Anda di halaman 1dari 27

BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama
Jenis kelamin
Usia
Suku
Agama
Alamat
Status
Pekerjaan
Tanggal MRS
Tanggal pemeriksaan
Dirawat ke

: Tn.M
: Laki-laki
: 55 tahun
: Jawa
: Islam
: Kec.Jati Agung Lampung Selatan
: Menikah
: Buruh Bangunan
: 03 Oktober 2016
: 04 Oktober 2016
:1

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Anamnesis

: Autoanamnesis

Keluhan Utama

: Nyeri kepala memberat sejak 1 minggu lalu

Keluhan Tambahan

: Mual, Muntah

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 tahun lalu dan memberat
sejak 1 minggu lalu. Nyeri kepala hebat dirasakan pada bagian tengkuk dan
menjalar ke kepala bagian belakang. Nyeri hilang timbul dan seperti berdenyut.
Keluhan tersebut sering muncul saat pasien beraktivitas dan dapat muncul saat
beristirahat, sering muncul pagi hari. Serangan terjadi 1x dalam 2 minggu. Nyeri
kepala hebat disertai mual dan muntah. Pasien sebelumnya pernah tertimpa kayu
bangunan 2 tahun lalu. Pingsan (-), mual (-), muntah (-), demam (-), sakit kapala
(+). 1 bulan setelahnya pasien tertimpa batu bata. Pingsan (-), mual (-), muntah
(-), demam (-), sakit kapala (+). 2 bulan lalu pasien merasakan keluhan tersebut
semakin memberat dan sering. Serangan dapat terjadi 3xdalam sehari. Pasien
dibawa ke Rs.Kota karena keluhan tersebut. Dilakukan CT-Scan pasien

dinyatakan mengalami tumor otak dan direncanakan untuk operasi tetapi saat itu
pasien dan keluarga menolak. 1 minggu lalu keluhan muncul kembali, pasien
dirujuk ke RSAM.
Riwayat Penyakit Dahulu

Trauma kepala (+), tumor (-), kejang (-)


Hipertensi (-), DM (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
-

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa

C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
-

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos menitis

GCS

: E4M6V5= 15

Vital sign
Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80x/menit

RR

: 20x/menit

Suhu

: 37,0o C

Status Generalis
-

Kepala

: normocephal

Rambut

: hitam, lurus, tidak mudah dicabut

Mata

: sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-

Telinga

: simetris, sekret (-/-)

Hidung

: septum tidak deviasi, pernafasan cuping


hidung (-)

Mulut
-

: sianosis (-)

Leher

Pembesaran KGB

: tidak ada pembesaran KGB

Pembesaran kelenjar tiroid

: tidak ada pembesaran

JVP

: 5+0 cm H2O

Trakhea

: di tengah

Toraks
Cor
Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba

Perkusi

: redup
Batas jantung kanan pada ICS IV linea sternalis dextra
Batas atas jantung pada ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kiri jantung pada ICS V linea midclavicula sinistra

Auskultasi

: Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop


(-)

Pulmo

Inspeksi

: pergerakan simetris kiri = kanan, retraksi (-)

Palpasi

: pergerakan simetris kiri = kanan

Perkusi

: sonor / sonor

Auskultasi

: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi

: datar, simetris

Palpasi

: massa teraba (-), nyeri tekan (-), hepar dan


lien tidak teraba

Perkusi

: timpani (+)

Auskultasi

: bising usus normal

Ekstremitas
Superior

: oedem (-/-), sianosis (-/-)

Inferior

: oedem (-/-), sianosis (-/-)

Status Neurologis
Saraf Cranialis
N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung

: normal

N.Opticus (N.II)
Tajam penglihatan

: 4/60, 5/60

Lapang penglihatan

: normal

Tes warna

: normal

Fundus oculi

: tidak dilakukan

N.Occulomotorius, N.Trochlearis, N.Abdusen (N.III N.IV N.VI)


Kelopak Mata
-

Ptosis

: -/-

Endophtalmus

: -/-

Exopthalmus

: -/-

Nystagmus

:-

Pupil
-

Ukuran

: 3mm / 3mm

Bentuk

: Bulat / Bulat

Isokor/anisokor

: isokor

Posisi

: (Sentral / Sentral)

Refleks cahaya langsung

: +/+

Refleks cahaya tidak langsung

: +/+

Medial

: Baik

Lateral

: Baik

Superior

: Baik

Inferior

: Baik

Obliqus superior

: Baik

Obliqus inferior

: Baik

N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
-

Ramus oftalmikus

: simetris

Ramus maksilaris

: simetris

Ramus mandibularis

: simetris

Motorik
-

M. masseter

: normal

M. temporalis

: normal

M. pterygoideus

: normal

N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi Wajah Sewaktu
- Diam
- Tertawa

: simetris
: simetris

- Meringis

: simetris

- Bersiul

: simetris

- Menutup mata

: simetris

Pasien disuruh untuk


- Mengerutkan dahi

: simetris

- Menutup mata kuat-kuat

: +/+

- Mengangkat alis

: simetris

Sensoris
- Pengecapan 2/3 depan lidah

: (+)

N. Vestibulocochlearis/ N. Acusticus(N.VIII)
N.cochlearis
- Ketajaman pendengaran

: normal

- Tinitus

: -/-

N.vestibularis
- Test vertigo

: -

- Nistagmus

: -

N.Glossopharingeus dan N.Vagus (N.IX dan N.X)


- Suara bindeng/nasal

: -

- Posisi uvula

: di tengah

- Palatum mole

: simetris

- Arcus palatoglossus

: simetris

- Arcus palatoparingeus

: simetris

- Refleks batuk

: (+)

- Refleks muntah

: (+)

- Peristaltik usus

: (+)

- Bradikardi

: (-)

- Takikardi

: (-)

N.Accesorius (N.XI)
- M.Trapezius

M.Sternocleidomastodeus

: +/+

: simetris

N.Hipoglossus (N.XII)
- Deviasi
-

: (-)

Tanda Perangsangan Selaput Otak


Kaku kuduk

: (-)

Kernig test

: ( -/- )

Laseque test

: ( -/- )

Brudzinsky I

: ( -/- )

Brudzinsky II

: (-)

Sistem Motorik

Superior ka/ki

Gerak
Kekuatan otot
Tonus

Inferior ka/ki

aktif

aktif

5/5

5/5

(Normotonus/ Normotonus) (Normotons/Normotonus)

Klonus

(-/-)

(-/-)

Atropi

(-/-)

(-/-)

Biceps (+/+)

Pattela (+/+)

Triceps (+/+)

Achiles (+/+)

Refleks fisiologis
Refleks patologis

Hoffman Trommer (-/-)

Babinsky (-/-)

Chaddock (-/-)

Oppenheim (-/-)

Schaefer (-/-)

Gordon (-/-)

Gonda (-/-)
-

Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan
-

Rasa raba

: Normal

Rasa nyeri

: Normal

Rasa suhu panas

: Normal

Rasa suhu dingin

: Normal

Proprioseptif / rasa dalam


-

Rasa sikap

: Normal

Rasa getar

: Normal

Rasa nyeri dalam

: Normal

Fungsi kortikal untuk sensibilitas


-

Asteriognosis

: (+)

Grafognosis

: (+)

Koordinasi

Tes telunjuk hidung

: normal

Tes pronasi supinasi

: normal

Susunan Saraf Otonom


Miksi

: normal

Defekasi

: normal

Salivasi

: normal

Fungsi Luhur
Fungsi bahasa

: baik

Fungsi orientasi

: baik

Fungsi memori

: baik

Fungsi emosi

: baik

D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 04/10/2016
Hematologi
Hb

: 15,4 g/dl

Ht

: 42 %

Leuko

: 6.410/uL

Tromb

: 231.000/ul

Eritrosit : 4,7 juta/uL


LED

: 20 mm/jam

MCV

: 90 fL

MCH

: 33 pg

MCHC

: 37 g/dL

Kimia
SGOT

: 22 U/L

SGPT

: 17 U/L

GDS

: 158 g/dL

Ureum

: 66 mg/dL

Creatinin : 0,90 mg/dL


Hematologi
CT

: 12 menit

BT

: 3 menit

Radiologi:
Hasil CT-Scan: Massa di lobus occipitalis dextra dengan herniasi subfalcine
Saran: CT Scan kepala dengan kontras

10

E. Resume
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 tahun lalu dan memberat
sejak 1 minggu lalu. Nyeri kepala hebat dirasakan pada bagian tengkuk dan
menjalar ke kepala bagian belakang. Nyeri hilang timbul dan seperti berdenyut.
Keluhan tersebut sering muncul saat pasien beraktivitas dan dapat muncul saat
beristirahat, sering muncul pagi hari. Serangan terjadi 1x dalam 2 minggu. Nyeri
kepala hebat disertai mual dan muntah. Pasien sebelumnya pernah tertimpa kayu
bangunan 2 tahun lalu. 1 bulan setelahnya pasien tertimpa batu bata. Pingsan
(-), mual (-), muntah proyektil (-), demam (-), sakit kapala (+). 2 bulan lalu
pasien merasakan keluhan tersebut semakin memberat dan sering. Serangan dapat
terjadi 3xdalam sehari. Pasien dibawa ke Rs.Kota karena keluhan tersebut.
Dilakukan CT-Scan pasien dinyatakan mengalami tumor otak dan direncanakan
untuk operasi tetapi saat itu pasien dan keluarga menolak.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
kompos mentis, GCS E4V5M6 = 15. Tanda vital didapatkan tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,0oC. Pada pemeriksaan neurologi
dalam batas normal
Hasil pemeriksaan laboratorium Hb: 15,4 g/dl, Ht: 42 %, leukosit: 6.410/uL,
trombosit: 231.000/ul. Ureum: 66 mg/dL, creatinin: 0,9 mg/Dl. Hasil CT-Scan:
Massa di lobus occipitalis dextra dengan herniasi subfalcine.
F. Diagnosis
Klinis

: Cephalgia kronik

Topis

: Intracerebral, lobus occipitalis dextra

Etiologi

: Cephalgia kronik SOL e.c Susp. Jinak

G. Penatalaksanaan
1. Umum
-

Tirah baring

2. Medikamentosa
- IVFD RL gtt XX/m

- Parasetamol 500 mg + Ibuprofen 200 mg (3x1 caps)


- Ranitidin amp/12 jam
- Dexamethason amp/8 jam
- Neurodex 2x1 tab
H. Prognosa
Quo ad vitam

= dubia ad bonam

Quo ad functionam

= dubia ad bonam

Quo ad sanationam

= dubia ad bonam

FOLLOW UP
Hari/ Tanggal

Catatan

Penatalaksanaan

04/10/16

S/ Nyeri kepala(+), Mual (+),


Muntah(+),

Umum

O/

Tirah baring
Medikamentosa

KU: sakit sedang


Kesadaran : compos mentis
GCS: 13 (E4 V5 M6)
St. generalis:

- IVFD RL gtt XX/m


- Parasetamol 500
mg 3x1 tab
-

Ranitidin 2 x
1 amp

cefixim 2 x
100 mg tab

R/ CT-Scan

TD : 110/70 mmHg
N : 80/m
S : 37,0C
RR:20x/m
St. neurologis: kesan normal
Motorik: superior 5/5
inferior 5/5
A/ Cephalgia kronik e.c susp.tumor
otak
Hari/ Tanggal

Catatan

Penatalaksanaan

05/10/16

S/ Nyeri kepala(+), Mual (+),


Muntah(+),

Umum

O/
KU: sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS: 13 (E4 V5 M6)
St. generalis:

Tirah baring
Medikamentosa
- IVFD RL gtt XX/m
- Parasetamol 500
mg 3x1 tab
-

Ranitidin 2 x

TD : 110/70 mmHg

1 amp
-

N : 80/m
S : 37,2C

cefixim 2 x
100 mg tab

RR:20x/m
St. neurologis: kesan normal

Motorik: superior 5/5


inferior 5/5
A/ Cephalgia kronik e.c tumor otak
Hari/ Tanggal

Catatan

Penatalaksanaan

06/10/16

S/ Nyeri kepala(+), Mual (+),


Muntah(+),

Umum

O/

Tirah baring
Medikamentosa

KU: sakit sedang


Kesadaran : compos mentis
GCS: 13 (E4 V5 M6)
St. generalis:
TD : 110/70 mmHg
N : 80/m

- IVFD RL gtt XX/m


- Parasetamol 500
mg tab + Ibuprofen
200 mg (3x1 caps)
-

Ranitidin 2 x
1 amp

Dexamethaso
n 2x1 amp

S : 36,8C
RR:20x/m
St. neurologis: kesan normal
Motorik: superior 5/5
inferior 5/5
CT-Scan : Massa di lobus occipitalis

Co.Sp.BS

dextra dengan herniasi subfalcine


A/ Cephalgia kronik e.c SOL
susp.jinak

Hari/ Tanggal

Catatan

Penatalaksanaan

07/10/16

S/ Nyeri kepala(+), Mual (+),


Muntah(+),

Umum

O/ KU: sakit sedang


Kesadaran : compos mentis
GCS: 13 (E4 V5 M6)
St. generalis:
TD : 110/70 mmHg
N : 80/m

Tirah baring
Medikamentosa
- IVFD RL gtt
XX/m
- Parasetamol 500
mg tab + Ibuprofen
200 mg (3x1 caps)
-

S : 37,0C
RR:20x/m
St. neurologis:kesan normal
Motorik: superior 5/5
inferior 5/5
CT-Scan : Massa di lobus
occipitalis dextra dengan herniasi
subfalcine
Hasil konsul Sp.BS
-

SOL glioma
occipitoparietal dextra

Persiapan operasi

Ranitidin 2 x
1 amp

Dexamethas
on 2x1 amp

A/ Cephalgia kronik e.c SOL


glioma

Hari/ Tanggal

Catatan

Penatalaksanaan

08/10/16

S/ Nyeri kepala(+), Mual (+),


Muntah(+),

Umum

O/

Tirah baring
Medikamentosa

KU: sakit sedang


Kesadaran : compos mentis
GCS: 13 (E4 V5 M6)
St. generalis:
TD : 110/70 mmHg

- IVFD RL gtt
XX/m
- Parasetamol 500
mg tab + Ibuprofen
200 mg (3x1 caps)
-

N : 72/m
S : 37,0C

Dexamethas
on amp/8
jam

RR:20x/m
St. neurologis: kesan normal
Motorik: superior 5/5

Ranitidin
amp/12 jam

Neurodex
2x1

inferior 5/5
CT-Scan : Massa di lobus
occipitalis dextra dengan herniasi
subfalcine
A/ Cephalgia kronik e.c SOL
glioma
Hari/ Tanggal

Catatan

Penatalaksanaan

10/10/16

S/ Nyeri kepala(+), Mual (+),


Muntah(+),
O/

Umum
Tirah baring
Medikamentosa

KU: sakit sedang


Kesadaran : compos mentis
GCS: 13 (E4 V5 M6)
St. generalis:
TD : 110/70 mmHg

- IVFD RL gtt
XX/m
- Parasetamol 500
mg tab + Ibuprofen
200 mg (3x1 caps)
-

N : 80/m
S : 36,7C

Dexamethas
on amp/8
jam

RR:20x/m
St. neurologis: kesan normal
Motorik: superior 5/5

Ranitidin
amp/12 jam

Neurodex
2x1

inferior 5/5
CT-Scan : Massa di lobus
occipitalis dextra dengan herniasi
subfalcine
A/ Cephalgia kronik e.c SOL
glioma
Hari/ Tanggal

Catatan

Penatalaksanaan

11/10/16

S/ Nyeri kepala(+), Mual (+),


Muntah(+),

Umum

O/
KU: sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS: 13 (E4 V5 M6)

Tirah baring
Medikamentosa
- IVFD RL gtt
XX/m
- Parasetamol 500
mg tab + Ibuprofen

St. generalis:

200 mg (3x1 caps)

TD : 120/80 mmHg

N : 80/m

Ranitidin
amp/12 jam

S : 36,7C

Dexamethas
on amp/8
jam

RR:20x/m
St. neurologis: kesan normal

Neurodex
2x1

Co.
Sp.Anastesi

R/ alih
rawat bedah
syaraf

Motorik: superior 5/5


inferior 5/5
CT-Scan : Massa di lobus
occipitalis dextra dengan herniasi
subfalcine
A/ Cephalgia kronik e.c SOL
glioma

BAB II
ANALISIS KASUS

1. Apakah diagnosis pasien sudah tepat?

Klinis

: Cephalgia kronik

Topis

: Intracerebral, lobus occipitalis dextra

Etiologi

: Cephalgia kronik SOL e.c Susp. Jinak

Dalam Ilmu Penyakit Syaraf dikenal 3 macam diagnosis, yaitu diagnosis


klinis, diagnosis topis dan diagnosis etiologi.
a. Diagnosis klinis adalah deskripsi gejala dan temuan-temuan klinis
yang diperoleh. Pada kasus ini, diagnosis klinis yang didapat adalah
sefalgia kronik. Sefalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak
mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai
ke daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah
tengkuk). Sefalgia dapat merupakan tanda dari proses penyakit
tertentu

baik

ekstrakranial

maupun

intrakranial.

Berdasarkan

penyebabnya, sefalgia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu sefalgia


primer dan sekunder. Sefalgia primer adalah suatu nyeri kepala tanpa
disertai adanya penyebab struktural organik, sebaliknya, sefalgia
sekunder apabila diketahui adanya penyebab struktural yang
mendasarinya.

Dari anamnesis

dan pemeriksaan fisik

dapat

diperkirakan penyebab sefalgia. Pada kasus ini, nyeri kepala sudah


terjadi selama 2 tahun dan dirasakan hilang timbul dan bersifat
progresif. Nyeri kepala seperti ini biasa terjadi karena peningkatan
tekanan intrakranial, misalnya pada tumor otak. Nyeri kepala
dirasakan lebih hebat pada pagi hari karena selama tidur malam hari,
tekanan

karbondioksida

(pCO2)

pada

pembuluh

darah

otak

meningkatkan aliran darah otak sehingga tekanan intrakranial


meningkat.
b. Diagnosis kedua pada penyakit neurologis adalah diagnosis topis.
Diagnosis topis diagnosis berdasarkan gejala dan tanda yang
diperoleh dihubungkan dengan lokalisasi lesi di susunan saraf. Pada
kasus ini, diagnosis topis adalah intrakranial. Dari keluhan yang
didapatkan berupa nyeri kepala menandakan bahwa terjadi proses
desak ruang sehingga terjadi gangguan pembuluh darah otak dan

peningkatan tekanan intrakranial. Dari pemeriksaan fisik, belum


ditemukan kelainan pada nervus kranialis. Dari pemeriksaan
penunjang berupa CT scan didapatkan gambaran space occupying
lesion di lobus occiitalis dextra dan herniasi subfalcine. Dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan

bahwa

terdapat

suatu

massa

intrakranial

yang

kemungkinan berasal dari intrakranial.


c. Diagnosis yang ketiga adalah diagnosis etiologi. Diagnosis etiologi
adalah

diagnosis

berdasarkan

gejala,

tanda,

lokalisasi

lesi

dihubungkan dengan proses patologi di susunan saraf. Pada kasus ini,


diagnosis etiologi yang ditegakkan adalah SOL e.c. susp. Jinak
Space occupying lesion (SOL/lesi desak ruang) didefinisikan sebagai
neoplasma, jinak atau ganas, primer atau sekunder, serta setiap
inflamasi yang berada di dalam rongga tengkorak yang menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial dan menempati ruang di dalam otak.
Space occupying lesion intrakranial meliputi tumor, hematoma, dan
abses.
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses
desak ruang yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam
kompartemen supratentorial maupun intratentorial. Dalam hal ini
mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningen, vaskuler,
kelenjar hipofisis, epifisis, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor
metastasis dari bagian tubuh lainnya. Tumor otak bisa mengenai
segala usia, tapi umumnya pada usia dewasa muda atau pertengahan,
jarang di bawah usia 10 tahun atau di atas 70 tahun. Tumor otak
merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini, karena pada
awalnya menunjukkan berbagai gejala yang meragukan tetapi
umumnya berjalan progresif. Baik pada tumor jinak maupun ganas,
gejalanya timbul jika jaringan otak mengalami kerusakan atau otak
mendapat penekanan. Gejala dari tumor otak tergantung kepada
ukuran, kecepatan pertumbuhan dan lokasinya.

Klasifikasinya yaitu primer dan sekunder. Apabila sel-sel tumor


berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan
bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti; kanker paru,
payudara, prostat, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.
Tumor otak primer (80 %), sekunder (20 %). Tumor primer kira-kira
50% adalah glioma, 20 % meningioma, 15 % adenoma dan 7 %
neurinoma. Tumor primer terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas.
Tumor jinak, yang berasal dari selaput otak disebut Meningioma jika
berasal dari jaringan otak yaitu Glioma, Ependinoma. Tumor ganas,
berasal dari jaringan saraf seperti Astrocytoma, Neuroblastoma, jika
berasal dari sel muda seperti Kordoma.
Perubahan pada parenkim intrakranial baik difus maupun regional
akan menimbulkan gejala dan tanda gangguan neurologis sehubungan
dengan gangguan pada nucleus spesifik tertentu atau serabut traktus
pada tingkat neurofisiologis dan neuroanatomi tertentu seperti gejalagejala: kelumpuhan, gangguan mental, gangguan endokrin, dan
sebagainya. Gejala yang paling sering adalah defisit neurologis
progresif (68%), kelemahan motorik (45%), sakit kepala (54%), dan
kejang (26%). Manifestasi klinis ini sering dapat mengarahkan
perkiraan kemungkinan lokasi tumor otak. Secara umum manifestasi
klinis pada kebanyakan kasus tumor otak adalah akibat dari
peningkatan tekanan intrakranial; sebaliknya, gejala neurologis yang
bersifat progresif walaupun tidak jelas ada tanda peningkatan tekanan
intrakranial, perlu dicurigai adanya tumor otak.
Gejala gejala fokal yang bisa timbul ketika ada massa di otak :
-

Lobus frontal
Apabila tumor terletak pada basis lobus frontalis, kehilangan sensasi
penciuman (anosmia), gangguan penglihatan, dan pembengkakan pada
nervus optikus (papil edema) dapat terjadi. Apabila tumor mengenai
bagian kanan dan kiri lobus frontalis, perubahan status mental atau
tingkah laku dan jalan yang tidak terkoordinasi (ataxic gait) dapat terjadi.

Bila tumor menekan jaras motorik dapat menimbulkan hemiparesis


(contralateral). Bisa juga terjadi dysphasia (Brocca). Bila menekan
permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia. Bila tumor terletak
pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy. Pada lobus
dominan menimbulkan gejala afasia.

Lobus parietal
Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym. Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan
pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmanns.
Hemisensory loss, gangguan diskrimani 2 titik.

Lobus temporal
Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang
didahului dengan aura atau halusinasi. Bila letak tumor lebih dalam
menimbulkan gejala afasia dan hemiparese. Pada tumor yang terletak
sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,
parkinsonism. Depersonalisasi, perubahan emosi, gangguan tingkah
laku, disfasia, kejang, hemianopsia/quadrianopsia inferior homonym
kontralateral.

Lobus oksipital
Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan. Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia. Gangguan lapangan
pandang kontralateral.

Tumor di cerebello pontin angle


Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma. Dapat dibedakan
dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran. Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar
dari daerah pontin angel. Acoustic neuroma, tinitus, tuli ipsilateral,
nystagmus, menurunnya refleks kornea, dan tanda cerebelar ipsilateral.

Tumor Hipotalamus

Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe.


Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala seperti gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism, gangguan
cairan dan elektrolit.
-

Tumor di cerebelum
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi
disertai dengan papil udem. Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang
menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal

Tumor fosa posterior


Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai
dengan

nystacmus,

biasanya

merupakan

gejala

awal

dari

medulloblastoma. Gangguan ketajaman visus dan lapangan pandang


akibat penekanan saraf opticus.
-

Corpus callosum: deteorisasi

intelektual,

kehilangan

kemampuan

komunikasi.
-

Midbrain: pupil anisokor, gangguan pada saraf cranial.

2. Apa penatalaksanaan pasien sudah tepat?


Pada pasien diberikan tatalaksana awal:
Umum: Tirah baring
Medikamentosa:
- IVFD RL gtt XX/m
- Parasetamol 500 mg + Ibuprofen 200 mg (3x1 caps)
- Ranitidin amp/12 jam
- Dexamethason amp/8 jam
- Neurodex 2x1 tab
Penatalaksanaan
Pengobatan pada tumor otak dapat berupa terapi suportif dan terapi definitif.
1. Terapi Suportif

Terapi suportif berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan


fungsi neuroligik pasien. Terapi suportif yang utama digunakan adalah
antikonvulsan dan kortikosteroid serta diuretik untuk menurunkan
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Terapi Definitif
Terapi definitif meliputi pembedahan, radiotherapy, kemoterapi dan yang
sedang dikembangkan yaitu immunotherapy.

Tatalaksana umum berupa tirah baring pada pasien ini sudah sesuai. Tirah
baring adalah perawatan kedokteran yang melibatkan berbaringnya pasien di
tempat tidur untuk suatu waktu. Tujuan tirah baring adalah:
Mengurangi aktifitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh
Mengurangi nyeri
Memberi kesempatan pasien untuk beristirahat
Terapi simptomatis adalah terapi yang diarahkan untuk meniadakan atau
menekan gejala sehari-hari yang mengganggu, contohnya adalah obat-obat
untuk mengurangi mual, nyeri, dan lain-lain.
1. Parasetamol
Parasetamol (asetaminofen) merupakan analgetik non narkotik
dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di
sistem saraf pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas baik
dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun
kombinasi

dengan

obat

lain.

Efek

analgetik

parasetamol

menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Dosis


parasetamol adalah 10-15 mg/kgBB/kali pemberian, dengan waktu
paruh 2 jam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian
parasetamol 500mg dan ibuprofen 200 mg (3x1 caps) pada pasien ini
sudah sesuai.
2. Vitamin B kompleks
Vitamin B kompleks ini terdiri dari Vitamin B1 (thiamine), Vitamin
B2 (riboflavin), Vitamin B3 (niacin), Vitamin B5 (pantothenic

acid/asam pantotenat), Vitamin B6 (pyridoxamine), Vitamin B9 (folic


acid/asam folat), vitamin B12 (cyanocob), vitamin B7 (biotin), kolin
dan inositol. Vitamin B penting untuk kesehatan fungsi sistem saraf.
Vitamin B5 diperlukan agar kelenjar adrenal bekerja dengan baik
untuk memproduksi beberapa hormon dan zat pengatur saraf. Vitamin
B1, vitamin B6 dan vitamin B12 sangat penting untuk mengatur
seluruh saraf agar bekerja dengan benar. Dosis yang dapat diberikan
1-2 tablet sehari. Sehingga dapat disimpulkan pemberian Neurodex
2x1 tablet pada pasien ini sudah sesuai.
3. Deksametason
Kortikosteroid adalah obat yang memiliki efek yang sangat luas salah
satunya terapi paliatif. Alasan penggunaan kortikosteroid pada kanker
adalah mengurangi edema yang terjadi tumor intrakranial. Dosis
deksametason adalah 5-40 mg/hari. Sehingga dapat disimpulkan
pemberian Deksametason 3x1 amp (5 mg) pada pasien ini sudah
sesuai.
Terapi operatif
Tindakan operasi pada tumor otak (khususnya yang ganas) bertujuan utnuk
mendapatkan diagnosis pasti dan dekompresi internal mengingat obatobatan anti edema otak tidak dapat diberikan secara terus menerus. Prinsip
penanganan tumor jinak adalah pengambilan total, sedangkan pada tumor
ganas tujuannya selain dekompresi juga untuk mengetahui jenis tumor
sehingga dapat menentukan langkah pengobatan selanjutnya (kemoterapi
atau radioterapi).
Terapi konsevatif (non operatif)
Radioterapi
Radioterapi untuk tumor susunan saraf pusat kebanyakan menggunakan
sinar X dan sinar Gamma di samping juga radiasi lainnya seperti proton,
partikel alfa, neutron dan pimeson. Tujuan dari terapi ini adalah
menghancurkan tumor dengan dosis yang masih dapat ditolerir oleh jaringan
normal yang ditembusnya.

Kemoterapi
Peranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih belum mepunyai
nilai keberhasilan yang bermakna. Secara umum yang menjadi dasar
pertimbangan tentang peranan kemoterapi bagi tumor ganas otak adalah
pemilihan jenis obat, dosis, dan cara pemberian serta prinsip farmakokinetik.
Imunoterapi
Yang mendasari modalitas terapi ini adlaah anggapan bahwa tumbuhnya
suatu tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi imunologi tubuh
sehingga diharapkan dengan melakukan restorasi sistem imun dapat
menekan pertumbuhan tumor.

DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, G. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lumbantobing, SM. 2011. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mardjono M, Sidharta P. 2007. Dalam: Neurologi klinis dasar. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universtas Indonesia.

Price, AS., Lorraine, WM. 2006. Patofisiologi Volume 2. Edisi 6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Robins, Kumar, Cotran. 2009. Buku Ajar Patologi Volume 2. Edisi 7. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Satyanegara. 2014. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi 5. Jakarta: Percetakan PT
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai

  • Case Report COVER
    Case Report COVER
    Dokumen1 halaman
    Case Report COVER
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Yusi
    Yusi
    Dokumen36 halaman
    Yusi
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • REFERAT FRAKTURpptx
    REFERAT FRAKTURpptx
    Dokumen41 halaman
    REFERAT FRAKTURpptx
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • CR BBLR Fix
    CR BBLR Fix
    Dokumen13 halaman
    CR BBLR Fix
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • CR Kulit 2016
    CR Kulit 2016
    Dokumen29 halaman
    CR Kulit 2016
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • CR Kulit 2016
    CR Kulit 2016
    Dokumen29 halaman
    CR Kulit 2016
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Translate Jurnal
    Translate Jurnal
    Dokumen11 halaman
    Translate Jurnal
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Tugas CR
    Tugas CR
    Dokumen15 halaman
    Tugas CR
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Bahaya Merokok-IKKOM
    Bahaya Merokok-IKKOM
    Dokumen11 halaman
    Bahaya Merokok-IKKOM
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Pamflet DBD
    Pamflet DBD
    Dokumen3 halaman
    Pamflet DBD
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen6 halaman
    Bab V
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Case Report Caver
    Case Report Caver
    Dokumen2 halaman
    Case Report Caver
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Cover Dalam
    Cover Dalam
    Dokumen2 halaman
    Cover Dalam
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • BABIV
    BABIV
    Dokumen15 halaman
    BABIV
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Bab VII
    Bab VII
    Dokumen1 halaman
    Bab VII
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen19 halaman
    Tugas
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen6 halaman
    Bab V
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Lembar Persetujuan
    Lembar Persetujuan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Persetujuan
    Riza Zahara
    Belum ada peringkat
  • Cover Dalam
    Cover Dalam
    Dokumen2 halaman
    Cover Dalam
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Cover Luar
    Cover Luar
    Dokumen1 halaman
    Cover Luar
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Cover Luar
    Cover Luar
    Dokumen1 halaman
    Cover Luar
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • Evapro Ramarapina
    Evapro Ramarapina
    Dokumen30 halaman
    Evapro Ramarapina
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • BABIV
    BABIV
    Dokumen15 halaman
    BABIV
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat
  • BAB1
    BAB1
    Dokumen6 halaman
    BAB1
    Rama Rapina
    Belum ada peringkat