KEDAULATAN RAKYAT
HALAMAN 16
Jumari HS - Kudus
CATATAN KEMATIAN
Ini kabar kematian yang kau lupakan ;
Ia tertidur membunuh perasaannya dengan sebilah kepalsuan
Setelah pikirannya dikuasai kejumawaan
Tak ada manusia kekal di dalam pencarian
Saat mimpi tinggal igauan menyesatkan kata
Ibu yang melahirkan pun sengsara dilupa
Dan air susunya mendidih, beku
Menyerupai jiwa yang dirajam
Saat ada suara menghiba
Airmatanya bergulir di jatungmu
Dan rintihnya yang pilu penuh iba
Lalu menadahkan tangannya, tersayat
Pisau tajam yang bersarang di jiwamu
Ia bukan lagi manusia
Kau memang telah hilang ;
Setelah cinta dikalahkan nafsu
Di setiap jejak pencarianmu yang banal
Doa, airmata dan keringat kering di matamu
Menggumpal keras meleleh sakit di pijar cahaya abadimu.
Kudus, 08 September 2015
ELEGI AIRMATA
Merdeka! Makan pagi, makan siang
Dan makan malam lalu anak-anak tidur bermimpi
Kehilangan negeri sendiri
Airmata menetes, meratap di kibaran merah putih
Dalam wajah angkuh kekuasaan
: Aku menatapnya di atas bebatuan
zaman tersayat kemunafikan.
Kudus, 19 Agustus 2015
MENCINTAI BURUNG-BURUNG
Di hutan tinggal pohon-pohon plastik
Menyisakan rintih angin di nafasmu
Di sini, burung-burung pergi ketakutan
Mendengar suara gergaji
Kemana burung-burung itu pergi? tanya anak-anak zaman
Wajahmu pucat melihat bayang-bayang sendiri
Kudus, 20 Agustus 2015
ZAMAN EDAN
Ini zaman edan!, kata jam dinding di kamar hotel
Menyaksikan seorang kakek berduaan
dengan seorang wanita
Mereka saling bercumbu melukai usianya
Harga diri lebih terhomat kenikmatan sementara!
Pencarian di sini tanpa peta :
Orang mudah melupakan kelahirannya sendiri
Bayang-bayang menjadi sayapnya,
lalu terbang meluka langit
Rintik gerimis terasa perih di urat nadi
Ini zaman edan!, keluh air warnanya coklat
ditinggalkan pohon-pohon
Ketika sungai menampung bayang-bayang
dan tanah membatu di pelataran
Anak-anak tidak bisa bermain ombak sodor,
petak umpet, matanya kosong
Dibiarkan orang tuanya yang mengejar mimpi kepalsuan
Sulit menemukan cinta, dan pencarian kehilangan peta!
Ini zaman edan!, geram buku yang tergeletak kaku di mejamu
Setelah segelas kopi menyisakan sebait puisi
mengabarkan kematian
Lalu tak mengenal Tuhan.
Kudus, 12 September 2015
AKU SUKA
Sejak kecil aku suka hutan
Hawanya sejuk dan banyak pepohonan
Aku tidak takut dengan binatang
Meski tabiatnya buas dan liar
Yang penting harga diriku tak terancam
Sejak kecil aku suka sawah
Tanahnya subur dan banyak tanaman
Aku tidak resah dengan panas maupun hujan
Meski kulitku sampai hitam legam
Yang penting hatiku cahaya Tuhan
Sejak kecil aku suka laut
Airnya berombak dan penuh ikan-ikan
Sebab ombak itu angin dan nafasku
Sebab ikan-ikan itu rejeki dan gairahku
Dalam pengembaraan hidupku
Aku suka!
Kudus, 14 September 2015