Anda di halaman 1dari 5

Draft sop ambulans dkk solo

1. A kursi pengemudi senyaman mungkin. 14. Periksa jumlah bahan


bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali tugas dimanapun
lokasinya.MESIN HIDUPNyalakan mesin dan keluarkan ambulans dari
ruang penyimpanan, dan lakukan pemeriksaan berikut: 1. Tes fungsi
indikator di dashboard. 2. Periksa meteran yang terletak di dashboard.
3. Tes fungsi rem. 4. Tes fungsi rem tangan. 5. Tes fungsi setir. 6.
Periksa fungsi wiper. 7. Tes fungsi lampu. 8. Periksa fungsi pemanas
dan pendingin baik di kompartemen kemudi maupun kompartemen
pasien. 9. Periksa perlengkapan komunikasi.PEMERIKSAAN
PERSEDIAAN DAN PERLENGKAPAN KOMPARTEMEN PASIEN 1. Periksa
tekanan tabung oksigen. 2. Pompa bidai udara dan periksa tandatanda kebocoran. 3. Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi
berfungsi dengan baik. 4. Bersihkan debu dan cari tanda-tanda karat
pada alat rescue. 5. Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk
memastikan kinerjanya. 6. Lakukan pemeriksaan tambahan pada alat
khusus seperti AED (Automatted external defibrillation). 7. Lengkapi
laporan pemeriksaan. Perbaiki kerusakan. Ganti barang-barang yang
hilang. 8. Bersihkan kompartemen untuk menghindari risiko infeksi. 3
2. 4. MENGOPERASIKAN AMBULANSSYARAT PENGEMUDI AMBULANS 1.
Sehat secara fisik. 2. Sehat secara mental. 3. Bisa mengemudi di
bawah tekanan. 4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan dirinya.
5. Bersikap toleran. Selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi
berbeda ketika mengetahui kendaraan gawat darurat. 6. Tidak dalam
pengaruh obat-obat berbahaya, terlarang dan obat penenang. 7.
Mempunyai SIM yang masih berlaku. 8. Jika dibutuhkan, kacamata dan
lensa kontak harus selalu dipakai. 9. Evaluasi keadaan diri sendiri
berdasarkan respon terhadap tekanan, kelelahan dan rasa
kantuk.ATURAN DI JALAN 1. Ambulans memiliki hak-hak khusus saat
menggunakan jalan jika digunakan untuk respon gawat darurat. Hakhak khusus tidak berlaku jika tidak dalam respon gawat darurat.
Menurut UU No 22 Tahun 2009 Pasal 134, Pengguna Jalan yang
memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai dengan urutan
berikut: 1.1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang
melaksanakan tugas; 1.2. ambulans yang mengangkut orang sakit;
1.3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada Kecelakaan Lalu
Lintas; 1.4. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia;
1.5. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga
internasional yang menjadi tamu negara; 1.6. iring-iringan pengantar
jenazah; dan 1.7. konvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan
tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia. 2. Respon gawat darurat ini harus ditunjukkan dengan
menghidupkan alat peringatan (warning device) berupa sirene dan
lampu rotator. Sebagaimana bunyi UU No 22 Tahun 2009 Pasal 135:
Kendaraan yang mendapat hak utama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 134 harus dikawal oleh petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan/atau menggunakan isyarat lampu merah atau biru dan
bunyi sirene. 3. Risiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi
tetap harus memiliki kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan
pengemudi lain dan tidak ceroboh. 4. Hak-hak khusus ini meliputi: 4.1.
Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang
lain dan tidak merusak hak milik orang lain. 4.2. Melewati lampu
merah dan tanda berhenti lain. 4.3. Melewati batas kecepatan
maksimum yang diperbolehkan selama tidak membahayakan nyawa
orang lain. 4.4. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan
mendahului setelah memberi sinyal yang tepat, memastikan jalur
aman dan menghindari hal-hal yang dapat membahayakan nyawa dan
harta benda. 4.5. Mengabaikan arah jalur dan aturan belok, setelah

memberi sinyal yang tepat.PENGGUNAAN ALAT PERINGATAN (WARNING


DEVICE)Alat peringatan bukanlah segalanya. Penelitian membuktikan
bahwa pengemudi lain tidak melihatrotator atau mendengar sirene
sampai jarak antara 15-30 meter. 4
3. 5. SIRENE 1. Sirene adalah alat peringatan audio. 2. Gunakan sirene
dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirene hanya digunakan saat
respon gawat darurat. Suara sirene dapat menambah rasa takut dan
cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain cenderung
tidak memberikan jalan karena dianggap sebagai penyalahgunaan. 3.
Selalu waspada meski sudah membunyikan sirene. Adanya bangunan,
pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi
sirene. 4. Selalu waspada terhadap manuver aneh pengemudi lain
yang menjadi panik karena suara sirene. 5. Jangan mengemudikan
sirene secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain. Gunakan klakson. 6.
Jangan gunakan sirene untuk menakut-nakuti orang.LAMPU DAN
ROTATOR 1. Berdasarkan UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Pasal 59 Ayat 5, lampu isyarat isyarat yang digunakan
oleh ambulans adalah berwarna merah. 2. Lampu depan harus selalu
dinyalakan dimanapun dan kapanpun berada. 3. Rotator, lampu
peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada respon gawat
darurat.KECEPATAN DAN KESELAMATAN 1. Kecepatan yang berlebihan
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan. 2. Kecepatan
yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk berhenti. 3.
Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk
pengaman saat ambulans berjalan.KENDARAAN PENGIRING DAN
FORWARDER 1. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko
kecelakaan karena jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan
respon pengemudi lain. 2. Sistem EMS tidak merekomendasikan iringiringan ambulans dengan kendaraan lain kecuali lokasi tujuan tidak
diketahui.JALUR ALTERNATIF 1. Perkiraan waktu sampai tujuan /
estimated time of arrival (ETA) harus diketahui dengan baik, sehingga
pertimbangan untuk mencari jalur alternatif dapat segera dibuat. 2.
Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk dapat segera mencari
jalur alternatif.POSISI PARKIR DI LOKASI KEJADIAN 1. Lakukan penilaian
lokasi kejadian dengan cepat, termasuk menentukan area bahaya dan
jalur evakuasi. 2. Ambulans diparkir sekurangnya 30 m dari lokasi
kejadian jika ada tanda bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan
dan asap. Jika tidak ada tanda bahaya, ambulans diparkir sekurangnya
15 meter. 3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya ditambah
pengganjal roda. 4. Jika Anda adalah kendaraan penolong yang
pertama datang, parkir di belakang lokasi kejadian (dari arah datang),
sehingga lampu peringatan kita dapat memperingatkan kendaraan lain
yang mendekat sebelum tanda lain diletakkan. 5. Jika lokasi kejadian
telah diamankan, parkirlah di depan lokasi kejadian untuk mencegah
ambulans Anda tertabrak arus lalu lintas dari belakang. 6. Ambulans
sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa, harus ada orang
lain yang memandu, karena pengemudi ambulans memiliki
keterbatasan pandangan ke arah belakang. 5
4. 6. MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANS 1. Pasien harus sudah
diperiksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan gawat darurat
jika dibutuhkan, distabilisasi dan kemudian baru dipindahkan ke
ambulans. 2. Pada kasus tertentu yang tidak memungkinkan intervensi
di tempat, seperti lokasi yang berbahaya atau pasien memerlukan
prioritas tinggi, maka pemindahan dapat dilakukan terlebih dahulu. 3.
Jika curiga cidera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical
collar harus terpasang dan pasien diimobilisasi dengan spinal
board.STABILISASI 1. Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk
mempersiapkan pasien sebelum dipindahkan. 2. Stabilisasi meliputi: a.
Perawatan luka dan cidera lain. b. Fiksasi benda yang menusuk. c.

Pemasangan balut dan bidai. d. Pemakaian selimut untuk menjaga


suhu tubuh. e. Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan
baik. Tali pengikat diletakkan minimal di tiga tempat: i. Setinggi dada.
ii. Setinggi pinggang atau panggul. iii. Setinggi tungkai. iv. Jika ada tali
tambahan, diikatkan secara menyilang di dada. 3. Pada prinsipnya
pemindahan harus dilakukan secepat mungkin mengingat kondisi
pasien, sehingga perhitungkan waktu yang dibutuhkan. 6
5. 7. TRANSPORTASIPENENTUAN TUJUAN 1. Pasien kritis atau tidak stabil
harus dipindahkan ke RS dengan fasilitas gawat darurat terdekat 2.
Termasuk dalam kategori di atas adalah: a. Henti nafas atau henti
jantung b. Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi c. Kejang
berulang atau sedang terjadi d. Trauma mayor e. Amputasi f. Pasien
luka bakar g. Persalinan iminen h. Suspek infark miokard pada pasien
lebih dari 40 tahun dengan nyeri dada hebat 3. Pasien yang stabil
dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau berdasarkan
keputusan chief ambulansSEBELUM BERANGKAT 1. Sebelum
transportasi, pastikan hal-hal berikut: a. Kondisi vital meliputi jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi. Pastikan ikatan pada alat pengangkut
tidak menyebabkan pasien kesulitan bernafas. Jika pasien tidak sadar,
pastikan pasien mendapatkan pertukaran udara yang cukup. b.
Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulans. 2. Persiapkan
jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi dengan
meletakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras. 3.
Longgarkan pakaian yang ketat. 4. Periksa perban, balut dan bidai. 5.
Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien.
Mereka harus ditempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk
pengaman dengan baik agar tidak mempengaruhi proses perawatan
pasien. 6. Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper dan tas serta
pastikan barang tersebut aman di ambulans. Jika memungkinkan,
beritahu petugas keamanan tentang hal ini. 7. Tenangkan pasien.
Ucapkan kata-kata yang menenangkan. Berikan senyuman.SELAMA
PERJALANAN 1. Beritahu EMD bahwa Anda meninggalkan lokasi. 2.
Lanjutkan perawatan kegawat-daruratan yang dibutuhkan. 3.
Gabungkan informasi tambahan pasien. 4. Monitoring terus vital sign
dan catat. 5. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. a.
Kriteria kasus di bawah ini memerlukan pemberitahuan i. Henti jantung
ii. Henti nafas iii. Trauma mayor iv. Suspek CVA/stroke v. Amputasi vi.
Suspek MI pada pasien lebih dari 40 tahun vii. Kejang yang sedang
berlangsung atau berulang viii. Persalinan iminen ix. Luka bakar berat
x. Kriteria lain sebagaimana diputuskan oleh kru ambulans b. Informasi
yang harus diberikan meliputi 7
6. 8. i. Identitas pasien ii. Hasil pemeriksaan iii. Tindakan yang telah
dilakukan iv. Perkiraan waktu kedatangan (ETA) 6. Persiapkan peralatan
tambahan a. Baskom atau kantung muntah jika pasien muntah. b.
Suction jika terjadi aspirasi c. Papan RJP jika terjadi gagal nafas atau
gagal jantung 7. Tenangkan emosi anda dan emosi pasien 8.
Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara
mengemudinya sesuai kebutuhan pasien. 9. Jika terjadi henti jantung,
RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulans berhenti. Pastikan fasilitas
rujukan mengetahui kejadian ini.SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN 1. Jika
kondisi tempat rujukan cukup ramai, jangan terburu-buru menurunkan
pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas ambulans sampai ada
petugas yang siap mengambil alih. 2. Dampingi petugas yang akan
mengambil alih a. Berikan laporan anda secara lisan b. Serahkan
barang pribadi pasien c. Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan
3. Kembalikan peralatan ambulans ke tempat semula 4. Segera setelah
tidak menangani pasien, buat laporan tertulis. Sebaiknya cari tempat
yang tenang untuk melakukan ini. 8

7. 9. MENGAKHIRI PANGGILANSAAT DI RUMAH SAKIT 1. Bersihkan dengan


cepat kompartemen pasien menggunakan sarung tangan industri a.
Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mengering di
lantai b. Seka perlengkapan yang terkena percikan c. Masukkan kain
yang digunakan untuk membersihkan tadi ke kantung merah d. Buang
sampah medis, termasuk perban dan pembalut yang sudah terbuka
tapi belum digunakan e. Bersihkan kotoran non medis lain, seperti
remah-remah roti, air, lumpur atau debu. f. Gunakan pengharum
ruangan untuk menetralkan bau yang ada 2. Siapkan perlengkapan
pernafasan a. Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang
non disposable b. Ganti barang-barang sekali pakai (disposable)
dengan cadangan c. Tutup aliran tabung oksigen 3. Tukar barangbarang yang melekat pada pasien dengan milik Rumah Sakit jika
memungkinkan. a. Prinsipnya adalah satu untuk satu. b. Termasuk
dalam hal ini: balut steril, perban, handuk, masker oksigen, sarung
tangan, air steril, dan alat bantu nafas oral c. Jika ada program
pertukaran yang baik dengan Rumah Sakit, bidai, spinal board juga
dapat langsung ditukar dengan logistik Rumah Sakit. d.
Keuntungannya, i. tidak ada risiko perburukan cidera pasien akibat
proses tukar-menukar ini. ii. Kru ambulans tidak perlu berlama-lama di
RS e. Segera periksa kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar, dan
laporkan jika ada kerusakan 4. Memperbaiki usungan ambulansDALAM
PERJALANAN KEMBALI 1. Kabarkan lewat radio bahwa ambulans dalam
perjalanan kembali dan bahwa Anda siap (atau tidak siap) untuk
pengiriman selanjutnya 2. Selalu isi ulang bahan bakar hingga
penuhTIBA DI TEMPATLakukan prosedur pemeriksaan ambulans seperti
di atas. 9
8. 10. KONDISI KHUSUSPENOLAKAN PERAWATAN 1. Pasien dapat
melakukan penolakan dengan kriteria: a. Sadar b. Berusia lebih dari 17
tahun dan atau sudah menikah 2. Selain kriteria di atas, penolakan
hanya dapat dilakukan oleh keluarga terdekat 3. Pasien/keluarga harus
sudah dijelaskan tentang kondisi penyakitnya, tindakan yang harus
dilakukan dan risikonya serta risiko tidak dilakukan tindakan 4. Inform
consent harus didokumentasikan dengan benarPERAWATAN ATAU
TRANSPORTASI MINOR 1. Minor adalah orang yang berusia kurang dari
18 tahun dan atau belum menikah 2. Inform consent harus dilakukan
oleh orang tua atau wali 3. Jika orang tua atau wali menolak sedangkan
kondisi cidera bersifat mengancam jiwa, maka perawatan dan
transportasi dapat dilakukan tanpa persetujuan mereka. Tujuan
transportasi harus diberitahu. Situasi ini harus dicatat dengan baik 4.
Jika orang tua atau wali menolak tindakan dan kondisinya tidak
mengancam jiwa, mereka harus dijelaskan dan diyakinkan tentang
kemungkinan yang akan terjadi. Jika tetap menolak, bantuan
perawatan dan transportasi harus dihentikan. Kejadian ini harus
didokumentasikan 5. Jika orang tua arau wali tidak ada di tempat
kejadian, perawatan dan transportasi dapat dilakukan dengan
pemberitahuan kepada pihak keamanan (Polisi).PASIEN DENGAN
GANGGUAN EMOSIONAL 1. Chief ambulans bertanggung jawab untuk
menentukan keamanan tindakan 2. Chief dapat memutuskan untuk
menunda tindakan sampai ada jaminan keamanan dari Polisi atau
petugas lain. 3. Jika pasien dengan gangguan jiwa itu cukup sadar dan
memutuskan untuk meminta pertolongan serta chief melihat bahwa
tindakan cukup aman dilakukan, transportasi dapat dilakukan ke RSJ
tanpa jaminan keamanan 4. Jika pasien menolak tindakan, perlu
dilakukan MHA (mental hygiene arrest). Yang berhak melakukan MHA
adalah pihak keamanan 5. Jika pasien menunjukkan tendensi tindak
kekerasan terhadap kru ambulans, tindakan harus dihentikan jika
memungkinkan, hingga keadaan dinilai amanKEMATIAN YANG BELUM
DIPASTIKAN 1. Jika timbul kondisi DOA (death on arrival) atau kematian
yang belum ditetapkan, tindakan resusitasi harus terus dilakukan 2.

Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik,


termasuk waktu, tempat dan nama kru yang ada 3. Petugas DVI, medis
dan atau polisi harus diberitahu secepatnya 4. Penanganan selanjutnya
diserahkan kepada pihak yang berwenangPASIEN ATAU LOKASI TIDAK
DITEMUKAN/TIDAK DAPAT DICAPAI 1. Kondisi ini harus segera
dilaporkan kepada pihak keamanan untuk dilakukan pencarian atau
dicarikan jalur lain yang dapat diakssesTINDAK KEJAHATAN/KRIMINAL 1.
Petugas keamanan harus diberitahu jika belum ada di tempat kejadian
2. Kru ambulans harus melakukan tindakan dengan bantuan dan
jaminan keamanan 10
9. 11. BENCANA MASSAL 1. Kejadian bencana massal ditetapkan jika
sumber daya yang ada tidak mampu mengatasi kebutuhan 2. Jika
belum ditetapkan, kru ambulans yang pertama kali tiba melakukan
RHA, melaporkannya dan mendirikan lokasi triase awal 3. Sistem
komando sementara dipegang hingga ada pihak yang lebih berwenang
11

Anda mungkin juga menyukai