PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan akan daging sebagai salah satu sumber protein hewani terus
meningkat seiring dengan meningkatnya laju populasi penduduk sekitar 1,5%
per tahun. Selain itu, dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya bahan makanan bergizi maka tidak
cukup hanya dari segi kuantitas saja yang menjadi tolak ukur, namun daging
berkualitas juga menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen. Hal ini dapat
menjadi perhatian bagi sektor peternakan dalam penyediaannya.
Agroindustri merupakan salah satu sub sistem agribisnis yang mengolah bahan
baku yang berasal dari tumbuhan dan hewan dengan berbagai bentuk dan
perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan, pengawasan, sampai pemasaran yang
berdampak langsung pada peningkatan nilai tambah, kualitas hasil, penciptaan
tenaga kerja, dan peningkatan produksi. Oleh karena itu, agroindustri memiliki
peluang besar untuk terus berkembang karena potensinya cukup besar, dan
belum terlalu ketatnya pasar bagi produk di sektor ini.
Industri rumah tangga adalah bagian dari industri kecil yang diusahakan
terutama untuk menambah pendapatan keluarga. Badan Pusat Statistik (BPS)
menggolongkan industri rumah tangga berdasarkan modal yang dimiliki oleh
perusahaan kurang dari Rp.500.000.000/ tahun dengan jumlah pekerja 1 4
orang (Disperindag Kota Kupang, 2008).
Usaha industri rumah tangga tersebut didukung oleh potensi daerah NTT yang
dikenal sebagai penghasil ternak sapi. Produksi ternak sapi di NTT terus
meningkat setiap tahunnya. Jumlah ternak sapi tahun 2009 sebanyak 577.552
ekor, tahun 2010 sebanyak 599.279 ekor, dan pada tahun 2011 meningkat
menjadi 778.663 ekor (Dinas peternakan NTT, 2011).
Daging sapi segar mempunyai kandungan gizi yang cukup baik dibanding
dengan daging lainnya. Jika daging sapi tersebut diolah menjadi dendeng
maupun abon sapi, maka kalori produk menjadi lebih dari dua kali lipat dibanding
dengan sapi segar (Soeparno, 2005). Selain itu terjadi peningkatan kadar protein
dan karbohidrat (per berat basah) sejalan dengan menurunkannya kandungan
air. Disamping itu juga terjadi peningkatan kadar kalium (K), fosfor (P), serta zat
besi (Fe), sedangkan vitamin A menjadi rusak total (Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan RI, 1981).
Keuntungan merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan suatu
usaha peternakan. Keuntungan tersebut dapat diketahui melalui analisis
pendapatan. Dari hasil ini dapat diketahui apakah usaha peternakan yang
Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah :
1. Berapa besar pendapatan usaha agroindustri abon dan dendeng sapi di
CV.TAMBERS?
2.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Besar pendapatan usaha agroindustri abon dan dendeng sapi di Kota
Kupang.
2.
Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi :
1. Pelaku usaha agroindustri dalam menjalankan dan menjaga keberlanjutan
usahanya.
2. Pemerintah, sebagai informasi dalam rangka pengambilan kebijakan di
bidang agroindustri peternakan.
3.
ANALISIS
MANAJEMEN
FINANSIAL
INDUSTRI
RUMAH
TANGGA
PERTANIAN
UNIVERSITAS
NUSA
CENDANA
KUPANG
2010
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam pembangunan
nasional. Hal ini dapat dilihat dari data BPS tahun 2002, bidang pertanian di
Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3 % penduduknya.
Didukung pula dengan kondisi yang menguntungkan antara lain berada di
daerah tropis yang subur, keadaan sarana prasarana cukup menampilkan sektor
pertanian sebagai prioritas dalam pembangunan. Pembangunan pertanian di
Nusa Tenggara Timur (NTT) mencakup usaha usaha peningkatan produksi
perbankan
dan
sebagainya.
Sebagai
motor
penggerak
kegiatan
pembangunan
daerah
baik
dalam
sasaran
pemerataan
menambah
pendapata
keluarga.
Badan
Pusat
Statistik
(BPS)
menghasilkan
produk
antara
lain
dendeng
dan
abon
didukung oleh potensi daerah NTT yang dikenal sebagai penghasil ternak sapi.
Produksi ternak sapi di NTT khususnya di Kabupaten Kupang pada tahun 2005
sebesar 533.710 ekor dan pada tahun 2006 sebesar 544.482 ekor, dimana
terjadi kenaikan sebesar 2,02% (Dinas Peternakan NTT, 2006). Daging sapi
segar mempunyai kandungan gizi yang cukup baik dibanding dengan daging
lainnya. Jika daging sapi tersebut diolah menjadi dendeng sapi maka kalori
produk menjadi lebih dari dua kali lipat dibanding dengan sapi segar. Selain itu
terjadi peningkatan kadar protein dan karbohidrat (per berat basah) sejalan
dengan menurunkannya kandungan air. Disamping itu juga terjadi peningkatan
kadar kalium, fosfor, serta zat besi, sedangkan vitamin A menjadi rusak total
(Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1981). Berikut ini komposisi daging
sapi dan dendeng sapi untuk tiap seratus gram bahannya disajikan pada Tabel
1. Tabel 1. Komposisi daging sapi dan dendeng sapi tiap seratus gram bahan
Komponen Daging Sapi Dendeng Daging Sapi Kalori (kkal) 207 433 Protein (g)
18,8 55 Lemak (g) 14,0 9 Karbohidrat (g) 0 10,5 Kalsium (mg) 11 30 Fosfor (mg)
170 370 Besi (mg) 2,8 5,1 Vitamin A (SI) 30 0 Vitamin B1 (mg) 0,08 0 Vitamin C
(mg) 0 0 Air (g) 66 25 Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI
(1981).
Dendeng
adalah
lembaran
daging
yang
dikeringkan
dengan
untuk
meningkatkan
produksi,
memperoleh
keuntungan,
dan
semakin
pesatnya
perkembangn
bisnis
dendeng
sapi,
membuat
besar,
pengusaha
terus
berupaya
mengembangkan
usahanya.
Pengembangan produk dendeng sapi dapat dilihat dari segi kemasan, harga,
variasi cita rasa, dan nilai gizinya yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen yang beragam. Perumusan Masalah Industri rumah tangga Abadi
Jaya merupakan salah satu industri rumah tangga dendeng sapi yang ada di
Kota Kupang dan dalam melakukan usahanya tidak terlepas dari persaingan
industri rumah tangga lainnya yang menghasilkan produk sejenis. Hal tersebut
disebabkan
karena
keberlangsungan
tujuan
usaha
dan
badan
usaha
memperoleh
selalu
ingin
keuntungan
mempertahankan
maksimum,
serta
pengangguran.
Dalam
upaya
mencapai
keuntungan
yang
akan
meningkat.
Dan
sebaliknya,
jika
kurang
teliti
akan
menyebabkan kesalahan dalam penetapan harga jual dan besar laba yang
ditargetkan yang sangat berguna bagi manajemen dalam mempertimbangkan
dampak perubahan biaya terhadap laba, serta membantu manajer perusahaan
untuk mengetahui kondisi perusahaan pada saat untung maupun tidak untung.
Berdasarkan latar belakang dan pertimbangan diatas, maka masalah yang perlu
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana pengelolaan manajemen usaha dendeng sapi pada industri rumah
tangga Abadi Jaya di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang?
Berapa besar biaya produksi dendeng sapi pada industri rumah tangga Abadi
Jaya di Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang? Bagaimana
penentuan harga jual dendeng sapi pada industri rumah tangga Abadi Jaya di
Kelurahan Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang? Berapa besarnya
keuntungan yang di peroleh industri rumah tangga Abadi Jaya di Kelurahan
Sikumana Kecamatan Maulafa Kota Kupang?
TINJAUAN PUSTAKA
Rujukan Penelitian Terdahulu Agribisnis adalah serangkaian kegiatan yang
melibatkan subsistem input, subsistem produksiproduksi, subsistem pengolahan
(agroindustri),
subsitem
pemasaran
hasil
dan
subsistem
penunjang.
pengolahan,
pengawetan,
penyimpanan
dan
pengepakan
hasil
pertanian, khususnya hasil budidaya pesisir dan laut (Ngangi, E.L.A, 2001).
Nubatonis (2000, dalam Julianty, 2004) dalam penelitian tentang penentuan
penggolongan
yang
jelas
dalam
elemen
biaya
produksi,
sehingga
berpengaruh terhadap penetapan harga jual abon serta laba yang diperoleh
agroindustri Abon Jaya. Dikatakan bahwa harga jual abon menin gkat dari
tahun ke tahun dan berbanding terbalik dengan produksi abon dari tahun ke
tahun, hal ini disebabkan karena semakin tinggi harga jual abon maka
permintaan abon berkurang sehingga agroindustri Abon Jaya menurunkan
jumlah produksi tiap tahunnya. Harga jual yang tinggi menyebabkan produk
yang di jual tidak dapat dijangkau oleh konsumen dan produk akan kalah
bersaing. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh
agroindustri Abon Jaya. Hasil penelitian Pollo (2002), menentukan beberapa
kelemahan dalam Agroindustri Dendeng Ikan Mandiri antara lain teknologi
produksi yang digunakan masih sederhana, produksi yang tidak kontinyu,
kapasitas produksi makin rendah dan harga jual yang relative mahal. Tinjauan
Teoritis Pengertian Agroindustri Agroindustri merupakan bagian dari industri
dengan struktur yang kuat karena mengolah sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Pada kenyataannya, fokus dari agroindustri memang relevan bagi
tahap pembangunan saat ini dan waktu mendatang karena disinilah arus
industrilisasi dan arus pertanian bertemu. Selain itu, agroindustri merupakan
salah bentuk agribisnis yang bertumpu kepada kegiatan pengolahan bahan
baku yang berasal dari sektor pertanian (Azis, 1993). Pengertian Industri
Rumah Tangga (Home Industry) Industri rumah tangga (Home Industry)
merupakan bagian dari industri kecil yaitu industri yang diusahakan terutama
untuk menambah pendapatan keluarga. Industri rumah tangga mencakup
kegiatan usaha yang pengolahan bahan baku berasal dari tanaman atau ternak.
Pengertian
Manajemen
pengusaha
dalam
Finansial
Manajemen
merencanakan,
usaha
adalah
mengorganisasikan,
kemampuan
mengarahkan,
2000).
Manajemen
penganggaran,
penyimpanan
finansial
pemeriksaan,
dana
yang
adalah
pengelolaan,
dimiliki
oleh
suatu
kegiatan
pengendalian,
organisasi
perencanaan,
pencarian,
atau
dan
perusahaan
pada
perusahaan.
Melakukan
audit
internal
atas
keuangan
sumber sumber (tenaga kerja dan dana) menjadi hasil yang diinginkan oleh
konsumen. Jadi proses produksi adalah suatu kegiatan yang melibatkan
pengubahan dan pengelohan berbagai macam sumber menjadi barang dan jasa
yang akan dijual. Dengan memanfaatkan faktor faktor produksi seperti modal,
tenaga kerja dan menajemen secara efektif dan efisien yaitu meminimalkan
biaya biaya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang akan berdampak
positif
bagi
perkembangan
usaha
(Samuelson,
1996).
Proses
Produksi
biaya
bagi
tenaga
kerja
yang
langsung
ditempatkan
dan
gedung, biaya mesin, biaya kendaraan, serta biaya listrik dan air. Jenis Jenis
Metode Harga Pokok Jenis jenis metode harga pokok dibagi menjadi dua
bagian sebagai berikut : Metode Harga Pokok Pesanan Pada metode ini, biaya
produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per
satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan
tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan bersangkutan. Metode
harga pokok pesanan berfungsi dalam perhitungn harga pokok produksi yang
akan
membantu
terpenuhinya
perusahaan
realisasi
biaya
menghasilkan
produksi
laba
yang
yang
budget
optimal
telah
denga
ditentukan
sebelumnya. Metode Harga Pokok Proses Pada metode ini, biaya produksi
dikumpulkan untuk setiap proses dalam jangka waktu tertentu, biaya produksi
per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses
tertentu,
yang
1999).
Jika
perusahaan
berproduksi
secara
massa
kemudian
perusahaan/
industri
yang
berproduksi
massa,
karakteristik
adalah
satu
satunya
unsur
dalam
bauran
pemasaran
yang
industri
rumah
tangga
dengan
keseluruhan
biaya
yang
dipertimbangkan
dalam
proses
produksi
(http://www.pengertianlaba.com).
Soemarto dan Jusuf (1987), menyatakan bahwa laba adalah selisih lebih semua
pendapatan dan keuntungan terhadap semua beban dan kerugian. Jumlah ini
merupakan kenaikan bersih terhadap modal.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Industri rumah tangga dendeng sapi Abadi Jaya
merupakan salah satu industri rumah tangga dendeng sapi di Kota Kupang yang
bertujuan untuk menghasilkan produk yang kontinyu baik secara kualitas
maupun kuantitas. Industri rumah tangga ini menghasilkan dendeng sebagai
unit usaha untuk memperoleh laba, maka untuk mencapai tujuan tersebut
industri rumah tangga ini harus mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi perolehan laba. Dalam proses produksinya, biaya merupakan
faktor penting karena berperan sebagai komponen pembentuknya harga
produk. Biaya pada industri rumah tangga dendeng sapi Abadi Jaya terdiri
dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik, yang merupakan informasi penting bagi pihak manajer
dalam menentukan harga jual. Keputusan menetapkan harga jual ini tergantung
pada kemampuan pihak manajemen dalam pengelolaan usaha dendeng sapi
pada industri rumah tangga Abadi Jaya. Dengan analisis yang tepat pada
setiap komponen biaya maka harga jual yang ditetapkandapat mendatangkan
keuntungan yang ditargetkan karena dapat menutupi semua biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi. Dalam mencapai laba yang besar,
manajemen dapat melakukan berbagai langkah, misalnya menekan biaya
produksi serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual,
menentukan harga jual sesuai dengan laba yang dikehendaki dan meningkatkan
volume penjualan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka secara skema
melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber
data yang disebut responden (Nawawi, 2001). Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung dengan pemilik berdasarkan daftar pertanyaan yang
diberikan dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kepustakaan
yang berkaitan dengan penelitian ini, serta lembaga atau instansi yang
berhubungan dengan penelitian seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan
NTT, Dinas Peternakan NTT, Badan Pusat Statistik NTT, dan Jurnal Penelitian
yang terkait. Pengamatan dan Konsep Pengukuran Identitas responden pada
industri rumah tangga Abadi Jaya yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan formal dan non formal, lamanya usaha dan pengalaman
mengelola industri rumah tangga. Sejarah berdirinya industri rumah tangga
Abadi Jaya, bidang usaha dan struktur organisasi. Proses produksi yaitu
urutan kegiatan yang dilakukan mulai dari pembuatan dendeng sapi sampai
pengepakan. Jumlah produk yang dihasilkan dalam sekali berproduksi (Kg).
Jumlah bahan baku yaitu total daging sapi mentah yang digunakan untuk setiap
proses produksi (Kg). Biaya bahan baku yaitu jumlah perolehan bahan baku
yang diolah setiap proses produksi (Rp/Kg). Jumlah bahan penolong ialah bahan
yang tidak menjadi produk jadi atau meskipun menjadi bagian dari produk jadi
tapi nilainya relatif kecil dibandingkan harga pokok produk, misalnya didalam
proses produksi dendeng sapi, sejumlah bumbu merupakan bahan penolong
(Kg). Biaya bahan penolong adalah jumlah perolehan bahan penolong yang
digunakan dalam setiap proses produksi yang diukur dalam Rp/Kg Jumlah
tenaga kerja langsung yaitu jumlah tenaga kerja yang langsung berhubungan
dengan proses produksi (Orang). Biaya tenaga kerja langsung yaitu jumlah
biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja langsung terlibat dengan
proses produksi (Rp). Biaya overhead pabrik yaitu semua biaya produksi selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, misalnya biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya reparasi dan pemeliharaan,
biaya asuransi gedung, biaya mesin, biaya penyusutan, biaya kendaraan, serta
biaya listrik dan biaya air (Rp). Biaya produk ialah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh atau memproduksi barang atau produk (Rp/Kg). Mark up (MU)
adalah jumlah rupiah yang ditambahkan pada biaya dari suatu produk untuk
menghasilkan harga jual. Jumlah penjualan yaitu jumlah keseluruhan produk
yang terjual (Kg). Harga jual adalah harga yang ditetapkan oleh industri rumah
tangga Abadi Jaya (Rp/Kg). Modal usaha yaitu besarnya modal yang
digunakan untuk memulai usaha (Rp). Penerimaan adalah sejumlah uang yang
diperoleh industri rumah tangga Abadi Jayadari hasil penjualan dendeng sapi
(Rp). Metode penetapan harga jual adalah cara atau teknik dari perusahaan
dalam menentukan besarnya harga jual dendeng sapi. Lokasi pemasaran, yaitu
tempat lokasi terjadinya kegiatan pemasaran atau distribusi dendeng sapi.
Model dan Analisis Data Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian ditabulasi
dan dianalisis berdasarkan tujuan penelitian yaitu : untuk menjawab tujuan
pertama yakni untuk mengetahui sejauhmana pengelolaan usaha dendeng sapi
pada industri rumah tangga Abadi Jaya dilakukan analisis secra deskriptif
dengan melihat alat produksi yang digunakan, struktur organisasi, dan proses
produksi yang dijalankan oleh industri rumah tangga Abadi Jaya. Untuk
menjawab
tujuan
kedua
yaitu
menganalisis
biaya
produksi
dengan
tujuan ketiga dan keempat yakni menentukan harga jual dan mengetahui
besarnya laba yang diperoleh industri rumah tangga Abadi Jaya tersebut,
maka dilakukan pertimbangan harga jual dan analisis rugi laba dengan
formulasi (Mulyadi, 1991) sebagai berikut : % MU = (Harga Jual per kg-Biaya
Produk per kg)/(Biaya Produk per kg) x 100% Harga Jual = = Biaya Produk per
kg + Mark up per kg Biaya Produk per kg + (%Mark up per kg x Biaya Produk
per kg) Laporan Rugi Laba : Penjualan Rp XXX Biaya Penjualan Rp XXX +
Laba Kotor Rp XXX Pajak Rp XXX + Laba Bersih Rp XXX
DAFTAR PUSTAKA
Azis. 1993. Agroindustri Buah-buahan Tropis. Penerbit Bangkit. Jakarta Badan
Pusat Statistik. 2002. Statistik Pertanian NTT. Propinsi NTT Daris, I. M. 2001.
Analisis Biaya Pengolahan Abon Pada Industri Rumah Tangga Abon Jaya di
Kelurahan Naibonat Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Skripsi
Faperta Undana, Kupang. Dinas Peternakan. 2006. Peternakan Dlam Angka.
NTT Disperindag Kota Kupang. 2008. Daftar Sentra Produksi Kecil. Kupang
Mubyarto. 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Mulyadi. 1991.
Akuntansi Biaya. Edisi 5. Bagian Penerbit STIE YPKN. Yogyakarta Mulyadi.
1999. Akuntansi Biaya. Edisi VI. Penerbit Aditya Media . Yogyakarta pollo,
Grefer. 2002. Strategi Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Agroindustri
di Kelurahan Oesapa Kota Kupang. Skripsi Faperta Undana, Kupang. Daris, I.
M. 2001. Performance Agroindustri Dendeng Sapi Murni ( Studi Kasus Pada
Industri Rumah Tangga Angkasa Timor) di Kelurahan Sikumana Kecamatan
Maulafa Kota Kupang. Skripsi Faperta Undana, Kupang. Soekartawi. 1998.
Agribisnis dan Teori Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta