MOTOR LISTRIK
SISTEM PENGASUTAN MOTOR LISTRIK 100HP PADA
MECHANICAL SHEARING MACHINE
batang, pipa, dan berbagai bentuk pola pelat. Ketika ada dua pisau maka bisa
dikatakan proses pemotongan. Ketika proses pemisahan, bagian dari benda kerja
terpisah dari benda kerja. Pisau potong yang lurus digunakan untuk memotong
benda kerja diletakan diantara pisau pada bagian bawah yang tidak bergerak dan
pisau atas yang bergerak. Disamping itu ada clearance antara pisau bawah yang
tidak bergerak (die) dengan pisau atas yang bergerak (punch).
|1
|2
|3
Adanya poros eksentris ini juga akan menambah gaya potong pisau sekaligus
mengembalikan posisi pisau. Gaya potong yang dilakukan mesin diperoleh
sebagian besar dari momen inersia dan torsi motor. Setiap melakukan proses
pemotongan energi yang tersimpan pada roda gila akan berkurang dan
kecepatannya
penggerak hidrolik berasal dari kecepatan aliran dan tekanan yang ditimbulkan
motor pompa hidrolik, maka penggerak mekanik berasal dari energi yang disimpan
pada roda gila yang digerakan oleh sebuah motor induksi biasa.
|5
persen untuk torsi awalan dibanding dengan metode DOL. Perlu diperhatikan
sebelum menggunakan metode ini yaitu apakah torsi awalan cukup memutar mesin
atau objek.
Gb. Kurva perbandingan arus dan torsi dengan beberapa metode starting
Autotransformer
Dapat juga disebut kompensator, yang bekerja dengan mengurangi
tegangan pada terminal motor untuk proses awalan menggunakan transformator.
Metode ini dapat dilakukan untuk motor yang berdaya besar maupun kecil.
Pengasutan dilakukan dengan cara pengurangan tegangan pada tap lilitan yang
mana sampai rangkaian trafo dilepas dan tersambung langsung dengan sumber
ketika mencapai kecepatan nominal. Metode pengasutan dengan Autotransformer
berkapasitas torsi per ampare yang lebih tinggi daripada metode pengasutan yang
lain.
|6
pada rating tegangan yang lebih rendah yang berpengaruh pada arus yang lebih
kecil. Tergantung dari tapping dan rasio arus awalan dari motor, arus awalan motor
akan sekitar (1...5) * Ie. Kebalikannya, torsi motor akan jatuh dengan kuadrat
tegangan yang melalui gulungan. Autotransformer biasanya memilki tiga buah opsi
tap di setiap fasanya. (semisal 80%, 65%,50%), sehingga karakteristik awalan
motor dapat diatur hingga kondisi beban. Jika motor dapat mencapai 80 ... 95%
dari rating kecepatan (tergantung dari lonjakan arus akibat switching over),
kontaktor star K1M pada transformer akan terbuka. Sekarang transformer pada
bagian lilitan berperan sebagai choke. Tegangan motor hanya berkurang oleh
karena sumbatan dibawah tegangan suplai dan kecepatan motor tidak jatuh.
Kontaktor utama K3M menutup via kontak bantu dari kontaktor star dan motor
teraliri tegangan secara penuh. Kontaktor utama K3M akan mematikan transformer
kontaktor K2M.
Softstarter
Kerja dari softstarter yaitu membatasi arus awal dari motor dan
menyediakan awalan yang halus. Besar dari arus awalan tergantung torsi statis
yang diperlukan untuk menggerkan mesin ketika awalan dan massa dari beban
yang diperlukan untuk percepatan. Di softstarter dapat diatur tahap awalan yang
diinginkan seperti waktu percepatan motor. Ketika motor sudah steady state maka
softstarter hanya bypass saja dan dilirkan lewat kontaktor. Perlu diperhatikan
bahwa softstarter ini hanya berfungsi sebagai awalan: membantu proses start
sampai steady state bukan pengatur kecepatan seperti variable speed drive.
Variable Speed Drive (VSD)
Dengan alat ini maka torsi nominal akan tersedia di kecepatan yang rendah.
Seperti yang diketahui bila diasut dengan metode yang lain seperti DOL atau star
delta ketika motor sudah dalam kondisi berbeban maka torsi awal maka tidak akan
sebesar torsi nominal. Dengan VSD maka akan didapat nilai arus awal yang cukup
rendah yaitu antara 0.5 kali sampai 1.5 kali. Fitur yang lain yaitu softstop dimana
ketika motor berhenti maka tidak akan mengalami kejutan (langsung berhenti)
akan tetapi kecepatannya dari nominal sampai nol akan turun perlahan. Pengaturan
kecepatan menjadi alasan utama digunakannya VSD ini seperi pada sabuk
|7
konveyor atau pompa air. Untuk motor yang tidak terlalu membutuhkan pengaturan
kecepatan maka perlu dipertimbangkan penggunaan inverter ini. Kelemahan dari
alat ini juga adalah timbulnya harmonisa yang menganggu jaringan sumber.
Jenis Desain Motor berdasarkan NEMA
Design A
Motor dengan desain A memiliki karakteristik yang cukup dekat dengan jenis
B, dari sisi torsi normal, slip, dan arus awalan. Yang menjadi pembeda utamanya
adalah arus awal yang dibatasi oleh NEMA untuk design B dan bukan untuk desain
A. Jenis A memiliki hambatan yang kecil untuk rotornya dan beroperasi dengan
slip yang kecil saat beban penuh. Kekurangan untuk dari jenis ini adalah torsi
awalan yang kecil dan arus awal yang tinggi. Hal ini disebabkan jenis ini mencapai
kecepatan penuh secara cepat dan tidak mengalami overheat selama awalan, motor
jenis ini cocok untuk aplikasi dimana dibutuhkan awalan dengan torsi yang rendah.
Design B
Motor jenis B ini adalah yang paling mendominasi jenis motor yang paling
sering digunakan di industri. Kombinasi dari arus awal yang kecil dan torsi normal
dan slip menjadikan jenis ini menjadi pilihan yang tepat untuk pengendalian
banyak jenis beban. Motor jenis ini berjalan dengan slip kurang dari 0.05 saat
beban penih dengan mesin yang lebih besar dengan lebih efisien lagi mencapai
0.005. Motor berjenis ini cocok untuk sistem yang membutuhkan torsi yang kecil
ataupun menengah.
Design C
Motor jenis C ini memiliki kemampuan torsi awalan yang besar, arus awal
yang kecil, dan slip yang kecil. Karakteristik ini menyebabkan motor berjenis ini
cocok untuk beban yang membutuhkan torsi awalan yang berat. Motor ini didesain
untuk hidup pada torsi yang penuh dan berjalan pada slip kurang dari 0.05 saat
beban penuh. Jenis ini memiliki torsi awalan yang lebih tinggi per ampere dari arus
awalan dengan motor dengan jenis desain B.
|8
Design D
Motor berjenis ini memiliki torsi awalan yang sangat tinggi, slip yang sangat
besar, dan arus awalan yang sangat kecil. Desain D memampukan pencapaian torsi
yang besar dan berjalan dengan daya yang besar yang didapatkan dari motor
dengan konstruksi yang realtif kecil. Motor jenis ini dapat digunakan apabila soft
speed diperlukan. Pengendalian yang diperlukan degan waktu yang berselang
dengan akselerasi yang tinggi dibawah beban impact yang besar maka motor
berjenis D ini dapat digunakan. Breakdown torque dari jenis D ini berjalan dengan
slip 0.5 atau lebih. Hal in menyebabkan motor ini tidak efisien. Selain itu juga
untuk menjaga arus awal rendah maka digunakanlah batang rotor yang memiliki
ketahanan terhadap panas yang tinggi
Kondisi yang
diinginkan
Aplikasi Khusus
- Diperlukan High
breakway torque
- Intermittent atau
reversing/plugging
service
- Pembebanan dan inersia
yang tinggi dengan
waktu akselerasi yang
lama
- Beban berat yang
berubah - ubah
Rekomendasi
Desain
(NEMA)
B atau A
|9
Pemilihan Motor
Telah diketahui bahwa mesin potong mengalami pembebanan berupa inersia
yang berasal dari roda gila. Diperlukan waktu percepatan yang cukup untuk
memutar roda gila. Pembenan yang berubah dari berat menjadi ringan ketika
pengasutan dan kembali menjadi berat ketika sudah dilakukan proses pemotongan.
Bisa digolongkan karakterisitik beban berat dan berubah ubah. Berdasarkan
karakteristik tersebut maka dipilih motor dengan desain jenis D menurut standar
desain NEMA. Motor dengan design D dan memilki daya sebesar 100 HP
menurut katalog dari TECO memilki spesifiksi sebagai berikut:
Spesifikasi
Output
Pole
Voltage
Speed ( Full load )
Frequency
NEMA Design
Full load RPM
FLA
LRC
FLT
LRT (%FLT)
Pull Up (%FLT)
Inertia Rotor
Max Allowable Accel time
Value
100 HP/ 75KW
6
230/460
1140
60 Hz
D
1140
242/241 A
1460 / 730 A
460 lb-ft
280%
260%
95 lb-ft2
6.22 sec
| 10
Type / Catalog
Manufactur
AEEAFP / QT1006
TECO Westinghouse
Analisa Beban
Analisa Sistem untuk pembebanan awal 280% FL
Adalah besar inersia yang dapat ditimbulkan motor untuk menggerakan beban
dengan waktu akselerasi tertentu adalah:
( J ' +J mot ) n
t a=
9.55 M B
MB
: torsi akselarasi rata rata (Nm)
J
: momen inersia sistem
Jmot
: momen inersia motor
N
: kecepatan putar motor (RPM)
MB
: momen akselarasi effektif
Momen akselerasi efektif antara motor dengan beban dapat diturunkan dari
perbedaan torsi locked rotor torque dengan dengan torsi minimal:
MB = 280%Mn Mn
MB = 1.8*460lb-ft
MB = 828 * 1.356 (Nm)
MB = 1122.768 Nm
Momen inersia sistem (J), dengan waktu akselerasi maksimal 6.22 detik adalah
( J ' +3.9995 ) 1140
6.22=
9.55 1122.768
J ' =54.504 kgm2
J ' =11.164 lbft 2
Jika dalam satu menit ada lima kali proses pemotongan, dan satu kali pemotongan
dibutuhkan waktu lima detik maka waktu untuk berakselerasi dan deselerasi,
dengan time loss adalah 10% adalah:
60 s=t cutting +t acc +t dec +t loss
60 s=( 5 5 s+ 5 ( t acc +t dec ) +10 60 s )
60 s=25 s+10 t acc +6 s
10 t acc =29 s
| 11
t acc =2.9 s
Sedangkan waktu akselerasi yang diijinkan pada motor 100HP dari tidak berputar
sampai kecepatan penuh adalah 6.22s. Maka kecepatan akselerasi motor adalah
v
a=
t
a=
1140
a=
a=19.193
m
2
s
Motor dengan design D menurut NEMA memilki slip yang cukup besar yaitu 5%
sampai 13%. Motor akan menganggung beban inersia ketika diasut pertama kali
dan energi putar akan disimpan oleh rodagila. Ketika ada proses pemotongan
maka energi dari rodagila akan dilepaskan dan asumsi slip adalah 10%. Motor
ketika dalam kondisi stabil (energy kinetic penuh) kecepatan putarnya adalah
1083 RPM. Sedangkan besar kecepatan putar setelah mengalami drop kecepatan
sebesar 5% adalah 1026 RPM.
C S=[2 ( maxmin )]/[max + min ]
C s=
[ 2 ( 10831026 ) ]
[ 1083+1026 ]
C s=0.054
Rumus Energi kinetik yang mampu ditampung oleh roda gila adalah
Ke
J=
C S 2
J
| 12
54.504=
Ke
2 1140
0.054
60
K e =41945.857 Nm
Stroke per minutes mesin adalah 20 SPM, jika dikonversi menjadi RPM adalah 10
RPM. Maka ratio antara beban dengan kecepatan motor adalah:
beban
10
1
=
=
motot 1140 114
W =131,303.609 Nm
Besar gaya potong dapat diperoleh dari persamaan berikut:
W =F C k r rodagila
W
FC
k
rrodagila
: Energi total
: Gaya potong
: konstanta beban nominal selama power stroke (15%)
: jari jari dari roda gila
131,303.609=F C 0.15 0.25
FC =3501429.584 N
FC =3501429.5840.101967
FC =357.03tonforce
| 13
FC =3501429.584 0.2248
FC =787121.370lb
Maka kapasitas potong mesin dengan motor sebesar 100HP adalah 167 ton.
Dengan kapasitas potong sekian maka maksimal tebal benda kerja dengan
material mild steel (Tegangan geser maksimum = 35000 lb/in 2) dan panjang
material sebesar 1000mm adalah:
FC
T
L
FC =t l
: Gaya potong
: tebal material
: panjang material
: Tegangan geser maksimum
Maka tebal benda kerja maksimal untuk material mild steel adalah
2
787121.370lb=t 39.3735000 lb/
t=0.571
t=14.51 mm
( J ' +J mot ) n
t a=
9.55 M B
MB
: torsi akselarasi rata rata (Nm)
J
: momen inersia sistem
Jmot
: momen inersia motor
N
: kecepatan putar motor (RPM)
MB
: momen akselarasi effektif
Momen akselerasi efektif antara motor dengan beban dapat diturunkan dari
perbedaan torsi dari awal hingga full speed:
MB = 0.5Mn
MB = 0.5*460lb-ft
MB = 230 * 1.356 (Nm)
MB = 311.88 Nm
| 14
Momen inersia sistem (J), dengan waktu akselerasi maksimal 6.22 detik adalah
6.22=
1140
a=
a=19.193
m
s2
Motor dengan design D menurut NEMA memilki slip yang cukup besar yaitu 5%
sampai 13%. Motor akan menganggung beban inersia ketika diasut pertama kali
dan energi putar akan disimpan oleh rodagila. Ketika ada proses pemotongan
maka energi dari rodagila akan dilepaskan dan asumsi slip adalah 10%. Motor
ketika dalam kondisi stabil (energy kinetic penuh) kecepatan putarnya adalah
1083 RPM. Sedangkan besar kecepatan putar setelah mengalami drop kecepatan
sebesar 5% adalah 1026 RPM.
| 15
[ 2 ( 10831026 ) ]
[ 1083+1026 ]
C s=0.054
Rumus Energi kinetik yang mampu ditampung oleh roda gila adalah
Ke
J=
C S 2
J
12.251=
0.054
2 1140
60
K e =9428.275 Nm
Stroke per minutes mesin adalah 20 SPM, jika dikonversi menjadi RPM adalah 10
RPM. Maka ratio antara beban dengan kecepatan motor adalah:
beban
10
1
=
=
motot 1140 114
Besar kerja yang dilakukan setiap cycle:
W C =2 motor ratio
W C =2 623.76 Nm 114
W C =446,788.762 Nm
Energi total baik dari roda gila maupun motor dengan k sebagai factor loss adalah
0.2 adalah
W =W C k + K e
W =446,788.762 0.2+9428.275
| 16
W =98786.027 Nm
Besar gaya potong dapat diperoleh dari persamaan berikut:
W =F C k r rodagila
W
FC
k
rrodagila
: Energi total
: Gaya potong
: konstanta beban nominal selama power stroke (15%)
: jari jari dari roda gila
98786.027 Nm=F C 0.15 0.25
FC =2634294.062 N
FC =2634294.0620.101967
FC =268.611 tonforce
FC =2634294.062 0.2248
FC =592,189.305lb
Maka kapasitas potong mesin dengan motor sebesar 100HP adalah 167
ton. Dengan kapasitas potong sekian maka maksimal tebal benda kerja dengan
material mild steel (Tegangan geser maksimum = 35000 lb/in 2) dan panjang
material sebesar 1000mm adalah:
FC =t l
FC
: Gaya potong
T
: tebal material
L
: panjang material
| 17
I NTDF =3 I FLC
I NTDF =3 121
I NTDF =363 A
| 18
I INV =302.5 A
Overload Relay setting
Setting overload Minimum
I OLMIN =0.7 I FLCPh
I OLMIN =0.7
121
3
I OLMIN =48.9 A
Setting overload Maximum
I OLMAX =1.2 I FLC Ph
I OLMIN =1.2
121
3
I OLMIN =83.31 A
Kontaktor
Jenis kontaktor
: AC3
Arus Pemutusan atau Penghubungan
I MAKE =10 I FLCln
I MAKE =10 121
I MAKE =1210 A
Kapasitas Kontaktor
I CAP =1 I FLC ln
I CAP =1 121
I CAP =121 A
Pengasutan Star Delta
Penggunaan dari metode pengasutan ini dibanding dengan direct on line
adalah berkurangnya arus pada saat pengasutan. Pada saat pengasutan awal, suplai
arus pada gulungan stator dihubungkan dengan star (Y) pada saat awalan. Pada saat
posisi berputar maka gulungan diubah menjadi delta () sesaat setelah motor bertambah
kecepatannya.
Normalnya untuk motor diatas 3kW akan diset untuk bekerja baik pada teganagan
400 V pada hubungan delta () atau pada teganagan 690V pada hubungan star (Y).
Fleksibilitas pada desain ini dapat digunakan juga pada motor yang memilki tegangan yang
lebih rendah. Pengasutan star delta memberikan arus awalan yang hanya sepertiga jika
dibandingkan pengasutan langsung. Pengasutan star delta sebagian cocok digunakan motor
dengan beban inersia yang besar dimana beban diinisiasi setelah kecepatan penuh.
| 19
Hal yang harus diperhatikan pada pengasutan star delta adalah torsi awalan yang berkurang
sebesar 33%. Perubahan koneksi star ke delta yang kecepatannya terlalu pelan, dapat
menyebabkan surja arus yang meningkat hampir sama seperti nilai arus pengasutan direct
on line. Bahkan dengan tempo perubahan star delta yang cepat, motor kehilangan kecepatan
juga secara mendadak, yang akan menyebabkan arus pulsa yang tinggi setelah dihubungkan
ke delta.
Kesalahan pencocokan antara kurva kecepatan dan torsi motor dengan kurva torsi
beban dapat menyebabkan kegagalan pengasutan. Oleh karena besar torsi yang dialami
motor pada saat pengasutan awal tidak boleh melebihi setengah dari torsi beban penuh.
Untuk pengasutan star delta maka rating peralatan dari fuse, overload, dan circuit
breaker memilki rating yang sama dengan pengasutan star delta karena komponen tersebut
mengalami karakteristik pengasutan star delta. Kontaktor yang dipakai menjadi tiga jenis
yaitu kontaktor utama, kontaktor star, dan kontaktor delta. Kontaktor utama mengalami
starting, transien, dan running. Sedangakan kontaktor star hanya mengalami starting.
Sedangkan kontaktor delta mengalami fase running saja. Waktu untuk transisi dari star ke
delta adalah 100ms. Rating kontaktor yang digunakan pada pengasutan star delta adalah
Jenis kontaktor
: AC3
Arus Pemutusan atau Penghubungan
I MAKE =10 I FLCln
I MAKE =10 121
I MAKE =1210 A
Kapasitas Kontaktor Utama
I CAP =1 I FLC Ph
| 20
I CAP =1
121
3
I CAP =83.31 A
Kapasitas Kontaktor Delta
I CAP =1 I FLC Ph
I CAP =1
121
3
I CAP =83.31 A
Kapasitas Kontaktor Star
I CAP =1 I FLC Ph
I CAP =1
121
3
I CAP =40.33 A
| 21