KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Mystenia Gravis
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun memperoleh banyak bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penyusun guna meningkatkan ilmu pengetahuan.
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang..............................................................................................................................1
1.2
Tujuan..............................................................................................................................................2
1.3
Manfaat............................................................................................................................................2
Definisi............................................................................................................................................3
2.2
Etiologi............................................................................................................................................3
2.3
Epidemologi...................................................................................................................................4
2.4
Patogenesis/Patofisiologi...........................................................................................................4
2.5
2.6
Komplikasi.....................................................................................................................................7
2.7
2.8
Penatalaksanaan............................................................................................................................8
2.9
Prognosis.........................................................................................................................................11
BAB 3 PATHWAY
3.1
BAB 4 PENUTUP
5.1
Kesimpulan....................................................................................................................................15
5.2
Saran.................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................17
LAMPIRAN............................................................................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Miastenia gravis merupakan penyakit kelemahan otot yang parah.
Penyakit ini merupakan penyakit neuromuscular yang merupakan gabungan
antara cepatnya terjadi kelelahan otot-otot volunter dan lambatnya
pemulihan. Pada masa lampau kematian akibat dari penyakit ini bisa
mencapai 90%, tetapi setelah ditemukannya obat-obatan dan tersedianya
unit-unit perawatan pernafasan, maka sejak itulah jumlah kematian akibat
penyakit ini bisa dikurangi.
Sindrom klinis ini ditemukan pertama kali pada tahun 1600, dan
pada akhir tahun 1800 Miastenia gravis dibedakan dari kelemahan otot
akibat paralisis burbar. Pada tahun 1920 seorang dokter yang menderita
penyakit Miastenia gravis merasa lebih baik setelah minum obat efidrin
yang sebenarnya obat ini ditujukan untuk mengatasi kram menstruasi. Dan
pada tahun 1934 seorang dokter dari Inggris bernama Mary Walker melihat
adanya gejala-gejala yang serupa antara Miastenia gravis dengan keracunan
kurare. Mary Walker menggunakan antagonis kurare yaitu fisiotigmin untuk
mengobati Miastenia gravis dan ternyata ada kemajuan nyata dalam
penyembuhan penyakit ini.
Miastenia gravis banyak timbul pada usia 20 tahun, perbandingan
antara wanita dan pria yang menderita penyakit ini adalah 3:1. Tingkatan
usia yang kedua yang paling sering terserang penyakit ini adalah pria
dewasa yang lebih tua.
Kematian dari penyakit Miastenia gravis biasanya disebabkan oleh
insufisiensi pernafasan, tetapi dapat dilakukannya perbaikan dalam
perawatan intensif untuk pertahanan sehingga komplikasi yang timbul dapat
ditangani dengan lebih baik. Penyembuhan dapat terjadi pada 10 % hingga
20 % pasien dengan melakukan timektomi elektif pada pasien-pasien
tertentu dan yang paling cocok dengan jalan penyembuhan seperti ini adalah
Page
golongan wanita muda, yaitu pada usia awitan. Usia awitan dari miastenia gravis
adalah 20-30 tahun untuk wanita dan 40-60 untuk pria.
5Berdasarkan uraian diatas, Miastenia gravis merupakan penyakit yang masih
belum diketahui penyebab pasti serta masih belum teratasi secara menyeluruh.
Untuk itulah saya mengangkat penyakit Miastenia gravis ini sebagai tugas
makalah saya.
1.2
Tujuan
1. Mengetahui definisi penyakit Miastenia gravis.
2. Mengetahui penyebab penyakit Miastenia gravis.
3. Mengetahui epidemologi penyakit Miastenia gravis.
4. Mengetahui patogenesis/patofisiologi penyakit Miastenia gravis.
5. Mengetahui tanda dan gejala penyakit Miastenia gravis.
6. Mengetahui komplikasi yang bisa ditimbulkan oleh penyakit
Miastenia gravis.
7. Mengetahui pencegahan penyakit Miastenia gravis.
8. Mengetahui penatalaksanaan penyakit Miastenia gravis.
9. Mengetahui prognosis penyakit Miastenia gravis.
10. Mengetahui implikasi patofisiologi penyakit Miastenia gravis dalam
bidang keperawatan.
11. Mengetahui peranan keperawatan dalam penanganan penyakit
Miastenia gravis.
1.3
Manfaat
1. Bagi masyarakat; dapat mengetahui lebih mendalam tentang Miastenia
gravis serta penanganannya.
2. Bagi mahasiswa; dapat dijadikan sebagai media pembelajaran.
3. Bagi tenaga kesehatan; dapat mengetahui perkembangan dan
pencegahan dari Miastenia gravis.
Page
BAB 2
KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh
suatu kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang
dipergunakan secara terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat
beraktivitas. Penyakit ini timbul karena adanya gangguan dari synaptic
transmission atau pada neuromuscular junction. Gangguan tersebut akan
mempengaruhi transmisi neuromuscular pada otot tubuh yang kerjanya di
bawah kesadaran seseorang (volunter). Karakteristik yang muncul berupa
kelemahan yang berlebihan, dan umumnya terjadi kelelahan pada otot-otot
volunter dan hal itu dipengaruhi oleh fungsi saraf cranial.(Dewabenny,
2008)
Miastenia gravis merupakan sindroma klinis akibat kegagalan
transmisi neuromuskuler yang disebabkan oleh hambatan dan destruksi
reseptor asetilkolin oleh autoantibodi. Sehingga dalam hal ini, miastenia
gravis merupakan penyakit autoimun yang spesifik organ. Antibodi reseptor
asetilkolin terdapat didalam serum pada hampir semua pasien. Antibodi ini
merupakan antibodi IgG dan dapat melewati plasenta pada kehamilan.
(Chandrasoma dan Taylor, 2005)
2.2 Etiologi
Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan
gangguan transmisi pada neuromuscular junction, yaitu penghubung antara
unsur saraf dan unsur otot. Pada ujung akson motor neuron terdapat partikel
-partikel globuler yang merupakan penimbunan asetilkolin (ACh). Jika
rangsangan motorik tiba pada ujung akson, partikel globuler pecah dan ACh
dibebaskan yang dapat memindahkan gaya saraf yang kemudian bereaksi
dengan ACh Reseptor (AChR) pada membran postsinaptik. Reaksi ini
membuka saluran ion pada membran serat otot dan menyebabkan masuknya
kation, terutama Na, sehingga dengan demikian terjadilah kontraksi otot.
Page
Page
Page
Page
Page 7
Page 8
factor-faktor pencetus dan harus minum obat tepat pada waktunya. (Silvia A.
Price, Lorain M. Wilson. 1995.)
Walaupun belum ada penelitian tentang strategi pengobatan yang pasti,
tetapi Miastenia gravis merupakan kelainan neurologik yang paling dapat diobati.
Antikolinesterase (asetilkolinesterase inhibitor) dan terapi imunomudulasi
merupakan penatalaksanaan utama pada miastenia gravis. Antikolinesterase
biasanya digunakan pada miastenia gravis yang ringan. Sedangkan pada pasien
dengn miastenia gravis generalisata, perlu dilakukan terapi imunomudulasi yang
rutin.
Terapi imunosupresif dan imunomodulasi yang dikombinasikan dengan
pemberian antibiotik dan penunjang ventilasi, mampu menghambat terjadinya
mortalitas dan menurunkan morbiditas pada penderita miastenia gravis.
Pengobatan ini dapat digolongkan menjadi terapi yang dapat memulihkan
kekuatan otot secara cepat dan terbukti memiliki onset lebih lambat tetapi
memiliki efek yang lebih lama sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan.
(Endang Thamrin dan P. Nara, 1986)
Secara garis besar, pengobatan Miastenia gravis berdasarkan 3 prinsip, yaitu
1. Mempengaruhi transmisi neuromuskuler:
a. Istirahat
Dengan istirahat, banyaknya ACh dengan rangsangan saraf akan
bertambah sehingga serat-serat otot yang kekurangan AChR di bawah
ambang rangsang dapat berkontraksi.
b. Memblokir pemecahan Ach
Dengan
anti
kolinesterase,
seperti
prostigmin,
piridostigmin,
Page 9
dengan
menggunakan
Azathioprine,
Cyclosporine,
umum
memiliki
efek
samping
yang
lebih
sedikit
10
Page
panas
matahari,
mandi
sauna,
makanan
yang
phenintoin,
benzodiazepin,
antibiotika
seperti
11
Page
BAB 3
PATHWAY
3.1 Patofisiologi Gambaran Penyakit Secara Menyeluruh
Saraf besar bermielin yang berasal dari sel kornu anterior medulla
spinalis dan batang otak mempersarafi otot rangka atau otot lurik. Sarafsaraf ini mengirimkan aksonnya dalam bentuk saraf-saraf spinal dan kranial
menuju ke perifer. Masing-masing saraf bercabang banyak sekali dan
mampu merangsang sekitar 2000 serabut otot rangka. Gabungan antara saraf
motorik dan serabut-serabut otot yang dipersarafi dinamakan unit mototrik.
Meskipun setiap neuron mototrik mempersarafi banyak serabut otot, tetapi
setiap serabut otot dipersarafi oleh hanya satu neuron motorik.
Daerah khusus yang merupakan tempat pertemuan antara saraf
motorik dan serabut otot disebut sinaps neuromuskular atau hubungan
neuromuscular. Hubungan neuromuskular merupakan suatu sinaps kimia
antara saraf dan otot yang terdiri dari tiga komponen dasar: unsur presinaps,
elemen postsinaps, dan celah sinaps yang mempunyai lebar sekitar 200.
Unsur presinaps terdiri dari akson terminal dengan vesikel sinaps yang
berisi asetilkolin yang merupakan neurotransmitter. Asetilkolin disintesis
dan disimpan dalam akson terminal (bouton). Membran plasma akson
terminal disebut membran presinaps. Unsur postsinaps terdiri dari membran
postsinaps atau lempeng akhir motorik serabut otot. Membran postsinaps
dibentuk oleh invaginasi selaput otot atau sarkolema yang dinamakan alur
atau palung sinaps dimana akson terminal menonjol masuk ke dalamnya.
Bagian ini mempunyai banyak lipatan (celah-celah subneural) yang sangat
menambah luas permukaan. Membran postsinaps memiliki reseptor-reseptor
asetilkolin dan mampu menghasilkan potensial lempeng akhir yang
selanjutnya dapat mencetuskan potensial aksi otot. Pada membran
postsinaps juga terdapat suatu enzim yang dapat menghancurkan asetilkolin
yaitu asetilkolinesterase. Celah sinaps adalah ruang yang terdapat antara
membran presinaps dan postsinaps. Ruang tersebut terisi semacam zat
gelatin, dan melalui gelatin ini cairan ekstrasel dapat berdifusi.
12
Page
sarkolema.
Potensial
ini
memicu
serangkaian
reaksi
yang
terjadi,
asetilkolin
akan
dihancurkan
oleh
enzim
13
Page
Gambaran patofisiologi Miastenia gravis dapat dilihat dari skema yang ada
dibawah ini :
Gangguan Autoimun yang
merusak reseptor asetilkolin
Otot otot
okular
Otot volunter
Otot pernapasan
Gangguan
otot levator
palpebra
Regurgitasi
makanan ke hidung
pada saat menelan
Suara abnormal
ketidakmampuan
menutup rahang
Kelemahan
otot-otot
rangka
Ketidakmamp
uan batuk
Efektif
Kelemahan
otot-otot
Pernafasan
Ptosis &
Diplopia
2. Hambatan
mobilitas fisik
4. Gangguan
citra diri
3. Kerusakan
komunikasi
verbal
Krisis miestania
1. Ketidakefektifan
Pola
kematian
Page 14
BAB 4
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh
suatu kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang
dipergunakan secara terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat
beraktivitas. Penyakit ini timbul karena adanya gangguan dari synaptic
transmission atau pada neuromuscular junction. Gangguan tersebut akan
mempengaruhi transmisi neuromuscular pada otot tubuh yang kerjanya di
bawah kesadaran seseorang (volunter).
Wanita lebih sering menderita penyakit ini dibandingkan pria. Rasio
perbandingan wanita dan pria yang menderita miastenia gravis adalah 3 : 1.
Pada wanita, penyakit ini tampak pada usia yang lebih muda, yaitu sekitar
20 tahun, sedangkan pada pria, penyakit ini sering terjadi pada usia 40
tahun. Pada anak, prognosis sangat bervariasi tetapi relatif lebih baik dari
pada orang dewasa
Secara garis besar, pengobatan Miastenia gravis berdasarkan 3
prinsip,
yaitu;
(1)
Mempengaruhi
transmisi
neuromuskuler,
(2)
15
Page
DAFTAR PUSTAKA
16
Page
LAMPIRAN
17
Page
18
Page