Anda di halaman 1dari 19

Analisis Pendapatan usaha abon dan dendeng di Kota Kupang

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebutuhan akan daging sebagai salah satu sumber protein hewani terus
meningkat seiring dengan meningkatnya laju populasi penduduk sekitar 1,5%
per tahun. Selain itu, dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya bahan makanan bergizi maka tidak
cukup hanya dari segi kuantitas saja yang menjadi tolak ukur, namun daging
berkualitas juga menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen. Hal ini dapat
menjadi perhatian bagi sektor peternakan dalam penyediaannya.
Agroindustri merupakan salah satu sub sistem agribisnis yang mengolah bahan
baku yang berasal dari tumbuhan dan hewan dengan berbagai bentuk dan
perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan, pengawasan, sampai pemasaran yang
berdampak langsung pada peningkatan nilai tambah, kualitas hasil, penciptaan
tenaga kerja, dan peningkatan produksi. Oleh karena itu, agroindustri memiliki
peluang besar untuk terus berkembang karena potensinya cukup besar, dan
belum terlalu ketatnya pasar bagi produk di sektor ini.
Industri rumah tangga adalah bagian dari industri kecil yang diusahakan
terutama untuk menambah pendapatan keluarga. Badan Pusat Statistik (BPS)
menggolongkan industri rumah tangga berdasarkan modal yang dimiliki oleh
perusahaan kurang dari Rp.500.000.000/ tahun dengan jumlah pekerja 1 4
orang (Disperindag Kota Kupang, 2008).
Usaha industri rumah tangga tersebut didukung oleh potensi daerah NTT yang
dikenal sebagai penghasil ternak sapi. Produksi ternak sapi di NTT terus
meningkat setiap tahunnya. Jumlah ternak sapi tahun 2009 sebanyak 577.552
ekor, tahun 2010 sebanyak 599.279 ekor, dan pada tahun 2011 meningkat
menjadi 778.663 ekor (Dinas peternakan NTT, 2011).
Daging sapi segar mempunyai kandungan gizi yang cukup baik dibanding
dengan daging lainnya. Jika daging sapi tersebut diolah menjadi dendeng
maupun abon sapi, maka kalori produk menjadi lebih dari dua kali lipat dibanding
dengan sapi segar (Soeparno, 2005). Selain itu terjadi peningkatan kadar protein
dan karbohidrat (per berat basah) sejalan dengan menurunkannya kandungan
air. Disamping itu juga terjadi peningkatan kadar kalium (K), fosfor (P), serta zat
besi (Fe), sedangkan vitamin A menjadi rusak total (Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan RI, 1981).
Keuntungan merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan suatu
usaha peternakan. Keuntungan tersebut dapat diketahui melalui analisis
pendapatan. Dari hasil ini dapat diketahui apakah usaha peternakan yang

dilakukan layak atau tidak untuk dijalankan. Selain analisis Pendapatan,studi


kelayakan usaha perlu dilakukan untuk menghindari kerugian penanaman modal
yang terlalu besar untuk suatu kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.
Studi kelayakan memerlukan biaya, namun biaya tersebut relatif lebih kecil
apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut
investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Suwarsono, 2000).
Dengan adanya analisis kelayakan usaha, tingkat keuntungan yang dapat
dicapai melalui investasi proyek dapat diketahui, pemborosan terhadap
sumberdaya dapat dihindarkan, serta dapat meramu strategi yang paling
menguntungkan di antara berbagai proyek investasi yang ada.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian yang berjudul Analisis Pendapatan Usaha Abon Dan Dendeng
Sapi Di Kota Kupang ( Studi Kasus Pada Agroindustri Daging Sapi
CV.TAMBERS Kota Kupang )

Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah :
1. Berapa besar pendapatan usaha agroindustri abon dan dendeng sapi di
CV.TAMBERS?
2.

Apakah Agroindustri tersebut layak secara finansial?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Besar pendapatan usaha agroindustri abon dan dendeng sapi di Kota
Kupang.
2.

Kelayakan finansial dari usaha tersebut.

Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi :
1. Pelaku usaha agroindustri dalam menjalankan dan menjaga keberlanjutan
usahanya.
2. Pemerintah, sebagai informasi dalam rangka pengambilan kebijakan di
bidang agroindustri peternakan.
3.

Pengembangan IPTEKS di bidang agroindustri peternakan.

ANALISIS

MANAJEMEN

FINANSIAL

INDUSTRI

RUMAH

TANGGA

DENDENG SAPI (STUDI KASUS PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA


ABADI JAYA) DI KELURAHAN SIKUMANA KECAMATAN MAULAFA
KOTA KUPANG

PROPOSAL PENELITIAN OLEH PRISCHA JULIAN LULAN NIM : 0804022587


FAKULTAS

PERTANIAN

UNIVERSITAS

NUSA

CENDANA

KUPANG

2010

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam pembangunan
nasional. Hal ini dapat dilihat dari data BPS tahun 2002, bidang pertanian di
Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3 % penduduknya.
Didukung pula dengan kondisi yang menguntungkan antara lain berada di
daerah tropis yang subur, keadaan sarana prasarana cukup menampilkan sektor
pertanian sebagai prioritas dalam pembangunan. Pembangunan pertanian di
Nusa Tenggara Timur (NTT) mencakup usaha usaha peningkatan produksi

pangan lainnya yang berada di sektor holtikultura, peternakan, perikanan dan


perkebunan. Salah satu sub sektor pertanian yang banyak menyerap tenaga
kerja dan penghasil devisa adalah peternakan. Hasil dari sub sektor peternakan
juga sebagai bahan baku untuk industri pengolahan (BPS NTT, 2005).
Pengertian agribinis menurut (Arifin, 2004), agribisnis mencakup sub sistem
sarana produksi atau bahan baku hulu, proses produksi biologis ditingkat bisnis
atau usahatani, aktivitas transformasi berbagai fungsi bentuk (pengolahan),
waktu (penyimpanan atau pengawetan), dan tempat (pergudangan), pemasaran
dan perdagangan, serta sub sistem pendukungnya lainnya seperti jasa,
permodalan,

perbankan

dan

sebagainya.

Sebagai

motor

penggerak

pembangunan pertanian, agribisnis diharapkan memainkan peranan penting


dalam

kegiatan

pembangunan

daerah

baik

dalam

sasaran

pemerataan

pembangunan, pertumbuhab ekonomi maupun stabilitas nasional (Soekartawi,


2001). Agroindustri merupakan salah satu sub sistem agribisnis yang mengolah
bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan hewan dengan berbagai bentuk
dan perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan, pengawasan, sampai pemasaran
yang berdampak langsung pada peningkatan nilai tambah, kualitas hasil,
penciptaan tenaga kerja, dan peningkatan produksi. Agroindustri memilki
peluang besar untuk terus berkembang karena kapasitas cukup besar, yang
berarti pula belum terlalu ketatnya pasar bagi produk disektor ini. Industri
rumah tangga adalah bagian dari industri kecil yang diusahakan terutama
untuk

menambah

pendapata

keluarga.

Badan

Pusat

Statistik

(BPS)

menggolongkan industri rumah tangga berdasarkan modal yang dimiliki oleh


perusahaan kurang dari Rp.500.000.000/ tahun dengan jumlah pekerja 1 4
orang. Telah berkembangnya enam industri rumah tangga dalam bidang
peternakanyang

menghasilkan

produk

antara

lain

dendeng

dan

abon

(Disperindag Kota Kupang, 2008). Usaha industri rumah tangga tersebut

didukung oleh potensi daerah NTT yang dikenal sebagai penghasil ternak sapi.
Produksi ternak sapi di NTT khususnya di Kabupaten Kupang pada tahun 2005
sebesar 533.710 ekor dan pada tahun 2006 sebesar 544.482 ekor, dimana
terjadi kenaikan sebesar 2,02% (Dinas Peternakan NTT, 2006). Daging sapi
segar mempunyai kandungan gizi yang cukup baik dibanding dengan daging
lainnya. Jika daging sapi tersebut diolah menjadi dendeng sapi maka kalori
produk menjadi lebih dari dua kali lipat dibanding dengan sapi segar. Selain itu
terjadi peningkatan kadar protein dan karbohidrat (per berat basah) sejalan
dengan menurunkannya kandungan air. Disamping itu juga terjadi peningkatan
kadar kalium, fosfor, serta zat besi, sedangkan vitamin A menjadi rusak total
(Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1981). Berikut ini komposisi daging
sapi dan dendeng sapi untuk tiap seratus gram bahannya disajikan pada Tabel
1. Tabel 1. Komposisi daging sapi dan dendeng sapi tiap seratus gram bahan
Komponen Daging Sapi Dendeng Daging Sapi Kalori (kkal) 207 433 Protein (g)
18,8 55 Lemak (g) 14,0 9 Karbohidrat (g) 0 10,5 Kalsium (mg) 11 30 Fosfor (mg)
170 370 Besi (mg) 2,8 5,1 Vitamin A (SI) 30 0 Vitamin B1 (mg) 0,08 0 Vitamin C
(mg) 0 0 Air (g) 66 25 Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI
(1981).

Dendeng

adalah

lembaran

daging

yang

dikeringkan

dengan

menambahkan campuran gula, garam, serta bumbu bumbu lain. Masa


simpanannya yang lebih lama dibandingkan daging sapi mentah. Pada
umumnya dendeng yang ada di pasaran yaitu dendeng sapi, baik dendeng sapi
iris (Purnomo, 1986). Usaha pembuatan dendeng sapi merupakan salah satu
bentuk usaha pengolahan hasil produksi peternakan, diolah oleh pengusaha
yang merupakan industri hilir dan usaha peternakan sapi potong. Salah satu
tujuan pembuatan dendeng sapi sebenarnya adalah sebagai bentuk penganekaragaman pengolahan daging sapi yang dapat disimpan lebih lama karena
daging mempunyai sifat mudah rusak bila terkontaminasi oleh udara bebas.

Tujuan lainnya dari pembuatan dendeng sapi adalah untuk memenuhi


kebutuhan gizi masyarakat, karena dendeng sapi sebagai bahan pengan asal
ternak. Pengembangan industri home industry khususnya dendeng menjadi
suatu hal yang sangat mungkin diusahakan. Selain karena tersedianya bahan
baku, hal ini didukung pula dengan meningkatnya jumlah penduduk kota
kupang setiap tahunnya yang mengisyaratkan adanya peningkatan konsumsi
pangan. Selain itu, dendeng juga dapat dijadikan oleh oleh khas Kota Kupang.
Industri rumah tangga Abadi Jaya adalah industri rumah tangga yang
menggunakan bahan baku daging sapi segar, dan mengolah daging sapi menjadi
dendeng sapi. Sejauh ini pengusaha industri rumah tangga Abadi Jaya
berusaha

untuk

meningkatkan

produksi,

memperoleh

keuntungan,

dan

mengembangkan usahanya dengan cara memasarkan produknya dengan baik.


Namun

semakin

pesatnya

perkembangn

bisnis

dendeng

sapi,

membuat

persaingan usaha semakin gencar. Khususnya persaingan antara dendeng sapi


produksi nasional dengan dendeng sapi lokal untuk memenuhi pasar yang
begitu

besar,

pengusaha

terus

berupaya

mengembangkan

usahanya.

Pengembangan produk dendeng sapi dapat dilihat dari segi kemasan, harga,
variasi cita rasa, dan nilai gizinya yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen yang beragam. Perumusan Masalah Industri rumah tangga Abadi
Jaya merupakan salah satu industri rumah tangga dendeng sapi yang ada di
Kota Kupang dan dalam melakukan usahanya tidak terlepas dari persaingan
industri rumah tangga lainnya yang menghasilkan produk sejenis. Hal tersebut
disebabkan

karena

keberlangsungan

tujuan

usaha

dan

badan

usaha

memperoleh

selalu

ingin

keuntungan

mempertahankan
maksimum,

serta

memberikan kesempatan kerja sehingga dapat membantu pemerintah dalam


mengurangi

pengangguran.

Dalam

upaya

mencapai

keuntungan

yang

maksimum sangat bergantung pada manajemen finansial industri rumah tangga

ini. Keberhasilan manajemen finansial dapat dilihat dari kemampuan manajer


dari industri rumah tangga ini dalam berusaha mencapai tingkat efesiensi yang
paling menguntungkan yaitu menganalisis secara tepat setiap komponen biaya
produksi yang terjadi, sehingga biaya produksi dapat ditekan serendah
mungkin. Apabila biaya dapat ditekan, maka biaya produk per satuan akan
rendah, sehingga industri rumah tangga ini dapat menetapkan harga jual yang
dapat bersaing dengan produk sejenis. Dengan demikian, produk yang
dihasilkan dapat memperoleh pangsa pasar yang luas dan jumlah produk yang
dihasilkan

akan

meningkat.

Dan

sebaliknya,

jika

kurang

teliti

akan

menyebabkan kesalahan dalam penetapan harga jual dan besar laba yang
ditargetkan yang sangat berguna bagi manajemen dalam mempertimbangkan
dampak perubahan biaya terhadap laba, serta membantu manajer perusahaan
untuk mengetahui kondisi perusahaan pada saat untung maupun tidak untung.
Berdasarkan latar belakang dan pertimbangan diatas, maka masalah yang perlu
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana pengelolaan manajemen usaha dendeng sapi pada industri rumah
tangga Abadi Jaya di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang?
Berapa besar biaya produksi dendeng sapi pada industri rumah tangga Abadi
Jaya di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang? Bagaimana
penentuan harga jual dendeng sapi pada industri rumah tangga Abadi Jaya di
Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang? Berapa besarnya
keuntungan yang di peroleh industri rumah tangga Abadi Jaya di Kelurahan
Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang?

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah untuk :


Mengevaluasi pengelolaan manajemen usaha dendeng sapi pada industri rumah
tangga Abadi Jaya di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang.
Menghitung biaya produksi dendeng sapi pada industri rumah tangga Abadi
Jaya di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang. Menentukan
harga jual dendeng sapi pada industri rumah tangga Abadi Jaya di Kelurahan
Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang. Menghitung besarnya keuntungan
yang di peroleh industri rumah tangga Abadi Jaya di Kelurahan Sikumana
Kecamatan Maulafa Kota Kupang.
Penelitian ini diharapkan berguna :
Bagi perusahaan, dalam kaitannya dengan pengembangan usaha di masa yang
akan datang dan peningkatan produksi dendeng yang berkualitas. Bagi
Pemerintah dan Dinas-Dinas yang terkait, sebagai bahan informasi dan bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang tepat dalam pembangunan
pertanian. Bagi Universitas dan mahasiswa, sebagai bahan informasi ilmiah
bagi penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA
Rujukan Penelitian Terdahulu Agribisnis adalah serangkaian kegiatan yang
melibatkan subsistem input, subsistem produksiproduksi, subsistem pengolahan
(agroindustri),

subsitem

pemasaran

hasil

dan

subsistem

penunjang.

Agroindustri usaha yang berkaitan dengan pengolahan yang melibatkan


kegiatan

pengolahan,

pengawetan,

penyimpanan

dan

pengepakan

hasil

pertanian, khususnya hasil budidaya pesisir dan laut (Ngangi, E.L.A, 2001).
Nubatonis (2000, dalam Julianty, 2004) dalam penelitian tentang penentuan

harga produk emping jagung pada perusahaan Sinar 313 di Kelurahan


Sikumana Kota Madya Kupang diperoleh bahwa harga pokok produksi sebagai
jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan terbentuk akumulasi biaya bahan
baku, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Penetapan harga emping jagung
oleh perusahaan Sinar 313 berdasarkan harga mark up, meskipun mark up
yang ditentukan cukup tinggi, namun produk emping jagung tetap terjual
karena perusahaan Sinar 313 merupakan salah satu penghasil emping jagung
terbaik di Kota Kupang. Hasil penelitian Daris (2001), pada Agroindustri Abon
Jaya di Kelurahan Naibonat Kecamatan Kupang Timur menyatakan bahwa
besarnya perhitungan biaya yang dilakukan oleh agroindustri Abon Jaya lebih
kecil bila dibandingkan dengan hasil analisis. Hal ini disebabkan karena belum
ada

penggolongan

yang

jelas

dalam

elemen

biaya

produksi,

sehingga

berpengaruh terhadap penetapan harga jual abon serta laba yang diperoleh
agroindustri Abon Jaya. Dikatakan bahwa harga jual abon menin gkat dari
tahun ke tahun dan berbanding terbalik dengan produksi abon dari tahun ke
tahun, hal ini disebabkan karena semakin tinggi harga jual abon maka
permintaan abon berkurang sehingga agroindustri Abon Jaya menurunkan
jumlah produksi tiap tahunnya. Harga jual yang tinggi menyebabkan produk
yang di jual tidak dapat dijangkau oleh konsumen dan produk akan kalah
bersaing. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh
agroindustri Abon Jaya. Hasil penelitian Pollo (2002), menentukan beberapa
kelemahan dalam Agroindustri Dendeng Ikan Mandiri antara lain teknologi
produksi yang digunakan masih sederhana, produksi yang tidak kontinyu,
kapasitas produksi makin rendah dan harga jual yang relative mahal. Tinjauan
Teoritis Pengertian Agroindustri Agroindustri merupakan bagian dari industri
dengan struktur yang kuat karena mengolah sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Pada kenyataannya, fokus dari agroindustri memang relevan bagi

tahap pembangunan saat ini dan waktu mendatang karena disinilah arus
industrilisasi dan arus pertanian bertemu. Selain itu, agroindustri merupakan
salah bentuk agribisnis yang bertumpu kepada kegiatan pengolahan bahan
baku yang berasal dari sektor pertanian (Azis, 1993). Pengertian Industri
Rumah Tangga (Home Industry) Industri rumah tangga (Home Industry)
merupakan bagian dari industri kecil yaitu industri yang diusahakan terutama
untuk menambah pendapatan keluarga. Industri rumah tangga mencakup
kegiatan usaha yang pengolahan bahan baku berasal dari tanaman atau ternak.
Pengertian

Manajemen

pengusaha

dalam

Finansial

Manajemen

merencanakan,

usaha

adalah

mengorganisasikan,

kemampuan

mengarahkan,

mengkoordinasikan serta mengawasi faktor produksi dalam setiap kegiatan


secara efektif dan efisien agar kegiatan apapun yang dilakukan dapat berjalan
dengan baik sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai (Swastha dan
Ibnu,

2000).

Manajemen

penganggaran,
penyimpanan

finansial

pemeriksaan,
dana

yang

adalah

pengelolaan,
dimiliki

oleh

suatu

kegiatan

pengendalian,
organisasi

perencanaan,

pencarian,

atau

dan

perusahaan

(http://www.pengertianmanajemen.com). Masing masing fungsi manajemen


finansial : Membuat rencana pemasukkan dan pengeluaran serta kegiatan
kegiatan lainnya untuk periode tertentu. Tindak lanjut dari perencanaan
keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan. Menggunakan
dana perusahaan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai cara.
Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk operasional kegiatan
perusahaan. Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana tersebut
dengan aman. Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem
keuangan

pada

perusahaan.

Melakukan

audit

internal

atas

keuangan

perusahaan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan. Pengelolaan Usaha


Swastha (1999) menyatakan produksi adalah pengubahan bahan bahan dari

sumber sumber (tenaga kerja dan dana) menjadi hasil yang diinginkan oleh
konsumen. Jadi proses produksi adalah suatu kegiatan yang melibatkan
pengubahan dan pengelohan berbagai macam sumber menjadi barang dan jasa
yang akan dijual. Dengan memanfaatkan faktor faktor produksi seperti modal,
tenaga kerja dan menajemen secara efektif dan efisien yaitu meminimalkan
biaya biaya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang akan berdampak
positif

bagi

perkembangan

usaha

(Samuelson,

1996).

Proses

Produksi

Partadiredja (1999), menyatakan bahwa produksi adalah segala kegiatan utnuk


menciptakan atau menambah guna atas suatu benda atau segala kegiatan yang
ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran. Sehingga proses
produksi adalah setiap produk untuk menghasilkan barang dan jasa. Maka
dapat disimpulkan suatu barang atau jasa akan bernilai bila dapat ditingkatkan
penggunaannya melalui suatu proses produksi. Biaya Produksi Menurut
Soekartawi (1997), biaya biaya yang dikeluarkan dapat dibedakan dalam
beberapa jenis yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap (fixed cost)
yaitu biaya yang relatif jumlahnya dan tetap dikeluarkan walaupun produksi
yang diperoleh banyak atau sedikit. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya
yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil produksi. Biaya produksi terdiri dari
3 elemen yaitu : Biaya Bahan Baku Merupakan biaya biaya secara langsung
digunakan dalam proses produksi untuk mewujudkan suatu macam produk jadi
yang siap dipasarakan kepada konsumen. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Merupakan

biaya

bagi

tenaga

kerja

yang

langsung

ditempatkan

dan

didayagunakan dalam menangani kegiatan kegiatan produksi, menangani


segala peralatan produksi sehingga produk dari usaha itu dapat terwujud. Biaya
Overhead Pabrik Merupakan biaya biaya produksi selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung yang terdiri dari biaya bahan penolong, biaya
tenaga kerja tidak langsung, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya asuransi

gedung, biaya mesin, biaya kendaraan, serta biaya listrik dan air. Jenis Jenis
Metode Harga Pokok Jenis jenis metode harga pokok dibagi menjadi dua
bagian sebagai berikut : Metode Harga Pokok Pesanan Pada metode ini, biaya
produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per
satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan
tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan bersangkutan. Metode
harga pokok pesanan berfungsi dalam perhitungn harga pokok produksi yang
akan

membantu

terpenuhinya

perusahaan

realisasi

biaya

menghasilkan
produksi

laba

yang

yang

budget

optimal
telah

denga

ditentukan

sebelumnya. Metode Harga Pokok Proses Pada metode ini, biaya produksi
dikumpulkan untuk setiap proses dalam jangka waktu tertentu, biaya produksi
per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses
tertentu,

selama periode tertentu, dengan

jumlah satuan produk

yang

dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan


(Mulyadi,

1999).

Jika

perusahaan

berproduksi

secara

massa

kemudian

produknya homogen dan produksinya ditujukan untuk memenuhi persediaan di


gudang maka metode pengumpul biayanya memakai metode harga pokok
proses. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode harga pokok proses karena
metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses
produksi

perusahaan/

industri

yang

berproduksi

massa,

karakteristik

produksinya adalah sebagai berikut : Produk yang dihasilkan berupa produk


standar. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama. Kegitan
produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana
produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu. Penetapan Harga Jual
Harga

adalah

satu

satunya

unsur

dalam

bauran

pemasaran

yang

menghasilkan pendapatan penjualan (Kotler, 1992). Tujuan ditetapkannya harga


jual (Rewolt dkk, 1983), adalah untuk mencapai pengembalian atas investasi

(Return Of Investment), stabilitas harga dan margin, penetapan harga untuk


mencapai target suatu bagian pasar, penetapan harga untuk mengatasi
persaingan, dan penetapan harga untuk memaksimalkan laba. Mulyadi (1991),
mendefinisikan harga jual sebagai harga pokok produk setelah ditambah
dengan keuntungan yang dikehendaki (Laba yang diinginkan), berhasil tidaknya
suatu perusahaan ditandai dengan kemampuannya dalam menetapkan harga
jual yang dapat menutupi biaya biaya produksi yang dikeluarkan untuk
mendapatkan laba. Mark up adalah penambahan biaya pada akhir proses
produksi dengan cara mengestimasi (memperkirakan) uang tambahan sebagai
keuntungan (profit) yang diambil pedagang, serta item biaya lain. Jika biaya
dikenal dengan presentase mark up (kelebihan harga jual diatas harga belinya).
% MU = (Harga Jual per kg-Biaya Produk per kg)/(Biaya Produk per kg) x 100%
Dalam penelitian ini akan digunakan metode penetapan harga mark up dengan
alasan biaya merupakan faktor pertimbangan utama dalam menetapkan harga
jual sehingga dengan menggunakan metode penetapan harga mark up maka
harga jual akan diperoleh setelah menambah mark up didasarkan dari biay
produksi yang dikeluarkan. Mark up yaitu jumlah rupiah yang ditambahkan
pada biaya dari suatu produk sehingga menghasilkan harga jual. Jika mark up
ditentukan dari biaya produk, maka % mark up harus dikalikan dengan biaya
produk, kemudian ditambahkan dengan biaya produk (Swastha dkk, 1990).
Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut : Harga Jual = = Biaya Produk
per kg + Mark up per kg Biaya Produk per kg + (%Mark up per kg x Biaya
Produk per kg) Sedangkan mark up yang ditetapkan dari harga jual ditetapkan
dari biaya dibagi dengan satu dikurangi persentase mark up. Secara sistematis
dapat ditulis sebagai berikut : Harga Jual = (Biaya Produk per kg)/( ( 1- % Mark
up per kg)) Konsep Laba Laba merupakan selisih antara penerimaan yang
diperoleh

industri

rumah

tangga

dengan

keseluruhan

biaya

yang

dipertimbangkan

dalam

proses

produksi

(http://www.pengertianlaba.com).

Soemarto dan Jusuf (1987), menyatakan bahwa laba adalah selisih lebih semua
pendapatan dan keuntungan terhadap semua beban dan kerugian. Jumlah ini
merupakan kenaikan bersih terhadap modal.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Industri rumah tangga dendeng sapi Abadi Jaya
merupakan salah satu industri rumah tangga dendeng sapi di Kota Kupang yang
bertujuan untuk menghasilkan produk yang kontinyu baik secara kualitas
maupun kuantitas. Industri rumah tangga ini menghasilkan dendeng sebagai
unit usaha untuk memperoleh laba, maka untuk mencapai tujuan tersebut
industri rumah tangga ini harus mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi perolehan laba. Dalam proses produksinya, biaya merupakan
faktor penting karena berperan sebagai komponen pembentuknya harga
produk. Biaya pada industri rumah tangga dendeng sapi Abadi Jaya terdiri
dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik, yang merupakan informasi penting bagi pihak manajer
dalam menentukan harga jual. Keputusan menetapkan harga jual ini tergantung
pada kemampuan pihak manajemen dalam pengelolaan usaha dendeng sapi
pada industri rumah tangga Abadi Jaya. Dengan analisis yang tepat pada
setiap komponen biaya maka harga jual yang ditetapkandapat mendatangkan
keuntungan yang ditargetkan karena dapat menutupi semua biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi. Dalam mencapai laba yang besar,
manajemen dapat melakukan berbagai langkah, misalnya menekan biaya
produksi serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual,
menentukan harga jual sesuai dengan laba yang dikehendaki dan meningkatkan
volume penjualan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka secara skema

dapat digambarkan sebagai berikut : GAMBAR 1. SKEMA KERANGKA


BERPIKIR DARI INDUSTRI RUMAH TANGGA ABADI JAYA Tempat dan Waktu
Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada industri rumah tangga
dendeng sapi Abadi Jaya, jalan H. R Koroh di Kelurahan Sikumana Kecamatan
Maulafa Kota Kupang pada bulan Januari hingga Februari 2011. Metode
Penentuan Lokasi dan penetapan Sampel Penelitian lokasi penelitian dilakukan
dengan menggunakan metode studi kasus yaitu pada industri rumah tangga
dendeng sapi Abadi Jaya. Dengan dasar pertimbangan bahwa industri rumah
tangga ini merupakan salah satu produsen dendeng di Kota Kupang, dan sudah
berjalan selama 8 tahun. Produksinya kontinyu, produknya habis terjual
walaupun banyak industri yang memproduksi produk sejenis (dendeng sapi).
Disamping itu rumah tangga ini masih melakukan pembukuan secara sederhana
tanpa penggolongan lebih lanjut terhadap komponen biaya yang seharusnya
dipertimbangkan sebagai bahan informasi untuk menentukan besarnya harga
jual dan target laba yang diinginkan. Penelitian kasus adalah penelitian yang
mendalam mengenai kasus tertentu yang hasilnya merupakan gambaran
lengkap dan terorganisir mengenai kasus tersebut. Study kasus cenderung
hanya meneliti jumlah unit yang kecil. Study kasus sangat berguna untuk
informasi latar belakang dan lebih intensif menerangi variabel-variabel penting,
proses dan interaksi yang memerlukan perhatian yang lebih luas. Namun study
kasus juga mempunyai kelemahan yaitu, tidak memungkinkan generalisasi yang
obyektif pada populasi sebab representatif perincian kasus memang sangat
terbatas (Wirartha, 2006). Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik wawancara dan observasi. Observasi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu secara langsung, dilakukan dengan pengamatan pada obyek
ditempat terjadinya peristiwa dan tidak langsung, misalnya mengamati lewat
film atau foto. Sedangkan teknik wawancara adalah cara mengumpulkan data

melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber
data yang disebut responden (Nawawi, 2001). Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung dengan pemilik berdasarkan daftar pertanyaan yang
diberikan dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kepustakaan
yang berkaitan dengan penelitian ini, serta lembaga atau instansi yang
berhubungan dengan penelitian seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan
NTT, Dinas Peternakan NTT, Badan Pusat Statistik NTT, dan Jurnal Penelitian
yang terkait. Pengamatan dan Konsep Pengukuran Identitas responden pada
industri rumah tangga Abadi Jaya yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan formal dan non formal, lamanya usaha dan pengalaman
mengelola industri rumah tangga. Sejarah berdirinya industri rumah tangga
Abadi Jaya, bidang usaha dan struktur organisasi. Proses produksi yaitu
urutan kegiatan yang dilakukan mulai dari pembuatan dendeng sapi sampai
pengepakan. Jumlah produk yang dihasilkan dalam sekali berproduksi (Kg).
Jumlah bahan baku yaitu total daging sapi mentah yang digunakan untuk setiap
proses produksi (Kg). Biaya bahan baku yaitu jumlah perolehan bahan baku
yang diolah setiap proses produksi (Rp/Kg). Jumlah bahan penolong ialah bahan
yang tidak menjadi produk jadi atau meskipun menjadi bagian dari produk jadi
tapi nilainya relatif kecil dibandingkan harga pokok produk, misalnya didalam
proses produksi dendeng sapi, sejumlah bumbu merupakan bahan penolong
(Kg). Biaya bahan penolong adalah jumlah perolehan bahan penolong yang
digunakan dalam setiap proses produksi yang diukur dalam Rp/Kg Jumlah
tenaga kerja langsung yaitu jumlah tenaga kerja yang langsung berhubungan
dengan proses produksi (Orang). Biaya tenaga kerja langsung yaitu jumlah
biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja langsung terlibat dengan
proses produksi (Rp). Biaya overhead pabrik yaitu semua biaya produksi selain

biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, misalnya biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya reparasi dan pemeliharaan,
biaya asuransi gedung, biaya mesin, biaya penyusutan, biaya kendaraan, serta
biaya listrik dan biaya air (Rp). Biaya produk ialah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh atau memproduksi barang atau produk (Rp/Kg). Mark up (MU)
adalah jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya dari suatu produk untuk
menghasilkan harga jual. Jumlah penjualan yaitu jumlah keseluruhan produk
yang terjual (Kg). Harga jual adalah harga yang ditetapkan oleh industri rumah
tangga Abadi Jaya (Rp/Kg). Modal usaha yaitu besarnya modal yang
digunakan untuk memulai usaha (Rp). Penerimaan adalah sejumlah uang yang
diperoleh industri rumah tangga Abadi Jayadari hasil penjualan dendeng sapi
(Rp). Metode penetapan harga jual adalah cara atau teknik dari perusahaan
dalam menentukan besarnya harga jual dendeng sapi. Lokasi pemasaran, yaitu
tempat lokasi terjadinya kegiatan pemasaran atau distribusi dendeng sapi.
Model dan Analisis Data Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian ditabulasi
dan dianalisis berdasarkan tujuan penelitian yaitu : untuk menjawab tujuan
pertama yakni untuk mengetahui sejauhmana pengelolaan usaha dendeng sapi
pada industri rumah tangga Abadi Jaya dilakukan analisis secra deskriptif
dengan melihat alat produksi yang digunakan, struktur organisasi, dan proses
produksi yang dijalankan oleh industri rumah tangga Abadi Jaya. Untuk
menjawab

tujuan

kedua

yaitu

menganalisis

biaya

produksi

dengan

menggunakan metode harga pokok proses (Mulyadi, 1999) untuk menghitung


biaya produksi dalam penetapan harga jual adalah : Biaya Produksi : Biaya
Bahan Baku Rp XXX Biaya Bahan Penolong Rp XXX Biaya Tenaga Kerja
Langsung Rp XXX Biaya overhead pabrik Rp XXX + Total Biaya Produksi Rp
XXX Biaya Produksi per unit : Total biaya produksi untuk periode tertentu
Volume produksi yang dihasilkan dalam periode bersangkutan Untuk menjawab

tujuan ketiga dan keempat yakni menentukan harga jual dan mengetahui
besarnya laba yang diperoleh industri rumah tangga Abadi Jaya tersebut,
maka dilakukan pertimbangan harga jual dan analisis rugi laba dengan
formulasi (Mulyadi, 1991) sebagai berikut : % MU = (Harga Jual per kg-Biaya
Produk per kg)/(Biaya Produk per kg) x 100% Harga Jual = = Biaya Produk per
kg + Mark up per kg Biaya Produk per kg + (%Mark up per kg x Biaya Produk
per kg) Laporan Rugi Laba : Penjualan Rp XXX Biaya Penjualan Rp XXX +
Laba Kotor Rp XXX Pajak Rp XXX + Laba Bersih Rp XXX

DAFTAR PUSTAKA
Azis. 1993. Agroindustri Buah-buahan Tropis. Penerbit Bangkit. Jakarta Badan
Pusat Statistik. 2002. Statistik Pertanian NTT. Propinsi NTT Daris, I. M. 2001.
Analisis Biaya Pengolahan Abon Pada Industri Rumah Tangga Abon Jaya di
Kelurahan Naibonat Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Skripsi
Faperta Undana, Kupang. Dinas Peternakan. 2006. Peternakan Dlam Angka.
NTT Disperindag Kota Kupang. 2008. Daftar Sentra Produksi Kecil. Kupang
Mubyarto. 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Mulyadi. 1991.
Akuntansi Biaya. Edisi 5. Bagian Penerbit STIE YPKN. Yogyakarta Mulyadi.
1999. Akuntansi Biaya. Edisi VI. Penerbit Aditya Media . Yogyakarta pollo,
Grefer. 2002. Strategi Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Agroindustri
di Kelurahan Oesapa Kota Kupang. Skripsi Faperta Undana, Kupang. Daris, I.
M. 2001. Performance Agroindustri Dendeng Sapi Murni ( Studi Kasus Pada
Industri Rumah Tangga Angkasa Timor) di Kelurahan Sikumana Kecamatan
Maulafa Kota Kupang. Skripsi Faperta Undana, Kupang. Soekartawi. 1998.
Agribisnis dan Teori Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Posted 11th October 2011 by UBU69

Anda mungkin juga menyukai