Anda di halaman 1dari 7

A.

Latar Belakang Munculnya Disintegrasi Bangsa


Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan
akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik.
Dengan semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda
menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat. Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan
meningkatnya konflik yang bernuansa SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin
memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan. Apabila
kondisi ini tidak dikelola dengan baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa.
Permasalahan ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi permasalahan ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan
tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar permasalahannya maka
akan menjadi problem yang berkepanjangan.
Masalah disintegrasi bangsa merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan
kelangsungan hidup bangsa ini. Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang dimiliki
masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai masyarakat yang plural. masyarakat yang plural
juga berpotensi dan sangat rentan kekerasan etnik, baik yang dikonstruksi secara cultural
maupun politik. Bila etnisitas, agama, atau elemen premordial lain muncul di pentas politik
sebagai prisip paling dominan dalam pengaturan Negara dan bangsa, apalagi berkeinginan
merubah sistem selama ini yang berlaku, bukan tidak mungkin ancaman disintegrasi bangsa
dalam arti yang sebenarnya akan terjadi di Indonesia.

B. Disintegrasi Bangsa (1945 1965)


Disintegrasi bangsa adalah keadaan tidak bersatu atau pecahnya suatu kelompok masyarakat
dimana berasal dari keturunan,adat, bahasa,dan pemerintah yang sama.
1. Masa Revolusi Fisik
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 keadaan tata negara Indonsia sudah mulai membaik,
namun keadaan demikian dimanfaatkan oleh komunis dalam menanamkan pengaruhnya
dalam NKRI. Buah dari perbuatan pihak komunis tersebut adalah munculnya ideologi
Manipol Usdek serta konsep nasakom. Hal ini menyebabkan terjadinya peristiwa
peristiwa yang dapat mengancam integrasi bangsa yaitu :
a. PKI Madiun
Terjadi pada tanggal
: 18 September 1948
Tokoh
: Muso dan Amir Syarifuddin
Sebab- sebab
: 1. Pada awal pemerintahannya Amir Syarifuddin berniat
mendirikan negara komunis.Hal ini dibuktikan dengan
adanya pendidikan politik bagi TNI.

2. Ketidakpuasan terhadap hasil Renville, dimana pada saat


itu kabinetnya adalah kabinet Hatta. Amir Syarifuddin
kemudian melakukan oposisi,dan membentuk FDR
( Front Demokrasi Rakyat ).
3. Muso bergabung dengan FDR membuat beberapa
kebijakan yang pada intinya mendukung ide- ide
komunis diterapkan di Indonesia.Puncaknya dengan
Tujuan

diumumkannya Republik Soviet Indonesia.


: Meruntuhkan RI yang merupakan hasil Proklamasi 17
Agustus 1945 yang berdasarkan Pancasila dan diganti

Cara mengatasi

dengan komunis.
: 1.Soekarnno- Hatta melalui pidatonya memberikan pilihan
kepada rakyat untuk memilih antara Soekarno-Hatta atau
PKI-Muso.
2.Panglima Besar Jendral Soedirman memerintahkan
kolonel Gatot Soebroto dan Sungkono mengerahkan
pasukan TNI.Madiun berhasil direbut pada tanggal 30

September 1948.
b. Darul Islam /Tentara Islam Indonesia ( DI/TII )
a.) Jawa Barat
Terjadi pada tanggal : 7 Agustus 1949
Tokoh

: Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo

Sebab

: Penolakan Kartosuwiryo terhadap perjanjian Renville yang


mengharuskan TNI

di daerah kantong hijrah ke

Yogyakarta.Pada waktu itu Kartosuwiryo berada di Jawa


Barat,dan memproklamasikan berdirinya negara Islam
Indonesia (NII).
Cara mengatasi

: Operasi militer tanggal 27 Agustus 1949 Operasi


Bharatayudha

b.) Jawa Tengah


Terjadi pada tanggal

: 23 Agustus 1949

Tokoh

: Amir Fatah dan Kiai Sumolangu

Sebab

: 1.Adanya persamaan ideologi antara Amir Fatah dengan


S.M. Kartosuwirjo, yaitu keduanya menjadi pendukung
setia Ideologi Islam.
2.

Amir Fatah dan para pendukungnya menganggap

bahwa aparatur Pemerintah RI dan TNI yang bertugas di


daerah Tegal-Brebes telah terpengaruh oleh "orang-orang
Kiri", dan mengganggu perjuangan umat Islam.
3.

Adanya

pengaruh

"orang-orang

Kiri"

tersebut,

Pemerintah RI dan TNI tidak menghargai perjuangan Amir


Fatah dan para pendukungnya selama itu di daerah TegalBrebes. Bahkan kekuasaan yang telah dibinanya sebelum
Agresi Militer II, harus diserahkan kepada TNI di bawah
Wongsoatmojo.
4.Adanya perintah penangkapan dirinya oleh Mayor
Wongsoatmodjo
Cara mengatasi

: Tahun 1957 ditumpas melalui operasi gerakan Banteng


Nasional dari divisi Diponegoro.

c.) Aceh
Terjadi pada tanggal

: 20 September 1953. dimulai dengan "Proklamasi" Daud


Beureueh bahwa Aceh merupakan bagian "Negara Islam
Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo

Tokoh

: Daud Beureuh

Sebab

: 1.Persoalan otonomi daerah


2. Pertentangan antar golongan
3. Tidak lancarnya rehabilitasi dan modernisasi daerah

Cara mengatasi

: Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu "


Musyawarah

Kerukunan

Rakyat

Aceh"

pada

bulan

Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar


Muda, Kolonel Jendral Makarawong.
d.) Sulawesi Selatan
Terjadi pada tanggal

: 17 Agustus 1951

Tokoh

: KaharMuzakar

Sebab

: Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut


kepada pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam
Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam
Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ( APRIS ).
Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.

Cara mengatasi

: 1. Operasi Militer
2. Pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil
ditangkap dan ditembak mati sehingga pemberontakan
DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.

e.) Kalimantan Selatan


Terjadi pada

: Bulan oktober 1950

Tokoh

: Ibnu Hajar

Sebab

: Ketidakpuasan terhadap kebijakan mengenai TNI

Cara mengatasi

: Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah


pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hadjar
dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan
diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hadjar sempat
menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali
melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi sehingga
pemerintah akhirnya menugaskan pasukan ABRI (TNIPOLRI) untuk menangkap Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun
1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya
tertangkap dan dihukum mati.

c. Pemberontakan Andi Azis


Terjadi pada
: 5 April 1950
Tokoh
: Andi Azis
Sebab
: 1. Menuntut agar pasukan bekas

KNIL saja yang

bertanggungjawab atas keamanan di Negara Indonesia


Timur.
2. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
3. Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur

Cara mengatasi

: 1.Pada tanggal 8 April 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa


dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus melaporkan diri ke
Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,
pasukannya

harus

dikonsinyasi,

senjata-senjata

dikembalikan, dan semua tawanan harus dilepaskan.


2.Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul
oleh pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E
Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan
dua brigade dan satu batalion di antaranya adalah Brigade
Mataram yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto.
Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer di
Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya
dan dijatuhi hukuman.
d. APRA (Angkatan Perang Ratu Adil )
Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling bekas tentara
KNIL. Tujuannya agar pemerintah RIS dan Negara Pasundan mengakui APRA
sebagai tentara Negara Pasundan dan agar Negara Pasundan tidak dibubarkan/
dilebur ke dalam NKRI.
d. RMS (Republik Maluku Selatan)
Terjadi pada
: tanggal 25 April 1950
Tokoh
: Soumokil, J.H. Manuhutu, Frans Tutuhatunewa
Sebab
: Mendirikan negara sendiri
Cara mengatasi
: Menggunakan pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E
Kawilarang
2. Masa Demokrasi Liberal
Demokrasi Liberal adalah sistem politik yang melindungi secara konstitusional hakhak individu dari kekuasaan pemerintah. Pada masa demokrasi Liberal terjadi beberapa
peristiwa disintegrasi yaitu :
a. Dewan Daerah
Sebelum lahirnya PRRI, telah terjadi diskursus antara pusat dengan daerah. Pada Bulan
November 1956, berkumpul di Padang sekitar 600 pejuang eks-divisi Banteng. Dari
pertemuan tersebut mereka membicarakan tentang tuntutan perbaikan dalam tentara
AD dan pemimpin negara. Pertemuan tersebut menyebabkan terbentuknya dewan-

dewan di Sumatera dan Sulawesi. Pada awalnya, dewan-dewan tersebut dibentuk


dalam rangka mengatasi situasi perpolitikan Indonesia yang semakin mengarah pada
perpecahan. Selain itu, pembentukan dewan-dewan tersebut juga ditujukan untuk
mengimbangi parlemen dalam rangka memajukan pembangunan daerah yang masih
tertinggal sehingga lebih terarah. Dewan-dewan yang di bentuk antara lain :
1. Dewan Gajah yang dipimpin oleh Kol Simbolon di sumatera Utara.
2. Dewan Banteng di sumatera tengah dipimpin oleh Ahmad Husein
3. dewan garuda di Sumatera selatan dipimpin oleh dhlan Djambek.
4. Dewan Manguni di Sulawesi yang dipimpin oleh Kol. Ventje Sumual
.
Dewan-dewan tersebut menuntut adanya perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah, terutama dalam melaksanakan eksploitasi hasil bumi. Namun dengan adanya
berbagai sebab seperti yang telah di uraikan di atas, maka dalam perkembangannya
bersifat agresif dan bertindak mencari kesalahan pusat. Hal tersebut terkait pula dengan
pemberhentian Kol. Simbolon. Pemecatan tersebut terkait dengan keterlibatannya
dalam peristiwa penyelundupan di Teluk Nibung.
Melalui dewan gajah tersebut, Kol. Simbolon menentang pemerintah pusat yaitu
dengan pernyataan:
1.Melepaskan hubungan sementara dengan pemerintah pusat
2.Mulai tanggal 22 desember 1956 tidak lagi mengakui kabinet Djuanda.
3.Mulai tanggal 22 desember 1956 mengambil alih pemerintahan di wilayah Tertera dan
Tetorium I
b. PRRI/PERMESTA
Awal peristiwa

: Pemerintahan

Revolusioner

Republik

Indonesia

(biasa

disingkat dengan PRRI) merupakan salah satu gerakan


pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah
pusat (Jakarta) yang dideklarasikan pada tanggal 15 Februari
1958.

Tokoh

: Dengan keluarnya ultimatum dari Dewan Perjuangan yang


dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein di Padang,

Sebab

Sumatera Barat, Indonesia.


: Konflik yang terjadi ini sangat dipengaruhi oleh tuntutan
keinginan akan adanya otonomi daerah yang lebih luas. Selain
itu ultimatum yang dideklarasikan itu bukan tuntutan
pembentukan negara baru maupun pemberontakan, tetapi lebih
kepada konstitusi dijalankan. Pada masa bersamaan kondisi
pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi
Belanda. Hal ini juga mempengaruhi hubungan pemerintah
pusat dengan daerah serta menimbulkan berbagai ketimpangan
dalam pembangunan, terutama pada daerah-daerah di luar
pulau Jawa.
Dan sebelumnya bibit-bibit konflik tersebut dapat dilihat
dengan dikeluarkannya Perda No. 50 tahun 1950 tentang
pembentukan wilayah otonom oleh provinsi Sumatera Tengah
waktu itu yang mencakup wilayah provinsi Sumatera Barat,

Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.


3. Masa Demokrasi Terpimpin
Pengertian Demokrasi Terpimpin adalah salah satu bentuk demokrasi yang
memberikan keleluasaan kepada rakyatnya namun diatur dan diarahkan oleh
pimpinan negara, bentuk ini disebut juga sebagai semi otoriter atau pimpinan tunggal.
Pada penerapan Demokrasi Terpimpin di Indonesia terjadi suatu peristiwa
disintegrasi, yaitu :
1. G30S/PKI

Anda mungkin juga menyukai