Anda di halaman 1dari 22

PENGGERAK DAN PENGEMUDIAN

MOTOR LISTRIK
SISTEM PENGASUTAN MOTOR LISTRIK 100HP PADA
MECHANICAL SHEARING MACHINE

Gilang Hari Pratomo


2215105003

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2016
1. Karakteristik Beban
Proses Pemotongan
Proses pemotongan adalah perlakuan pada metal yang sering dilakukan untuk
memisahkan bagian benda kerja, dimana bagian yang dapat dipotong adalah pelat,

batang, pipa, dan berbagai bentuk pola pelat. Ketika ada dua pisau maka bisa
dikatakan proses pemotongan. Ketika proses pemisahan, bagian dari benda kerja
terpisah dari benda kerja. Pisau potong yang lurus digunakan untuk memotong
benda kerja diletakan diantara pisau pada bagian bawah yang tidak bergerak dan
pisau atas yang bergerak. Disamping itu ada clearance antara pisau bawah yang
tidak bergerak (die) dengan pisau atas yang bergerak (punch).

Gb. Proses Pemotongan

Parameter yang diperlukan saat pemotongan adalah clearance, tebal dan


jenis pelat yang akan dipotong, kapasitas potong mesin dan rake angle. Pada saat
pisau atas menyentuh benda kerja maka pisau akan menekan benda kerja sebesar
gaya kerja dengan kecepatan tertentu pisau. Pada saat itu benda kerja sudah
mengalami deformasi plastik. Pisau bagian atas akan melakukan penetrasi sampai
bagian tertentu dari tebal benda kerja. Retakan akan dimulai dari bagian yang
berkebalikan dari arah pisau potong yang bergerak yang kemudian bagian yang
tidak terpenetrasi akan retak sampai seluruh bagian terpisah.
Mesin Potong
Prinsip mesin potong sebenarnya sudah ada sejak dulu, contohnya penggunaan
pisau guillotine di Prancis yang digunakan untuk mengeksekusi terpidana. Untuk
memperoleh gaya pemotongan yang maksimal maka berkembanglah berbagai
metode penggerak pisau.
Metode penggerak pisau yang masih digunakan hingga saat ini adalah
penggerak mekanik , pnumatik, dan hidrolik. Untuk proses pemotongan material
yang ringan dan murah bisa digunakan penggerak menggunakan pnumatik.
Biasanya digunakan untuk proses pemotongan logam yang tipis yang ketebalannya
tidak sampai lebih dari 1.52 mm yang panjangnya tidak sampai mencapai 1.5m.

|1

Mesin Potong Mekanik


Mesin potong ini dikatakan mekanik, karena pisau potong digerakan oleh
tenaga mekanik yaitu terutama dibantu oleh roda gila. Sistem transmisi dari mesin
potong mekanik terdiri dari sebuah motor, roda gila, sebuah roda gigi cacing yang
digerakan oleh roda gila dan ram yang digerakan oleh poros pengemudi melalui
eksentrik dan poros penghubung. Pada kondisi operasi, pisau potong berpenggerak
mekanik dapat menyalurkan lebih banyak langkah per menit (strokes per minute)
dibanding mesin hidrolik. Beberapa pisau potong berpenggerak mekanik dapat
bergerak paling cepat 100 langkah per menit.

Gb. Mesin Potong berpenggerak mekanik

Keuntungan dari mesin potong berpenggerak mekanik, adalah oleh karena


energy yang tersimpan dari roda gila, motor yang lebih kecil dapat digunakan
untuk proses pemotongan yang seketika. Sebagai contohnya, mesin potong dengan
belum adanya pemotongan atau kecepatan free-running 65 putaran dapat
melakukan proses pemotongan 6 kali berturut turut (dengan asumsi ketebalan
maksimum dan panjang sesuai standar) dengan motor yang standar. Bagaimanapun
dengan potongan yang sama memotong dengan kapasitas penuh pada proses
pemotongan yang cepat, dibutuhkan motor yang lebih besar. Untuk pemotongan
yang cepat, dimungkinkan tidak cukupnya waktu pada setiap pemotongan untuk
memulihkan kecepatan dari roda gila jika memakai motor yang lebih kecil.

|2

Gb. Sistem Transmisi pada Mesin Potong Mekanis

Mesin Potong Hidrolis


Pisau berpenggerak hidrolik digerakan oleh motor pompa yang memaksa
minyak ke dalam silinder terhadap piston. Pergerakan piston memberi energy pada
ram pemegang pisau atas. Sebuah pisau berpenggerak hidrolik dapat membuat
waktu langkah lebih lama dari pisau berpenggerak mekanis. Secara umum panjang
kapasitas pemotongan baja karbon rendah di atas 12,7 mm hampir semua
berpenggerak hidrolik.
Mesin dengan pisau berpenggerak hidrolik dirancang dengan kapasitas beban
tetap. Hal ini untuk mencegah operator dari memotong dengan bahan yang
melebihi kapasitas dank arena itu menghemat kerusakan yang mahal untuk struktur
mesin. Inilah keuntungan dasar mesin dengan pisau berpenggerak hidrolik. Total
beban yang dialami selama memotong adalah terkait dengan sudut rake, ketajaman
pisau, mekanik sifat dari bahan, jenis bahan, clearance pisau, dan kedalaman
penetrasi.

Gb. Mesin Potong berpenggerak hidrolik

|3

Karakteristik Torsi Beban ketika Pengasutan


Pada mesin berpenggerak mekanik torsi yang dibangkitkan motor akan roda
gila dengan rasio tertentu. Motor pada saat pengasutan akan dibebani akibat
momen inersia dari roda gila. Roda gila yang pada mulanya lambat akan dipercepat
sampai mendekati kecepatan nominal motor yang sudah direduksi rasionya. Roda
gila dihubungkan dengan sebuah poros menggerakan bullgear yang sekaligus
dipasang kopling disana. Kopling ini berfungsi sebagai pelepas dan pengikat antara
bullgear dengan poros eksentris yang terhubung dengan pisau pemotong. Ketika
berada pada posisi tidak memotong maka bullgear tidak akan terhubung oleh poros
eksentris. Namun ketika hendak memotong kopling ditekan maka bullgear akan
terhubung dengan poros eksentris dan melakukan proses pemotongan.

Gb. Karakteristik Beban pada mesin potong mekanik

Adanya poros eksentris ini juga akan menambah gaya potong pisau sekaligus
mengembalikan posisi pisau. Gaya potong yang dilakukan mesin diperoleh
sebagian besar dari momen inersia dan torsi motor. Setiap melakukan proses
pemotongan energi yang tersimpan pada roda gila akan berkurang dan
kecepatannya

akan melambat. Inilah yang menyebabkan mesin potong

berpenggerak mekanik tidak dapat melakukan proses pemotongan dalam waktu


yang berturut turut dan singkat. Dengan melihat proses pemotongan yang seperti
itu maka diketahui torsi yang dibutuhkan beban konstan dan daya berkorelasi
dengan kecepatan. Semakin cepat daya yang dibutuhkan semakin besar.

Gb. Karakteristik Torsi Motor pada saat pengasutan

Karakteristik torsi beban pada mesin potong berpenggerak mekanik berbeda


dengan mesin potong berpenggerak hidrolis. Jika gaya potong yang ditimbulkan
|4

penggerak hidrolik berasal dari kecepatan aliran dan tekanan yang ditimbulkan
motor pompa hidrolik, maka penggerak mekanik berasal dari energi yang disimpan
pada roda gila yang digerakan oleh sebuah motor induksi biasa.

2. Macam Metode Pengasutan dan Desain Motor


Ada beberapa macam metode pengasutan yang dipakai yaitu direct online
(DOL) , star delta, softstart, variable speed drive, dan auto transformator. Beberapa
hal yang perlu diketahui pada saat transien. Arus awalan, adalah arus pada sesaat
motor dihidupkan dan mulai berputar . Besar arus awalan bisa mencapai 2.5 kali
arus normal. Oleh arena itu perlu diperhatikan rating standar pada pengaman
seperti fuse dan overload. Torsi awalan, adalah torsi pada saat motor mulai
berputar. Besar dari torsi ini biasanya lebih besar dari torsi normal. Sehingga
dampaknya momen inertia yang ditimbulkan pada mesin yang digerakan sangat
besar. Tenaga yang ditransmisikan oleh poros dan kopling harus diperhatikan juga.
Direct On Line (DOL) starting
Salah satu cara yang paling mudah untuk menyalakan motor induksi yaitu
dengan mengkoneksikan langsung terhadap sumber tegangan. Dalam hal ini, direct
on-line starter hanyalah alat yang diperlukan, semisal kontaktor. Metode ini
memang mudah akan tetapi mempunyai batasan yaitu arus awalan yang besar,
beberapa kali lebih besar dari arus nominal. Selain itu torsi awalan juga besar yang
menyebabkan tekanan pada poros, kopling, dan mesin yang digerakan. Walaupun
seperti itu metode ini yang paling sering dipakai kecuali ada mesin mesin tertentu.
Akan tetapi metode ini yang paling mudah, jika tidak diperlukan spesifikasi khusus
pada mesin yang akan digerakan maka DOL adalah metode yang tepat. Beberapa
pabrik menerapkan standar, misal jika motor dibawah 5kW maka yang
menggunakan penyalaan direct online.
Star Delta Starting
Jika sangat diperlukan untuk membatasi arus penyalaan dari motor karena
batasan sumber, penyalaan dengan metode star delta dapat digunakan. Ketika
sebuah motor dinyalakan maka biasanya pada sambungan power pada motor
dirangkai secara star kemudian beberapa saat diubah menjadi rangkaian delta.
Dengan metode ini maka akan mengurangi arus awalan sebesar 30 persen dan 20

|5

persen untuk torsi awalan dibanding dengan metode DOL. Perlu diperhatikan
sebelum menggunakan metode ini yaitu apakah torsi awalan cukup memutar mesin
atau objek.

Gb. Kurva perbandingan arus dan torsi dengan beberapa metode starting

Autotransformer
Dapat juga disebut kompensator, yang bekerja dengan mengurangi
tegangan pada terminal motor untuk proses awalan menggunakan transformator.
Metode ini dapat dilakukan untuk motor yang berdaya besar maupun kecil.
Pengasutan dilakukan dengan cara pengurangan tegangan pada tap lilitan yang
mana sampai rangkaian trafo dilepas dan tersambung langsung dengan sumber
ketika mencapai kecepatan nominal. Metode pengasutan dengan Autotransformer
berkapasitas torsi per ampare yang lebih tinggi daripada metode pengasutan yang
lain.

Gb. Starter Auto-transformer dengan uninterrupted switching over

Pada saat awalan, motor dikoneksikan dengan tap dari autotransformer:


kontaktor transformer K2M dan star kontaktor K1M tertutup. Motor akan start

|6

pada rating tegangan yang lebih rendah yang berpengaruh pada arus yang lebih
kecil. Tergantung dari tapping dan rasio arus awalan dari motor, arus awalan motor
akan sekitar (1...5) * Ie. Kebalikannya, torsi motor akan jatuh dengan kuadrat
tegangan yang melalui gulungan. Autotransformer biasanya memilki tiga buah opsi
tap di setiap fasanya. (semisal 80%, 65%,50%), sehingga karakteristik awalan
motor dapat diatur hingga kondisi beban. Jika motor dapat mencapai 80 ... 95%
dari rating kecepatan (tergantung dari lonjakan arus akibat switching over),
kontaktor star K1M pada transformer akan terbuka. Sekarang transformer pada
bagian lilitan berperan sebagai choke. Tegangan motor hanya berkurang oleh
karena sumbatan dibawah tegangan suplai dan kecepatan motor tidak jatuh.
Kontaktor utama K3M menutup via kontak bantu dari kontaktor star dan motor
teraliri tegangan secara penuh. Kontaktor utama K3M akan mematikan transformer
kontaktor K2M.

Softstarter
Kerja dari softstarter yaitu membatasi arus awal dari motor dan
menyediakan awalan yang halus. Besar dari arus awalan tergantung torsi statis
yang diperlukan untuk menggerkan mesin ketika awalan dan massa dari beban
yang diperlukan untuk percepatan. Di softstarter dapat diatur tahap awalan yang
diinginkan seperti waktu percepatan motor. Ketika motor sudah steady state maka
softstarter hanya bypass saja dan dilirkan lewat kontaktor. Perlu diperhatikan
bahwa softstarter ini hanya berfungsi sebagai awalan: membantu proses start
sampai steady state bukan pengatur kecepatan seperti variable speed drive.
Variable Speed Drive (VSD)
Dengan alat ini maka torsi nominal akan tersedia di kecepatan yang rendah.
Seperti yang diketahui bila diasut dengan metode yang lain seperti DOL atau star
delta ketika motor sudah dalam kondisi berbeban maka torsi awal maka tidak akan
sebesar torsi nominal. Dengan VSD maka akan didapat nilai arus awal yang cukup
rendah yaitu antara 0.5 kali sampai 1.5 kali. Fitur yang lain yaitu softstop dimana
ketika motor berhenti maka tidak akan mengalami kejutan (langsung berhenti)
akan tetapi kecepatannya dari nominal sampai nol akan turun perlahan. Pengaturan
kecepatan menjadi alasan utama digunakannya VSD ini seperi pada sabuk

|7

konveyor atau pompa air. Untuk motor yang tidak terlalu membutuhkan pengaturan
kecepatan maka perlu dipertimbangkan penggunaan inverter ini. Kelemahan dari
alat ini juga adalah timbulnya harmonisa yang menganggu jaringan sumber.
Jenis Desain Motor berdasarkan NEMA
Design A
Motor dengan desain A memiliki karakteristik yang cukup dekat dengan jenis
B, dari sisi torsi normal, slip, dan arus awalan. Yang menjadi pembeda utamanya
adalah arus awal yang dibatasi oleh NEMA untuk design B dan bukan untuk desain
A. Jenis A memiliki hambatan yang kecil untuk rotornya dan beroperasi dengan
slip yang kecil saat beban penuh. Kekurangan untuk dari jenis ini adalah torsi
awalan yang kecil dan arus awal yang tinggi. Hal ini disebabkan jenis ini mencapai
kecepatan penuh secara cepat dan tidak mengalami overheat selama awalan, motor
jenis ini cocok untuk aplikasi dimana dibutuhkan awalan dengan torsi yang rendah.
Design B
Motor jenis B ini adalah yang paling mendominasi jenis motor yang paling
sering digunakan di industri. Kombinasi dari arus awal yang kecil dan torsi normal
dan slip menjadikan jenis ini menjadi pilihan yang tepat untuk pengendalian
banyak jenis beban. Motor jenis ini berjalan dengan slip kurang dari 0.05 saat
beban penih dengan mesin yang lebih besar dengan lebih efisien lagi mencapai
0.005. Motor berjenis ini cocok untuk sistem yang membutuhkan torsi yang kecil
ataupun menengah.
Design C
Motor jenis C ini memiliki kemampuan torsi awalan yang besar, arus awal
yang kecil, dan slip yang kecil. Karakteristik ini menyebabkan motor berjenis ini
cocok untuk beban yang membutuhkan torsi awalan yang berat. Motor ini didesain
untuk hidup pada torsi yang penuh dan berjalan pada slip kurang dari 0.05 saat
beban penuh. Jenis ini memiliki torsi awalan yang lebih tinggi per ampere dari arus
awalan dengan motor dengan jenis desain B.

|8

Design D
Motor berjenis ini memiliki torsi awalan yang sangat tinggi, slip yang sangat
besar, dan arus awalan yang sangat kecil. Desain D memampukan pencapaian torsi
yang besar dan berjalan dengan daya yang besar yang didapatkan dari motor
dengan konstruksi yang realtif kecil. Motor jenis ini dapat digunakan apabila soft
speed diperlukan. Pengendalian yang diperlukan degan waktu yang berselang
dengan akselerasi yang tinggi dibawah beban impact yang besar maka motor
berjenis D ini dapat digunakan. Breakdown torque dari jenis D ini berjalan dengan
slip 0.5 atau lebih. Hal in menyebabkan motor ini tidak efisien. Selain itu juga
untuk menjaga arus awal rendah maka digunakanlah batang rotor yang memiliki
ketahanan terhadap panas yang tinggi
Kondisi yang
diinginkan

Aplikasi Khusus

- Beban hanya diperlukan


ketika awalan torsi
normal
- Kapasitas kerja
berkerlanjutan dengan
kemampuan menangani
overload sementara

- Punya awalan yang berat


pada penggunaan
berlanjut atau bersela
(continues or
intermittent)
- Kapasitas menahan
overload

- Diperlukan High
breakway torque
- Intermittent atau
reversing/plugging
service
- Pembebanan dan inersia
yang tinggi dengan
waktu akselerasi yang
lama
- Beban berat yang
berubah - ubah

Sentrigugal pump dan kompresor


Reciprocating kompresor yang
diawali dengan tanpa beban
Fan dengan inersia yang normal
Palletizers
Konveyor
Mesin milling, bubut, gerinda,
sanders, drill presses
Reciprocating compressors dengan
awalan dibebani
Konveyor yang diawali dengan
beban yang berat
Banbury mixers,
Crushers tanpa flywheel
Hammer dan ball mills
High inertia fans
Cranes, hoists,
Elevators, crushers
Punch presses with flywheel
Large diameter fans
Reversing type machine tools

Rekomendasi
Desain
(NEMA)

B atau A

Tb.Pertimbangan Pemilihan Design Motor

|9

Gb. Jenis Design Motor NEMA

3. Pemilihan Motor, Analisa Motor, dan metoda Pengasutannya

Pemilihan Motor
Telah diketahui bahwa mesin potong mengalami pembebanan berupa inersia
yang berasal dari roda gila. Diperlukan waktu percepatan yang cukup untuk
memutar roda gila. Pembenan yang berubah dari berat menjadi ringan ketika
pengasutan dan kembali menjadi berat ketika sudah dilakukan proses pemotongan.
Bisa digolongkan karakterisitik beban berat dan berubah ubah. Berdasarkan
karakteristik tersebut maka dipilih motor dengan desain jenis D menurut standar
desain NEMA. Motor dengan design D dan memilki daya sebesar 100 HP
menurut katalog dari TECO memilki spesifiksi sebagai berikut:
Spesifikasi
Output
Pole
Voltage
Speed ( Full load )
Frequency
NEMA Design
Full load RPM
FLA
LRC
FLT
LRT (%FLT)
Pull Up (%FLT)
Inertia Rotor
Max Allowable Accel time

Value
100 HP/ 75KW
6
230/460
1140
60 Hz
D
1140
242/241 A
1460 / 730 A
460 lb-ft
280%
260%
95 lb-ft2
6.22 sec

| 10

Type / Catalog
Manufactur

AEEAFP / QT1006
TECO Westinghouse

Analisa Beban
Analisa Sistem untuk pembebanan awal 280% FL
Adalah besar inersia yang dapat ditimbulkan motor untuk menggerakan beban
dengan waktu akselerasi tertentu adalah:

( J ' +J mot ) n
t a=
9.55 M B

MB
: torsi akselarasi rata rata (Nm)
J
: momen inersia sistem
Jmot
: momen inersia motor
N
: kecepatan putar motor (RPM)
MB
: momen akselarasi effektif
Momen akselerasi efektif antara motor dengan beban dapat diturunkan dari
perbedaan torsi locked rotor torque dengan dengan torsi minimal:
MB = 280%Mn Mn
MB = 1.8*460lb-ft
MB = 828 * 1.356 (Nm)
MB = 1122.768 Nm
Momen inersia sistem (J), dengan waktu akselerasi maksimal 6.22 detik adalah
( J ' +3.9995 ) 1140
6.22=
9.55 1122.768
J ' =54.504 kgm2
J ' =11.164 lbft 2
Jika dalam satu menit ada lima kali proses pemotongan, dan satu kali pemotongan
dibutuhkan waktu lima detik maka waktu untuk berakselerasi dan deselerasi,
dengan time loss adalah 10% adalah:
60 s=t cutting +t acc +t dec +t loss
60 s=( 5 5 s+ 5 ( t acc +t dec ) +10 60 s )
60 s=25 s+10 t acc +6 s
10 t acc =29 s

| 11

t acc =2.9 s
Sedangkan waktu akselerasi yang diijinkan pada motor 100HP dari tidak berputar
sampai kecepatan penuh adalah 6.22s. Maka kecepatan akselerasi motor adalah
v
a=
t
a=

1140 RPM 0 RPM


6.22 s
2
60
6.22

1140
a=

a=19.193

m
2
s

Motor dengan design D menurut NEMA memilki slip yang cukup besar yaitu 5%
sampai 13%. Motor akan menganggung beban inersia ketika diasut pertama kali
dan energi putar akan disimpan oleh rodagila. Ketika ada proses pemotongan
maka energi dari rodagila akan dilepaskan dan asumsi slip adalah 10%. Motor
ketika dalam kondisi stabil (energy kinetic penuh) kecepatan putarnya adalah
1083 RPM. Sedangkan besar kecepatan putar setelah mengalami drop kecepatan
sebesar 5% adalah 1026 RPM.
C S=[2 ( maxmin )]/[max + min ]
C s=

[ 2 ( 10831026 ) ]
[ 1083+1026 ]

C s=0.054
Rumus Energi kinetik yang mampu ditampung oleh roda gila adalah
Ke
J=
C S 2
J

: momen inersia roda gila (kg-m2)

Ke : Energi kinetic dari rodagila (Nm)


: Kecepatan putar motor (rad/s)
CS : Koefisien fluktuasi
Energi kinetik yang dapat ditimbulkan roda gila adalah

| 12

54.504=

Ke
2 1140
0.054
60

K e =41945.857 Nm

Stroke per minutes mesin adalah 20 SPM, jika dikonversi menjadi RPM adalah 10
RPM. Maka ratio antara beban dengan kecepatan motor adalah:
beban
10
1
=
=
motot 1140 114

Besar kerja yang dilakukan setiap cycle:


W C =2 motor ratio
W C =2 623.76 Nm 114
W C =446,788.762 Nm
Energi total baik dari roda gila maupun motor dengan k sebagai factor loss adalah
0.2 adalah
W =W C k + K e
W =446,788.762 0.2+41945.857

W =131,303.609 Nm
Besar gaya potong dapat diperoleh dari persamaan berikut:
W =F C k r rodagila
W
FC
k
rrodagila

: Energi total
: Gaya potong
: konstanta beban nominal selama power stroke (15%)
: jari jari dari roda gila
131,303.609=F C 0.15 0.25
FC =3501429.584 N
FC =3501429.5840.101967

FC =357.03tonforce

| 13

FC =3501429.584 0.2248
FC =787121.370lb
Maka kapasitas potong mesin dengan motor sebesar 100HP adalah 167 ton.
Dengan kapasitas potong sekian maka maksimal tebal benda kerja dengan
material mild steel (Tegangan geser maksimum = 35000 lb/in 2) dan panjang
material sebesar 1000mm adalah:
FC
T
L

FC =t l

: Gaya potong
: tebal material
: panjang material
: Tegangan geser maksimum

Maka tebal benda kerja maksimal untuk material mild steel adalah
2
787121.370lb=t 39.3735000 lb/
t=0.571

t=14.51 mm

Analisa Sistem untuk pembebanan awal 50% FL


Adalah besar inersia yang dapat ditimbulkan motor untuk menggerakan beban
dengan waktu akselerasi tertentu adalah:

( J ' +J mot ) n
t a=
9.55 M B
MB
: torsi akselarasi rata rata (Nm)
J
: momen inersia sistem
Jmot
: momen inersia motor
N
: kecepatan putar motor (RPM)
MB
: momen akselarasi effektif
Momen akselerasi efektif antara motor dengan beban dapat diturunkan dari
perbedaan torsi dari awal hingga full speed:
MB = 0.5Mn
MB = 0.5*460lb-ft
MB = 230 * 1.356 (Nm)
MB = 311.88 Nm
| 14

Momen inersia sistem (J), dengan waktu akselerasi maksimal 6.22 detik adalah
6.22=

( J ' +3.9995 ) 1140


9.55 311.88

J ' =12.251 kgm2


J ' =2.509 lbft 2
Jika dalam satu menit ada lima kali proses pemotongan, dan satu kali pemotongan
dibutuhkan waktu lima detik maka waktu untuk berakselerasi dan deselerasi,
dengan time loss adalah 10% adalah:
60 s=t cutting +t acc +t dec +t loss
60 s=( 5 5 s+ 5 ( t acc +t dec ) +10 60 s )
60 s=25 s+10 t acc +6 s
10 t acc =29 s
t acc =2.9 s
Sedangkan waktu akselerasi yang diijinkan pada motor 100HP dari tidak berputar
sampai kecepatan penuh adalah 6.22s. Maka kecepatan akselerasi motor adalah
v
a=
t
a=

1140 RPM 0 RPM


6.22 s
2
60
6.22

1140
a=

a=19.193

m
s2

Motor dengan design D menurut NEMA memilki slip yang cukup besar yaitu 5%
sampai 13%. Motor akan menganggung beban inersia ketika diasut pertama kali
dan energi putar akan disimpan oleh rodagila. Ketika ada proses pemotongan
maka energi dari rodagila akan dilepaskan dan asumsi slip adalah 10%. Motor
ketika dalam kondisi stabil (energy kinetic penuh) kecepatan putarnya adalah
1083 RPM. Sedangkan besar kecepatan putar setelah mengalami drop kecepatan
sebesar 5% adalah 1026 RPM.

| 15

C S=[2 ( maxmin )]/[max + min ]


C s=

[ 2 ( 10831026 ) ]
[ 1083+1026 ]

C s=0.054
Rumus Energi kinetik yang mampu ditampung oleh roda gila adalah
Ke
J=
C S 2
J

: momen inersia roda gila (kg-m2)

Ke : Energi kinetic dari rodagila (Nm)


: Kecepatan putar motor (rad/s)
CS : Koefisien fluktuasi
Energi kinetik yang dapat ditimbulkan roda gila adalah
Ke

12.251=
0.054

2 1140
60

K e =9428.275 Nm
Stroke per minutes mesin adalah 20 SPM, jika dikonversi menjadi RPM adalah 10
RPM. Maka ratio antara beban dengan kecepatan motor adalah:
beban
10
1
=
=
motot 1140 114
Besar kerja yang dilakukan setiap cycle:
W C =2 motor ratio
W C =2 623.76 Nm 114
W C =446,788.762 Nm
Energi total baik dari roda gila maupun motor dengan k sebagai factor loss adalah
0.2 adalah
W =W C k + K e
W =446,788.762 0.2+9428.275

| 16

W =98786.027 Nm
Besar gaya potong dapat diperoleh dari persamaan berikut:
W =F C k r rodagila
W
FC
k
rrodagila

: Energi total
: Gaya potong
: konstanta beban nominal selama power stroke (15%)
: jari jari dari roda gila
98786.027 Nm=F C 0.15 0.25
FC =2634294.062 N
FC =2634294.0620.101967

FC =268.611 tonforce
FC =2634294.062 0.2248
FC =592,189.305lb
Maka kapasitas potong mesin dengan motor sebesar 100HP adalah 167
ton. Dengan kapasitas potong sekian maka maksimal tebal benda kerja dengan
material mild steel (Tegangan geser maksimum = 35000 lb/in 2) dan panjang
material sebesar 1000mm adalah:
FC =t l
FC
: Gaya potong
T
: tebal material
L
: panjang material

: Tegangan geser maksimum


Maka tebal benda kerja maksimal untuk material mild steel adalah
592,189.305lb=t 39.3735000 lb/2
t=0.430
t=10.92 mm

Berdasarkan analisa diatas motor yang dibebani beban penuh memilki


kapasitas potong sebesar 14.51 mm. Sedangkan motor dengan dibebani
setengah kapasitas memiliki kapasitas potong 10,92 mm. Dari besar ketebalan
material yang dapat dipotong menunjukan selisih tebal potong yang tidak
terlalu jauh. Maka pada perancangan penyalaan motor dapat menggunakan
metode langsung (direct on line) maunpun metode star delta.

4. Pemilihan komponen pengasutan motor


Pengasutan Langsung (Direct On Line)

| 17

Pengasutan langsung berarti motor diasut dengan menghubungkan secara langsung


dengan sumber dengan tegangan nominal. Direct On Line cocok untuk dihubungkan
dengan sumber yang stabil dan secara mekanik kaku dan sistem poros yang memiliki
dimensi yang cukup.

Keuntungan dari pengasutan dengan metode Direct On Line adalah sederhana,


murah, dan metode pengasutan yang paling umum digunakan. Lebih jauh lagi dengan
pengasutan seperti ini akan memberikan kenaikan temperature yang paling rendah
selama pengasutan dibanding metode yang lain. Akan tetapi pemilihan metode
pengasutan ini tergantung pada pembatasan arus yang digunakan. Beberapa Negara
memilki regulasi yang berbeda tentang hal ini. Misal di Negara Denmark motor tiga
fasa dengan lock rotor current diatas 60A harus menggunakan pengasutan direct on
line. Beberapa rating peralatan berdasarkan NEC untuk motor induksi tiga fasa
squirrel cage motor.
Pemilihan Fuse (NEC 430-52)
Non Time Delay Fuse (Max)

I NTDF =3 I FLC
I NTDF =3 121
I NTDF =363 A

Time Delay Fuse (Max)


I TDF =1.75 I FLC
I TDF =1.75 121
I TDF =211.75 A
Circuit Breaker (NEC 430-52)
Instantaneous Trip CB (Max)
I INS =8 I FLC
I INS =8 121
I INS =968 A
Inverse Time CB (Max)
I INV =2.5 121

I INV =2.5 I FLC

| 18

I INV =302.5 A
Overload Relay setting
Setting overload Minimum
I OLMIN =0.7 I FLCPh
I OLMIN =0.7

121
3

I OLMIN =48.9 A
Setting overload Maximum
I OLMAX =1.2 I FLC Ph
I OLMIN =1.2

121
3

I OLMIN =83.31 A
Kontaktor
Jenis kontaktor
: AC3
Arus Pemutusan atau Penghubungan
I MAKE =10 I FLCln
I MAKE =10 121
I MAKE =1210 A
Kapasitas Kontaktor
I CAP =1 I FLC ln
I CAP =1 121
I CAP =121 A
Pengasutan Star Delta
Penggunaan dari metode pengasutan ini dibanding dengan direct on line
adalah berkurangnya arus pada saat pengasutan. Pada saat pengasutan awal, suplai
arus pada gulungan stator dihubungkan dengan star (Y) pada saat awalan. Pada saat
posisi berputar maka gulungan diubah menjadi delta () sesaat setelah motor bertambah
kecepatannya.
Normalnya untuk motor diatas 3kW akan diset untuk bekerja baik pada teganagan
400 V pada hubungan delta () atau pada teganagan 690V pada hubungan star (Y).
Fleksibilitas pada desain ini dapat digunakan juga pada motor yang memilki tegangan yang
lebih rendah. Pengasutan star delta memberikan arus awalan yang hanya sepertiga jika
dibandingkan pengasutan langsung. Pengasutan star delta sebagian cocok digunakan motor
dengan beban inersia yang besar dimana beban diinisiasi setelah kecepatan penuh.

| 19

Hal yang harus diperhatikan pada pengasutan star delta adalah torsi awalan yang berkurang
sebesar 33%. Perubahan koneksi star ke delta yang kecepatannya terlalu pelan, dapat
menyebabkan surja arus yang meningkat hampir sama seperti nilai arus pengasutan direct
on line. Bahkan dengan tempo perubahan star delta yang cepat, motor kehilangan kecepatan
juga secara mendadak, yang akan menyebabkan arus pulsa yang tinggi setelah dihubungkan
ke delta.
Kesalahan pencocokan antara kurva kecepatan dan torsi motor dengan kurva torsi
beban dapat menyebabkan kegagalan pengasutan. Oleh karena besar torsi yang dialami
motor pada saat pengasutan awal tidak boleh melebihi setengah dari torsi beban penuh.

Gb. Pengasutan dengan star delta

Untuk pengasutan star delta maka rating peralatan dari fuse, overload, dan circuit
breaker memilki rating yang sama dengan pengasutan star delta karena komponen tersebut
mengalami karakteristik pengasutan star delta. Kontaktor yang dipakai menjadi tiga jenis
yaitu kontaktor utama, kontaktor star, dan kontaktor delta. Kontaktor utama mengalami
starting, transien, dan running. Sedangakan kontaktor star hanya mengalami starting.
Sedangkan kontaktor delta mengalami fase running saja. Waktu untuk transisi dari star ke
delta adalah 100ms. Rating kontaktor yang digunakan pada pengasutan star delta adalah

Jenis kontaktor
: AC3
Arus Pemutusan atau Penghubungan
I MAKE =10 I FLCln
I MAKE =10 121
I MAKE =1210 A
Kapasitas Kontaktor Utama
I CAP =1 I FLC Ph

| 20

I CAP =1

121
3

I CAP =83.31 A
Kapasitas Kontaktor Delta
I CAP =1 I FLC Ph
I CAP =1

121
3

I CAP =83.31 A
Kapasitas Kontaktor Star
I CAP =1 I FLC Ph
I CAP =1

121
3

I CAP =40.33 A

| 21

Anda mungkin juga menyukai