Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan serangan
jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah pada suatu bagian jantung
terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian (Robbins SL, Cotran RS,
Kumar .2007). Infark miokard sangat mencemaskan karena sering berupa
serangan mendadak, umumnya pada pria usia 35-55 tahun, tanpa ada keluhan
sebelumnya (Tim Penyusun. Kapita Selekta Kedokteran. 2001).
Sindrom koroner akut lebih lanjut diklasifikasikan menjadi Unstable
Angina (UA), ST-segment Elevation Myocardial Infarct (STEMI) dan Non STsegment Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI). IMA tipe STEMI sering
menyebabkan kematian mendadak, sehingga merupakan suatu kegawatdaruratan
yang membutuhkan tindakan medis secepatnya (Erhardt L, Herlitz J, Bossaert
L.2002). Oklusi total arteri koroner pada STEMI memerlukan tindakan segera
yaitu tindakan reperfusi, berupa terapi fibrinolitik maupun Percutaneous
Coronary Intervention (PCI), yang diberikan pada pasien STEMI dengan onset
gejala <12 jam. Pada pasien STEMI yang datang terlambat (>12 jam) dapat
dilakukan terapi reperfusi bila pasien masih mengeluh nyeri dada yang khas
infark (ongoing chest pain).
Infark miokard akut dapat menimbulkan berbagai komplikasi antara lain
gangguan irama dan konduksi jantung, syok kardiogenik, gagal jantung, ruptur
jantung, regurgutasi mitral, trombus mural, emboli paru, dan kematian (Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk; 2010).
Angka mortalitas dan morbiditas komplikasi IMA yang masih tinggi
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keterlambatan mencari
pengobatan, kecepatan serta ketepatan diagnosis dan penanganan dokter yang
menangani. Kecepatan penanganan dinilai dari time window antara onset nyeri
1

2
dada sampai tiba di rumah sakit dan mendapat penanganan di rumah sakit.
Apabila time window berperan dalam kejadian komplikasi, maka perlu dikaji
apa saja yang menjadi faktor keterlambatannya. Ketepatan dinilai dari modalitas
terapi yang dipilih oleh dokter yang menangani. Evaluasi tentang kecepatan dan
ketepatan penanganan terhadap pasien IMA diperlukan untuk mencegah
timbulnya komplikasi. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti komplikasi pada
pasien dengan STEMI yang mendapat terapi reperfusi maupun tidak mendapat
terapi reperfusi.
Satu juta orang di Amerika Serikat diperkirakan menderita infark
miokard akut tiap tahunnya dan 300.000 orang meninggal karena infark miokard
akut sebelum sampai ke rumah sakit. (Christofferson RD. 2009). Penyakit
jantung cenderung meningkat sebagai penyebab kematian di Indonesia.
Berdasarkan data HIMAPID, jumlah penderita hipertensi di Indonesia lebih dari
75 juta orang dimana setiap empat orang dewasa terdapat satu orang yang
berisiko terserang penyakit jantung. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk
sekitar 237 juta jiwa, terjadi kelahiran 6,6 juta bayi setiap tahunnya dan 48.800
di

antaranya

sudah

menyandang

penyakit

jantung.

(http://www.antaranews.com/berita/383661/penyakit-jantung-penyebabkematian-nomor-satu-di-jakarta. Diakses tanggal 03 Mei 2014 Jam 23.39 WIB)


American College of Cardiology/American Heart Association dan
European Society of Cardiology merekomendasikan dalam tata laksana pasien
dengan STEMI selain diberikan terapi reperfusi, juga diberikan terapi lain seperti
anti-platelet

(aspirin,

clopidogrel,

thienopyridin),

anti-koagulan

seperti

Unfractionated Heparin (UFH) / Low Molecular Weight Heparin (LMWH),


nitrat, penyekat beta, ACE-inhibitor, dan Angiotensin Receptor Blocker (Fesmire
FM, Brady WJ, Hahn S, et al. 2006).
Laporan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012 menunjukkan
bahwa kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak 4,751 kasus
(2.50%) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2013). Jumlah kasus IMA pada

3
tahun 2014 pada bulan Januari sampai Maret tahun 2014 di rawat inap di ruang
ICU RSUD Sumedang dengan berjumlah 14 kejadian dan menempati urutan ke
peringkat ke kedua dari 20 besar penyakit ruang rawat inap.
Dalam memberikan asuhan keperawatan peran perawat sangatlah
penting, dikarenakan perawat berada di samping klien dalam waktu 24 jam,
sehingga perawat diharapkan mempunyai bekal dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Infark miokard akut. Oleh karena itu untuk
menambah pengalaman penulis merasa tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan Infark miokard akut yang hasilnya dituangkan
dalam bentuk karya tulis dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. D
Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular Akibat Infark Miokard Akut di Ruang
ICU RSUD Kabupaten Sumedang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami asuhan
keperawatan yang konfrehensif pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular akibat infark miokard akut di ruang ICU RSUD Kabupaten
Sumedang.
2. Tujuan Khusus
a.

Tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memahami dan


mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular akibat infark miokard akut.

b.

Menegakan diagnosa keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem kardiovaskular akibat infark miokard.

c.

Menentukan rencana keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem kardiovaskular akibat infark miokard akut.

4
d.

Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan


gangguan sistem kardiovaskular akibat infark miokard akut.

e.

Melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan sistem


kardiovaskular akibat infark miokard akut.

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


1.

Metode
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metoda deskriptif
berupa studi kasus dengan pemilihan masalah yang terjadi pada klien dengan
sistem kardiovaskular akibat infark miokard akut.

2.

Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah:
a.

Wawancara pada klien dan keluarga untuk mendapatkan data subyektif


yang berkaitan dengan masalah kesehatan.

b.

Observasi, yaitu mengamati perilaku dan keadaan klien untuk


memperoleh data obyektif tentang masalah kesehatan.

c.

Pemeriksaan fisik untuk mendapatkan data obyektif melalui pemeriksaan


palpasi, perkusi dan auskultasi.

d.

Studi dokumentasi didapat dari buku status kesehatan klien meliputi


catatan perawat dan catatan medik yang berhubungan dengan kesehatan
klien.

e.

Studi kepustakaan dari referensi yang ada.

D. Manfaat Penulisan
1.

Untuk Institusi Pendidikan


Meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien
akibat infark miokard akut.

2.

Manfaat bagi Pasien

dengan gangguan sistem kardiovaskular

5
Dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan klien tentang perawatan
penyakit

sistem

kardiovaskular

akibat

infark

miokard

akut

dan

penatalaksanaanya setelah klien pulang dari rumah sakit.


3.

Manfaat bagi Institusi RS


Dapat memberikan masukan terhadap penatalaksanaan keperawatan terhadap
klien sistem kardiovaskular akibat infark miokard akut khususnya bagi klien
yang dirawat di ruang rawat inap RSU Sumedang.

E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan,
metoda dan teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis, merupakan teori-teori yang menjelaskan tentang
konsep dasar penyakit infark miokard akut dan konsep dasar proses
keperawatan.
Bab III Tinjauan Kasus, menggambarkan tentang Asuhan keperawatan
pada klien dengan infark miokard akut, dengan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan catatan perkembangan kesehatan.
Bab IV Pembahasan, meliputi pengkajian sampai evaluasi pembahasan
kasus disesuaikan antara teori dengan aplikasi dilapangan.
Bab V penutup, meliputi kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai