Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH SISTEM PERNAPASAN

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN


EMBOLI PARU
Dosen Pembimbing :
Supriliyah, S.Kep,Ns

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
1
2
3
4
5
6
7
8

Aan Anisyah
Ahmad Sobha R.A.
Ayu Luluul Jannah
Daniel Tanaem
Dimas Angger
Mokhamad Afandi
Novaliano Rabbani
Novita Anggun

(151001001)
(151001003)
(151001005)
(151001007)
(151001010)
(151001025)
(151001031)
(151001032)

Nur Aini
10 Nuratri Harmiani
11 Puji Rahayu N
12 Tiflatul Amin H
13 Vina Ismawati
14 Widya Pangestu
15 Wiwik Aryunani

(151001033)
(151001034)
(151001036)
(151001040)
(151001044)
(151001045)
(151001046)

16
17
18

19 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANPEMKAB JOMBANG


20 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
21 TAHUN AJARAN 2015 2016
22
23

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas


karunia dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Emboli Paru. Tidak lupa penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusun
dalam menyelesaikan makalah ini.

24

Penyusun

menyadari

adanya

banyak

kekurangan

dalam

penulisan makalah ini. Oleh karena itu penyusun mengharapkan


saran dan kritik pembaca yang membangun demi kesempurnaan
dalam makalah ini.
25

Harapan

penyusun

agar

makalah

ini

berguna

dan

dapat

dimanfaatkan sebagaimana mestinya, serta dapat menambah ilmu


pengetahuan di bidang perencanaan pembelajaran.
26
27
28
29

Jombang, 28 Oktober
2016

30
31
32
33

Penyusun

34

35
36
37
38
39
40

41 DAFTAR ISI
42 KATA PENGATAR i
DAFTAR ISI
43

ii

BAB I. PENDAHULUAN
1

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan 2

44

45 BAB II. TINJUAN TEORI


1 Pengertian Emboli Paru
3
2

Etiologi Emboli Paru 3

Patofisiologi Emboli Paru

Pathway Emboli Paru 6

Manifestasi Klinis Emboli Paru

Kalsifikasi Emboli Paru

Komplikasi Penyakit Emboli Paru

Pemeriksaan Penunjang Emboli Paru

Penatalaksanaan Emboli Paru

10 Pencegahan Emboli Paru

12

BAB III. PENUTUP


1 Kesimpulan 16
2

Kritik dan Saran

7
7
7

46

47

16

48 DAFTAR PUSTAKA

17

49
50
51
52
53
54
55
56
57 BAB I
58 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
59
Emboli paru merupakan masalah besar kesehatan dunia, dengan angka
kesakitan

dan

kematian

cukup

tinggi

mencapai

30

jika

tidak

diobati

(Torbicki,2000;Sharma,2005).Insidensi emboli paru di Amerika Serikat dilaporkan hampir


200.000 kasus per tahun dengan angka kematian mencapai 15% yang menunjukkan
bahwa penyakit ini masih merupakan problema yang menakutkan dan salah satu penyebab
emergency kardiovaskuler yang tersering. Laporan lain menyebutkan 100.000 kematian
dan menjadi faktor kontribusi kematian oleh penyakit penyakit lainnya.
60
Pulmonary embolism atau emboli paru adalah suatu peristiwa infark jaringan
paru akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri pulmonalis oleh peristiwa emboli.
Keadaan ini dapat memberikan gambaran klinis dengan spectrum luas, mulai dari suatu
gambaran klinis yang asimptomatik sampai keadaan yang mengancam nyawa berupa
hipotensi, shock kardiogenik, dan keadaan henti jantung yang tiba tiba (sudden cardiac
death).
61

Penyebab utama dari suatu emboli paru adalah tromboemboli vena (venous

thromboembolism). Namun demikian penyebab lain dapat berupa emboli udara, emboli
lemak, cairan amnion, fragmen tumor dan sepsis.
62
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari emboli paru?
2. Bagaimana etiologi dari emboli paru?
3. Bagaimana patofisiologis dari emboli paru?
4. Bagaimana woc dari emboli paru?
5. Bagaimana klasifikasi dari emboli paru?
6. Apa Sajakah komplikasi penyakit dari emboli paru?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari emboli paru?
8. Bagaimana penatalaksaan dari emboli paru?
9. Bagaimana cara pencegahan dari emboli paru?
63

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari emboli paru
2. Mengetahui etiologi dari emboli paru
3. Mengetahui patofisiologis dari emboli paru
4. Mengetahui woc dari emboli paru
5. Mengetahuiklasifikasi dari emboli paru
6. Mengetahuikomplikasi penyakit dari emboli paru
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari emboli paru
8. Mengetahui penatalaksaan dari emboli paru
9. Mengetahui cara pencegahan dari emboli paru
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86 BAB II
87 TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Emboli Paru
88
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru paru ) oleh
suatu embolus secara tiba tiba terjadi. Emboli paru adalah obstruksi salah satu atau lebih
arteri pulmonalis oleh thrombus yang berasal dari suatu tempat (Brummer dan

Suddart.2001.621).emboli paru (pulomonary embolism) adalah penyumbatan arteri


pulmonalis (arteri paru paru) oleh suatu embolus yang terjadi secara tiba tiba kelainan
ini ditandai dengan adanya pembendungan pada arteri pulmonalis (salah satu cabangnya)
oleh bekuan darah, lemak, udara atau sel tumor. Emboli yang sering terjadi ketika bekuan
darah (thrombosis vena) menjadi berpindah dari tempat pembentukan dan menyumbat
suplai darah arteri pada salah satu (Saryono,2009)
89
Emboli paru adalah sumbatan arteri pulmonalis yang disebabkan oleh
thrombus pada thrombosis vena dalam tungkai bawah yang terlepas dan mengikuti
sirkulasi menuju arteri di paru.Setelah sampai di paru, thrombus yang besar tersangkut di
bifurkasio arteri pulmonalis atau bronkus lobaris dan menimbulkan gangguan
hemodinamik, sedangkan thrombus yang kecil terus berjalan sampai ke bagian distal,
menyumbat pembuluh darah kecil di perifer paru (Goldhaber, 1998, Sharma 2005).
90
2.2 Etiologi Emboli Paru
91
Berdasarkan hasil penelitiandari autopsy paru, pasien yang meninggal karena
penyakit ini menunjukkan dengan jelas disebabkan oleh thrombus pada pembuluh darah,
terutama vena tungkai bawah atau dari jantung kanan. Sumber emboli paru yang lain
misalnya tumor yang telah menginvasi sirkulasi vena (emboli tumor), udara, lemak,sum
sum tulang dan lain lain, kemudian material emboli beredar dalam peredaraan darah
sampai disirkulasi pulmonal dan tersangkut pada cabang cabang arteri pulmonal,
memberi akibat timbulnya gejala klinis,
92
Faktor faktor predisposisi terjadinya emboli paru menurut Virchow 1856 atau
sering disebut sebagai physiological risk factors meliputi :
1. Adanya aliran darah lambat (statis)
2. Kerusakan dinding pembuluh darah vena
3. Keadaan darah mudah membeku (hiperkoagulasi)
93
Kebanyakan kasus emboli paru menurut Brummer & Suddarth (1996).
Disebabkan oleh :
1. Bekuan darah
2. Gelembung udara
3. Lemak
4. Gumpulan parasite
5. Sel tumor
94
Sumber emboli paru yang lain misalnya tumor yang telah menginvasi sirkulasi
vena (emboli tumor) dan lain lain, kemudian material emboli beredar dalam peredaraan
darah sampai disirkulasi pulmonal dan tersangkut pada cabang cabang arteri pulmonal,
memberi akibat timbulnya gejala klinis.
95
Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di
tungkai atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelombang udara, lemak , cairan

ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor , dan penyebab yang paling sering adalah
bekuan darah dari vena tungkai yang disebut thrombosis vena dalam.
96
Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir lambat atau tidak
mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada dalam satu
posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak kembali,
gumpalan tersebut dapat hancur, teta[I ada juga gumpalan darah yang menyebabkan
penyakit berat bahkan kematian.
97
Menurut Sylvia A. Price 2005, ada tiga faktor utama yang menyebakan
timbulnya thrombosis dan kemudian menjadi emboli paru, yaitu sebagai berikut :
a. Statis atau melambatnya aliran darah
b. Luka dan peradangan pada dinding vena
c. Hiperkoagulasibilitas
98
Trias klinis klasik yang merupakan prediposi trombo emboli paru
dideskripsikan oleh Rudloph Virchow tahun 1856, yaitu
a. Trauma lokal pada dinding pembuluh darah
99
Keadaan ini dapat terjadi karena adanya cedera pada dinding pembuluh
darah, kerusakan endotel vaskuler khususnya dikarenakan thrombophlebitis
sebelumnya.
b. Hiperkoagulabilitas darah
100
Dapat disebabkan oleh obat obatan tertentu termasuk kontrasepsi
oral, hormone replacement therapy dan streroid.
c. Statis darah
101
Dapat disebabkan imobilisasi yang berkepanjangan atau katup vena
yang inkompeten dan terjadi oleh karena proses thrombo emboli sebelumnya.
Sebagian besar pasien dengan emboli paru memiliki kondisi klinis yang
berkaitan dengan faktor faktor predisposisi ini, seperti trauma mayor,
pembedahan dalam waktu dekat sebelumnya, obesitas dan imobilitas, merokok,
peningkatan usia, penyakit keganasan, pil kontrasepsi oral, kehamilan, terapi
insulin hormone dan keadaan lain yang lebih jarang (misalnya sindrom nefrotik)
(Huan H. Gray,2003)
102
2.3 Patofisiologi Emboli Paru
103
Thrombus dapat terbentuk dari bekuan darah, lemak, udara atau sel tumor,
emboli. Bila thrombus lepas dari tempatnya, emboli ini akan mengikuti aliran system vena
yang seterusnya akan memasuki sirkulasi pulmonal. Ketika thrombus menghambat
sebagian atau seluruh arteri pulmonal , ruang mati alveolar membesar. Selain itu, keadaan
ini menyebabkan peningkatan arteri pulmonalis yang akan melepaskan sejumlah substansi
vasokonstriktor seperti serotonin , reflex vasokontriksi arteri pulmonalis dan hipoksemia
yang pada akhirnya menimbulkan hipertensi pulmonal. Hal ini juga menyebabkan

bronkiolus berkonstriksi. Reaksi ini bersamaan dengan ketidakseimbangan ventilasi


perfusi menyebabkan sebagian darah terpiarau (tidak ada pertukaran gas yang terjadi)
yang mengakibatkan penurunan kadar O2 dan peningkatan CO2. Konsekuensi
hemodinamik adalah peningkatan tahanan vaskuler paru akibat penurunan jaringan
jaringan vaskuler pulmonal.
104
Efek klinis emboli paru tergantung pada derajat obstruksi vaskuler paru,
pelepasan agen humoral vasoaktif dan bronkokonstriksi dan pratelet teraktivasi (misalnya
serotonin, tromboksan , A2), penyakit kardiopulmonal sebelumnya, usia dan kesehatan
umum pasien.
105
Afterload RV meningkat secara bermakna bila lebih dari 25% sirkulasi paru
mengalami obstruksi. Awalnya hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan RV, kemudian
diikuti oleh dilatasi RV dan regurgitasi tricuspid, dan dengan mulai gagalnya ventrikel
kanan ,tejadi penurunan rekanan RV. Ventikel kanan yang normal tidak mampu
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis lebih banyak diatas 50-60 mmHg sebagai respons
terhadap obstruksi mayor mendadak pada sirkulasi paru, sementara pada thrombus emboli
kronis atau pH primer tekanan RV dapat meningka secara bertahap hingga tingkat
suprasistemik (>100mmHg). Kombinasi dari penurunan aliran darah paru dan pegeseran
septum intraventrikel ke ruangan ventrikel kiri akibat ventrikel kanan yang mengalami
dilatasi , menurunnya pengisian ventrikel kiri, maka dispneu pada pasien dengan obstruksi
berat akut sirkulasi dapat dikurangi maneuver yang meningkatkan aliran balik vena
sistemik dan preload ventrikel kiri, seperti berbaring datar, mendongak dengan kepala
kebawah, dan infus koloid intravena. Hal ini berlawanan dengan dispneu pada pasien
dengan gagal ventrikel kiri yang gejalanya berkurang dengan maneuver yang menurunkan
preload ventrikel kiri , seperti duduk tegak dan terapi duduk (Huon H Gray.2003).
106
Menurut Goldhaber, 2005 dan sunu 2006 ) , secara garis besar emboli paru
akan membentuk efek patofiologi sebagai berikut :
a. Peningkatan resistensi vaskuler paru yang disebabkan obstruksi, neuro hormonal
atau baroreseptor arteri pulmonal atau peningkatan tekanan arteri pulmonalis.
b. Pertukaran gas terganggu dikarenakan peningkatan tekanan ruang mati alveolar dari
dampak obstruksi vaskuler dan hipoksemia karena hipoventilasi alveolar
107 Rendahnya unit ventilasi- perfusi shunt dari kanan ke kiri juga gangguan
transfer karbonmonoksida
c. Hiperventilasi alveolar dikarenakan stimulasi reflex oleh iritasi reseptor
d. Peningkatan resistensi jalan napas karena bronkokonstriksi
e. Berkurangnya compliance paru disebabkan oleh edema paru, perdarahan dan
hilangnya surfaktan.
108

109
110
111
112
113
114
115
116
117
2.4 Patwhay Emboli Paru
118 Thrombus/emboli

119
120
121 Penyumbatan aliran darah
122

123
Penurunan aliran darah ke paruPenurunan aliran darah ke jantung

Kadar O2 jaringan paru2


Oksigen ke jaringan menurun

Hipoksia jaringan paruHipoksia jaringan tubuh

124

paru
125

126
menurun
127

128
paru
129
130
131

Gangguan Pertukaran Gas

132
133

134
135

136

137
138

Pola Napas Tidak Efektif

Intoleransi Aktifitas

139
140

141

Kerusakan infark jaringan paru2


Sianosis
tempat emboli paru

Penurunan kadar oksigen

143
144

2.5 Manifestasi Klinis Emboli Paru


145
Gambaran klinis emboli paru bervariasi tergantung pada beratnya obstruksi
pembuluh darah, jumlah emboli paru, ukurannya, lokasi emboli, umur pasien, dan
penyakit kardiopulmonal yang ada. Emboli yang kecil mungkin tidak menimbulkan gejala
tetapi sering menyebabkan sesak napas.
146
Tanda dan gejala emboli paru sangat bervariasi bergantung pada besar bekuan.
Gambaran klinis dapat berkisar dari keadaan tanpa tanda sama sekali sampai kematian
mendadak akibat embolus pelana yang massif pada percabangan arteri pulmonalis utama
yang mengakibatkan sumbatan pada seluruh aliran darah ventrikel kanan. Emboli
berukuran sedang berupak awitan mendadak dispneu yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya, takipneu, takikardi, dan gelisah, nyeri pleuritik, suara geseka pleura
,hemoptysis,dan demam jarang ditemukan kecuali bila terjadi infark (Sylvia A. Price ,
2005)
147

Kecurigaan emboli paru merupakan dasar dalam menentukan test diagnostic.

Dispneu gejala yang paling sering muncul dan takipneu adalah tanda emboli paru yang
paling khas. Pada umunya dispneu berat, sinkop, dan sianosis merupakan tanda emboli
paru yang paling kecil dan terletak di arteri pulmonal distal berdekatan dengan garis
pleura (Goldhaber,1998, Sharma,2005)
148

Berikut tanda dan gejala pada emboli paru :


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Dispnea
Nyeri dada pleuritik
Kecemasan
Batuk
Hemoptisis
Takipnea
Takikardia
Bunyi jantung S3
Jika tidak ada bunyi S3 bisa jadi ada bunyi S4
Keringat berlebih
Demam

149
2.6 Klasifikasi Emboli Paru
1. Embolus besar
a. Tersangkut di arteri pulmonalis besar atau dari percabangan arteri
pulmonalis
b. Dapat menyebabkan kematian seketika
c. Dapat menyebabkan kolaps kardiovaskular dan gangguan hemodinamik
2. Embolus kecil

a. Tidak menimbulkan gejala klinis pada penderita tanpa kelemahan


kardiovaskuler
b. Dapat menyebabkan nyeri dada sepintas dan kadang kadang hemoptisi
karena pendarhan paru
c. Pada penderita dengan kelemahan sirkulasi pulmonary (payah jantung) dapat
menyebakan infark.
150
2.7 Komplikasi Emboli Paru
151
Menurut Contran Kuman Rabbins (1996) komplikasi yang terjadi adalah
a Asma Bronkhial
152
Asma brokhial adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan
b

ciri bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran napas.


Efusi pleura
153
Suatu keadaan dimana terdapatnnya penumpukan cairan dalam rongga

pleura
Anemia
154
Penurunan kuantitas atau kualitas sel sel darah merah dalam sirkulasi.
Anemia dapat disebabkkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah,
peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau

mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan


Emfisema
155
Keadaan paru yang abnormal, yaitu adanya pelebaran rongga udara

pada asinus yang sifatnya permanen.


Hipertensi Pulmoner
156
Hipertensi pulmoner primer adalah kelainan paru yang jarang, dimana
didapatkan peningkatan tekanan arteri pulmonalis jauh diatas normal tanpa

didapatkan penyebab yang jelas.


157
2.8 Pemeriksaan Penunjang
158
Menurut Huon H, Gray (2003) pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi :
1. Elektrokardiografi
159Kelainan yang ditemukan pada elektrokardiografi juga tidak spesifik untuk
emboli paru, tetapi paling tidak dapat dipakai sebagai pertanda pertama dugaan
adanya emboli paru.
2. Ekokardiografi
160Bisa terlihat dilatasi jantung kanan dan perkiraan tekanan RV mungkin
dilakukan bila dideteksi regusitasi tricuspid, kadang thrombus bisa dilihat jantung
kanan.
3. Radiografi Toraks
161Dilatasi arteri pulmonal proksimal mayor , dan area oligemia paru dapat
menandakan adanya obstruksi arteri mayor
4. Pemindaian Paru

162Biasanya dilaporkan sebagai kemungkinan emboli paru rendah, sedang atau


tinggi. Bila sugestif emboli paru , pemindaian cenderung untuk menilai rendah
derajat keparahan angiografi dan gangguan hemodinamik emboli paru.
5. MRI dan Pemindaian CT
163Terutama CT spiral diperkuat kontras, semakin banyak digunakan dan dapat
mendeteksi emboli paru yang tidak diduga secara klinis. Pemidaian CT merupakan
pemeriksaan pilihan pasien dengan dugaan emboli paru yang memiliki penyakit
paru sebelumnya.
6. Analisa Gas Darah
164Gambaran khas berupa menurunnya kadar pO2akibat ventilasi yang berkurang.
Secara

simultan

pCO2dapat

normal

atau

sedikit

menurun

disebabkan

hiperventilasi.PO2 rendah (hipoksemia) , menurunnya pCO2 atau dibawah 40


MmHg. Gas darah arteri (GDA) menunjukkan hipoksemia (paO 2 kurang dari 80
MmHg) dan alkalosis respiratori (PaCO2kurang dari 35 MmHg dan pH lebih tinggi
dari 7,45). Alkalosis respiratori dapat disebabkan hiperventilasi.
7. D- dimer
165Plasma D-dimer merupakan hasil degradasi produk yang dihasilkan oleh
fibrinolis endogen yang dilepas dalam sirkulasi saat adanya bekuan. D-dimer /
fibrinogen >1000
8. Scanning ventilasi perfusi
166Pemeriksaan ini sudah menjadi uji diagnosis non invaisis suspect emboli paru.
Keterbatasan alat ini adalah adanya alergi kontras.Insufisiensi ginjal atau
kehamilan.
9. Spiral Pulmonary CT Scan
167Pemeriksaan ini dapat diberikan pada klien yang tidak dapat menjalani
pemeriksaan scanning ventilasi perfusi.Pemeriksaan ini dilakukan dengan
memberikan injeksi kontras medium melalui vena perifer dan dapat mencapai
arteri pulmonalis yang selanjutnya memberikan visualisasi arteri pulmonal sampai
ke cabang segmentalnya.
10. Pulmonary scintigraphy
168Dengan menggunakan radioaktif technetium, ini merupakan suatu tekhnik
yang cukup sensitive untuk mendeteksi gangguan perfusi.Deficit perfusi dapat
dikarenakan oleh ketidakseimbangan aliran darah ke bagian paru atau disebabkan
masalah paru seperti efusi atau kolaps paru, untuk menambah spesifitasnya,
tekhnik ini selalu dikombinasi dengan ventilation scan dengan menggunakan
radioaktif xenon.
11. Pulmonary Angiography

169Untuk melihat terdapatnya defek atau arteri cutoff dengan tidak adanya darah
pada distal aliran darah.
12. Pemeriksaan untuk thrombosis vena dalam (sebagai penyebab tersering) :
a. USG Doppler pada aliran darah anggota gerak
b. Venografi tungkai
c. Pletsimografi tungkai
13. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi : kadang kadang ditemukan leukositosis dan laju
endap darah yang sedikit tinggi
b. Kimia darah : peningkatan kadar enzim SGOT , LDH
170
2.9 Penatalaksanaan Saat Terjadi Emboli Paru
1. Penatalaksanaan Umum
171 Tindakan untuk memperbaiki keadaan umum pasien. Kebanyakan pasien
emboli paru merupakan keadaan gawat darurat, tindakan pertama pasien ini adalah
memperbaiki keadaan umum pasien untuk mempertahankan fungsi fungsi vital
tubuh :
a. Memberikan oksigen untuk mencegah terjadinya hipoksimia
b. Memberikan cairan infus untuk mempertahankan kestabilitas keluaran
c.
d.
e.
f.

ventrikel kanan dan aliran darah pulmonal


Tirah baring
Pemberian bantu oksigen
Pemantauan TD
Stocking pressure gradient (30-40 mmHg) , bila tidak ditoleransi gunakan

20-30 mmHg)
2. Penatalaksanaan Medis
172 Pengobatan utama terhadap emboli paru
a. Pengobatan anti koagulan dengan heparin dan warfarin
b. Pengobatan trombolitik
173 Tujuan pengobatan utama ini adalah :
a. Segera menghambat pertumbuhan tromboemboli
b. Melarutkan tromboemboli
c. Mencegah terjadinya emboli ulang
174
2.10 Pencegahan Emboli Paru
175 Mencegah pembentukan thrombus merupakan tanggung jawab keperawatan
yang utama. Ambulasi dan latihan tungkai aktif serta pasif dianjurkan untuk mencegah
stasis vena pada pasien tirah baring. Pasien juga disarankan untuk tidak duduk atau
berbaring untuk waktu yang lama, menyilangkan tungkai atau mengenakan pakaian
yang ketat.Tungkai tidak boleh dijuntaikan tidak juga diletakkan dalam posisi
tergantung sementara pasien duduk ditepi tempat tidur. Sebaliknya, kaki pasien harus
diletakkan diatas lantai atau di atas kursi, kateter intravena (untuk terapi parental atau

pengukuran tekanan vena sentral) tidak boleh terpasang untuk waktu yang lama
(Smeltzer Suzanne, C. 2002)
176 Pencegahan emboli menurut Dr Rosfanty adalah :
177 Pada orang orang yang memiliki resiko menderita emboli paru, dilakukan
berbagai usaha untuk mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam vena. Untuk
penderita yang baru menjalani pembedahan (terutama orang tua) disarankan untuk :
a. Menggunakan stocking elastis
b. Melakukan latihan kaki
c. Bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya pembentukan gumpalan.
178 Stocking kaki dirancang untuk mempertahankan aliran darah, mengurangi
pembentukan gumpalan, sehingga menurunkan resiko emboli paru.Terapi yang paling
banyak digunakan untuk mengurangi pembentukan pada vena tungkai setelah
pembedahan adalah heparin.Dosis kecil disuntikkan tepat dibawah kulit sebelum operasi
dan selama 7 hari setelah operasi. Heparin bisa menyebabkan perdarahan dan
memperlambat penyembuhan, sehingga hanya diberikan kepada orang yang memiliki
resiko tinggi mengalami pembentukan gumpalan , yaitu :
a. Penderita gagal jantung atau syok
b. Penyakit paru menahun
c. Kegemukan
d. Sebelumnya sudah mempunyai gumpalan
179 Heparin tidak digunakan pada pada operasi tulang belakang atau otak karena
bahaya perdarahan pada daerah ini lebih besar. Kepada pasien rawat inap yang
mempunyai resiko tinggi menderita emboli paru bisa diberikan heparin dosis kecil
meskipun tidak akan menjalani pembedahan. Dekstran yang harus diberikan melalui
infus, juga membantu mencegah pembentukan gumpalan.Seperti halnya heparin,
dekstran juga bisa menyebabkan perdarahan.Pada pembedahan tertentu yang dapat
menyebabkan terbentuknya gumpalan (misalnya pembedahan patah tulang panggul atau
pembedahan untuk memperbaiki posisi sendi), bisa diberikan warfarin per-oral. Terapi
ini bisa dilanjutkan untuk beberapa minggu atau bulan setelah pembedahan
(Winoviyanto,2011)
180
181
182

183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
3.1 Identitas Klien :
198
Biasanya

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

identitas

pasien

berisi

nama,umur,jenis

kelamin,suku

bangsa,pekerjaan, agama,pendidikan,alamat,no registrasi, tanggal MRS, dx medis,


tanggal pengkajian
A. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama : pada pasien emboli paru biasanya mengeluhkan nyeri dada
tiba- tiba sesak napas.
2. Riwayat penyakit sekarang : keluhan utama MRS, faktor pencetus, lamanya
keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan
untuk mengatasinya dan diagnose medis
3. Riwayat penyakit terdahulu : penyakit yang pernah dialami, apakah ada riwayat
emboli paru-paru sebelumnya, pembedahan, stroke, serangan jantung, obesitas,
patah tulang tungkai-tungkai / tulang panggul, trauma berat.

4. Riwayat Kesahatan Keluarga : Apakah ada di antara keluarga klien yang


mengalami penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami klien
5. Riwayat kesehatan lingkungan : identifikasi lingkungan sekitar rumah klien,
apakah klien tinggal di lingkungan bersih atau kotor
B. Pemeriksaan Fisik (Tanda tanda vital)
199
Suhu :
200
Nadi : Takikardi/Bradikardi
201
TD : regular/ireguler
202
TB :
203
BB :
C. Pemeriksaan Per Sistem
1 System pernapasan
204
Anamnesa :
205
Hidung
206
Inspeksi : Napas cupping hidung
207
Palpasi : nyeri tekan
208
Mulut
209
Inspeksi : mukosa bibir, alat bantu nafas (ETT)
210
211
Area dada
212
Inspeksi : pola nafas, penggunaan oot bantu pernapasan , kesimetrisan

dada
213
Palpasi : nyeri tekan
214
Perkusi : batas batas jantung
215
Auskultasi : suara nafas (ronkhi, wheezing)
Cardiovascular dan Limfe
216
Anamnesa : Identifikasi adanya nyeri dada (PQRST)
217
Wajah
218
Inspeksi : sembab,pucat,konjungtiva pucat / tidak
219
Leher
220
Inspeksi : bendungan vena jugularis
221
Palpasi
222
Dada
223
Inspeksi : bentuk dan pergerakan dada (simetris/tidak)
224
Palpasi : letak ictus kordis
225
Perkusi : batas jantung
226
Auskultasi : bunyi jantung (Bj1 dan Bj2) atau kelainan bunyi jantung
(gallop,murmur)
227
Ekstrimitas atas
228
Inspeksi : sianosis, clubbing finger
229
Palpasi : CRT
230
Ekstrimitas bawah
231
Inspeksi :identifikasi edema pada ektrimitas , clubbing finger
232
Palpasi : identifikasi adanya benjolan pada ekstrimitas
Persyarafan

a. Uji nervus 1 olfaktorius (pembau) : dengan cara menggunakan bau bauan


(minyak kayu putih, kopi dan tembakau), kemudian meminta klien untuk
menutup mata dan membedakan bau bauan tersebut
b. Uji nervus II opticus (penghilatan)
c. Uji nervus III oculomotorius : mengobservasi apakah terdapat edema
kelopak mata,hipermi konjungtiva
d. Uji Nervus IV toklearis :pemeriksaan pupil dengan menggunakan senter
e.
f.

kecil
Uji nervus V trigeminus : sensasi kulit wajah
Uji nervus VI abdusen : menganjurkan klien menggerakkan mata dari

dalam ke luar mengobservasi kelopak mata, kesimetrisan gerakan bola mata


g. Uji nervus VII facialis : menganjurkan klien untuk mengerut,
mengembangkan pipi, dan menaikkan dan menurunkan alis mata, melihat
h.

adanya kesimetrisan
Uji nervus VIII additorious / akustikus : menguji kemampuan klien
mendengarkan kata kata yang diucapkan dengan mendekatkan arloji ke

telinga pasien
i. Uji nervus IX glosoparingeal : dengan menyentuhkan tongs patel ke
posterior faring pasien. Jika timbul reflek muntah adalah normal (positif),
jika negative bila tidak ada reflek
j. Uji nervus X vagus : untuk mengetahui gerakan lidah, menelan dan rasa
k. Uji nervus XI aksesorius ; menganjurkan klien untuk menggeleng dan
menoleh kea rah kiri kanan
l. Uji nervus hypoglossal : meminta klien menjulurkan lidah ke garis dan
4

menggerakkannya ke samping kanan dan ke samping kiri


Sistem pencernaan-Eliminasi Alvi
233
Anamnesa : mengidentifikasi nafsu makan , pola makan klien , nyeri
telan
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248

Mulut
Inspeksi : sianosis , stomatitis (+/-)
Palpasi : nyeri tekan
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi : terdapat luka atau tidak
Palpasi :
Perkusi : suara perut (tympani / hypertimpani)
Kuadran I
Hepar : hepatomegaly, nyeri tekan
Kuadran II
Gaster : distensi abdomen
Kuadran III
Massa (skibola,tumor) :nyeri tekan
Kuadran IV
Nyeri tekan pada titik Mc Burney

Sistem muskuluskeletal dan integument


249
Anamnesa : nyeri , kelemahan ektrimitas
250
Warna kulit :
251
Kekuatan otot :
252
253
254

Keterangan:

255

0: Tidak ada kontraksi

256

1: Kontaksi (gerakan minimal)

257

2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi

258

3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi

259

4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan

tahanan ringan
260

5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan

tahanan penuh
6

7
8

Sistem endokrin dan eksokrin


261
Anamnesa : mengidentifikasi status nurisi dan eliminasi klien
262
Kepala
263
Inspeksi : bentuk , identiikasi adanya benjolan di sekitar kepala (+/-)
264
Leher
265
Inspeksi : bentuk , pembesaran kelenjar tyroid
266
Palpasi : pembesaran kelenjar tyroid , nyeri tekan
267
Ekstrimitas bawah : edema
System reproduksi
268
Anamnesa :
Persepsi sensori
269 Anamnesa : mengidentikasi pada klien apakah ada nyeri
mata,penurunan tajam penglihatan,mata berkunang kunang, penglihatan ganda(
-),mata berair (-), gatal(-), kering, benda asing dalam mata, penurunan
pendengaran, nyeri
270

Mata

271

Inspeksi :

272

Kesimetrisan mata, bentuk mata, lesi Papelbra ( ukuran, bentuk, warna,

cairan yang keluar ), Bulu mata (pnyebaran, posisi masuk :Enteropion,


keluar :ksteropion), produksi air mata.
273

Kornea : Normal berkilau, transparan

274

Iris dan pupil :warna iris dan ukuran, uji reflek cahaya pada pupil

275

Lensa : Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada cincin

putih seputar iris (Arkus senilis)


276

Sclera ; warna ( putih, ikterik)

3.2 Diagnosa Keperawatan


1 Pola Napas Tidak Efektif Berhubungan dengan Kerusakan infark jaringan paru2
2 Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Hipoksia jaringan paru- paru dan
jaringan tubuh
3 Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan penurunan kadar oksigen
3.3 Intervensi Keperawatan
277

278

NIC

NOC

279

Inter
vensi

283

Dx :

280

281

282

Aktifitas

Outcome

Indikator

288

289

Re

Ketidakefek Pastikan kebutuhan oral

spiratory

tifan

status: gas

/ tracheal suctioning.

bersihan
jalan napas
284

Berh

Berikan

Anjurkan pasien untuk


istirahat

dengan:

dalam

dan

exchange

l/mnt,

metode

ubungan
285

290

De
finition :

napas

Posisikan pasien untuk

291

Al
veolar

Infeksi,

memaksimalkan

exchange

disfungsi

ventilasi

of carbon

neuromuskul Lakukan
fisioterapi
ar,
dada jika perlu
hiperplasia

dioxide
and
oxygen to

1. Oxygen
saturation (5)
2. Ventilation
perfusion
balance (5)
3. Dyspnea at
rest (4)
4. Cyanosis (5)
5. Somnolence
(5)

dinding

Keluarkan

bronkus,

dengan

alergi jalan

suction

nafas, asma,
trauma
286

Obstruksi
jalan nafas :

batuk

adanya jalan
nafas buatan,
sekresi
bronkus,
adanya
eksudat di
alveolus,
adanya
benda asing
di jalan nafas
287

blood gas

adanya

tambahan
Kolaborasi pemberikan
bronkodilator :

NaCl Lembab
Kolaborasi

pemberian

antibiotik
Atur

intake

untuk

cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Pertahankan
yang

adekuat

hidrasi
untuk

mengencerkan sekret
Jelaskan pada pasien
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi

294
295
3.4 Implementasi

consentrat
ions

suara

dan keluarga tentang

293

arterial

atau

spasme jalan Monitor


status
nafas, sekresi
hemodinamik
tertahan,
Berikan
pelembab
banyaknya
udara Kassa basah
mukus,

maintain

Auskultasi suara nafas,


catat

sekret

292

296

Pelaksanaan adalah penerapan tindakan-tindakan perawatan yang telah

direncanakan. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melakukan tindakantindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dilanjutkan dengan pendokumentasian
semua tindakan yang telah dilakukan beserta hasil-hasilnya.
297
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a.
b.

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.


Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan

c.
d.

efisien pada situasi yang tepat.


Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
Dokumentasi intervensi dan respons klien.

298

Setelah pelaksanaan selesai, dilakukan dokumentasi intervensi secara tertulis

pada catatan keperawatan dan proses keperawatan


3.5 Evaluasi
299
Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Tahap evaluasi merupakan indikator keberhasilan dalam penggunaan proses
keperawatan.
300
Evaluasi terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Tinjauan laporan klien harus mencakup riwayat perawatan, kartu catatan, hasilhasil tes dan semua laporan observasi.
b. Pengkajian kembali terhadap klien berdasarkan pada tujuan kriteria yang diukur
dan mencakup reaksi klien terhadap lingkungan yang dilakukan. Reaksi klien
secara fisiologis dapat diukur dengan kriteria seperti mengukur tekanan darah,
suhu dan lain lain.
301
302
303
304
305
306
307
308
309

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Pada tanggal 01 November pukul 10.30 berumur 29 tahun dibawa


suaminya ke RSUD jombang dengan keluhan sesak napas,batuk,hemoptysis dan juga

nyeri dada . Saat pengkajian pasien terlihat pucat dan lemah. Dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan TD : 140/95 mmHg, Nadi 120x/menit, suhu 38,5oC , RR 28x/menit
4.1

Pengkajian
A. Identitas Klien
310
Nama
: Ny. A
311
Umur
: 29Tahun
312
Jenis Kelamin
: perempuan
313
Suku/Bangsa
: Jawa / Indonesia
314
Agama
: Islam
315
Pekerjaan
:Ibu Rumah Tangga
316
Pendidikan
:317
Alamat
: Peterongan
318
No. Reg
:12015
319
Tgl. MRS
:1 November 2016 (10.30)
320
Diagnosis medis
:Emboli Paru
321
Tgl Pengkajian :1 November 2016 (10.30)
B. Penanggung Jawab
322
Nama
: Suparman
323
Umur
: 35 Tahun
324
Jenis Kelamin
:Laki-Laki
325
Pendidikan : Sarjana
326
Pekerjaan
:Karyawan Swasta
327
Hubungan dengan pasien
: Suami
328
Alamat
: Peterongan
329
330
331
332
4.2 Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
333
Pasien mengeluh sesak napas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
334 Klien mengeluh sesak napas, batuk hypotisis dan chest pain.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
335
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya
4. Riwayat penyakit keluarga
336

klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami

penyakit yang sama seperti yang diderita klien, hanya saja ayah klien adalah
penderita hipertensi
5. Riwayat kesehatan lingkungan
337

Klien tinggal di lingkungan yang bersih

338
4.3 Pemeriksaan fisik
339 TD : 140/95 mmHg
340 Nadi : 120x/menit
341 Suhu : 38,5oC

342 RR :28x/menit
4.4 Pemeriksaan persistem
A. Sistem pernapasan
343
Anamnesa :Pasien mengeluh sesak nafas
344
Hidung
345
Inspeksi : tidak ada secret pada hidung
346
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
347
Mulut
348
Inspeksi : mukosa bibir pucat
349
Area dada
350
Inspeksi :Dada klien tampak tidak simetris, pergerakan dada klien cepat
dan dangkal
351
Palpasi : tidak teraba benjolan, nyeri tekan (-)
352
Perkusi :perkusi dada sonor
353
Auskultasi :suara nafas wheezing
354
355
B. Kardiovaskuler danLimfe
356
Anamnesa :Sesak nafas
357
Wajah
358
Inspeksi : Pasien tampak terlihat pucat dan lemah
359
Leher
360
Inspeksi :pembesaran kelenjar tiroid (-)
361
Dada
362
Inspeksi : tidak terlihat adanya massa, pembesaran (-)
363
Palpasi : tidak teraba adanya massa
364
Perkusi : perkusi pada daerah jantung terdengar redup
365
Auskultasi :bunyi jantung S1,S2 terdengar lebih keras
366
Ekstrimitasatas
367
Inspeksi : sianosis (-)
368
Palpasi : tidak ada CRT, suhu akral panas
369
Ekstrimitasbawah
370
Inspeksi : sianosis (-)
371
Palpasi :Tidak ada CRT, suhu akral panas, tidak adanya odem
C. Persyarafan
372 Anamnesa : tidak ada pusing
1. Ujinervus 1 olfaktorius (pembau) : Bisa membedakan bau
2. Ujinervus II opticus (penghilatan) : Tidak ada rabun
3. Ujinervus III oculomotorius : tidak ada odem pada kelopak mata
4. Ujinervus IV toklearis :ukuran pupil normal
5. Ujinervus V trigeminus : dapat menutup mulut secara tiba-tiba
6. Ujinervus VI abdusen : Gerakan bola mata simetris
7. Ujinervus VII facialis : Dapat menggembungkan pipi dan dapat menaik
turunkan alis mata
8. Ujinervus VIII additorious / akustikus : Dapat mendengar dengan normal
9. Ujinervus IX glosoparingeal :Tidak ada reflek muntah
10. Ujinervus X vagus : Dapat menelan, menggerakan lidah dengan benar
11. Ujinervus XI aksesorius : Dapat menggerakan bahu dan kepala
12. Ujinervus hypoglossal : Dapat menjulurkan lidah

373
D. Sistempencernaan-EliminasiAlvi
374
Anamnesa : Nafsu makan berkurang
375
Mulut
376
Inspeksi :mukosa bibir pucat
377
Abdomen (dibagimenjadi 4 kuadran) :
378
Inspeksi :simetris , tidak terdapat lesi
379
Palpasi :nyeri tekan (-)
380
Perkusi :suara perut (tympani)
381
Auskultasi : bising usus 10x/menit
382
Kuadran I
383
Hepar : tidak ada nyeritekan
384
Kuadran II
385
Gaster : tidak ada distensi abdomen
386
Kuadran III
387
Ileum :tidak ada nyeritekan
388
Kuadran IV
389
Tidak ada Nyeritekanpadatitik Mc Burney
E. System muskuluskeletaldan integument
390
Anamnesa :tidak ada nyeri
391
Kekuatanotot :
4
4
392
393
4
4
394

Keterangan:

395
396
397
398
399

0: Tidak ada kontraksi


1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan

tahanan ringan
400 5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan penuh
401
F. Sistem endokrindaneksokrin
402 Anamnesa : Tidak ada keluhan pada pola eliminasi
403 Kepala
404 Inspeksi :Tidak ada odem
405 Leher
406 Inspeksi :Tidak ada pembesarankelenjartyroid
407 Palpasi :pembesaran kelenjar tiroid (-), nyeri tekan (-)
408 Ekstrimitasbawah :tidak ada edema
G. System reproduksi
409 Anamnesa : tidak ada keluhan
H. Persepsisensori
410 Anamnesa :tidak ada nyeri pada mata, tidak ada masalah pada penglihatan
411 Mata

412 Inspeksi : simetris


413 Kornea : Normal berkilau
414 Iris dan pupil :warna iris dan ukuran normal
415 Lensa : Normal jernih dan transparan
416 Sclera: warna ( putih)
417
4.5 Diagnosis Keperawatan
418

NS

421
422
423

.D
419

DI
AGNOSI
S:
420
(N
ANDA-I)

____
424
425
426

427

D
EFINITI
ON:

429

D
EFINING
CHARA
CTERIS
TICS

430

R
ELATED
FACTOR
S:

00032
Ketidakefektifan pola napas
______________________________________________
Domain 4 : Aktivitas / Istirahat
Kelas 4 : Respons Kardiovaskular/Pulmonal

428

Inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberi


ventilasi adekuat

Bradipnea
Dyspnea
Fase ekspirasi memanjang
Ortopnea
Penggunaan otot bantu pernapasan
Penggunakan posisi tiga titik
Peningkatan diameter anterior-posterior
Penurunan kapasitas vital
Penurunan tekanan ekspirasi
Penurunan tekanan inspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Pernapasan bibir
Pernapasan cuping hidung
Perubahan ekskursi dada
Pola napas abnormal (mis, kedalaman irama,frekuensi, kedalaman)
Takipnea

Ansietas
cedera medulla spinalis
Deformitas dinding dada
Deformitas tulang
Disfungsi neuromuscular
Gangguan muskuloskeletal
Gangguan neurologis (EEG) positif , trauma kepala, gangguan
kejang
Hiperventilasi

459

434433432431

469

Imaturitas neurologis
Keletihan
Keletihan otot pernapasan
Nyeri
Obesitas
Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
Sindrom hipoventilasi

454
Subjective data entry
456
Objective data entry
455
TD :140/90 mmHg
sesak napas
RR : 28x/menit
N : 120x/menit
batuk
460
463
Ns. Diagnosis (Specify):
464
Ketidakefektifan pola napas (00032)
Client
461
467 Related to: Ansietas
Diagnost
468
ic
462
Stateme
nt:

4.6 INTERVENSI KEPERAWATAN


470

NIC

472

473

Intervensi

471
Akt

ifitas

476 Terapi
oksigen

1. Bersihkan mulut ,

477

trakea sesuai kebutuhan


2. Pertahankan patensi

Def :

478 Pember
ian oksigen
dan
monitoring ke
efektifannya
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488

hidung dan sekresi

jalan nafas
3. Berikan oksigen sesuai
intruksi
4. Pantau aliran volume
oksigen
5. Awasi pemberian
oksigen secara teratur
untuk memastikan
konsentrasi pemberian
yang diresepkan
6. Amati tanda-tanda
hipoventilasi akibat
pemberian oksigen
7. Pantau peralatan
oksigen dan pastikan
tidak mempengaruhi
pasien untuk bernafas
8. Ajarkan batuk efektif
9. Konsultasi dengan tim

NOC

474

475

Outcome

Indikator

497
1.Respirator
y
statu(04
150)

1. Nilai

499

i suara

500
Perpindahan
keluar
masukn
ya udara
dari
paruparu dan
pertukar
an CO2
menjadi
O2 pada
level
alveolus

napas :[4]
4. Pengguna

501
502

490

yang lain tentang

503

491

penggunaan oksigen

504

atau tidur

505

493

506

494

507

495

respirasi:
[4]
3. Auskultas

pelayanan kesehatan

selama aktivitas dan

[ 4]
2. Irama

498
Def :

489

492

respirasi :

508

an otot :
[4]
5. Retraksi
dada :[4]
6. Akumulas
i dari
dahak :
[ 4]
7. Tes fungsi
paru : [4]
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524

496

509
510
511
512

525

4.8

IMPLEMENTASI

527

526
N

NO
DIAG
NOSA

532 533
1. Ketidak
efektifan jalan
nafas

528
Hari
529
Tgl/ Jam
534
01
Nove
mber
2016
535
( 13.00)

530

TINDAKAN

1. Membersihkan mulut , hidung dan

531
PAR
A
F
537

sekresi trakea sesuai kebutuhan


2. Berikan oksigen sesuai intruksi
3. Mengamati tanda-tanda hipoventilasi
akibat pemberian oksigen
4. Konsultasi dengan tim pelayanan
kesehatan yang lain tentang
penggunaan oksigen selama aktivitas

538539
Ketidak
efektifan jalan
nafas

dan atau tidur


536
1. Mempertahankan patensi jalan nafas
2. Mengawasi pemberian oksigen secara

540
02
Nove
mber
2016
541
(15.00)

teratur untuk memastikan konsentrasi


pemberian yang diresepkan
3. Ajarkan batuk efektif
4. Konsultasi dengan tim pelayanan
kesehatan yang lain tentang
penggunaan oksigen selama aktivitas
dan atau tidur

542

543544
3 Ketidak
efektifan jalan
nafas

545
03

547

1. Memantau peralatan oksigen

551

dan pastikan tidak mempengaruhi

Nove
mber
2016

pasien untuk bernafas

546
(07.00)

548

2. Memantau aliran volume

oksigen
549

3. Konsultasi dengan tim

pelayanan kesehatan yang lain tentang


penggunaan oksigen selama aktivitas
dan atau tidur
550
552

4.9 EVALUASI
553

554

555

556

MASALAH

HARI,T

CATATA
N PERKEMBANGAN

557
PAR

KEPERAW

GL,J

ATAN /

AM

KOLABOR
ASI
559

560

Ketidak efektifan

01

562

S: pasien

jalan nafas

mengeluh batuk, sesak nafas,


Nove
mber
2016

558

561

(13.00)

nyeri dada
563

O: Mengobservasi
TTV
a.
b.
c.
d.
e.

TD :140/90 mmHg
RR : 28x/menit
Nadi :120x/menit
Suhu : 38,50C
Tampak pucat
564
A: masalah belum
teratasi
565
P: lanjutkan
intervensi 4,5,7,8
566

567

569

570

Ketidak efektifan

02

572
Nove

nafas berkurang, nyeri dada

mber

berkurang.

2016
571
(15.00)

2.

579

580

Ketidak efektifan

jalan nafas

573

O: Mengobservasi
TTV
a. TD : 130/70 mmHg
b. RR : 20x/menit
c. Nadi : 100x/menit
d. Suhu : 37,20
e. Tampak pucat
574
575 A: Masalah teratasi sebagian
576 P: Lanjutkan intervensi 7,8
581

S: pasien

mengatakan batuknya reda,


Okto

tidak sesak nafas, tidak ada

ber

nyeri dada.

2016
(07.0

578

582

O: Mengobservasi
TTV
a. TD :110/80 mmHg
b. RR : 18x/menit
c. HR : 70x/menit
d. Suhu : 36,50
e. Wajah tidak pucat

0)

577

mengeluh masih batuk, sesak

jalan nafas

568

S : pasien

583
584

A:
Masalah teratasi
P:

585

Hentikan intervensi
587
588

BAB V

589

PENUTUP
590

5.1 Kesimpulan
591
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru paru ) oleh
suatu embolus secara tiba tiba terjadi. Emboli paru adalah obstruksi salah satu atau

lebih arteri pulmonalis oleh thrombus yang berasal dari suatu tempat (Brummer dan
Suddart.2001.621).
592
Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di
tungkai atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelombang udara, lemak , cairan
ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor , dan penyebab yang paling sering adalah
bekuan darah dari vena tungkai yang disebut thrombosis vena dalam.
593
Tanda dan gejala emboli paru sangat bervariasi bergantung pada besar bekuan.
Gambaran klinis dapat berkisar dari keadaan tanpa tanda sama sekali sampai kematian
mendadak akibat embolus pelana yang massif pada percabangan arteri pulmonalis utama
yang mengakibatkan sumbatan pada seluruh aliran darah ventrikel kanan
594
5.2 Saran
595

Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari

itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Dengan cara pola
hidup yang sehat dapat mencegah penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan
indah dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit emboli paru daripada kita
sudah terkena dampaknya.
596
597

Anda mungkin juga menyukai