesional dan unit kerja ( Dokter, Perawat, Ahli
Laboratorium, K3, Farmasi, Ahli Gizi, Sanitasi, CSSD dan Loundry, IPSRS, dan bagian
Rumah Tangga Rumah Sakit ), sehingga diperlukan wadah untuk pengorganisasiannya
berupa komite PPI. Kerjasama organisasi PPI dalam pelaksanaannya harus didukung
komitmen tinggi manajerial sehingga menentukan terlaksananya program dan kegiatan
dengan baik semuanya itu akan menjamin mutu pelayanan Rumah Sakit.
Infeksi rumah sakit merupakan masalah serius bagi semua serius bagi semua rumah
sakit, dampak yang muncul sangat membebani rumah sakit maupun pasien. Adapun factor
yang mempengaruhinya antara lain, Banyaknya pasien yang dirawat sebagai sumber infeksi
bagi lingkungan pasien lainnya maupun petugas kontak langsung antara pasien dengan
pasien lainnya maupun petugas kontak langsung antara pasien dengan pasien lainnya,
kontak langsung antara petugas dengan pasien yang tercemar, penggunaan peralatan medis
yang tercemar kuman, kondisi pasien yang lemah.
Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit harus dilaksanakan
secara menyeluruh dengan baik dan benar disemua sarana kesehatan rumah sakit, dengan
prosedur yang baku untuk setiap tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi tersebut,
untuk itu perlu adanya suatu pedoman yang digunakan di Rumah Sakit Umum Full
Bethesda.
Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi merujuk pada pedoman manajerial
dan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi dari Departemen Kesehatan 2009,
Infeksi yang berasal dari lingkungan rumah sakit dikenal dengan istilah infeksi nosokomial
mengingat seringkali tidak bias secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah
infeksi nosokomial diganti dengan istilah baru yaitu Healthcare associated infections
(HAis).
Diharapkan dengan adanya Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi ini, seluruh
petugas Rumah Sakit Umum Full Bethesda memiliki sikap dan perilaku yang
mendukung standar pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Umum Full
Bethesda
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Menyiapkan agar Rumah Sakit Umum Full Bethesda dengan sumber daya terbatas
dapat menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga dapat melindungi
tenaga kesehatan dan masyarakat dari penularan penyakit menular ( Emerging
Infectious Diseases ) yang mungkin timbul, khususnya dalam menghadapi
kemungkinan pandemic influenza.
Tujuan Khusus :
Membuat standar pelaksanaan Pencegahan dan pengendalian infeksi bagi petugas
kesehatan di Rumah Sakit Umum Full Bethesda meliputi :
1. Konsep dasar penyekit infeksi
2. Fakta fakta penting beberapa penyakit menular
3. Kewaspadaan isolasi
4. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di RSU Full Bethesda
5. Kesiapan menghadapi pandemi penyakit menular
6. Surveilans Pencegahan dan Pengendalian infeksi
C. Ruang Lingkup
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum Full
Bethesda dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada pelayanan
terhadap pasien yang menderita penyakit menular melalui udara, kontak droplet atau
penyakit menular melalui udara, kontak, droplet atau penyakit infeksi lainnya.
BAB II
KEBIJAKAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI RUMAH SAKIT UMUM FULL BETHESDA
A. VISI
Menjadikan Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi yang bermutu menuju
rumah sakit rujukan spesialistik yang terbaik untuk wilayah Kabupaten Karawang yang
bertempat lokasi di Rengasdengklok.
B. MISI
1. Melaksanakan program pencegahan dan pengendalian infeksi disemua bagian/
instalasi yang terkait.
2. Memberikan Pelayanan sesuai pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
kepada pasien, petugas kesehatan, dan pengunjung rumah sakit.
3. Melindungi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung dari infeksi rumah sakit.
4. Tersedianya pelatihan dan pendidikan pencegahan dan pengendalian infeksi
C. Falsafah dan Tujuan
Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi Rumah Sakit Umum Full Bethesda
Kabupaten Karawang merupakan suatu pelayanan yang harus dilaksanakan untuk
melindungi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung dari kejadian infeksi dengan
memperhatikan cost effectiveness, dalam bentuk upaya pencegahan, surveilans dan
pengobatan tradisional.
D. Dasar Hukum
1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 270/MenKes/2007, tentang Pedoman
Manajerial PPI di Rumah sakit dan Fasilitas pelayanan Kesehatan lainnya.
2. Surat keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 382/MenKes/SK/III/ 2007 : Tentang
Pedoman PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 129/MenKes/SK/II/2008, tentang
standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1165.A/MenKes/SK/X/2004, tentang
Komisi Akreditasi Ruamh Sakit
5. Surat Edaran Dirjen Bina Pelayanan Medis nomor :HK.03.01/III/3744//2008,
tentang pembentukan Komite PPI RS dan Tim PPI RS
6. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Full Bethesda Nomor :
821/4954/TU/07/2008, tentang Pembentukan Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (KPPI ) dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (TPPI ) pada Rumah
Sakit Umum Full Bethesda.
WADIR PELAYANAN
KABID PELAYANAN
KEPERAWATAN
TIM PPI
a. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada Rumah Sakit Umum Full Bethesda
Pengarah/ Penanggung Jawab
Ketua
Sekretaris
Anggota
: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
b. susunan Tim Pencegahan dan Pengendalian infeksi pada Rumah Sakit Umum Full
Bethesda.
Ketua
Sekretaris
Anggota
Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang dianggap berdasarkan
saran dari Tim PPIRS.
( KPPI).
BAB III
KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI
DAN PENYAKIT MENULAR
hipotermi/suhu
tidak
stabil,(2)
takikardi
(sesuai
usia)
kemih
dan
meliputi
kelamin,
saluran pernafasan,
kulit
dan
membran
e. Pintu masuk ( portal of entri ) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki
pejamu yang suseptibel . Pintu masuk bisa melalui saluran pernafasan ,
pencernaan , saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang
tidak utuh ( luka ).
f. Pejamu ( host ) yang susptibel adalah orang yang tidak memiliki daya tahan
tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah terjadinya
infeksi atau penyakit. Faktor yang khusus dapat mempengaruhi adalah umur,
status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma
atau pembedahan, pengobatan dengan imunosupresan.Faktor lain yang
mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin , ras atau etnis tertentu, status
ekonomi, gaya hiduo, pekerjaan dan herediter.
Agen
reservoir
Host/
pejamu
rentan
Tempat
masuk
Tempat
keluar
Metode
penulara
n
Keteter urine
meningkatkan
kejadian
infeksi
Prosedur operasi
Intubasi pernapasan
acquired Pneuminia(HAP/VAP).
timbulnya
kuman
yang
resisten
terhadap
berbagai
antimikroba.
4. Pencegahan dan pengendalian infeksi
Proses terjadinya infeksi tergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu,
agen infeksi (patogenitas, virulensi dan dosis ) serta cara penularan, identifikasi
faktor risiko pada pejamu dan pengendalian infeksi tertentu dapat mengurangi
insiden terjadinya HAIs, baik pada pasien ataupun pada petugas.
5. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari :
a. Peningkatan daya tahan pejamu
Dengan pemberian imunisasi aktif ( contoh vaksinasi hepatitis B ),
imunisasi pasif ( immunoglobulin), dan promosi kesehatan secara umum
termasuk nutrisi adekuat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi
Dilakukan dengan metode fisik maupun kimiawi, contohnya metode fisik
adalah : pemanasan ( pasteurisasi dan sterilisasi) dan memasak makanan
metode kimiawi termasuk klorisasi air, desinfeksi dll.
c. Memutus rantai penularan
Merupakan cara yang paling mudah untuk pencegahan penularan penyakit
infeksi,
tetapi
hasilnya
tergantung
dari
ketaatan
petugas
dalam
h. Cara Pencegahan
M2
channel
rimantadin,
amatadin)
dapat
isolasi
dilakukan
terhadap
pasien
dengan
cara
subtipe H5N1, flu burung dapat terjadi secara alami pada semua
burung. Burung membawa virus kemudian menyebarkan melalui
saliva, sekresi patuk, dan feses.
Burung yang kontak dengan burung pembawa virus, dapat
tertular dan menimbulkan sakit, sekretnya akan tetap infeksius
selama sepuluh hari. Faeses burung yang terinfeksi dapat
mengeluarkan virus dalam jumlah besar.
c.Epidemiologi
Flu burung pada manusia sampaisaat ini telah dilaporkan di
banyak negara terutama di Asia. Di daerah dimana terdapat
interaksi tinggi antara populasi hewan khususnya unggas dan
manusia ( animal- human interface ) risiko terjadi penularan pada
manusia. Saat ini flu burung dianggap sangat potensial sebagai
penyebab terjadinya pandemi influenza.
Sebagian besar kasus infeksi flu burung pada manusia yang
dilaporkan, terjadi akibat dekat dan kontak erat dengan unggas
terinfeksi atau benda terkontaminasi. Angka kematian tinggi,
antara 50-80 %. Meskipun terdapat potensi penularan virus
Sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang
sebelumnya sehat.
e.Mengapa virus H5N1 perlu mendapat perhatian khusus dari 15
subtipe virus flu burung, virus H5N1 menjadi perhatian khusus,
dengan alasan sebagai berikut :
Batuk
Pilek
Nyeri Tenggorokan
Nyeri Otot
Nyeri Kepala
Fatigue/ letih
Catatan :
Bila menemukan kasus demam ( suhu tubuh38o C ) ditambah 1
atau lebih gejala dan tanda diatas patut dicurigai sebagai kasus flu
burung ; terutama bila dalam anamnesa diperoleh keterangan salah
satu atau lebih dibawah ini :
i. Pencegahan
Khusus dalam kasus wabah flu burung perlu;
Amantadine
Rimantadine
Oseltamivir ( Tamiflu)
Zanamivir ( Relenza )
melalui
l. Penatalaksanaan
dan
pengendalian
penyebaran
flu
Pengawasan
terhadap
implementasi
e. Gejala Klinis
Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam waktu 5
sampai 10 tahun. Setelah terjadi penurunan sel CD4 secara bermakna baru AIDS mulai
berkembang dan menunjukkan gejala-gejala seperti :
Gejala klinis lainnya tergantung pada stadium klinis dan jenis infeksi
oportunistikyang terjadi.
f. Pengobatan
Pemberian anti virus (Highly Active Anti Retroviral Therapy, HAART ) dengan 3 obat atau
lebih dapat meningkatkan prognosis dan harapan hidup pasien HIV. Angka kematian di
negara maju menurun 80% sejak digunakannya kombinasi obat antivirus.
g. Masa Penularan
Tidak diketahui pasti, diperkirakan mulai sejak terinfeksi dan berlangsung seumur hidup.
h. Kerentanan dan Kekebalan
Diduga semua orang rentan. Terutama pada PMS ( Penyakit Menular Seksual ) dan pria yang
tidak dikhitan kerentanan meningkat.
i. Cara Pencegahan
Menghindari perilaku risiko tinggi seperti seks bebas tanpa perlindungan, menghindari
penggunaan alat suntik bergantian, melakukan praktek transfusi dan donor organ yang aman
serta praktek medis dan prosedur laboratorium yang memenuhi standar.
j. Profilaksis paska pajanan
Diberikan obat ARV untuk mengurangi risiko penularan HIV terhadap petugas
kesehatan setelah terpajan. Studi kasus kelola menyatakan bahwa pemberian ARV
segera setelah pejanan perkutan menurunkan resiko infeksi HIV sebesar 80%
( Cardo dkk. N.Engl J Med 1997). Efektifitas ARV apabila diberikan dalam 1 jam
setelah pejanan selama 28 hari.
Petugas yang terpajan dimonito oleh dokter penyakit dalam atau anak dan perlu
dukungan psikologis.
3. ANTRAKS
a. Pengertian
Antraks adalah penyakit bakteri akut yang biasanya mengenai kulit, saluran pernapasan
atau saluran pencernaan.
b. Epidemiologi
Penyakit antraks pada manusia terdapat diseluruh dunia. Umumnya didaerah pertanian
dan industri. Mereka yang berisiko terkena antraks adalah :
Orang yang kontak dengan kulit, bulu, tulang binatang yang mengandung spora
antraks.
a. Penyebab
Bacillus anthracis, bakteri gram positif berbentuk batang, berspora.
b. Cara Penularan
Penularan melalui kontak dengan jaringan, bulu binatang yang sakit dan mati atau
tanah yang terkontraminasi (antraks kulit). Infeksi juga dapat melalui inhalasi spora
(antraks paru) atau memakan daging tercemar yang tidak dimasak dengan baik
(antraks saluran pencernaan). Jarang terjadi penularan dari orang ke orang.
c. Masa Inkubasi
Antara 1-7 hari, bisa sampai 60 hari
d. Gejala klinis
Gejala klinis antraks sangat tergantung patogenesis dan organ yang terkena (kulit,
paru, saluran pencernaan, meningitis). Di Indonesia terbanyak ditemukan antraks
kulit.
Gejala antraks kulit : 3-5 hari setelah endospora masuk kedalam kulit timbul
makula kecil warna merah yang berkembang menjadi papel gatal dan tidak
nyeri. Dalam 1-2 terjadi vesikel, ulkus dan ulcerasi yang dapat sembuh
spontan dalam 2-3 minggu. Dengan antibiotika mortalitas antraks kulit kurang
dari 1%.
c selama
dikeluarkan, virulensi kuman, terjadinya aerosolisasi waktu batuk atau bersin dan
tindakan medis berisiko tinggi seperti intubasi, bronhoskopi.
f. Gejala Klinis
Gejala klinis penyakit TB paru yang utama adalah batuk terus menerus disertai dahak
selama 3 minggu atau lebih, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, badan lemah, sering
demam, nafsu makan menurun dan penurunan berat badan.
g. Pengobatan
h. Cara Pencegahan
BAB IV
PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI RUMAH SAKIT UMUM FULL BETHESDA KABUPATEN KARAWANG
mikroorganisme
secara
mekanik,
sementara
sabun
antiseptik
Sebelum :
o Kontak langsung dengan pasien
o Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan
invasif
o Menyediakan/ atau mempersiapkan obat-obatan
o Mempersiapkan makanan
o Memberi makan pasien
o Meninggalkan rumah sakit
Setelah :
Air mengalir
Sabun
Larutan antiseptik
Perhatian :
Lama penggosokan untuk pembersihan tangan dengan air dan sabun minimal selama 15 detik,
sedangkan untuk pembersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alcohol minimal selama
10 detik.
f. Hal hal yang harus diperhatikan
Bila tangan kotor dan terkontraminasi harus cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir
Bila tidak jelas kotor atau terkontraminasi, cuci tangan dengan hancrub
Kiki harus dijaga tetap pendek, tidak lebih dari 3mm melebihi ujung jari
a). Untuk menciptakan barier protektif dan mencegah kontaminasi yang berat.
Misalnya untuk menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekresi, mukus
membran, kulit yang tidak utuh.
b). Menghindari transmisi mikroba dari petugas nkepada pasien saat melakukan
tindakan pada kulit pasien yang tidak utuh.
c). Mencegah transmisi mikroba dari pasien ke pasien lain melalui tangan petugas.
Penggunaan sarung tangan oleh petugas pada keadaan :
a). Kontak tangan dengan darah, cairan tubuh, membran atau kulit yang tidak utuh
b). Melakukan tindakan invasif
c). Menangani bahan-bahan bekas pakai yang terkontraminasi atau menyentuh
bahan tercemar.
d). Menerapkan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui kontak
Jenis-jenis tangan :
a. sarung tangan bersih
b. sarung tangan steril
c. sarung tangan rumah tangga
Tidak
Tidak
Gunakan ukuran sarung tangan yang sesuai, khususnya untuk tindakan bedah,
karena dapat mengganggu tindakan dan mudah robek.
Tarik sarung tangan keatas manset gaun untuk melindungi pergelangan tangan
Gunakan pelembab yang larut dalam air, untuk mencegah kulit tangan kering/
berkerut.
Jangan gunakan lotion yang mengandung minyak, karena akan merusak sarung
tangan bedah.
Jangan menyimpan sarung tangan ditempat dengan suhu terlalu panas atau terlalu
dingin mislanya dibawah sinar matahari langsung, didekat pemanas AC, cahaya
ultraviolet cahaya fluoresen atau mesin rongent, karena dapat merusak bahan sarung
tangan sehingga mengurangi efektifitas sebagai pelindung.
2) Masker
Definisi
Masker adalah alat yang digunakan untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu
dan rambut pada wajah (jenggot).
Tujuan
Untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petrugas
bedah berbicara, batuk atau bersin.
Untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung
atau mulut petugas kesehatan.
N-95
merupakan
masker
khusus
dengan
efisiensi
tinggi
yang
4. Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut
tidak masuk kedalam luka selama pembedahan.
Tujuannya
Untuk melindungi petugas dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau
menyemprot.
5. Gaun Pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet/ airbone.
Tujuannya :
Untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi
Untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpecik atau tersemprot darah,
cairan tubuh, sekresi, atau eksresi.
Manfaatnya :
6. Apron
Definisi
Adalah alat yang terbuat dari karet atau plastik sebagai pelindung bagi petugas
kesehatan dan tahan air.
Digunakan pada saat :
Membersihkan pasien
Melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau
sekresi.
7. Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda
berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja keatas kaki.
Jenis jenis pelindung kaki :
Langkah-langkah adalah :
a. Disinfeksi sepasang sarung tangan bagian luar
b. Disinfeksi celemek dan pelindung kaki
c. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian luar
d. Lepaskan celemek
e. Lepaskan gaun bagian Luar
f. Disinfeksi tangan yang mengenakann sarung tangan
g. Lepaskan Pelindung Mata
h. Lepaskan Penutup Kepala
i. Lepaskan Masker
j. Lepaskan Pelindung kaki
k. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam
l. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
3. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
Pembersihan
( Cuci bersih dan tiriskan )
STERILISASI
(Peralatan Kritis )
Masuk dalam pembuluh
Darah / Jaringan tubuh
DISINFEKSI
Direbus
Kimiawi
Preclenaing/ Prabilas : proses yang membuat mati lebih aman untuk ditangani oleh
petugas sebelum dibersihkan (menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV ) dan
mengurangi,
tapi
tidak
menghilangkan
jumlah
mikroorganisme
yang
mengkontraminasi.
Pembersihan : proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau cairan
tubuh lainnya dari benda mati ataupun mikroorganisme untuk mengurangi resiko
bagi petugas yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut.
Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan kedalam kantong/ wadah
yang tidak rusak saat diangkut.
Linen yang kotor diletakkan dipisahkan linen yang infeksi dan non infeksi dengan
menggunakan APD. Kantong kuning untuk yang infeksi, dan yang hitam untuk
yang tidak infeksi atau linen yang bersih, kemudian diikat yang rapih.
Hilangkan bahan padat dari linen yang sangat kotor dengan menggunakan APD
yang sesuai dan buang ketempatnya, kemudian linen masukkan kekantong cucian.
Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati dan menggunakan
trolley linen dengan membedakan tempat linen bersih dan yang kotor, untuk
mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau orang-orang disekitarnya.
Cuci dab keringkan lenen sesuai dengan standar dan prosedur tetap di Rumah Sakit.
Untuk pencucian dengan air panas, cuci linen menggunakan detergen/ disinfeksi
dengan air 70o C ( 160 o F) selama 25 menit. Pilih bahan kimia yang cocok untuk
pencucian temperatur rendah dengan konsentrasi yang sesuai temperatur air >70o C
( 160 o F).
4. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan Limbah merupakan salah satu upaya kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi dirumah sakit. Limbah rumah sakit berupa limbah yang sudah
terkontraminasi atau tidak terkontraminasi. Sekitar 85% limbah umum dihasilkan yang
dihasilkan Rumah Sakit tidak terkontraminasi dan tidak berbahaya bagi petugas yang
menangani, namun demikian penanganan limbah ini harus dikelola dengan baik dan
benar.
4.1. Pengertian
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair dan gas.
4.2. Tujuan Pengelolaan Limbah
Limbah medis padat adalah : limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan,
dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi
Limbah pada non medis adalah : limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit diluar medis yang berasal dari dapur perkantoran, taman, dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
b. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan
e. Limbah Sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
4.4. Pengelolaan Limbah
a. Identifikasi Limbah :
Padat
Cair
Tajam
Infeksius
Non infeksius
b. Pemisahan
c. Labeling
Limbah padat infeksius : plastik kantong kuning atau warna lain tapi diikat
tali kuning.
Limbah benda tajam : wadah tahan tusuk dan air (safety box)
Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
f. Penyimpanan
g. Pengangkutan
h. Treatment
Segera buang limbah benda tajam ke kontainer yang tersedia tahan tusuk
dan tahan air dan tidak bisa dibuka lagi
Septik tank
Tempatkan wadah limbah dekat dengan lokasi terjadinya limbah itu dan
mudah dicapai oleh pemakai.
Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih disinfektan dan bilas
teratur dengan air
Jika mungkin, gunakan wadah terpisah untuk limbah yang akan dibakar dan
yang tidak akan dibakar sebelum dibuang.
4.10.
didaur ulang, dipakai lagi, atau dibuang ke tempat pembuangan limbah atau
tempat kebersihan pealatan tanah.
c. Pembakaran terbuka tidak dianjurkan karena berbahaya, batas pandangan
tidak jelas, dan angin dapat menyebarkan limbah kesekitar kemana-mana
d. Mengubur limbah difasilitasi kesehatan dengan sumber terbatas, penguburan
limbah secara aman pada atau dekat fasilitas mungkin merupakan satusatunya alternatif untuk pembuangan limbah. Caranya : buat lubang sedalam
2,5m, setiap tinggi limbah 75cm ditutupi kapur tembok, kemudian diisi lagi
dengan limbah sampai 75 cm ditutupi kapur tembok, kemudian diisi lagi
dengan limbah samapai 75cm, kemudian dikubur. Untuk mengurangi risiko
dan polusi lingkungan, beberapa aturan dasar adalah :
f. Limbah Farmasi
Dalam jumlah yang sedikit limbah farmasi ( obat dan bahan obat obatan ),
dapat dikumpulkan dalam wadah dengan limbah terinfeksi dan dibuang
dengan cara yang sama insinerasi, enkapluasi atau dikubur secara aman.
Perlu dicatat bahwa suhu yang dicapai dalam insinerasi kamar tunggal
seperti tong atau insinerator dari bata adalah tidak cukup untuk
menghancurkan total limbah farmasi ini, sehingga tetap berbahaya.
Sejumlah kecil limbah farmasi, seperti obat-obatan kadaluarsa ( kecuali
sitotoksik dan antibiotik), dan dapat dibuang ke pembuangan kotoran tapi
tidak boleh dibuang kesungai, kali, telaga, atau danau. Jika jumlahnya
banyak, limbah farmasi dapat dibuang secara metode berikut :
Bahan yang larut dengan air, campuran ringan bahan farmasi seperti
larutan vitamin, obat batuk, cairan intravena, tetes mata, dan lain-lain
dapat diencerkan dengan sejumlah besar air lalu dibuang dalam tempat
pembuangan kotoran.
Limbah sitotoksik tidak boleh dibuang disungai, kali, telaga, danau atau
area pemerataan tanah
Jenis limbah ini tidak boleh diinsinerasi karena uap logam beracun yang
dikeluarkan, juga tidak boleh dikubur tanpa enkapsulasi karena
mengakibatkan polusilapisan air tanah.Biasanya, limbah jenis ini hanya
terdapat dalam jumlah yang kecil di fasilitas kesehatan.
Air raksa merupakan neurotoksin kuat, terutama pada masa tumbuh
kembang janin dan bayi. Jika dibuang dalam air atau udara, air raksa
masuk dan mengkontaminasi danau, sungai, dan aliran air lainnya.
Untuk mengurangi resiko polusi, benda-benda yang mengandung air
raksa seperti termometer dan tensimeter sebaiknya dengan yang tidak
mengandung air raksa.
Jika termometer pecah :
Sebagai
kesimpulan,
sedapat-dapatnya
hindarkan
membeli
atau
,memakai produk kimia yang sukar atau sangat mahal untuk dibuang.
5. Pengendalian Lingkungan Rumah Sakit
Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya merupakan salah satu aspek dalam upaya
pencegahan pengendalian infeksi dirumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Lingkungan rumah sakit jarang
menimbulkan transmisi penyakit infeksi nosokomial, namun pada
pasien-pasien iang immunocompromise harus lebih diwaspadai dan
perhatian karena dapat menimbulkan beberapa penyakit infeksi
lainnya seperti infeksi saluran pernapasan, aspergillus, legionella,
mycobacterium TB, varicella zoster, virus hepatitis B, HIV.
Pengendalian lingkungan Rumah Sakit meliputi ruang bangunan,
penghawaan, kebersihan , saluran limbah dan lain sebagainya.
Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat
diminimalkan dengan melakukan :
1. Pembersihan Lingkungan
2. Disinfeksi lingkungan yang terkontraminasi dengan darah
atau cairan tubuh pasien
3. Melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat
4.
besar
patogen
dari
permukaan
dan
benda
yang
terkontraminasi.
Pembersihan permukaan dilingkungan pasien sangat penting karena
agen infeksius yang dapat menyebabkan ISPA dapat bertahan
dilingkungan selama beberapa jam atau bahkan beberapa hari.
Pembersihan dapat dilakukan dengan air dan detergen netral
5.2. Tujuan
Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan lingkungan
yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat menimilkan atau
mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan
kepada pasien, petugas, pengunjung, dan mayarakat disekitar rumah
sakit dan fasilitas kesehatan sehingga infeksi nosokomial dan
kecelakaan kerja dapat di cegah.
5.3. Prinsip dasar pembersihan lingkungan
Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala
sesuai dengan peraturan setempat.
Semua
peralatan
pembersih
harus
dibersihkan
dan
Kain lap pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan
tersebut
kewadah
yang
sesuai
untuk
Bersihkan tangan
Lingkungan
yang
digunakan
oleh
pasien
harus
pembersihan
dan
diinfeksi
peralatan
cat
yang
tidak
luntur
serta
tidak
licin,
warna
terang,
permukaan
rata,
tidak
masuknya
serangga,
tikus,
dan
binatang
pengganggu lainnya.
f. Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air
limbah, gas, listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi
dan lain-lainnya harus memenuhi persyaratan teknis
kesehatan agar nyaman dan aman, mudah dibersihkan dari
tumpukan debu. Pemasangan pipa air minum tidak boleh
terbuat
yang
mudah
dibersihkan,
tidak
mungkin
diciptakan
dengan
memfasilitasi
toleransi
meningkat
(formaldehid),
komponen
organik
halogen
(Na
hipoklorin),
Tujuan :
ACH
Penuh
Jendela dibuka penuh,
15,1-31,4
Pintu ditutup
Jendela dibuka separuh,
10,5-24
Pintu ditutup
Jendela ditutup
8,8
Sistem ventilasi mekanik maupun alami yang dirancang dengan baik dapat
memenuhi persyaratan minimal efektif
Ventilasi alami dengan sistem rancangan dan sistem kontrol yang lebih baik,
ventilasi alami lebih efektif
Jenis Ventilasi
Kelebihan
Ventilasi Mekanis
Ventilasi Alami
Cocok untuk semua iklim
Biaya modal, operasional
dan cuaca.
murah
yang
sangat
sehingga
membuang
dapat
sepenuhnya
Lebih
sulit
perkiraan,
analisa,
dan
rancangannya
Kekurangan
Mengurangi
tingkat
kenyamanan
penghuni
pemeliharaan mahal
saat
Memerlukan keahlian.
bersahabat,
cuaca
tidak
seperti
Tidak
mungkin
menghasilkan
negatif
tekanan
ditempatisolasi
bila perlu
Pertimbangan lain berkaitan dengan penggunaan ventilasi alami adalah pajanan pasien
terhadap vektor artopoda (misalnya nyamuk) didaerah endemi. Penggunaan kelambu dan
langkah pencegahan vektor lainnya dapat membantu mengurangi resiko penularan melalui
vektor.
Penggunaan exhaust fan diruang isolasi
Pembuatan bangsal isolasi sementara secara cepat menggunakan exhaust fan dilakukan
selama terjadinya wabah SARS.
Tujuan utama : membantu meningkatkan ACH sampai tingkat yang diharapkan dan
menghasilkan tekanan negatif.
Perancangan dan perencanaan yang teliti exhaust fan dalam jumlah yang memadai
diperlukan untuk mendapatkan hasil seperti :
Pintu dan jendela
Exhaust Fan
Mati
Mati
Mati
Hidup
Hidup
Hidup
Pintu yang
yang
menghubungkan
menghubungkan
kamar dengan
kamar dengan
koridor
Tertutup
Tertutup
Terbuka
Tertutup
Tertutup
Terbuka
luar
Tertutup
Terbuka
Terbuka
Tertutup
Terbuka
Terbuka
ACH
0.71
14.0
12.6
8.8-18.5
14.6
29.2
WH Seto, Jurusan Mikrobiologi, Universitas Hongkong dan Rumah Sakit Queen Mary.
Tabel 3 : Tabel. Tingkat ventilasi ( ACH) dikamar berventilasi alami yang tercatat dalam
sebuah eksperimen di Cina, DAK Hongkong, dalam kondisi eksperimen yang berbeda.
Ruangan isolasi yang digunakan untuk pencegahan transmisi infeksi melalui airbone yang
berventilasi mekanis harus menggunakan sistem kontrol untuk menghasilkan tingkat
ventilasi yang memadai dan aliran udara terkontrol.
Tekanan udara negatif terkontrol dengan lingkungan sekitar ;
12 ACH
Pintu kamar harus ditutup dan asien harus tetap berada didalam kamar
b. Air
Air yang dianjurkan untuk Rumah Sakit :
c. Permukaan Lingkungan
Permukaan lingkungan meliputi permukaan lingkungan di area perawatan, lantai,
dinding, permukaan yang sering disentuh (pegangan pintu, bed rails, light switch),
blinds dan jendela tirai perawatan pasien, kamar operasi serta carpet. Tehnik
pembersihan permukaan lingkungan meliputi :
1. Area perawatan
Pembersihan dari pabrik ikuti petunjuk dari pabrik dan bila tidak ada
petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti prosedur yang telah ditentukan.
Jika tidak ada petunjuk/ disonfektan yang terdaftar untuk pembersihan dan
disinfeksi ruangan perawatan pasien gunakan detergen atau air untuk
pembersihan permukaan non perawatan seperti perkantoran administrasi.
3. Pembersihan permukaan yang sering disentuh seperti pegangan pintu, bed rails,
light switch.
Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang menghasilkan mist atau
aerosol
Ikuti prosedur tepat yang efektif menggunakan mops, cloths and solution.
Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika diperlukan, dan gunakan
cairan yang baru.
Ganti mop setiap hari
Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan dibiarkan kering
sebelum dipakai lagi
4. Kamar Operasi
Bersihkan kamar operasi setelah selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan
ruangan dengan wet vacum atau mop
Gunakan
metode
pembersihan
debu yang
tepat
untuk
pasien
yang
immonocompromised
5. Carpet diarea umum fasilitas pelayanan sarana kesehatan dan area umum
Vacum carpet diarea umum fasilitas pelayanan sarana kesehatan dan area umum
pasien secara regular
6. Perawatan Bunga
Perawatan dan pemeliharaan bunga dan tanaman pot dilakukan oleh petugas
khusus (bukan yang merawat pasien). Namun jika tidak ada petugas khusus
maka petugas memakai sarung tangan dan cuci tangan setelah melepas sarung
tangan
Tidak mengizinkan bunga segar atau kering atau tanaman pot di area perawatan
d. Linen Pasien
Kebersihan linen adalah tanggung jawab petugas
Petugas harus mengganti pakaiannya yang terkontaminasi darah atau material
lain yang terkontaminasi infeksius dan mencucinya kebagian laundry
Fasilitas dan peralatan loundry
o Pertahankan tekanan negatif pada ruangan kotor dibanding dengan
ruangan bersih
o Pastikan bahwa area laundry mempunyai sarana cuci tangan dan
tersedia APD
Pakai dan pelihara peralatan laundry sesuai dengan intruksi pabrik
Jangan biarkan pakaian direndam dimesin sepanjang malam
Tangani pakaian kontaminasi dengan tidak mengibaskan untuk menghindari
kode warna
Jangan diberikan penutup pada pakaian terkontaminasi di ruangan pasien tetapi
harus diganti
f. Pembuangan sampah
Semua sampah yang dihasilkan dalam ruangan atau area isolasi harus dibuang
dalam wadah atau kantong yang sesuai :
Untuk sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning atau bila tidak
tersedia dapat menggunakan kantong plastik warna lain yang tebal atau lapis
dua (kantong ganda). Kemudian diikat dengan tali warna kuning atau di beri
tanda infeksius. Semua sampah dari suatu ruangan/ area yang merawat
pasien dengan penyakit menular melalui udara (airborne) harus ditangani
sebagai sampah infeksius.
Untuk sampah benda tajam atau jarum ditaruh dalam wadah tahan tusukan.
Kantong sampah apabila sudah. Bagian penuh harus segera diikat dengan tali dan
tidak boleh dibuka kembali.
Petugas yang bertanggung jawab atas pembuangan sampah dari bangsal/ area isolasi
harus menggunakan APD lengkap ketika membuang sampah.
Satu lapis kantong kuning sampah biasanya mamadai, bila sampah dapat dibuang
kedalam kantong tanpa mengotori bagian luar kantong. Jika hal tersebut tidak
mungkin dibutuhkan dua lapis kantong (kantong ganda).
Kantong pembuangan sampah perlu diberi label biohazard yang sesuai dan
ditangani dan dibuang sesuai dengan kebijakan rumah sakit dan peraturan nasional
mengenai sampah rumah sakit.
Limbah cair seperti urin atau feses dapat dibuang kedalam sistem pembuangan
kotoran yang tertutup dan memenuhi syarat dan disiram dengan air yang banyak.
7. Kesehatan karyawan/ perlindungan petugas kesehatan
Petugas kesehatan Rumah Sakit Umum Full Bethesda Karawang setiap tahun
dilakukan pemeriksaan kesehatannya terutama petugas yang bekerja diruangan
berisiko terinfeksi, karena dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien maupun
petugas kesehatan yang lain.
Semua karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah
infeksi apa saja, status imunisasinya.
Imunisasi yang diberikan untuk petugas kesehatan adalah hepatitis B, dan bila
memungkinkan A, influenza, campak, tetanus, difteri, rubella.
Petugas yang dinyatakan menderita penyakit menular akan dipantau dan diberikan
pengobatan sesuai penyakitnya
Petugas yang terpajan/ tertusuk jarum yang terinfeksi HIV, HBV, HCV segera
membersihkan daerah yang terluka dengan air mengalir dan berikan desinfektan,
kemudian lapor ke perawa jaga kalau diluar jam kerja, kemudian periks ake dokter
UGD atau kedokter penyakit dalam didalam jam kerja, kemudian periksa
laboratorium sesuai dengan pejanan, kemudian difllow up sesuai penyakitnya.
Alur paksa panjanan harus dibuat dan pastikan dipatuhu untuk HIV, HBV, HCV
nesseria meningitidis, MTB, hepatitis A, Difteri, Varicell zaster, bordetella pertusis,
rabies
Pajanan terhadap virus H5N1
Bila terjadi pajanan H5N1 diberikan oseltamivil 2x75Mg selama 5 hari. Monitor
kesehatan petugas yang terpajang sesuai dengan pormulir yang tersedia.
Pejanan terhadap virus HIV
Resiko terpajan 0,2 0,4 % perinjuri
Upaya menurunkan resiko terpajan patogen melaluidarah dapat melalu :
Menggunakan alat dengan aman, membuang limbah pada wadah yang tepat
misal saat resusitasi mulut ke mulut, diberikan rimfamfisin 2x60mg selama 2 hari
atau dosis tunggal Cyfrifloxacin 500 mg atau Ceptriakson Im.
Mikobakterium tuberkolosis transmisi kepada petuagas lewat air borne, droplet
nuclei biasanya dari pasien TB paru. Sekarang perlu perhatian hubungan antara TB,
infeksi HIV dan MDR TB. Petugas yang paska terekspos perlu di tes mantuk bila
indurasinya lebih dari 10mm perlu diberikan provilaksis INH sesuai rekomendas
lokal. Infeksi lain ( Varicella, hepatitis A, hepatitis E, influenza, pertusis, dipteria
dan rabies )
Transmisinya tidak basa, tetapi harusdibuat penata lakasanan untk petugas.
Dianjurkan vaksinasi untuk petugas terhadap varicella dan hepatitis A, rabies untuk
daerah yang indemis.
Kesehatan petugas dan pencegahan HALS
PENYAKIT
Abses
MASA
MENULAR
CARA
KEWASPAD
INKUBASI
SELAMA/VI
TRANSM
RUS
ISI
PERLUDIJA
SHEDDING
Selama luka Kontak
LANAN
Kontak
mengeluarkan
tubuh
Acinetobacter
Luka
bakar Flora
baumanii
yang
di kulit
hydroterapi
N Standar
manusia,
mukosa
membran
dan tanah.
Bertahan
di tempat
lembab
dan kering
sampai
berbulan,
menular
melalui
peralatan
rawat
respirasi,
tangan
petugas,
humindift
er,
stetoscop,
kontak
dan
MASA
OMENDASI
termomete
r, matras,
bantal,
permukaa
n
TT,
mop,
gordeng,
tempat
mandi,
Adenovirus type 1-
luka bakar
7
6-9 hr
Sekret saluran
Droplet,
nafas
kontak
Aspergilosis
Candidiasis
Infeksi
Inhalasi
dengan
C trachomitis
berlebihan
Kontak
dan
airborne
cara airborne,
conidin
Standar,konta
k
Congenital
rubella
Standar
kontak
langsung
termasuk
Congenitis
seksual
*adenovirus type 8
Campak
Standar,
1 tahun
kontak
dengan
bahan
nasofaring
dan urin
5-12 hari
Campilobacter
Kontak,
Sampai
onset
standar
tidak
dengan
tangan,
alat
Clostridium
terkontami
dufficille
nasi
kotoran
mata
keluar
5-12 hari
Cytomegalo virus
3-4
hari Droplet
Transmisi
Retiksi
hari
setelah
bercak
timbul
merah
timbul
melalui
dekat ) &
( yang imun ) 5
nasofaring
udara
hari
kontak
setelah
ekspos 21 hari
setelah ekspos
Difteria
Standar
Kontak
Tidak
Tahan
Kontak
diketahui
dilingkungan
dengan
hygiene
Gastroenteritis
*salmonella
pendek
ekskresi :
*Shigella
saliva
*yenterocolitca
urin
&
Giardia lamblia
Sekresi
Hepatitis A
Dopler,
Sampai
terapi
antibiotika
mengandu
lengkap
ng
sampai 2 kultur
difteriae
telah
dan
berjarak 24 jam
dinyakatan
negatif,
perlu
imunisasi tiap 10
thn
Hepatitis B,D
Kontak
Standar
px,
kontak
atau Tidak
mengolah
makanan sampai
konsumsi
2xjarak 24 jam
makanan/a
kultur
ir
negatif
terkontami
feses
nasi
Feses
Kontak
Hepatitis C,F,G
15-50 hari
Libur
di
area
kadang
melalui
perawatan/
kadang
feses
pengolahan
sampai
makanan,1
bulan(prematu
minggu
setelah
r)
sakit
kuning
imunisasi
paska
ekspos
Herpes simplex
B:6-24
Akut
atau Perkutane
Standar
minggu
dibatasi
D:3-7 minggu
HbsAg positif
HbeAg negatif
,kulit yang
Tidak
perlu
sampai
tidak utuh
kontak
dengan
darah,
semen,cair
an
vagina,cai
ran tubuh
yang lain
HIV
Perkutane
Standar
us,mukosa
,kulit yang
tidak utuh
kontak
dengan
darah,sem
en,cairan
vagina,cai
ran tubuh
yang lain
2-14 hari
Helicobacterpylori
Asimptomati
Kontak
Standar,
Restriksi
tidak
dapat
dengan
kontak tangan
MDRO( MRSA,VR
mengeluarkan
ludah
E,VISA,ESBL,Stre
virus
karier
p pneumonia
kontak dengan px
mengandu
ng
virus
langsung/
Influenza
lewat
sekresi
luka
aberasi
cairan
vesikel
Perkutane
Standar
us,mukosa
,kulit yang
tidak
utuhkonta
k dengan
darah,sem
en,cairan
Hemophilus
vagina,cai
influenzae
ran tubuh
Dewasa
yang lain
*anak
Standar
Human
Metapneumo virus
Kontak
(HMPV)
Kontak
luka
Norovirus
N meningitidis
1-5 hari
Vaksinasi
pada
petugas
yang
sakit.Virus
langsung
rentan.Amantadin
dapat
atau
untuk
dikeluarkan
droplet
dengan influenza
sebelum
dengan
Kontak
kontak
setelah
napas
melalui
sakit,lebih
panjang pada
anak
dan
orang
Standar
Droplet
Batuk
non Droplet
produktif,
sekret
Kontak,Dropl
et
Diare,KLB
Makanan,
Kontak,maka
air
nan,air
terkontami
nasi feses
2-10 hari
Kontak
Transmisi
dengan
melalui
sekret
droplet
saluran
napas
Parotitis/ Mumps
Kontak
Tranmisi
Libur sampai 2
25hari)
dengan
droplet
acquired,
virus
berada droplet
dalam
saliva atau
paska
ekspos.Rifampin
6-7hari
langsung
sebelum
dengan
ciprofloxacin
parotitis
sekret
500
mg
1x
atau
ceftriaxon 250 mg
IM
Px
yaitu
immunokomp
saliva,
Vaksinasi
romais
hidung&m
efektif,MMR
ulut
Restriksi sampai 9
hari setelah onset
Parvovirus/B19
6-10 hari
Menular
Kontak
Transmisi
parotitis
sebelum
dengan
droplet
rentan
petugas
:12
hari
paska
ekspos
pertama
sampai
setelah onset
25
setelah
muntahan
hari
ekspos terakhir.
Pertusis
7-10 hari
catarrhal Kontak
Transmisi
sangat
dengan
droplet
menular
menerima
droplet
antibiotik
Tidak
besar
Perlu
restriksi
kontak
dekat
Vaksin direkomen
Poliomyelitis
minggu
Transmisi
dengan
pertusis
Restriksi
fase
catarrhal
sampai
setelah
feses terkontami
beberapa
petugas
benda
dalam
11-64th
minggu 3 setelah
umur
teraphi
antibiotik kontak
nasi feses
minggu-bulan
restriksi.
setelah gejala
muncul
Rubella
12-23
hari Sangat
bintik
nerah menular
timbul
14- bintik
dilepas
Kontak
saat dengan
droplet
merah droplet
kontak
virus nasofaring
1 Px
minggu
sebelum
sampai
Transmisi
5-7
Imunisasi
dan direkomendasian
dengan cairan
sal napas
hari
setelah
onset,
congenital
rubella
(tersering
6hari)
5
bisa
hari
setelah
bintik
keluar
melepas virus
petugas rentan 7
berbulan
hari
bertahun-
ekspos
pertama
tahun
sampai
21 hari
setelah
ekspos
hari Orang
sakit Tangan
4- dapat
terkontami kontak
mengeluarkan
virus
Transmisi
nasi
terakhir.
erat
saat dengan
selama merawat
droplet
atau
aerosol
pada
bisa atau
partikel kecil
anak
3-4 menyentu
minggu
setelah
benda
mati,
transmisi
RSV bila
Batasi
kontak
menyentu
dengan
pasien
rawat
dan
atau
lingkungan
bila
hidung
ada
mata
KLB
Restriksi
MRSA
Kontak
Standar,
tangan
transmisi
petugas,
kontak,dapat
mungkin
airborne
karier
RSV
sampai
nares
anterior,
tangan,
axilla,perineu
m,nasofaring,
orofaring
Restriksi
perawatan pasien
Streptococ A
Kontak
sisi Kulit,
Standar,
dan
pengolahan
terinfeksi&
faring,
berdasar
makanan
mensekresi
rektum,
transmisi
petugas
vagina
bila
dengan
perlu
bila
kolonisasi
Restriksi
Salmonella,
Orang-
perawatan pasien
shigella
orang
&pengolahan
lewat
makanan sampai
fekal oral,
24
air/
mendapat
terapi
makanan
antibiotik.
Tidak
terkontami
perlu
nasi
petugas
jam
setelah
restriksi
dengan
kolonisasi
Syphilis
Kontak
Kontak
langsung
dengan
lesi primer
atau
sekunder
syphilis
Tuberkulosis
Sampai
1 Inhalasi
Airborne,
kontak
OAT
(mengeluarka
nuklei
tubuh
infeksius)
Varicella
Sampai
lesi
Airborne,
kering&berkr
kontak
usta
standar
Sampai
terbukti
non infectius
Vibrio
Kolera
Zoster
*lokal
lesi,
paska
Kontak
kontak sampai 21
feses
Tutupi
hari
imuno
globulin IV paska
*menyeluruh
orang
kontak, imunisasi
dengan pasien
petugas
rawat
pajanan dalam 4
atau
immuno
kompromais
paska
hari.
Jangan kontak
dengan pasien
*paska
pajanan
(person
yang
rentan)
jangan kontak
Jangan kontak
Restriksi
sampai
dengan pasien
lesi
rawat
dan mengelupas
mengering
Restriksi
sampai
hari
paska
ke10
pajanan
pertama
sampaihari
ke21
Surveilans ILI membantu mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut
dari manusia-manusia
Terapi dan follo up epi/ pandemic infeksi saluran napas akut pada petugas.
Tujuannya :
Administrasi]yang menunjang
Pelayanan konseling
Status imunisasi
Pemeriksaan fisik
Edukasi
Sosialisasi SOP pencegahan dan pengendalian infeksi misal : Kewaspadaan Isolasi,
Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan berbasis transmisi, Kebijakan Departemen
Kesehatan tenatang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) terkini.
Program Imunisasi
Riwayat imunisasi yang tercatat baik secara periodik menyiapkan apakah seorang petugas
memerlukan booster atau tidak. Imunisasi influenza dianjurkan sesuai dengan strain yang
ada.
IPCN/ K3 RS
LABORATORIUM
7. Penempatan Pasien
7.1. Penanganan Pasien Dengan Penyakit Menular/ Suspek
Letakkan pasien didalam satu ruangan tersendiri. Jika ruangan tersendiri ntidak
tersedia, kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara terpisah didalam
ruangan atau bangsal dengan beberapa tempat tidur dari kasusu yang belum
dikonfirmasi atau sedang didiagnosis ( kohorting ). Bila ditempatkan dalam 1
ruangan, jarak antar tempat tidur harus lebih dari 2 meter dan diantara tempat
tidur harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
Jika tidak tersedia ruangan bertekanan negatif dengan sistem penyaringan udara
partikulasi efiesiensi tinggi, buat tekanan negatif didalam ruangan pasien
dengan memasang pendingin ruangan atau kipas angin dijendela sedemikian
rupa agar aliran udara keluar gedung melalui jendela. Jendela harus membuka
keluar dan tidak mengarah kedaerah publik. Uji untuk tekanan negatif dapat
dilakukan dengan menempatkan sedikit bedak tabur dibawah pintu dan amati
apakah terhisap kedalam ruangan. Jika diperlukan kipas angin tambahan
didalam ruangan dapat meningkatkan aliran udara.
Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada pasien mengenai perlunya
tindakan tindakan pencegahan ini.
Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai :
masker ( bila memungkinkan masker efisiensi tinggi harus digunakan, bila
tidak, gunakan masker bedah sebagai alternatif ) gaun, pelindung wajah atau
pelindung mata dan sarung tangan.
Pakai gaun yang bersih, non- steril ketika masuk ruangan jika akan
berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang
-barang didalam ruangan.
Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui udara kekontak,
misal : luka dengan infeksi kuman gram positif.
Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust ke area
tidak ada orang lalu lalang, misal : TBC
Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne luas, misal
: varicella
Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan ( anak, gangguan
mental ).
Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat kohorting. Bila pasien terinfeksi
dicampur dengan non infeksi maka pasien, petugas dan pengunjung menjaga
kewaspadaan untuk mencegah transmisi infeksi.
7.2. Transport pasien infeksius
7.3.
Perlu edukasi oleh petugas agar menjaga kebersihan tangan dan menjalankan
kewaspadaan isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi kepada mereka sendiri
ataupun kepada pasien lain. Kewaspadaan yang dijalankan seperti yang dijalankan
oleh petugas kecuali pemakaian sarung tangan.
7.4.
Pemulangan Pasien
Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas waktu masa
penularan.
Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang dicurigai terkena
penyakit menular melalui udara/ airborne harus diisolasi didalam rumah selama
pasien tersebut menglami gejala sampai batas waktu penularan atau sampai
diagnosis alternatif dibuat atau hasil uji diagnosa menunjukkan bahwa pasien
tidak terinfeksi dengan penyakit tersebut. Keluarga harus diajarkan cara menjaga
kebersihan diri, pencegahan dan pengendalian infeksi serta perlindungan diri.
7.5.
Pemulasaraan Jenazah
APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien tersebut
meninggal dalam masa penularan.
Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak mudah
tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah.
Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jenazah.
Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya sebelum
jenazah dimasukkan kedalam kantong jenazah dengan menggunakan APD.
7.6.
meninggal, paru parunya mungkin masih mengandung virus. Oleh karena itu, kalau
melakukan suatu prosedur pada paru-paru jenazah, APD lengkap harus digunakan
yang meliputi masker N-95, sarung tangan, gaun, pelindung mata dan sepatu
pelindung.
Mengurangi resiko timbulnya aerosol selama autopsi
Hindari penggunaan pisau bedah dan gunting dengan ujung yang runcing
Upayakan jumlah petugas seminimal mungkin dan dapat menjaga diri masingmasing
Petugas kamar jenazah atau tempat pemakaman harus diberi tahu bahwa
kematian pasien adalah akibat penyakit menular agar kewaspadaan Standar
diterapkan dalam penanganan jenazah.
Di fasilitasi pelayanan kesehatan. Sebaiknya gunakan masker bedah bila Anda sedang
batuk. Etika batuk dan kebersihan pernapsan harus diterapkan disemua bagian rumah sakit,
dilingkungan masyarakat, dan bahkan di rumah.
Tindakan penting ini harus selalu dilakukan untuk mengendalikan sumber infeksi
potensial.
9. Praktek Menyuntik Yang aman
Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan injeksi danterapi.
Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose. Jarum atau spuit yang
dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat menimbulkan
kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain.
Rekomendasi (3)
Rekomendasi dikategorikan sebagai berikut :
Kategori IA :
Kategori IB :
Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit dan telah ditinjau efektif
oleh para ahli dilapangan. Dan berdasarkan kesempatan HICPAC ( Hospital
Infection Control Advisory Committee ) sesuai dengan bukti rasional walaupun
mungkin belum dilaksanakan suatu studi scientifik.
Kategori II :
Tidak direkomendasi :
batuk
akibat
induksi
fisioterapi
dada,
resusitasi
kardiopulmoner.
c. Kewaspadaan transmisi melalui udara ( Airborne Precautions) (4,10)
kewaspadaan transmisi melalui udara ( kategori IB) diterapkan sebagai
tambahan kewaspadaan Standar terhadap pasien yang diduga atau telah
diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemilogi penting dan di
transmisikan melalui jalur udara. Seperti misalnya transmisi partikel
terinhalasi (varicella zoster) langsung melalui udara.
Ditujukan untuk menurunkan risiko transmisi udara mikroba penyebab
infeksi baik yang ditransmisikan berupa droplet nuklei ( sisa partikel
kecil<5m evaporasi dari droplet yang bertahan lama diudara) atau partikel
debu yang mengandung mikroba penyebab infeksi. Mikroba tersebut akan
terbawa aliran udara >2m dari sumber, dapat terinhalasi oleh individu rentan
diruang yang sama dan jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada
factor lingkungan, misal penanganan udara dan ventilasi yang penting dalam
pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit
terkontaminasi ( S. Aureus).
Tabel 5 : KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI
KEGIATAN
Penempatan
KONTAK
DROPLET
UDARA/ AIRBONE
Tempatkan
diruang Tempatkan pasien di ruang Tempatkan
pasien
rawat
terpisah,
tidak
bila terpisah,
mungkin mungkin
bila
kohortin.
Bila mempunyai :
kohorting,
keduanya
mungkin
pertimbangkan
epidemiologi
dan
populasi
Bicarakan
perlu
1. tekanan negatif
2. aliran udara 612X/ jam
3. pengeluaran
udara terfiltrasi
penanganan
sebelum
udara
mengalir
ke
ruang
tempat lain di
Rumah
Usahakan opintu
ruang
kelingkungan
tertutup.
dan
ruang
atau
Sakit.
pasien
Bila
terpisah
tidak
memungkinkan,
tempatkan
pasien
dengan
yang
jangan
dicampur
dengan
infeksi
lain (kohorting)
dengan
jarak>1meter.
Konsultasikan
dengan petugas
PPIRS sebelum
menempatkan
pasien
bila
dan
kohorting tidak
memungkinkan.
(kategori IB)
Batasi
gerak
dan
Pasien
pasien
hanya
kalau
perlu
pasien
hanya
pemeriksaan pasien
perlu
saja.
hygiene
untuk
menyebarkan
droplet
minimal
(kategori IB)
transmisi
kepasien
lain
nuclei
atau
lingkungan (kategori IB
)
Perlindungan
saluran
napas
APD Petugas
Masker
Kenakan
Pakailah
bila
masker
bekerja respirator
N95/
tangan
cuci tangan
kontak
erat
bersih non steril, lateks hidung dan mulut, pakai seharusnya tidak boleh
saat
masuk
pasien,
APD Petugas
ganti
sarung
pasien
atau
suspek
Bila
sebelum
masuk
keluar
dari
terpaksa
harus
maka
harus
mengenakan
tangan
respirator
dengan
masker
untuk
Gaun
telah
Pakaian
gaun
bersih,
tidak
ruang
masker
melindungi
untuk
sakit
pernah
perlu
memakai
(kategori
IB)
baju dari
permukaan lingkungan,
tindakan
dengan
cairan
kemungkinan
timbul
diare
pasien,
ileostomy,
coloctomy,
aerosol.
sebelum
keluar
dan
lain
(kategori
IB )
Apron
Transmisi pada TB
Sesuai
untuk
CDC
mengurangu
pedoman
TB
Guidelinefor
Peralatan
of
untuk
dipakai sendiri
in
perawatan
mikroba
pasien
jarak jauh.
Bila
tidak
bergerak Healthcare
Facilities
memungkinkan
peralatan
nonkritikal
dengan
mikroba
infeksi
yang
sama,
yang
sama.
Bersihkan
dan
Peralatan
disinfeksi
sebelum
Untuk
dipakai
Perawatan
untuk
Adenovirus, vomitus),
Rhinovirus,N.meningitidis, melalui
streptococ
grup
A, aerosol.
Mycoplasma pneumoniae.
MDRO, MRSA, VRSA,
VISA, VRE, MDRSP
Strep
pneuminiae)
VRE,
C.
Difficile,P. Aeruginosa,
influenza,
air
transmisi)
Pasien
cacat
Norovirus
Rotavirus
partikel
kecil
Tujuan terpenting PPI adalah menjaga petugas, peralatan dan permukaan tetap bersih.
Bersih diartikan :
Pengunjung yang setelah sakit sudah tidak menunjukkan gejala, perlu dibatasi
kunjungan ke pasien.
Orang dewasa yang sakit tidak boleh berkunjung sampai batas waktu penularan
penyakit, sedangkan anak-anak dibawah 12 tahun dilarang mengunjungi pasien
dirumah sakit.
Petunjuk pencegahan dan pengendalian infeksi untuk anggota keluarga yang merawat
penderita atau suspek flu burung
Petugas kesehatan atau Tim pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mendidik
pengunjung pasien dengan penyakit menular tentang cara penularan penyakit, dan
menganjurkan mereka untuk menghindari kontak dengan pasien selama masa
penularan.
Jika keluarga teman perlu mengunjungi pasien yang masih suspek atau telah di
konfirmasi menderita penyakit menular melalui udara, pengunjung tersebut harus
mengikuti prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pengunjung harus memakai APD lengkap ( masker, gaun, sarung tangan dan kaca
mata) Jika kontak langsung dengan pasien atau lingkungan pasien.
Petugas kesehatan perlu mengawasi pemakaian APD dan masker secara benar bagi
pengunjung.
Jika keluarga dekat mengunjungi pasien penyakit menular melalui udara, petugas
kesehatan harus mewawancarai orang tersebut untuk menentukan apakah ia
memiliki gejala demam atau infeksi saluran pernapasan. Karena berhubungan dekat
dengan pasien penyakit menular melalui udara beresiko untuk terinfeksi. Jika ada
demam atau gejala gangguan pernapasan, pengunjung tersebut harus dikaji untuk
penyakit menular melalui udara dan ditangani dengan tepat.
Menjaga kebersihan alat pernapasan dan etika batuk ditempat pelayanan kesehatan.
Untuk mencegah penularan infeksi saluran pernapasan difasilitasi pelayanan kesehatan,
kebersihan saluran pernapasan dan etika batuk harus merupakan bagian mendasar dari
prilaku sehat.
Setiap orang yang memiliki tanda atau gejala infeksi pernapsan ( batuk, bersin) harus :
Menggunakan tisu untuk menahan sekresi pernapasan dan dibuang ditempat limbah
yang tersedia.
Tempat limbah tertutup yang tidak perlu disentuh atau dapat dioperasikan dengan
kaki disemua area.
Jika memungkinkan, dianjurkan bagi orang yang batuk untuk duduk pada jarak 1 meter dari
yang lainnya diruang tunggu.
Pada pintu masuk dan diruang fasilitas rawat jalan seperti ruang gawat darurat, ruangan
dokter, klinik rawat jalan, perlu dipasang instruksi etika batuk atau bersin. Pasien dan orang
yang menemaninya agar mempraktekkan kebersihan alat saluran pernapsan dan etika batuk
atau bersin, dan memberitahukan kepada petugas sesegera mungkin tentang gejala penyakit
yang diderita, bagi orang yang batuk harus disediakan masker.
BAB VI
SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT
A. Definisi
Surveilans infeksi Rumah Sakit adalah suatu proses yang dinamis, sistematis terus menerus,
dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interprestasi dari data kesehatan yang
penting pada suatu populasi spesifik yang didiseminasikan secara berkala kepada pihakpihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan, dan evaluasi
suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare associated infections (HAIs) adalah infeksi
yang terjadi pada pasien selama perawatan di RS atau fasilitas pelayanan kesehatan lain,
yang tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk RS. IRS juga
mencakup infeksi yang didapat di RS tetapi baru muncul setelah keluar RS dan juga infeksi
akibat kerja pada tenaga kesehatan.
B. Tujuan
1. mendapatkan data dasar Infeksi Rumah Sakit
2. menurunkan Laju Infeksi RS
3. Identifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi Rumah Sakit
4. meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah yang memerlukan
penanggulangan.
5. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI di RS
6. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan
7. Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi RS
C. Metode Surveilans
Metode surveilans IRS di Rumah Sakit Umum Kabupaten Karawang adalah menggunakan
metode Surveilans target (targetted/sentinel surveillance) adalah surveilans yang terfokus
pada ruangan, kelompok pasien, atau tindakan dengan resiko infeksi spesifik. Yaitu
surveilans diruang perawatan insentif (ICU) dan ruang perawatan bedah, surveilans pada
pasien dengan kateter vena sentral, surveilans, infeksi luka operasi, surveilans pasien
dengan pemasangan Endotracheal Tube (ETT) dan ventilator, surveilans pasien dengan
pemasangan kateter urine, surveilans target ini diharapkan dapat memberikan hasil yang
lebih tajam dan memerlukan sumber daya yang lebih sedikit.
D. Jenis-jenis infeksi Rumah Sakit
1. Infeksi Aliran Darah Primer
a. Definisi Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
Merupakan jenis infeksi yang terjadi akibat masuknya mikroba melalui peralatan
yang kita masukkan langsung ke system pembuluh darah. Dalam istilah CDC
disebut sebagai Blood Stream Infection (BSI)
Akses langsung keperedaran darah ini dapat berupa kateter vena maupun arteri yang
kita lakukan terhadap pasien, baik dalam rangka perawatan maupun diagnostik,
yang secara umum disebut sebagai kateter intravaskuler ( intravaskuler Catheter).
Contahnya adalah pemasangan vena sentral (CVC : Central Venous Catheter), vena
perifer ( infus) hemodialisa.
lain dan / atau dokter yang merawat menyatakan telah terjadi infeksi >2x24 jam
setelah pemasangan catheter vena sentral.
Seringkali phlebitis dilaporkan sebagai IADP. IADP berbeda dengan Phlebitis
(Superficial & Deep Phlebitis). Perbedaan antara IADP dengan phlebitis, adalah :
Phlebitis, merupakan tanda-tanda peradangan pada daerah lokal tusukan infus.
Tanda-tanda peradangan tersebut adalah merah, bengkak, terasa seperti terbakar
dan sakit bila ditekan.
IADP adalah keadaan bakteremia yang diagnosanya ditegakkan melalui
pemeriksaan kultur.
b. Faktor risiko adalah :
Malnutrisi
Luka bakar
c. Kriteria IADP
Ada beberapa kriteria untuk menentukan IADP, kriteria IADP 1 dan 2 dapat
digunakan untuk semua peringkat umur pasien termasuk usia <1th, minimal
ditemukan satu kriteria seperti :
c.1. Kriteria 1 IADP ; berikut :
Mikroba dari kultur darah itu tidak berhubungan dengan infeksi dibagian
lain dari tubuh pasien (lihat catatan 1&2)
Hasil kultur yang berasal dari >2 kultur darah pada lokasi pengambilan
yang berbeda didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya
difteroid ( C corynebacterium spp), Bacillus spp. (bukan B anthracis),
Propionibacterium spp, Staphylococcus coagulase negatif termasuk
epidermidis, Steptococcus viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.
Berasal dari >2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang berbeda (lihat
catatan 3&4).
Pasien anak usia <1 tahun menunjukkan minimal satu gejala seperti berikut :
demam (suhu rektal >38C), hipotermi ( suhu rektal <37C), apnoe atau
bradikardia, dan
Tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan positif laboratorium yang tidak
berhubungan dengan infeksi dibagian lain dari tubuh pasien dan
Hasil kultur yang berasal dari >2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang
berbeda didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya
difteroid (corynebacterium spp), Bacillus spp (bukan B anthracis),
Propionibacterium spp, staphylococcus coagulase negatif termasuk S
epidermidis,
Streptococcus
viridans,
Aerococcus
spp,
Micrococcus
spp.berasal dari >2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang berbeda.
Catatan :
1. dalam kriteria 1, arti >1 kultur darah pasien adalah = minimal 1 botol
kultur dari darah yang diambil memberikan hasil dilaporkan ada
pertumbuhan mikroba, artinya kultur darah positif.
2. dalam kriteria 1 maksudpatogen yang ditemukan adalah mikroba yang
tidak termasuk dalam mikroba kontaminan kulit yang umum didapatkan
(lihat kriteria 2 dan 3). Contoh beberapa mikroba pathogen yang bukan
termasuk flora normal umum kulit yang dapat ditemukan adalah S.aureus,
Enterococcus spp, E coli, Psudomonas spp, Klebsiella spp, Candida spp dan
lain-lain
3. dalam kriteria 2 dan 3, arti >2kultur darah diambil dari lokasi yang berbeda
adalah artinya :
Dari CV line atau kultur ujung kateter CV line dan perifer sekurangkurangnya 2 kali pengambilan darah perifer dengan jeda waktu tidak
lebih dari 2 hari (misalnya pengmbilan darah pada hari Senin dan
Selasa, atau Senin dan Rabu, jangan terlalu jauh misalnya SeninKamis), atau pada waktu yang bersamaan dari 2 lokasi yang berbeda
4.
Kriteria Nasional
I. Infeksi Aliran Darah Perifer (IADP)
Algoritma Diagnosa IADP
Simtom
(Gejala dan Tanda)
Laboratorium :
Kultur Darah
Umum
Minimal :
Demam (>38C)
Menggigil
hipotensi
Minimal 1 :
Demam (>38C )
Hipotermi (<37C)
Apnoe
bradikardia
Positif =1 mikroba
patogen
Kriteria IADP
Positif =2 mikroba
Flora kulit
Negatif
Keterangan :
Yang dimaksud mikroba pathogen pada kriteria 1 misalnya adalah : S. Aureus,
Enterococcus spp, E coli, Psudomonas spp, Klebsiella spp, Candida spp dan lainlain.
Yangdimaksud dengan flora kulit adalah mikroba kontaminan kulit yang umum,
misalnya difteroid (Corynebacterium spp), Bacillus spp, Propionibacterium spp,
CNS termasuk Staph. Epidermidis, Streptococcus viridans, Aerococcus spp,
Micrococcus spp.
Hasil kultur darah pada kriteria 2 dan 3, arti 2kultur darah : 2 spesimen darah
diambil dari lokasi yang berbeda dan dengan jeda waktu tidak lebih dari 2hari.
Gambar 7 : Diagram Alur Infeksi Aliran Drah Primer
1. Pneumonia
Ada 2 jenis Pneumonia yang berhubungan dengan IRS, yaitu Pneumonia yang
didapatkan akibat perwatan yang lama atau sering disebut sebagai Hospital
Acquired Pneumonia (HAP) dan Pneumonia yang terjadi akibat pemakaian ventilasi
mekanik atau sering disebut sebagai Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
a. Definisi HAP
HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pasien dirawat dirumah sakit >48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya
tidak menderita infeksi saluran napas bawah. HAP dapat diakibatkan tirah baring
lama ( koma/ tidak sadar, trakeostomi, refluk gaster, Endotracheal Tube/ETT).
b. Definisi VAP
VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru
setelah pemakaian ventalasi mekanik > 48 jam, dan sebelumnya tidak
ditemukan tanda-tanda infeksi saluran napas.
c. Dasar diagnosis Pneumonia
Pneumonia (PNEU) ditentukan berdasarkan kriteria klinis, radiologi dan
laboratorium.
(lihat Gambar 4.2. Diagram Alur Pneumonia dan Gambar 4.3. Diagram Alur
Kriteria Pilihan Pneumonia pada bayi dan Anak).
d. Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia
Bukti Klinis Pneumonia adalah bila ditemukan minimal 1 dari tanda dan
gejala berikut :
Konsolidasi
Kavitasi
Catatan :
Pada pasien yang tanpa penyakit paru-paru atau jantung (respiratory
distress syndrome, bronchopulmonary dysplasia, pulmonary edema, atau
chronic obstructive pulmonary disease) yang mendasari, 1 bukti
radiologis foto thorax sudah dapat diterima.
f. Kriteria Pneumonia
Ada 3 tipe spesifik pneumonia :
1. Pneumonia klinis (PNEU1)
2. Pneumonia dengan gambaran laboratorium spesifik (PNEU2)
3. Pneumonia pada pasien imunokompromis (PNEU3)
f.1. Kriteria PNU1 : Pneumonia Klinis
dapat diidentifikasi sebagai PNU 1 bila didapatkan salah satu kriteria
berikut :
1) Untuk semua umur (PNU1-1)
-
Batuk
3) Untuk anak berumur lebih dari >1 tahun atau berumur 12 tahun
(PNU1-3), minimal ditemukan 3 dari tanda berikut :
-
Keterangan :
-
Keterangan :
-
Paired sera adalah pasangan sera yang diambil pada fase akut
dan fase penyembuhan penyakit. Pada penyakit yang sedang
berlangsung(progresif) akan didapatkan peningkatan titer sera
pada fase penyembuhan sebesar 4x dibandingkan dengan titer
sera pada fase akut.
Hemoptysis
Keterangan :
- yang tergolong dalam pasien immunocompromised antara
lain:
Nilai
Parenkim Paru
Spesimen bronchoscopic
- Bilasan bronchoalveolar
104 cfu/mL
- Protected BAL
104 cfu/mL
104 cfu/mL
104 cfu/mL
- Protected BAL
104 cfu/mL
Pneumonia (PNEU)
Algoritma Pneumonia
Ra
diol
ogi
s
2 tanda
radiologist serial
1 tanda
radiologis serial
Simt
La
om
bor
(tand
ato
a dan
riu
Gejal
m
a)
Minima
Kultur l
Simtom
pasangan
termasuk
darah-sputum
simtom:
+dan cocok
untuk
Hemoptisis
Candida
spp
Nyeri Pleuritik
Spesimen SNB
: Jamur atau
Pneumocystis
carinii+
PNU3
immunocompromised
2 tanda
radiologist serial
Bayi 1 tahun
Memburuknya pertukaran gas
Dan 3 tanda berikut :
Suhu tidak stabil
Leukopenia atau
Leukositosis
Onset baru sputum purulen atau
perubahan sifat sputum, sekresi
Tanda-tanda sesak napas
Wheezing dan atau ronchi
Batuk
Bradikardi
1 tanda radiologist
serial
Ra
diol
ogi
s
Simto
m
( Tand
a dan
Gejala
)
Gambar 8 : Diagram Alur Pneumonia dan Diagram Alur Kriteria Pilihan Pneumonia pada
Bayi dan Anak
Keterangan :
PNU2 1 : Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratorium yang spesifik untuk
infeksi bakteri umum dan jamur berfilamen
PNU2-2 : Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratorium yang spesifik untuk
infeksi virus, Legionella, Chlamydia, Mycoplasma, dan patogen tidak umum lainnya.
Leukositosis 12.000SDP/mm3
Leukositosis 15.000SDP/mm3
Memburuknya pertukaran gas : desaturasi O2: PaO2/FiO2 240, atau pO2 < 94%,
peningkatan kebutuhan oksigen, atau perlunya peningkatan ventilator
Sekresi SNB adalah yang diambil dengan alat bronchoskopi dan merupakan spesimen
sekresi saluran napas bawah yang mempunyai tingkat kontaminasi minimal
Pnemonia yang di sebabkan aspirasi hebat ( misalnya pada waktu intubasi di ruang darurat
atau di kamar oprasi ) dianggap HAP jika memenuhi kriteria spesifik manapun dan jelas
tidak didapati atau sedang dalam masa inkubasi pada saat pasien masuk rumah sakit.
HAP berulang dapat terjadi pada pasien-pasien yang sakit berat dan tinggal di rumah sakit
untuk waktu yang lama.Pada waktu menetapkan apakah untuk melaporkan HAP berulang
pada seorang pasien, perlu di cari bukti-bukti bahwa infeksi awal telah mengalami
resolusi.Penambahan atau perubahan pathogen saja bukan indikasi episode baru
pneumonia.Di perlukan kombinasi gejala dan tanda serta bukti radiologis atau uji
diagnostik lain.Pewarnaan gram fositif untuk bakteri dan tes KOH untuk serat elastin dan
atau hipa jamur dari sputum yang di kumpulkan dengan cara yang baik merupakan kunci
penting dalam menemukan penyebab infeksi. Namun sempel dahak sering terkontaminasi
oleh kuman yang mengkoloni saluran nafas sehingga perlu di interprestasi dengan hati
hati. Secara khusus, candida sering ditemukan pada pewarnaan, tetapi tidak sering
menyebabkan HAP.
g. Faktor resiko pneumonia
Pnumonia dapat berasal dari :
- Faktor lingkungan yang terkontaminasi,misalnya air,udara atau makanan (muntah)
- peralatan yang digunakan dalam perawatan pasien : Endotracheal Tube (ETT),
nasogastric Tube (NGT) suction catheter, Bronchoscopy, Respiratory devices.
- Orang keorang : dokter, perawat, pengunjung, maupun dari flora endogen pasien itu
sendiri.
Populasi berisiko VAP adalah semua pasien yang terpasang ventilasi mekanik,
sehingga kejadiannya terutama terfokus pada pada area spesifik yaitu ICU,
NICU/PICU, HCU. Sehingga yang digunakan sebagai numerator dalam menghitung
laju infeksi adalah jumlah kasus VAP per periode tertentu (1bulan, 6bulan, 1 tahun),
sedangkan denominatornya adalah jumlah hari pemasangan alat ventilasi mekanik
periode waktu tertentu.populasi berisiko HAP adalah pasien tirah baring lama yang
dirawat dirumah sakit, sehingga yang digunakan sebagai numerator adalah jumlah
kasus HAP per periode tertentu (1bulan, 6 bulan, 1 tahun) sedangkan denominatornya
adalah jumlah hari rawat pasien tirah baring per periode tertentu (1 bulan, 6 bulan ,1
tahun).
3. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih (ISK) dalam istilah CDC disebut sebagai Urinary Tract Infection
(UTI), merupakan jenis infeksi yang terjadi pada saluran kemih murni (Urethra dan
prmukaan kandung kemih) atau melibatkan bagian yang lebih dalam dari organ-organ
pendukung saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar
retroperitonial atau rongga perinefrik). Untuk itu, dalam menentukan jenis ISK, perlu
pengelompokan sebagai berikut :
1. Infeksi Saluran Kemih Simptomatis
2. Infeksi Saluran Kemih Asimptomatis
3. Infeksi Saluran Kemih Lainnya.
a. Tanda dan Gejala ISK
Demam (>38C)
Urgensi
Frekuensi
Disurai, atau
Apnea
Bradikardia
Letargia
Muntah-muntah
- Tes konfirmasi minor dapat berupa : tes-tes kultur kuantitatif dengan jumlah
koloni yang meragukan adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat adanya
kemungkinan ISK tanpa melakukan kultur, dan diagnosis dokter yang merawat.
c.1. Tes konfirmasi ISK mayor :
Hasil biakan urin aliran tengah (midstream) >105 kuman per ml urin dengan
jumlah kuman tidak lebih dari 2 spesies.
c.2. Tes Konfirmasi ISK minor
Tes carik celup (dipstick)positif untuk lekosit esterase dan / atau nitrit
Piuri (terdapat 10 lekosit per ml atau terdapat 3 lekosit per LPB (mikroskop
kekuatan tinggi/ 1000x)dari urin tanpa dilakukan sentrifugasi).
Ditemukan kuman dengan pewarnaan Gram dari urin yang tidak disentrifugasi
Paling sedikit 2 kultur urin ulangan didapatkan uropatogen yang sama (bakteri
gram negatif atau S. Saprophyticus) dengan jumlah 102 koloni per ml dari
urin yang tidak dikemihkan (kateter atau aspirasi suprapubik)
d. Kriteria ISK :
1). ISK Simptomatis harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut ini :
a).Kriteria 1 ISK simtomatis.
- Ditemukan paling sedikit satu simtom ISK (a) tanda atau gejala berikut
tanpa diketahui penyebab lain, dan
- Tes konfirmasi mayor positif (c.1)
b). Kriteria 2 ISK Simtomatis.
- Ditemukan paling sedikit dua simtom ISK (a), dan
- Satu tes konfirmasi minor positif (C.2)
c). Kriteria 3 ISK simtomatis anak usia 1 tahun.
- Ditemukan paling sedikit satu tanda ISK (b) dan
- Tes konfirmasi mayor positif (C1)
d). Kriteria 2 ISK sistomatis anak usia1 tahun.
- Ditemukan paling sidikit dua simtom ISK anak usia 1 tahun ISK (b)
- Satu tes konfirmasi minor positif (C2)
2. ISK Asimptomatik
ISK asimptomatik harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut :
a. Kriteria 1 ISK Asimptomatik :
Catatan :
-
Nyeri lokal
Kuman yang tumbuh pada kultur darah sesuai dengan kuman dari tempat yang
diduga infeksi.
Dokter yang menangani memberikan pengobatan anti mikroba yang sesuai jenis
infeksinya.
Apnea
Bradikardia
Letargia
Muntah-muntah, dan
Kuman yang tumbuh pada kultur darah sesuai dengan kuman dari tempat yang
di duga infeksi
KONFIRMASI
ISK
SIMTOM
(gejala dan Tanda) ISK
laju infeksi.
Umum
Demam
Urgensi
Frekuensi
Disuria
Nyeri Supra Publik
Demam
Hipotermi
Apneu
Bradikardi
Letargia
Muntah-muntah
Koloni 105/ml,dan
Jenis
kuman
Mayor
uropatogen
2spesies
Konfirmasi
YA
Mayor
Minor
1x
ISKAs
Diagnosis
dokter2xISK Kriteria 43
Kriteria 1
Kriteria 2
Umum
Usia 1
Demam (>38C)
Nyeri Lokal
Nyeri tekan Lokal
Demam >38C
Hipotermi<37C
Apneu
Bradikardia
Letargia
Muntah-muntah
2 simtom
1 simtom
Drainase pus
Kuman kultur darah =kuman kultur local
Bukti infeksi Radiologis
Diagnosis dokter
Terapi antimikroba Dokter
Kriteria 1
Kriteria 2
Kriteria 3
ISK Lain
Kriteria 4
Tes konfirmasi minor dapat berupa : tes-tes kultur kuantitatif dengan jumlah
koloni yang meragukan adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat
adanya kemungkinan ISK tanpa melakukan kultur, dan keyakinan klinisi
berdasarkan profesionalitasnya.
Urin akiran tengah (midstream) adalah specimen urin yang diambil dengan cara
membuang aliran pertama, dan aliran pancar tengah yang akhirnya dijadikan bahan
pemeriksaan.
Spesimen untuk kultur urin harus didapatkan sengan tehnik yang benar, mislanya
clean catch collection untuk spesimen urin pancar tengah atau kateterisasi.
Clean catch collection adalah tekhnik pengambilan urine pancar tengah yang terutama
diambil secara spontan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi sampel dari
flora yang biasa terdapat pada muara dan urethra sekitarnya.
Pada bayi, spesimen diambil dengan cara kateterisasi kandung kemih atau aspirasi
supra pubik.
ISK lain : adalah ISK yang ,elibatkan jaringan lebih dalam dari sistem urinarius,
misalnya ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar retroperitonial atau
rongga perinefrik.
3. IDO Organ/ Rongga tubuh : bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai
rongga dalam tubuh.
b. Kriteria IDO
b.1. Kriteria (Surgical Site Infection/SSI)
IDO Superfisial (superficial incisional/ Surgical Site infection):
Harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi
Mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)pada tempat
insisi
2.
3.
sekurang-kurangnya terdapat :
-
satu tanda atau gejala infeksi sebagai berikut : satu tanda atau gejala
infeksi sebagai berikut : rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir,
kemerahan, atau hangat pada perabaan.
Insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr.bedah dan hasil biakan
positif atau tidak dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak
memenuhi kriteria ini.
4. Diagnosis IDO superfisial oleh dokter bedah atau dokter yang menangani
pasien tersebut.
Terdapat 2 tipe spesifik IDO superficial, yaitu :
1. Superficial incisional primary (SIP) :
Infeksi terjadi pada tempat insisi primer pada pasien yang telah menjalani tindakan
operasi melalui satu atau lebih insisi (contoh insisi pada operasi Cesar atau insisi
pada dada dalam operasi bypass arteri coroner).
2. Superficial incisional secondary (SIS) :
Infeksi terjadi pada tempat insisi sekunder pada pasien yang menjalani tindakan
melalui lebih dari satu insisi (contoh insisi pada donor (biasanya pada kaki) untuk
CBGB).
CBGB : Coronary bypass with chest and donor incisions.
Petunjuk pencatatan/ pelaporan IDO Superfisial :
- Jangan melaporkan stitch abscess(inflamasi minimal dan adanya keluar cairan
(discharge)pada tempat penetrasi/ tusukan jarum atau tempat jahitan) sebagai suatu
infeksi
- Jangan melaporkan infeksi luka yang terlokalisir (localized stab wound infection)
sebagai IDO, sebaiknya dilaporkan sebagai infeksi kulit (SKIN) atau infeksi jaringan
lunak (ST), tergantung dari kedalamannya infeksi.
- Laporkan infeksi pada tindakan sirkumsisi pada bayi baru lahir sebagai CIRC.
Sirkumsisi tidak termasuk kedalam prosedur operasi pada NHSN
- Laporkan infeksi pada luka bakar sebagai BURN
- Bila infeksi pada tempat insisi mengenai atau melanjutsampai ke fascia dan jaringan
otot, laporkan sebagai IDO profunda(deep incisional SSI)
- Apabila infeksi memenuhi kriteria sebagai IDO superficial dan IDO profunda
klasifikasikan sebagai IDO profunda.
b.2. Kriteria IDO ( Deep incisional Surgical Site Infection ) :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi tanpa
pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan
implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi dan
- Mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia dan lapisan otot) pada tempat insisi
dan
- pasien sekurang-kurangnya mempunyai/ memenuhi salah satu keadaan dibawah ini :
Drainase purulen dari jaringan lunak dalam tetapi bukan dari organ atau rongga
dalam pada tempat operasi.
Abscess atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengenai insisi dalam yang
ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung, selama re-operasi, atau berdasarkan
hasil pemeriksaan histopatologi(PA) atau radiologi.
Diagnosis IDO profunda oleh dokter bedah atau dokter yang menangani pasien
tersebut.
Catatan :
Yang dimaksud dengan implant adalah setiap benda, bahan atau jaringan yang berasal
bukan dari manusia (seperti katup jantung prostesa,cangkok pembuluh darah yang bukan
berasal dari manusia, jantung buatan(mekanik) atau prostesa tulang panggul) yang
ditempatkan pada tubuh pasien secara permanen dalam suatu tindakan operasi dan tidak
dimanupulasi secara rutin baik untuk kepentingan diagnostik maupun untuk keperluan
terapi.
Terdapat 2 tipe spesifik IDO profunda, yaitu :
1. Deep incisional primary (DIP) :
Infeksi terjadi pada tempat insisi primer pada pasien yang telah menjalani tindakan
operasi melalui satu atau lebih insisi ( contoh insisi pada operasi Cesar atau insisi
pada dada dalam operasi bypass arteri coroner)
2. Deep incisional secondary (DIS) :
Infeksi terjadi pada tempat insisi sekunder pada pasien yang menjalani tindakan
melalui lebih dari satu insisi (contoh insisi pada donor (biasanya pada kaki) untuk
CBGB).
Petunjuk pencatatan / pelaporan IDO Profunda :
Apabila infeksi memenuhi kriteria sebagai ILO superficial dan ILO profunda klasifikasikan
sebagai IDO profunda.
b.3. Kriteria IDO Organ / rongga tubuh (Organ /Space SSI)
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi tanpa
pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan pemasangan implant
dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi dan.
- infeksi mengenai semua bagian dari tubuh, kecuali insisi kulit, fascia dan lapisan otot
yang sengaja dibuka atau dimanupulasi selama prosedur/ tindakan dan
- pasien sekurang-kurangnya mempunyai / memenuhi salah satu keadaan dibawah ini :
Drainase purulen dari suatu drain yang dipasang melalui stab wound kedalam
organ/ rongga tubuh.
Dapat diisolasikan kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil
secara aseptic dari organ/ rongga tubuh.
Abscess atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengenai organ/ rongga
tubuh yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung, selama reoperasi, atau
berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi (PA) atau radiologi.
Diagnosis IDO organ/ rongga tubuh oleh dokter bedah atau dokter yang menangani
pasien tersebut.
Organ atau rongga tubuh meliputi semua bagian/ organ tubuh manusia kecuali
kulit, fascia atau lapisan otot, yang sengaja dibuka atau dimanupulasi selama
tindakan operasi. Tempat atau nama organ tubuh yang spesifikasi harus
dicantumkan pada IDO organ/ rongga tubuh untuk mengidentifikasikan tempat
terjadinya infeksi.
Secara spesifik tempat terjadinya infeksi harus dicantumkan dalam pelaporan IDO
organ/ rongga tubuh (lihat juga kriteria untuk tempat tersebut ) sebagai contoh,
pada tindakan apendektomi yang kemudian terjadi abses sub-diafragma, akan
dilaporkan sebagai IDO organ/ rongga tubuh dengan tempat spesifiknya padaintraabdominal(IDO-IAB)
Daftar nama organ spesifik yang digunakan dalam pencatatan/ pelaporan untuk
IDO organ/ rongga tubuh : secara spesifik tempat terjadinya infeksi harus
dicantumkan dalam pelaporan IDO Organ/ Rongga tubuh (lihat juga kriteria untuk
tempat tersebut ):
-
BONE
- LUN
- BRST
- MED
-CARD
- MEN
DISC
- ORAL
- EAR
- OREP
- MET
- OUTI
ENDO
- SA
- EYE
- SINU
- GIT
- UR
IAB
- VASC
- IC
- VCUF
- JNT
Biasanya Infeksi organ/ rongga tubuh keluar (drains) melalui tempat insisi. Infeksi
Kondisi pasien sendiri, misalnya : usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score,
karier MRSA, lama rawat pra-operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
Simtom
(Tanda-Gejala)
Waktu
kejadian
1 simtom
a. Drainase purulen
b. Kultur cairan/ jaringan +
c. Abscess atau bukti infeksi lain : pengamatan
langsung, laboratorium, histopatologi dsb
d. Diagnosis dokter
Jaringan
Yang Terlibat
e. insisi dehisces
spontan atau sengaja
dibuka oleh dr. bedah
hasil biakan positif
atau tidak dilakukan
biakan dan nyeri local
atau demam
Kulit
Jaringan subkutan
Jaringan lunak
profunda :
Fascia Otot
Jenis ILO
ILO SUPERFISIAL
Operasi membuka
kulit, otot dan fascia
sampai mencapai
rongga/ organ tubuh
ILO PROFUNDA
ILO ORGAN/
RONGGA
Bukti lain terjadinya IDO dapat berupa temuan langsung, selama re-operasi, atau
berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi (PA) atau radiologi
3). Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut, tanpa diketemukan
penyebab lainnya :
Demam (>38C), sakit, eritema, atau panas pada vaskuler yang terlibat, dan
c. Petunjuk Pelaporan
Infeksi dari tranplantasi arteri-vena, shunt, atau fistula atau lokasi kanulasi
vaskuler sebagai CVS-VASC tanpa adanya hasil kultur dari darah
Infeksi intravaskuler dengan hasil kultur darah positif, dilaporkan sebagai IADP.
Keterangan :
- adanya cairan purulen semata, belum cukup sebagai bukti infeksi
- kultur positif dari permukaan dekubitus belum cukup sebagai bukti infeksi.
Spesimen kultur yang berupa cairan harus diambil dari bagian dalam luka
dekubitus dengan menggunakan jarum aspirasi. Spesimen jaringan diambil
dengan cara biospy tepian ulkus.
E. MANAJEMEN SURVEILANS
1. Identifikasi Kasus
Surveilans yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Karawang adalah
surveilans aktif yaitu kegiatan yang secara khusus dilakukan untuk mencari kasus IRS
oleh orang-orang yang telah terlatih dan hampir selalu Komite/Tim PPI tersebut
mencari data dari berbagai sumber untuk mengumpulkan informasi dan memutuskan
apakah terjadi IRS atau tidak. Juga kasus IRS didapatkan berdasarkan klinis pasien
atau temuan laboratorium dengan menelaah faktor resiko, memantau prosedur
perawatan pasien yang terkait dengan prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian
infeksi. Dalam hal ini diperlukan pengamatan langsung diruang perawtan dan diskusi
dengan dokter atau perawat yang merawat.
Surveilans yang berdasarkan pada temuan laboratorium, semata-mata didasarkan atas
hasil pemeriksaan laboratorium atas sediaan klinik. Oleh karena itu infeksi yang tidak
dikultur yaitu yang didiagnosis secara klinik (berdasarkan gejala dan tanda klinik)
saja, seperti spesis dapat terlewatkan, sementara hasil biakan positif tanpa konfirmasi
klinik dapat secara salah diinterprestasikan sebagai IRS (misalnya hasil positif hanya
merupakan kolonisasi dan bukan infeksi).
Surveilans prospektif juga dilakukan pada pasien operasi yaitu dengan pemantauan
setiap pasien selama dirawat di rumah sakit dan untuk pasien operasi sampai setelah
pasien pulang (satu bulan untuk operasi implant dan satu tahun jika ada pemasangan
implant). Saat kontrol ke poliklinik.
Keuntungan yang paling utama pada surveilans prospektif adalah :
a. Dapat langsung menentukan kluster dari infeksi
b. Adanya kunjungan Komite/Tim PPI di Ruang Perawatan
c. Memungkinkan analisis data berdasarkan waktu dan dapat memberikan umpan
balik.
Kelemahannya adalah memerlukan sumber daya yang lebih besar dibandingkan
surveilans retrospektif.
2.
Sumber dari dokter, perawat, pasien mauoun keluarga pasien, dari farmasi, catatan
medik, catatan perawat, untuk mengingatkan Komite/ Tim PPI kepada suatu infeksi
baru dan juga mencari rujukan mengenai cara pencegahan dan pengendaliannya.
a. Pengumpulan Data Numerator
1). Pengumpulan Data
Pengumpulan numerator data dapat dilakukan oleh selain IPCN, misalnya IPCLN
yang sudah dilatih atau dengan melihat program otomatis dari database elektronik,
tetapi tetap IPCN atau seorang IPCO ( Infection Prevention Control Officer) atau
IPCD ( Infection Prevention Control Doctor ) yang membuat keputusan final
tentang adanya IRS berdasarkan kriteria yang dipakai untuk menentukan adanya
IRS.
2). Jenis Data Numerator yang Dikumpulkan
Data demografik : nama, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor catatan medik,
tanggal masuk RS
Infeksi : tanggal infeksi muncul, lokasi infeksi ruang perawatan saat infeksi
muncl pertama kali.
Faktor Resiko : alat, prosedur, faktor lain yang berhubungan dengan IRS
Data Laboratorium : Jenis mikroba, antibiogram serologi, patologi
Data Radiology/ imaging : X-ray, CT scan, MRI, dsb.
3). Sumber data Numerator
a) Catatan masuk/ keluar/ pindah rawat, catatan laboratorium mikrobiologi
b). Mendatangi bangsal pasien untuk mengamati dan berdiskusi dengan
perawat.
c). Data-data pasien (catatan kertas atau komputer) untuk kinfirmasi kasus:
Catatn suhu
d). Untuk kasus SSI post-discharge, sumber data termasuk catatan dari
klinik bedah, catatan dokter, departemen emergensi.
4). Bagaimana IPCO mengumpulkan data numerator
a). Amati catatan masuk/ keluar/ pindah rawat pasien-pasien yang masuk
dengan infeksi, tempatkan mereka pada kelompok risiko mendapatkan
IRS.
dan
bicarakan
dengan
personil
laboratorium
untuk
Selama
melakukan
surveilans
keruangan,
amati
lembur
b. untuk laju SSI : dapatkan data rinci saat operasi dari log kamar operasi untuk
msaing-masing prosedur operasi.
4). Bagaimana ICP mengimpulkan data denominator
a. Untuk laju densitas yang berhubungan dengan alat : catatan harian jumlah
pasien yang datang dan jumlah pasien yang terpasang masing-masing alat.
b. Untuk laju SSI : dapatkan data rinci dari log kamar operasi dan data-data
pasien yang diperlukan.
c. Perhitungan
1) Numerator
Angka kejadian infeksi dan perlu data untuk dicatat
Terdapat tiga kategori yang perlu dicatat atas seorang pasien dengan IRS,
yaitu : data demografi, infeksinya sendiri dan data laboratorium.
2) Denominator
Data yang perlu dicatat
Denominator dari infection rates adalah tabulasi dari data pada kelompok
pasien yang memiliki risiko untuk mendapat infeksi :
3) Pencatatan Data
Metode yang dipakai dalam surveilans IRS ini adalah metode target
surveilans aktif dengan melakukan kunjungan lapangan (bangsal).
Dilakukan identifikasi keadaan klinik pasein ada tindakannya tanda-tanda
infeksi dan factor-factor risiko terjadinya infeksi bila ditemukan tanda-tanda
infeksi dan faktor-faktor risiko dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai
pemeriksaan penunjang. Kalau kegiatan penemuan kasus dengan mengakses
data dari meja kerjanya.
Biasanya, penemuan kasus dimulai dengan menelusuri daftar pasien baru
masuk dengan infeksi maupun tidak infeksi(baik infeksi komunitas maupun
IRS pada perawatan sebelumnya) dan pasien-pasien yang mempunyai risiko
untuk mendapatkan IRS seperti pasien diabetes atau pasien dengan penyakit
imunosupresi kuat. Selanjutnya, mengunjungi laboratorium untuk melihat
laporan biakan mikrobiologi. Hal ini dapat membantu Komite / Tim PPI
menentukan pasien mana yang perlu ditelaah lebih lanjut. Dibangsal
melakukan observasi klinis pasien laporan keperawatan, grafik suhu, lembar
pemberian antiboitik. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dapat
melakukan wawancara dengan dokter, perawta dan pasien maupun
keluarganya. Kunjungan rutin ke bangsal dan laboratorium ini memberi
bimbingan
3. Analisis Data
Menentukan dan menghitung laju.
Laju adalah suatu probabilitas suatu kejadian.
Biasa dinyatakan dalam formula sebagai berikut :
X = numerator, adalah jumlah kali kejadian selama kurun waktu tertentu
Y = denominator, adalah jumlah populasi darimana kelompok yang mengalami
kejadian tersebut berasal selama kurun waktu yang sama.
K = angka bulat yang dapat membantu angka laju dapat mudah dibaca (100,1000
atau 10.000).
Kurun waktu harus jelas dan sama antara numerator dan denominator sehingga laju
tersebut mempunyai arti.
Ada tiga macam laju yang dipakai dalam surveilans IRS atau surveilans lainnya,
yaitu incidence, prevalence dan incidence density.
1. Incidence
Adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit yang timbul dalam satu kelompok
populasi tertentu dalam kurun waktu tertentu pula.
Didalam surveilans IRS maka incidence adalah jumlah kasus IRS baru dalam
kurun waktu tertentu dibagi oleh jumlah pasien dengan resiko untuk
mendapatkan IRS yang sama dalam kurun waktu yang sama pula.
2. Prevalence
Adalah jumlah total kasus baik baru maupun lama suatu kelompok populasi
dalam satu kurun waktu tertentu (period prevalence) atau dalam satu waktu
tertentu ( point prevalence).
Point prevalence nosokomial rates adalah jumlah kasus IRS yang dapat dibagi
dengan jumlah pasien dalam survei.
Rhame menyatakan hubungan antara incidence dan prevalence adalah sebagai
berikut:
I
= Incidence rates
= Prevalence rates
LA
LN
= Nilai rata-rata dari lama rawat pasien yang mengalami satu atau
lebih IRS
INTN
= Interval rata-rata antara waktu masuk rumah sakit dan hari pertama
terjadinya IRS
a. Sangat berguna bila laju infeksinya merupakan fungsi linier dari waktu
panjang yang dialami pasien terhadap faktor risiko (misalnya semakin lama
pasien terpajan, semakin besar risiko mendapat infeksi).
Contoh incidence density rate (IDR):
Jumlah kasus ISK/ jumlah hari pemasangan kateter.
Lebih baik daripada Incidence Rate (IR) dibawah ini
Jumlah ISK jumlah pasien yang terpasang kateter urin.
Oleh karena itu IDR dapat mengontrol lamanya pasien terpajan oleh faktor
risikonya (dalam hal ini pemasangan kateter urin) yang berhubungan secara
linier dengan risiko infeksi.
b. Jenis laju lain yang sering digunakan adalah Atack Rate (AR) yaitu suatu
bentuk khusus dari incidence rate. Biasanya dinyatakan dengan persen (%)
dimana k= 100 dan digunakan hanya pada KLB IRS yang mana pajanan
terhadap suatu populasi tertentu terjadi dalam waktu pendek.
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan waktu dan menyita hampir
separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga dibutuhkan penuh waktu (full time). Dalam
hal ini bantuan komputer akan sangat membantu, terutama akan meningkatkan efisien pada
saat analisis. Besarnya data yang harus dikumpulkan dan kompleksitas cara analisisnya
merupakan alasan mutlak untuk menggunakan fasilitas komputer, meski dirumah sakit
kecil sekalipun. Lagi pula sistem surveilans tidak hanya berhadapan dengan masalah pada
waktu sekarang saja, tetapi juga harus mengantisipasi tantangan di masa depan.
Dalam penggunaan komputer tersebut ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan,
yaitu :
1. memilih sistem komputer yang akan dipakai, komputer mainframe atau komputer
mikro. Komputer mainframe bekerja jauh lebih cepat, memuat data jauh lebih besar.
Dan memiliki jaringan yang dapat diakses diseluruh area rumah sakit. Semua data
pasien seperti sensus pasien, hasil laboratorium dan sebagainya, dapat dikirim
secara elektronik. Namun harus diingat bahwa komputer mainframe adalah cukup
mahal baik pembelian maupun operasionalnya. Tidak setiap orang dapat
menggunakannya dan memerlukan pelatihan yang insentif. Software untuk program
pencegahan dan pengendalian IRS bagi komputer mainframe sampai saat ini masih
terbatas. Mikrokomputer jauh lebih murah dan lebih mudah dioperasikannya oleh
setiap petugas.
2. Mencari software yang sudah tersedia dan memilih yang digunakan.
Pemilihan software harus dilakukan hati-hati dengan mempertimbangkan maksud
dan tujuan dari surveilans yang akan dilaksanakan diRumah Sakit.
4. Evaluasi, Rekomendasi dan Diseminasi
Hasil
Surveilans
dapat
digunakan
untuk
mengevaluasi
pelaksanaan
program
pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit (PPIRS) dalam satu waktu tertentu.
Sebagai
contoh,
di
rumah
sakit
yang
memiliki
pasien
dengan
berhubungan dengan laju infeksi (infection rate) yang berkaitan dengan pemakaian alat,
jumlah hari pemakaian.
Perhatian Komite/ Tim Ppi tidak hanya terpaku pada laju infeksi dirumah sakit.
Sehubungan dengan mutu pelayanan/ perawatan maka harus dipertanyakan tentang :
apakah pajanan pasien terhadap tindakan invasif yang meningkat risiko IRS telah
diminimalkan ? peningkatan angka DU di ICU memerlukan penelitian lebih lanjut. Untuk
pasien yang mengalami tindakan operatif tertentu, maka distribusi pasien mengenai
kategori risikonya sangat bermanfaat. Misalnya, untuk membantu menentukan kelayakan
intervensi yang diberikan. Meneliti kelayakan suatu intervensi juga membantu menentukan
apakah pajanan telah diminalkan.
Pelaporan
Laporan sebaiknya sistematik, tepat waktu, informatif. Data dapat disajikan dalam berbagai
bentuk, yang penting mudah dianalisa dan di interprestasi. Penyajian data harus jelas,
sederhana, dapat dijelaskan diri sendiri. Bisa dibuat dalam bentuk table, grafik, pie.
Pelaporan dengan narasi singkat.
Tujuan untuk :
Desiminasi
Surveilans didesininasikan kepada yang berkepentingan untuk melaksanakan pencegahan
dan pengendalian infeksi. Oleh sebab itu hasil surveilans angka infeksi harus disampaikan
keseluruh anggota komite, direktur rumah sakit, ruangan atau unit terkait secara
berkesinambungan. Disamping itu juga perlu didesiminasikan kepada kepala unit terkait
dan penanggung jawab ruangan beserta stafnya berikut rekomendasinya.
Oleh karena itu mengandung hal yang sangat sensitif, maka data yang dapat mengarah
kepasien atau perawatan harus benar-benar terjaga kerahasiaannya. Dibeberapa negara data
seperti ini bersifat rahasia. Data seperti ini tidak digunakan memberikan sanksi tetapi hanya
digunakan untuk tujuan perbaikan mutu pelayanan.
Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk
menetapkan strategi pengendalian IRS. Laporan didesiminasikan secara periodik bulanan,
triwulan, tahunan. Bentuk, penyampaian dapat secara lisan dalam pertemuan, tertulis,
papan buletin.
Sudah selayaknya Komite/ Tim PPI menyajikan data surveilans dalam bentuk satandar
yang menarik yaitu berupa laporan narasi singkat ( rangkuman), tabel, grafik kepada
Komite/ Tim PPI Analisis yang mendalam dari numerator dapat dilaksanakan untuk
memberikan gambaran epidemiologinya, termasuk kuman patogen dan faktor risikonya.
POPULASI
TEMPAT
DATA
LAJU/
SURVEILANS
AT RISK
INFEKSI
DENOMINAT
RATIO
OR
Data Yang
diperlukan
Surveilans
Komprehensif
memenuhi kriteria infeksi dan tanggal 1.pasien masuk masuk atau keluar :
masuk
surveilans
temoat Jumlah :
Laju
setiap
aplikasi
surveilans
2.
persalinan
normal
setiap
1.
100pasien
secara
keseluruhan
2.spesifikasi bagi tempat
tertentu
3.spesifikasi
tempat
3.
operator
caesar
pelayanan.
Laju per 100 persalinan
normal
Rawat Intensif
laju
per
100
operasi caesar.
1.Angka infeksi ICU secara
tempat 1.pasien
yang terpilih ikut infeksi dalam bulan 3. hari insersi 1000 pasien/ hari.
pasien sampai 48 yang sama
kateter urin
4.insersi
ventilator
kateter.
dan
tanggal 1 bulan 4.
berikutnya
6.hari
semua
pemasangan
Angka
Rumah
Pneumonia
sakit
rawat ventilator
insersi
1000hariinsersi
dan
bayi
resiko perawatan
pasien
tinggi
tingkat dengan
III
inkubasinya
,masa dikumpulkan
dan
per1000hari
berat
pasien
Data
dari
macam
diikuti selama 48
kategori BB lahir :
bakterimia
Sec
ara Umum
2. untuk setiap kategori
berat lahir
3. Central
(umbilical)
Line
Pasien Operasi
4. Ventilator
faktor SSI rates by :
macam Data
untuk 1.indeks
operasi
pasien risiko
prosedur
dan
2.kelas luka
sama
1.
tan
ggal operasi
2.
j
enis
prosedur
dan
temapat infeksi.
operasi
3.
no
mor register
pasien.
4.
u
mur
5.
je
nis kelamin
6.
la
ma operasi
7.
je
nis luka
8.
an
estesi umum
9.
A
SA score
10.
mergency
11.
tra
uma
12.
pr
osedur
ganda
13.
pe
meriksaan
endoskopik
14.
ta
nggal pulang
Data Tambahan
Surveilans
Komprehensif
1.hari
rawat Angka
untuk
rata-rata
untuk
medik
2.jenis pelayanan
2.pasien
3.tempat infeksi
masuk
pasien
pada
ruang rawat
masuk
atau
ruang
rawat.
Site
spesific
100pasien
keluar,
rate
masuk
atau
atau
1000
rawat.DRG
per
hari
spesific
DRG.
Nama atau kode SSI rates menurut operator,
dokter bedah
dan
klasifikasi
operator
dan
BAB VII
PENUTUP
Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak bisa dihindari di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Karawang maupun di Rumah sakit lain, sehingga dibutuhkan data dasar infeksi
untuk menurunkan angka yang ada. Untuk itu perlunya melakukan surveilans dengan
metode yang aktif, terus menerus dan tepat sasaran.
Pelaksanaan surveilans memerlukan tenaga khusus yang termasuk tugas dari IPCN. Untuk
itu diperlukan tenaga IPCN yang purna waktu sesuai standar
Pedoman pencegahan pengendalian infeksi rumah sakit Umum Kabupaten Karawang
semoga dapat bermanfaat bagi petugas Rumah Sakit maupun Tim PPI.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya, Depkes 2007
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya, Depkes ,2007
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya, Depkes 2009
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya, Depkes, 2009
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Sarana Pelayanan Kesehatan, Dirjen Bina
Pelayanan Medic Depkes, 2006
Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas ,YBP-SP, Jakarta 2004
x 1000 = ........%
Denominator
Jumlah Kasus IADP
Jumlah hari pemakaian alat
x 1000 = ........ %
Contoh kasus :
Data di Ruangan A Rumah Sakit x sebagai berikut :
jumlah pasien terpasang infus = 90orang dengan jumlah hari pemasangan infus =
212 hari
ditemukan tanda-tanda IRS berdasarkan hasil kultur positif dengan tanda klinis
yang jelas sebanyak 9 orang
Angka infeksi VAP adalah jumlah VAP dibagi dengan jumlah hari pemakaian alat
ventilasi mekanik
x 1000
Angka Infeksi HAP adalah jumlah pasien HAP dibagi dengan jumlah hari rawat
pasien yang masuk pada periode tersebut.
x 1000
_________ x 1000
Terinfeksi VAP sebanyak 1 orang ditandai : demam, adanya ronchi, sesak napas,
sputum purulen, X-ray toraks infiltrat(+)
dan
keterampilan
dalam
mengidentifikasi
kasus
dan
mengumpulkan data.
Identifikasi ISK :
o Laporan Unit
o Lakukan kunjungan keruangan : observasi atau wawancara
Data ISK RS dan penggunaan alat kateter urin diambil secara serentak,
prospektif atau retrospektif.
No
Nama
ETT
CVL
IVL
UC
Kultur Antibiotika
01-07-09 1
Zef
02-07-09 1
Cip
Ket
Amx
Urine Cip
Urine Amx
E.Coli
Pseudomonas
(+)
3
Amx
Cip
Cip Dx ISKoleh dr
Gmc
Mer
Dst.....
31-07-09
Jlh Ps
3
3
ETT
2
2
CVL
2
2
IVL
3
1
UC
3
2
VAP
Dst.
31
4
Jumlah 196
2
1
5
1
212
- Numerator
Numerator adalah jumlah yang terinfeksi akibat penggunaan kateter urin menetap sesuai
kriteria dalam kurun waktu tertentu.
- Denominator
Denominator adalah jumlah hari pemasangan kateter urin dalam kurun waktu yang sama
dengan numerator.
Tekhnik penghitungan
Angka /Rate infeksi : Numerator
x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus ISK
x 1000 = ......%
1. luka bersih : nontrauma, operasi luka tidak infeksi, tidak membuka respiratory dan
genitoeinare.
2. bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan genitorineri.
3. kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka.
4. kotor dan infeksi : trauma terbuka, kontaminasi fecal.
2. Lama Operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit setiap jenis operasi
berbeda lama operasi (lihat tabel )
lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan , skor : 0
3. ASA Score
ASA 1-2, skor : 0
ASA 3-5, skor : 1
X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.
Lampiran 6. Tabel . Jenis-jenis Infeksi Rumah Sakit dan Klarifikasinya berdasarkan CDC
UTI
Asymptomatic bacteriuria
SUTI
OUTI
SSI
SIS
DIP
DIS
BSI
PNEU
BJ
CNS
CVS
BONE
LUNG
BRST
MED
CARD
MEN
DISC
ORAL
EAR
OREP
EMET
OUTI
ENDO
SA
EYE
SINU
GIT
UR
IAB
VASC
IC
VCUF
JNT
Bloodstream infection
LCBI
CSEP
Clinical sepsis
Pneumonia
PNU 1
PNU 2
PNU 3
Osteomyelitis
JNT
Joint or bursa
DISC
Disc space
Intracranial infection
MEN
Meningitis or ventriculitis
SA
EENT
VASC
ENDO
Endocarditis
CARD
Myocarditis or pericarditis
MED
Mediastinitis
Conjunctivitis
EYE
ORAL
SINU
Sinusitis
UR
Laporan 6. jenis-jenis Infeksi Rumah Sakit dan Klasifikasinya berdasarkan CDC (lanjutan )
GI
Gastroenteritis
GIT
HEP
Hepatitis
LRI
IAB
NEC
Necrotizing enterocolitis
LUNG
REPR
SST
SYS
Endometritis
EPIS
Episiotomy
VCUF
Vaginal cuff
OREP
Skin
ST
Soft Tissue
DECU
Decubitus ulcer
BURN
Burn
BRST
UMB
Omphalitis
PUST
Pustulosis
CIRC
Newborn Circumcision
System Infection
DI
Disseminated infection