Emboli
Emboli
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
1
2
3
4
5
6
7
8
Aan Anisyah
Ahmad Sobha R.A.
Ayu Luluul Jannah
Daniel Tanaem
Dimas Angger
Mokhamad Afandi
Novaliano Rabbani
Novita Anggun
(151001001)
(151001003)
(151001005)
(151001007)
(151001010)
(151001025)
(151001031)
(151001032)
Nur Aini
10 Nuratri Harmiani
11 Puji Rahayu N
12 Tiflatul Amin H
13 Vina Ismawati
14 Widya Pangestu
15 Wiwik Aryunani
(151001033)
(151001034)
(151001036)
(151001040)
(151001044)
(151001045)
(151001046)
16
17
18
KATA PENGANTAR
24
Penyusun
menyadari
adanya
banyak
kekurangan
dalam
Harapan
penyusun
agar
makalah
ini
berguna
dan
dapat
Jombang, 28 Oktober
2016
30
31
32
33
Penyusun
34
35
36
37
38
39
40
41 DAFTAR ISI
42 KATA PENGATAR i
DAFTAR ISI
43
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan 2
44
12
7
7
7
46
47
16
48 DAFTAR PUSTAKA
17
49
50
51
52
53
54
55
56
57 BAB I
58 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
59
Emboli paru merupakan masalah besar kesehatan dunia, dengan angka
kesakitan
dan
kematian
cukup
tinggi
mencapai
30
jika
tidak
diobati
Penyebab utama dari suatu emboli paru adalah tromboemboli vena (venous
thromboembolism). Namun demikian penyebab lain dapat berupa emboli udara, emboli
lemak, cairan amnion, fragmen tumor dan sepsis.
62
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari emboli paru?
2. Bagaimana etiologi dari emboli paru?
3. Bagaimana patofisiologis dari emboli paru?
4. Bagaimana woc dari emboli paru?
5. Bagaimana klasifikasi dari emboli paru?
6. Apa Sajakah komplikasi penyakit dari emboli paru?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari emboli paru?
8. Bagaimana penatalaksaan dari emboli paru?
9. Bagaimana cara pencegahan dari emboli paru?
63
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari emboli paru
2. Mengetahui etiologi dari emboli paru
3. Mengetahui patofisiologis dari emboli paru
4. Mengetahui woc dari emboli paru
5. Mengetahuiklasifikasi dari emboli paru
6. Mengetahuikomplikasi penyakit dari emboli paru
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari emboli paru
8. Mengetahui penatalaksaan dari emboli paru
9. Mengetahui cara pencegahan dari emboli paru
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86 BAB II
87 TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Emboli Paru
88
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru paru ) oleh
suatu embolus secara tiba tiba terjadi. Emboli paru adalah obstruksi salah satu atau lebih
arteri pulmonalis oleh thrombus yang berasal dari suatu tempat (Brummer dan
ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor , dan penyebab yang paling sering adalah
bekuan darah dari vena tungkai yang disebut thrombosis vena dalam.
96
Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir lambat atau tidak
mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada dalam satu
posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak kembali,
gumpalan tersebut dapat hancur, teta[I ada juga gumpalan darah yang menyebabkan
penyakit berat bahkan kematian.
97
Menurut Sylvia A. Price 2005, ada tiga faktor utama yang menyebakan
timbulnya thrombosis dan kemudian menjadi emboli paru, yaitu sebagai berikut :
a. Statis atau melambatnya aliran darah
b. Luka dan peradangan pada dinding vena
c. Hiperkoagulasibilitas
98
Trias klinis klasik yang merupakan prediposi trombo emboli paru
dideskripsikan oleh Rudloph Virchow tahun 1856, yaitu
a. Trauma lokal pada dinding pembuluh darah
99
Keadaan ini dapat terjadi karena adanya cedera pada dinding pembuluh
darah, kerusakan endotel vaskuler khususnya dikarenakan thrombophlebitis
sebelumnya.
b. Hiperkoagulabilitas darah
100
Dapat disebabkan oleh obat obatan tertentu termasuk kontrasepsi
oral, hormone replacement therapy dan streroid.
c. Statis darah
101
Dapat disebabkan imobilisasi yang berkepanjangan atau katup vena
yang inkompeten dan terjadi oleh karena proses thrombo emboli sebelumnya.
Sebagian besar pasien dengan emboli paru memiliki kondisi klinis yang
berkaitan dengan faktor faktor predisposisi ini, seperti trauma mayor,
pembedahan dalam waktu dekat sebelumnya, obesitas dan imobilitas, merokok,
peningkatan usia, penyakit keganasan, pil kontrasepsi oral, kehamilan, terapi
insulin hormone dan keadaan lain yang lebih jarang (misalnya sindrom nefrotik)
(Huan H. Gray,2003)
102
2.3 Patofisiologi Emboli Paru
103
Thrombus dapat terbentuk dari bekuan darah, lemak, udara atau sel tumor,
emboli. Bila thrombus lepas dari tempatnya, emboli ini akan mengikuti aliran system vena
yang seterusnya akan memasuki sirkulasi pulmonal. Ketika thrombus menghambat
sebagian atau seluruh arteri pulmonal , ruang mati alveolar membesar. Selain itu, keadaan
ini menyebabkan peningkatan arteri pulmonalis yang akan melepaskan sejumlah substansi
vasokonstriktor seperti serotonin , reflex vasokontriksi arteri pulmonalis dan hipoksemia
yang pada akhirnya menimbulkan hipertensi pulmonal. Hal ini juga menyebabkan
109
110
111
112
113
114
115
116
117
2.4 Patwhay Emboli Paru
118 Thrombus/emboli
119
120
121 Penyumbatan aliran darah
122
123
Penurunan aliran darah ke paruPenurunan aliran darah ke jantung
124
paru
125
126
menurun
127
128
paru
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
Intoleransi Aktifitas
139
140
141
143
144
Dispneu gejala yang paling sering muncul dan takipneu adalah tanda emboli paru yang
paling khas. Pada umunya dispneu berat, sinkop, dan sianosis merupakan tanda emboli
paru yang paling kecil dan terletak di arteri pulmonal distal berdekatan dengan garis
pleura (Goldhaber,1998, Sharma,2005)
148
Dispnea
Nyeri dada pleuritik
Kecemasan
Batuk
Hemoptisis
Takipnea
Takikardia
Bunyi jantung S3
Jika tidak ada bunyi S3 bisa jadi ada bunyi S4
Keringat berlebih
Demam
149
2.6 Klasifikasi Emboli Paru
1. Embolus besar
a. Tersangkut di arteri pulmonalis besar atau dari percabangan arteri
pulmonalis
b. Dapat menyebabkan kematian seketika
c. Dapat menyebabkan kolaps kardiovaskular dan gangguan hemodinamik
2. Embolus kecil
pleura
Anemia
154
Penurunan kuantitas atau kualitas sel sel darah merah dalam sirkulasi.
Anemia dapat disebabkkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah,
peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau
simultan
pCO2dapat
normal
atau
sedikit
menurun
disebabkan
169Untuk melihat terdapatnya defek atau arteri cutoff dengan tidak adanya darah
pada distal aliran darah.
12. Pemeriksaan untuk thrombosis vena dalam (sebagai penyebab tersering) :
a. USG Doppler pada aliran darah anggota gerak
b. Venografi tungkai
c. Pletsimografi tungkai
13. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi : kadang kadang ditemukan leukositosis dan laju
endap darah yang sedikit tinggi
b. Kimia darah : peningkatan kadar enzim SGOT , LDH
170
2.9 Penatalaksanaan Saat Terjadi Emboli Paru
1. Penatalaksanaan Umum
171 Tindakan untuk memperbaiki keadaan umum pasien. Kebanyakan pasien
emboli paru merupakan keadaan gawat darurat, tindakan pertama pasien ini adalah
memperbaiki keadaan umum pasien untuk mempertahankan fungsi fungsi vital
tubuh :
a. Memberikan oksigen untuk mencegah terjadinya hipoksimia
b. Memberikan cairan infus untuk mempertahankan kestabilitas keluaran
c.
d.
e.
f.
20-30 mmHg)
2. Penatalaksanaan Medis
172 Pengobatan utama terhadap emboli paru
a. Pengobatan anti koagulan dengan heparin dan warfarin
b. Pengobatan trombolitik
173 Tujuan pengobatan utama ini adalah :
a. Segera menghambat pertumbuhan tromboemboli
b. Melarutkan tromboemboli
c. Mencegah terjadinya emboli ulang
174
2.10 Pencegahan Emboli Paru
175 Mencegah pembentukan thrombus merupakan tanggung jawab keperawatan
yang utama. Ambulasi dan latihan tungkai aktif serta pasif dianjurkan untuk mencegah
stasis vena pada pasien tirah baring. Pasien juga disarankan untuk tidak duduk atau
berbaring untuk waktu yang lama, menyilangkan tungkai atau mengenakan pakaian
yang ketat.Tungkai tidak boleh dijuntaikan tidak juga diletakkan dalam posisi
tergantung sementara pasien duduk ditepi tempat tidur. Sebaliknya, kaki pasien harus
diletakkan diatas lantai atau di atas kursi, kateter intravena (untuk terapi parental atau
pengukuran tekanan vena sentral) tidak boleh terpasang untuk waktu yang lama
(Smeltzer Suzanne, C. 2002)
176 Pencegahan emboli menurut Dr Rosfanty adalah :
177 Pada orang orang yang memiliki resiko menderita emboli paru, dilakukan
berbagai usaha untuk mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam vena. Untuk
penderita yang baru menjalani pembedahan (terutama orang tua) disarankan untuk :
a. Menggunakan stocking elastis
b. Melakukan latihan kaki
c. Bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya pembentukan gumpalan.
178 Stocking kaki dirancang untuk mempertahankan aliran darah, mengurangi
pembentukan gumpalan, sehingga menurunkan resiko emboli paru.Terapi yang paling
banyak digunakan untuk mengurangi pembentukan pada vena tungkai setelah
pembedahan adalah heparin.Dosis kecil disuntikkan tepat dibawah kulit sebelum operasi
dan selama 7 hari setelah operasi. Heparin bisa menyebabkan perdarahan dan
memperlambat penyembuhan, sehingga hanya diberikan kepada orang yang memiliki
resiko tinggi mengalami pembentukan gumpalan , yaitu :
a. Penderita gagal jantung atau syok
b. Penyakit paru menahun
c. Kegemukan
d. Sebelumnya sudah mempunyai gumpalan
179 Heparin tidak digunakan pada pada operasi tulang belakang atau otak karena
bahaya perdarahan pada daerah ini lebih besar. Kepada pasien rawat inap yang
mempunyai resiko tinggi menderita emboli paru bisa diberikan heparin dosis kecil
meskipun tidak akan menjalani pembedahan. Dekstran yang harus diberikan melalui
infus, juga membantu mencegah pembentukan gumpalan.Seperti halnya heparin,
dekstran juga bisa menyebabkan perdarahan.Pada pembedahan tertentu yang dapat
menyebabkan terbentuknya gumpalan (misalnya pembedahan patah tulang panggul atau
pembedahan untuk memperbaiki posisi sendi), bisa diberikan warfarin per-oral. Terapi
ini bisa dilanjutkan untuk beberapa minggu atau bulan setelah pembedahan
(Winoviyanto,2011)
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
3.1 Identitas Klien :
198
Biasanya
BAB III
identitas
pasien
berisi
nama,umur,jenis
kelamin,suku
dada
213
Palpasi : nyeri tekan
214
Perkusi : batas batas jantung
215
Auskultasi : suara nafas (ronkhi, wheezing)
Cardiovascular dan Limfe
216
Anamnesa : Identifikasi adanya nyeri dada (PQRST)
217
Wajah
218
Inspeksi : sembab,pucat,konjungtiva pucat / tidak
219
Leher
220
Inspeksi : bendungan vena jugularis
221
Palpasi
222
Dada
223
Inspeksi : bentuk dan pergerakan dada (simetris/tidak)
224
Palpasi : letak ictus kordis
225
Perkusi : batas jantung
226
Auskultasi : bunyi jantung (Bj1 dan Bj2) atau kelainan bunyi jantung
(gallop,murmur)
227
Ekstrimitas atas
228
Inspeksi : sianosis, clubbing finger
229
Palpasi : CRT
230
Ekstrimitas bawah
231
Inspeksi :identifikasi edema pada ektrimitas , clubbing finger
232
Palpasi : identifikasi adanya benjolan pada ekstrimitas
Persyarafan
kecil
Uji nervus V trigeminus : sensasi kulit wajah
Uji nervus VI abdusen : menganjurkan klien menggerakkan mata dari
adanya kesimetrisan
Uji nervus VIII additorious / akustikus : menguji kemampuan klien
mendengarkan kata kata yang diucapkan dengan mendekatkan arloji ke
telinga pasien
i. Uji nervus IX glosoparingeal : dengan menyentuhkan tongs patel ke
posterior faring pasien. Jika timbul reflek muntah adalah normal (positif),
jika negative bila tidak ada reflek
j. Uji nervus X vagus : untuk mengetahui gerakan lidah, menelan dan rasa
k. Uji nervus XI aksesorius ; menganjurkan klien untuk menggeleng dan
menoleh kea rah kiri kanan
l. Uji nervus hypoglossal : meminta klien menjulurkan lidah ke garis dan
4
Mulut
Inspeksi : sianosis , stomatitis (+/-)
Palpasi : nyeri tekan
Abdomen (dibagi menjadi 4 kuadran)
Inspeksi : terdapat luka atau tidak
Palpasi :
Perkusi : suara perut (tympani / hypertimpani)
Kuadran I
Hepar : hepatomegaly, nyeri tekan
Kuadran II
Gaster : distensi abdomen
Kuadran III
Massa (skibola,tumor) :nyeri tekan
Kuadran IV
Nyeri tekan pada titik Mc Burney
Keterangan:
255
256
257
258
259
tahanan ringan
260
tahanan penuh
6
7
8
Mata
271
Inspeksi :
272
274
Iris dan pupil :warna iris dan ukuran, uji reflek cahaya pada pupil
275
Lensa : Normal jernih dan transparan, pada org tua kdg ada cincin
278
NIC
NOC
279
Inter
vensi
283
Dx :
280
281
282
Aktifitas
Outcome
Indikator
288
289
Re
spiratory
tifan
status: gas
/ tracheal suctioning.
bersihan
jalan napas
284
Berh
Berikan
dengan:
dalam
dan
exchange
l/mnt,
metode
ubungan
285
290
De
finition :
napas
291
Al
veolar
Infeksi,
memaksimalkan
exchange
disfungsi
ventilasi
of carbon
neuromuskul Lakukan
fisioterapi
ar,
dada jika perlu
hiperplasia
dioxide
and
oxygen to
1. Oxygen
saturation (5)
2. Ventilation
perfusion
balance (5)
3. Dyspnea at
rest (4)
4. Cyanosis (5)
5. Somnolence
(5)
dinding
Keluarkan
bronkus,
dengan
alergi jalan
suction
nafas, asma,
trauma
286
Obstruksi
jalan nafas :
batuk
adanya jalan
nafas buatan,
sekresi
bronkus,
adanya
eksudat di
alveolus,
adanya
benda asing
di jalan nafas
287
blood gas
adanya
tambahan
Kolaborasi pemberikan
bronkodilator :
NaCl Lembab
Kolaborasi
pemberian
antibiotik
Atur
intake
untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Pertahankan
yang
adekuat
hidrasi
untuk
mengencerkan sekret
Jelaskan pada pasien
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi
294
295
3.4 Implementasi
consentrat
ions
suara
293
arterial
atau
maintain
sekret
292
296
direncanakan. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melakukan tindakantindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dilanjutkan dengan pendokumentasian
semua tindakan yang telah dilakukan beserta hasil-hasilnya.
297
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
298
BAB IV
nyeri dada . Saat pengkajian pasien terlihat pucat dan lemah. Dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan TD : 140/95 mmHg, Nadi 120x/menit, suhu 38,5oC , RR 28x/menit
4.1
Pengkajian
A. Identitas Klien
310
Nama
: Ny. A
311
Umur
: 29Tahun
312
Jenis Kelamin
: perempuan
313
Suku/Bangsa
: Jawa / Indonesia
314
Agama
: Islam
315
Pekerjaan
:Ibu Rumah Tangga
316
Pendidikan
:317
Alamat
: Peterongan
318
No. Reg
:12015
319
Tgl. MRS
:1 November 2016 (10.30)
320
Diagnosis medis
:Emboli Paru
321
Tgl Pengkajian :1 November 2016 (10.30)
B. Penanggung Jawab
322
Nama
: Suparman
323
Umur
: 35 Tahun
324
Jenis Kelamin
:Laki-Laki
325
Pendidikan : Sarjana
326
Pekerjaan
:Karyawan Swasta
327
Hubungan dengan pasien
: Suami
328
Alamat
: Peterongan
329
330
331
332
4.2 Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
333
Pasien mengeluh sesak napas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
334 Klien mengeluh sesak napas, batuk hypotisis dan chest pain.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
335
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya
4. Riwayat penyakit keluarga
336
penyakit yang sama seperti yang diderita klien, hanya saja ayah klien adalah
penderita hipertensi
5. Riwayat kesehatan lingkungan
337
338
4.3 Pemeriksaan fisik
339 TD : 140/95 mmHg
340 Nadi : 120x/menit
341 Suhu : 38,5oC
342 RR :28x/menit
4.4 Pemeriksaan persistem
A. Sistem pernapasan
343
Anamnesa :Pasien mengeluh sesak nafas
344
Hidung
345
Inspeksi : tidak ada secret pada hidung
346
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
347
Mulut
348
Inspeksi : mukosa bibir pucat
349
Area dada
350
Inspeksi :Dada klien tampak tidak simetris, pergerakan dada klien cepat
dan dangkal
351
Palpasi : tidak teraba benjolan, nyeri tekan (-)
352
Perkusi :perkusi dada sonor
353
Auskultasi :suara nafas wheezing
354
355
B. Kardiovaskuler danLimfe
356
Anamnesa :Sesak nafas
357
Wajah
358
Inspeksi : Pasien tampak terlihat pucat dan lemah
359
Leher
360
Inspeksi :pembesaran kelenjar tiroid (-)
361
Dada
362
Inspeksi : tidak terlihat adanya massa, pembesaran (-)
363
Palpasi : tidak teraba adanya massa
364
Perkusi : perkusi pada daerah jantung terdengar redup
365
Auskultasi :bunyi jantung S1,S2 terdengar lebih keras
366
Ekstrimitasatas
367
Inspeksi : sianosis (-)
368
Palpasi : tidak ada CRT, suhu akral panas
369
Ekstrimitasbawah
370
Inspeksi : sianosis (-)
371
Palpasi :Tidak ada CRT, suhu akral panas, tidak adanya odem
C. Persyarafan
372 Anamnesa : tidak ada pusing
1. Ujinervus 1 olfaktorius (pembau) : Bisa membedakan bau
2. Ujinervus II opticus (penghilatan) : Tidak ada rabun
3. Ujinervus III oculomotorius : tidak ada odem pada kelopak mata
4. Ujinervus IV toklearis :ukuran pupil normal
5. Ujinervus V trigeminus : dapat menutup mulut secara tiba-tiba
6. Ujinervus VI abdusen : Gerakan bola mata simetris
7. Ujinervus VII facialis : Dapat menggembungkan pipi dan dapat menaik
turunkan alis mata
8. Ujinervus VIII additorious / akustikus : Dapat mendengar dengan normal
9. Ujinervus IX glosoparingeal :Tidak ada reflek muntah
10. Ujinervus X vagus : Dapat menelan, menggerakan lidah dengan benar
11. Ujinervus XI aksesorius : Dapat menggerakan bahu dan kepala
12. Ujinervus hypoglossal : Dapat menjulurkan lidah
373
D. Sistempencernaan-EliminasiAlvi
374
Anamnesa : Nafsu makan berkurang
375
Mulut
376
Inspeksi :mukosa bibir pucat
377
Abdomen (dibagimenjadi 4 kuadran) :
378
Inspeksi :simetris , tidak terdapat lesi
379
Palpasi :nyeri tekan (-)
380
Perkusi :suara perut (tympani)
381
Auskultasi : bising usus 10x/menit
382
Kuadran I
383
Hepar : tidak ada nyeritekan
384
Kuadran II
385
Gaster : tidak ada distensi abdomen
386
Kuadran III
387
Ileum :tidak ada nyeritekan
388
Kuadran IV
389
Tidak ada Nyeritekanpadatitik Mc Burney
E. System muskuluskeletaldan integument
390
Anamnesa :tidak ada nyeri
391
Kekuatanotot :
4
4
392
393
4
4
394
Keterangan:
395
396
397
398
399
tahanan ringan
400 5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan penuh
401
F. Sistem endokrindaneksokrin
402 Anamnesa : Tidak ada keluhan pada pola eliminasi
403 Kepala
404 Inspeksi :Tidak ada odem
405 Leher
406 Inspeksi :Tidak ada pembesarankelenjartyroid
407 Palpasi :pembesaran kelenjar tiroid (-), nyeri tekan (-)
408 Ekstrimitasbawah :tidak ada edema
G. System reproduksi
409 Anamnesa : tidak ada keluhan
H. Persepsisensori
410 Anamnesa :tidak ada nyeri pada mata, tidak ada masalah pada penglihatan
411 Mata
NS
421
422
423
.D
419
DI
AGNOSI
S:
420
(N
ANDA-I)
____
424
425
426
427
D
EFINITI
ON:
429
D
EFINING
CHARA
CTERIS
TICS
430
R
ELATED
FACTOR
S:
00032
Ketidakefektifan pola napas
______________________________________________
Domain 4 : Aktivitas / Istirahat
Kelas 4 : Respons Kardiovaskular/Pulmonal
428
Bradipnea
Dyspnea
Fase ekspirasi memanjang
Ortopnea
Penggunaan otot bantu pernapasan
Penggunakan posisi tiga titik
Peningkatan diameter anterior-posterior
Penurunan kapasitas vital
Penurunan tekanan ekspirasi
Penurunan tekanan inspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Pernapasan bibir
Pernapasan cuping hidung
Perubahan ekskursi dada
Pola napas abnormal (mis, kedalaman irama,frekuensi, kedalaman)
Takipnea
Ansietas
cedera medulla spinalis
Deformitas dinding dada
Deformitas tulang
Disfungsi neuromuscular
Gangguan muskuloskeletal
Gangguan neurologis (EEG) positif , trauma kepala, gangguan
kejang
Hiperventilasi
459
434433432431
469
Imaturitas neurologis
Keletihan
Keletihan otot pernapasan
Nyeri
Obesitas
Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
Sindrom hipoventilasi
454
Subjective data entry
456
Objective data entry
455
TD :140/90 mmHg
sesak napas
RR : 28x/menit
N : 120x/menit
batuk
460
463
Ns. Diagnosis (Specify):
464
Ketidakefektifan pola napas (00032)
Client
461
467 Related to: Ansietas
Diagnost
468
ic
462
Stateme
nt:
NIC
472
473
Intervensi
471
Akt
ifitas
476 Terapi
oksigen
1. Bersihkan mulut ,
477
Def :
478 Pember
ian oksigen
dan
monitoring ke
efektifannya
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
jalan nafas
3. Berikan oksigen sesuai
intruksi
4. Pantau aliran volume
oksigen
5. Awasi pemberian
oksigen secara teratur
untuk memastikan
konsentrasi pemberian
yang diresepkan
6. Amati tanda-tanda
hipoventilasi akibat
pemberian oksigen
7. Pantau peralatan
oksigen dan pastikan
tidak mempengaruhi
pasien untuk bernafas
8. Ajarkan batuk efektif
9. Konsultasi dengan tim
NOC
474
475
Outcome
Indikator
497
1.Respirator
y
statu(04
150)
1. Nilai
499
i suara
500
Perpindahan
keluar
masukn
ya udara
dari
paruparu dan
pertukar
an CO2
menjadi
O2 pada
level
alveolus
napas :[4]
4. Pengguna
501
502
490
503
491
penggunaan oksigen
504
atau tidur
505
493
506
494
507
495
respirasi:
[4]
3. Auskultas
pelayanan kesehatan
[ 4]
2. Irama
498
Def :
489
492
respirasi :
508
an otot :
[4]
5. Retraksi
dada :[4]
6. Akumulas
i dari
dahak :
[ 4]
7. Tes fungsi
paru : [4]
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
523
524
496
509
510
511
512
525
4.8
IMPLEMENTASI
527
526
N
NO
DIAG
NOSA
532 533
1. Ketidak
efektifan jalan
nafas
528
Hari
529
Tgl/ Jam
534
01
Nove
mber
2016
535
( 13.00)
530
TINDAKAN
531
PAR
A
F
537
538539
Ketidak
efektifan jalan
nafas
540
02
Nove
mber
2016
541
(15.00)
542
543544
3 Ketidak
efektifan jalan
nafas
545
03
547
551
Nove
mber
2016
546
(07.00)
548
oksigen
549
4.9 EVALUASI
553
554
555
556
MASALAH
HARI,T
CATATA
N PERKEMBANGAN
557
PAR
KEPERAW
GL,J
ATAN /
AM
KOLABOR
ASI
559
560
Ketidak efektifan
01
562
S: pasien
jalan nafas
558
561
(13.00)
nyeri dada
563
O: Mengobservasi
TTV
a.
b.
c.
d.
e.
TD :140/90 mmHg
RR : 28x/menit
Nadi :120x/menit
Suhu : 38,50C
Tampak pucat
564
A: masalah belum
teratasi
565
P: lanjutkan
intervensi 4,5,7,8
566
567
569
570
Ketidak efektifan
02
572
Nove
mber
berkurang.
2016
571
(15.00)
2.
579
580
Ketidak efektifan
jalan nafas
573
O: Mengobservasi
TTV
a. TD : 130/70 mmHg
b. RR : 20x/menit
c. Nadi : 100x/menit
d. Suhu : 37,20
e. Tampak pucat
574
575 A: Masalah teratasi sebagian
576 P: Lanjutkan intervensi 7,8
581
S: pasien
ber
nyeri dada.
2016
(07.0
578
582
O: Mengobservasi
TTV
a. TD :110/80 mmHg
b. RR : 18x/menit
c. HR : 70x/menit
d. Suhu : 36,50
e. Wajah tidak pucat
0)
577
jalan nafas
568
S : pasien
583
584
A:
Masalah teratasi
P:
585
Hentikan intervensi
587
588
BAB V
589
PENUTUP
590
5.1 Kesimpulan
591
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru paru ) oleh
suatu embolus secara tiba tiba terjadi. Emboli paru adalah obstruksi salah satu atau
lebih arteri pulmonalis oleh thrombus yang berasal dari suatu tempat (Brummer dan
Suddart.2001.621).
592
Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di
tungkai atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelombang udara, lemak , cairan
ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor , dan penyebab yang paling sering adalah
bekuan darah dari vena tungkai yang disebut thrombosis vena dalam.
593
Tanda dan gejala emboli paru sangat bervariasi bergantung pada besar bekuan.
Gambaran klinis dapat berkisar dari keadaan tanpa tanda sama sekali sampai kematian
mendadak akibat embolus pelana yang massif pada percabangan arteri pulmonalis utama
yang mengakibatkan sumbatan pada seluruh aliran darah ventrikel kanan
594
5.2 Saran
595
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan kita, maka dari
itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari kerusakan dan penyakit. Dengan cara pola
hidup yang sehat dapat mencegah penyakit anemia, hidup terasa lebih nyaman dan
indah dengan melakukan pencegahan terhadap penyakit emboli paru daripada kita
sudah terkena dampaknya.
596
597