PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara terluas yang mempunyai jumlah
penduduk yang cukup tinggi. Menurut CIA World Factbook Tahun 2016,
Indonesia memiliki jumlah penduduk mencapai 258 Juta jiwa. Dimana Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP) mencapai 0,89% persen atau tiap tahunnya
penduduk Indonesia bertambah sekitar 2-3 juta jiwa. Seiring bertambahnya
penduduk, kebutuhan akan tempat tinggah pun bertambah. Sehingga jumlah
permintaan perumahan dan permukiman pun meningkat.
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu dari kebutuhan
pokok setiap individu dan sebagai hak dasar setiap manusia. Setiap individu
berhak untuk memiliki tempat tinggal atau rumah yang layak di lingkungan
perumahan dan kawasan permukiman yang bersih dan sehat, yakni tidak
terganggu oleh polusi, aman, mempunyai aksesibilitas yang baik serta memilki
infrastruktur penunjang kegiatan sehari-hari yang lengkap (Dirjen Cipta Karya,
1999). Dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, kebutuhan akan
perumahan dan permukiman pun meningkat. Akibatnya kawasan perumahan dan
permukiman di daerah perkotaan berkembang pesat. Sama halnya dengan salah
satu kota yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur ini, yaitu Kota Balikpapan.
Dewasa ini, Kota Balikpapan menjadi salah satu kota di Indonesia yang
perkembangan kotanya begitu pesat, mulai dari pembangunan infrastrukturnya
hingga perumahan dan permukimannya. Tak heran bahwa Kota Balikpapan
dinobatkan sebagai Kota Paling Dicintai di Dunia oleh World Wildlife Fund
(WWF) pada tahun 2015 karena banyaknya pendatang yang tertarik untuk
mengunjungi dan bertempat tinggal di Kota Balikpapan. Sehingga muncul
permukiman dan perumahan baru dengan berbagai tipe di Kota Balikpapan yang
mempengaruhi bentuk dan perubahan pada kawasan perkotaan. Adapun dilihat
dari perkembangannya, perumahan dan permukiman di Kota Balikpapan
berkembang dari bagian selatan mengarah ke bagian utara.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada penulisan critical review ini
adalah
1. Bagaimana proses perkembangan perumahan dan permukiman yang
terdapat di Kota Balikpapan?
2. Apa saja tipe-tipe perumahan dan permukiman yang terdapat di Kota
Balikpapan?
3. Bagaimana bentuk dan perubahan pada kawasan perumahan dan
permukiman di Kota Balikpapan?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang terdapat pada penulisan critical review ini adalah
1. Menganalisa proses perkembangan perumahan dan permukiman yang
terdapat di Kota Balikpapan
2. Mengetahui tipe-tipe perumahan dan permukiman yang terdapat di Kota
Balikpapan
3. Menganalisa bentuk dan perubahan yang terjadi pada kawasan
perumahan dan permukiman di Kota Balikpapan
1.4
Sistematika Penulisan
Penulisan laporan critical review ini memiliki sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, serta sistematika penulisan laporan critical review.
BAB II merupakan bab tinjauan pustaka yang berisi kajian teoritis mengenai
lingkup pembahasan perumahan dan permukiman yang terdiri dari proses
perkembangan perumahan dan permukiman di Indonesia, tipe-tipe perumahan
dan permukiman di Indonesia, serta bentuk dan perubahan kawasan perumahan
dan permukiman.
BAB III merupakan bab pembahasan yang berisi gambaran umum lokasi studi
dan analisa yang mencakup pembahasan dari rumusan masalah tentang
perumahan dan permukiman yang terdapat di Kota Balikpapan.
BAB IV merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1
Permukiman
Menurut UU No.1 Tahun 2011 Pasal 1 Tentang Perumahan dan Kawasan
Perumahan
Menurut UU No.1 Tahun 2011 Pasal 1 ayat (2) Tentang Perumahan dan
2.3
permukiman
merupakan
pengaruh
akibat
dari
serta bertambahnya
kegiatan
masyarakat.
Dibalik
permukiman
tersebut.
Permasalahan
permukiman
ini
menunjang
perkembangan
permukiman
yang
berarti
juga
akan
membuka
terjadinya
perkembangan
permukiman
keberbagai arah. Daerah- daerah yang terletak pada fokus lalu lintas
darat, laut maupun udara akan mengalami perkembangan cepat. Satuansatuan
lingkungan
permukiman
satu
dengan
yang
lain
saling
bahwa
sehubungan
dengan
kuantitas
penduduk
perkembangan.
Faktor Ekonomi
Apabila suatu daerah perekonomiannya berkembang baik, maka orang
akan tertarik untuk datang ke daerah tersebut untuk bekerja dan akhirnya
tinggal menetap disana serta mendirikan rumah baru sehingga timbulah
areal permukiman baru. Seperti tersedianya lapangan pekerjaan, pusat
pendidikan, pusat hiburan, tempat- tempat perbelanjaan juga dapat
mempengaruhi perkembangan permukiman didaerah sekitarnya.
2.4
pula
permukiman-permukiman
kumuh.
Semua
itu
membentuk
yang baik,
(c)
Bukan
ada,
bahkan
pertokoan,
kalau
dapat
memperbaikinya;
c. Sejauh mungkin dipertahankan tanah yang berfungsi sebagai reservoir air
tanah, penampung air hujan dan penahan air laut;
3. Dilihat dari segi kesehatan dan kemudahan:
a. Lokasi sebaiknya jauh dari lokasi pabrik-pabrik yang dapat mendatangkan
polusi misalnya debu pabrik, buangan sampah-sampah dan limbah
pabrik; Lokasinya sebaiknya tidak terlalu terganggu oleh kebisingan;
b. Lokasinya sebaiknya dipilih yang udaranya masih sehat; Lokasinya
sebaiknya dipilih yang mudah untuk mendapatkan air minum, listrik,
sekolah, pasar, puskesmas dan lain-lain;
c. Lokasi sebaiknya mudah dicapai dari tempat kerja penghuninya;
4. Ditinjau dari segi politis dan ekonomis:
a. Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat
sekelilingnya;
b. Dapat merupakan suatu contoh bagi masyarakat sekelilingnya untuk
membangun rumah dan lingkungan yang sehat, layak dan indah
Jenis Permukiman
Berdasarkan sifatnya pemukiman dapat dibedakan beberapa jenis antara
lain:
a. Pemukiman Perkampungan Tradisional
Perkampungan seperti ini biasa nya penduduk atau masyarakatnya masih
memegang teguh tradisi lama. Kepercayaan, kabudayaan dan kebiasaan
nenek moyangnya secara turun temurun dianutnya secara kuat. Tidak mau
menerima perubahan perubahan dari luar walaupun dalam keadaan zaman
telah berkembang dengan pesat.
Kebiasaan-kebiasaan hidup secara tradisional yang sulit untuk diubah inilah
yang akan membawa dampak terhadap kesehatn seperti kebiasaan minum
air tanpa dimasak terlebih dahulu, buang sampah dan air limbah di
sembarang tempat sehingga terdapat genangan kotor yang mengakibatkan
mudah berjangkitnya penyakit menular.
b. Perkampungan Darurat
Jenis perkampungan ini biasanya bersifat sementara (darurat) dan timbulnya
perkampungan ini karena adanya bencana alam. Untuk menyelamatkan
penduduk dari bahaya banjir maka dibuatkan perkampungan darurat pada
daerahh/lokasi yang bebas dari banjir. Mereka yang rumahnya terkena banjir
untuk sementara ditempatkan diperkampungan ini untuk mendapatkan
pertolongan bantuan dan makanan pakaian dan obat-obatan. Begitu pula
ada bencana lainnya seperti adanya gunung berapi yang meletus, banjir,
longsor dan lain sebagainya.
Daerah pemukiman ini bersifat darurat tidak terencana dan biasanya kurang
fasilitas sanitasi lingkungan, seperti pembuangan air limbah dan samapah
yang tidak pada tempatnya sehingga kemungkinan penjalaran penyakit yang
menginfeksi masyarakat yang bermukim akan mudah terjadi.
c. Perkampungan Kumuh (Slum Area)
pekerja
f.
(pekerja
proyek
besar,
proyek
pembangunan
bendungan,
2.7.
Permukiman
dan
Prasarana
Wilayah
(Depkimpraswil)
(Jayadinata, 1999).
Inisiatif para pembangun.
Berbicara tentang pemanfaatan lahan tidak lepas land value (nilai lahan),
rents (sewa) dan costs (biaya) (Richard M. Hurd dalam Yunus, 1999),
nampak bahwa penggunaan lahan yang mampu menawar lebih tinggilah
yang mendapatkan tempat yang diinginkan dan itu dapat di lakukan oleh
para pembangun (Investor). Semakin dekat suatu lahan dengan perkotaan
maka semakin tinggilah nilai lahan dalam arti faktor ekonomilah sangat
dominan dalam perubahan pemanfaatan lahan.
Yunus, Hadi Sabari. 1999. Struktur Tata Ruang Kota. Jakarta :
Pustaka Pelajar.