Anda di halaman 1dari 2

NYERI DADA, akibat kelainan paru

Hampir semua nyeri dada akibat kelainan paru disebabkan karena inflamasi atau traksi pada
struktur sekitar paru, seperti pleura parietal atau mediastinum. Kelainan hanya pada parenkim
paru tidak menyebabkan nyeri kecuali jika melibatkan struktur lainnya.
Percabangan trakeobronkial dan paru disyarafi oleh jalur aferen dan eferen otonom.
Termasuk di dalamnya adalah jalur aferen untuk reseptor batuk, peregangan dan iritasi dalam
saluran napas sentral, namun kadang juga jalur aferen untuk nyeri. Reseptor nyeri pada
permukaan pleura parietal dan diafragma berasal dari nervus interkostal. Iritasi pada daerah
tersebut menyebabkan rasa nyeri pada dinding dada yang berdekatan. Bagian sentral (tengah)
diafragma disyarafi oleh nervus frenikus, dan nyeri pada daerah ini sering dirasakan pada
bahu sisi yang sama (ipsilateral).
Pleuritis
Inflamasi pleura atau pleuritis bisa disebabkan oleh berbagai kelainan. Kelainan tersebut
meliputi:

Penyakit jaringan ikat: SLE, dan penyakit jaringan ikat campuran

Artritis reumatoid

Infeksi virus

Penyakit paru kerja

Pajanan asbestos bisa juga berhubungan dengan nyeri dada, demam ringan, dan efusi pleura.
Efusi pleura asbestos sering muncul relatif awal setelah pajanan asbestos (kurang dari 2
dekade dan sering juga kurang dari satu dekade).
Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah terdapat udara dalam kavum pleura, bisa primer atau sekunder.
Pneumotoraks primer sering terjadi pada laki-laki muda, tinggi, dan diduga terjadi kerena
pecahnya bleb di apikal. Pneumotoraks sekunder terjadi pada penyakit struktur paru seperti
PPOK, granuloma eosinofilik, dan lymphangioleiomyomatosis. Penyebab lain adalah trauma,
termasuk trauma iatrogenik (misalnya komplikasi pemasangan CVC/central venous catheter)
dan pneumotoraks katamenial (pada perempuan dan terjadinya berhubungan dengan siklus
menstruasi).
Pneumomediastinum
Pneumomediastinum adalah terdapat udara dalam mediastinum. Penyebab paling sering
adalah ruptur alveolus, diikuti perpindahan udara menuju hilus dan selanjutnya masuk
mediastinum. Peristiwa tersebut terjadi selama periode peningkatan tekanan dalam alveoli,
seperti selama serangan asma berat, atau manuver Valsalva berulang saat melahirkan.
Pneumomediastinum bisa juga sebagai komplikasi ventilasi mekanik tekanan positif. Ruptur
esofagus oleh sebab apapun (seperti muntah atau setelah tindakan endoskopi) bisa berakibat
pneumomediastinum.

Emboli paru
Nyeri dada dilaporka terjadi pada 60-80% pasien dengan emboli paru, walaupun sesak,
takipnea dan takikardi lebih sering terjadi. Rasa nyeri bisa akibat dari pleuritis atau bisa juga
akibat perrgangan ventrikel kanan karena peningakatan resistensi vaskuler pulmonal. Bila
nyeri yang terjadi akibat pleuritis, biasanya nyeri tertunda sampai setidaknya 12 jam setelah
terjadinya infark paru. Infark paru relatif jarang terjadi, karena darah yang mengalir ke paru
melalui dua sistem pembuluh darah yaitu vasa bronkial dan vasa pulmonal. Nyeri karena
peregangan ventrikel kanan lebih mudah diketahui bila bersamaan dengan emboli paru masif
dan terjadinya akut. Nyeri lebih khas sebagai angina klasik akibat iskemia ventrikel kanan.
Efusi pleura
Meskipun sebagian besar efusi pleura tidak nyeri, efusi yang berhubungan dengan pneumonia
(efusi parapneumonia) dan efusi akibat keganasan sering menyebabkan inflamasi dan nyeri
dada.
Efusi
pleura
akibat
gagal
jantung
kongestif
tidak
nyeri.
Mesotelioma ganas
Mesotelioma ganas merupakan keganasan pada pleura yang jarang terjadi, khususnya pada
pasien dengan riwayat pajanan asbestos setelah periode laten 20 sampai 40 tahun. Keganasan
ini hampir selalu disertai dengan nyeri dada.

Anda mungkin juga menyukai