Anda di halaman 1dari 3

Diskusi topic orto3

Pertanyaan:
1. Tentukan diagnose pasien berdasarkan klasifikasi dewey, jelaskan.
2. Berdasarkan diagnose pasien, jelaskan rencana perawatan untuk kasus
tersebut
3. Sebutkan alat yang tepat untuk mengoreksi kelainan skeletal pasien tersebut.
4. a. sebutkan klasifikasi thumb sucking
b. apabila pasien melakukan kebiasaan menghisap ibu jari sampai usia 10
tahun.bagaimana langkah menghilangkan kebiasaan tersebut.
5. Alat bantu ortodontik apa yang mungkin diperlukan pasien untuk
mengkoreksi gigitan tonjol-tonjol pada gigi posterior? Jelaskan.

Jawab:
1. Kelas 2 divisi 1. Hubungan skeletal maloklusi kelas II dengan insisive maksila
protrusive, hubungan molas distoklusi.
Kelas1 tipe 2. maloklusi Klas I dengan insisiv maksila yang protrusif.
2.

Foto cephalometry untuk melihat hubungan skeletal dan dental.


Menghilangan bad habit thumb sucking
Memperbaiki mandibular retrognati dengan menggunakan twin blok atau
bionator
Memperbaiki lengkung gigit dengan expansion screw.
3. Twin blok
Fungsi:
-memperpanjang mandibular dengan menstimulasi kenaikan pertumbuhan
kartlago kondilus
- menghambat pertumbuhan maksila
Cara aktivasi : A. Pemeriksaan Sefalometrik Terdapat 2 metode penentuan ukuran desain
twin block, sehingga kalkulasi matematis kurva rahang terhadap maloklusi
tidak berubah, juga mengantisipasi tujuan pemakaian aplikasi. 2 metode
tersebut adalah; a. Pemeriksaan Sefalometrik b. Pembuatan Gigitan Malam
Untuk mendeteksi pengukuran overbite dan overjet maupun kelainan
Maloklusi Kelas II Divisi I (bisa juga Maloklusi kelas lainnya) digunakan
prinsip sefalometrik, yaitu, pengukuran berdasarkan profil tulang kepala,
yang dilakukan secara klinis juga radiografis. Perkembangan tulang kepala
diukur terlebih dahulu untuk mengetahui maturitasnya. Tulang kepala yang
masih berkembang, tidak dianjurkan untuk dilakukan manipulasi ortodontik.
Lalu, pengukuran dilakukan dengan sefalogram, pasien dalam gigitan oklusi
sentrik, dan bibir mengatup posisi istirahat fisiologis. Twin block bekerja
dalam mekanisme fisis angular dan linear, sehingga pembacaan jarak pada
relasi rahang secara vertikal dan horizontal dapat dicapai. Terhadap relasi
rahang angular, maka hitungan dilakukan pada; a. Konveksitas sudut
jaringan lunak (N '-Sn-Pog) b. Konveksitas suduh seluruh jaringan lunak (N'No-Pog) c. Sudut fasial jaringan lunak (FH-N'-Pog) d. Lipatan monolabial (LiSi-Pog) e. Sudut H (N'-Pog-tangent-upper lip) Gambar 1. Pengukuran
angular sefalometris Sementara, pengukuran vertikal atau angular dilakukan

pada sejumlah poin-poin yang diukur berdasarkan referensi penampang SN.


Penampang SN adalah penampang yang terbentuk dalam lintasan vertikal
dan tegak lurus terhadap penampang horizontal. Poin yang diukur adalah; a.
STPog- S vertikal b. Si-S vertikal c. Li-S vertikal d. Ls-S vertikal e. Ss-S
vertikal . f. Sn-S vertikal g. ST tinggi total wajah (N'- Me) h. Ls-E- line i. Li-Eline Gambar 2. Pengukuran angular desain twin block Keadaan sebelum dan
sesudah perawatan dapat dilakukan menggukan statistik analisis dalam
pembacaan superimposednya. Beberapa hasil perubahan terkait perawatan
twin block biasanya adalah; a. Ketebalan konstan jaringan lunak wajah. b.
Ketebalan sulkus labial superior mengalami peningkatan sebesar kurang
lebih 5 mm. c. Ketebalan jaringan lunak pada dagu juga meningkat sebesar 2
mm. B. Pembuatan Gigitan Malam Sebelum memasuki prosedur produksi
desain twin block ke lab, seorang dokter gigi perlu membuat bite registration
atau pencatatan gigitan yang sesuai dengan kondisi pasien. Dalam
pembuatan bite registration sebisa mungkin didapatkan gigitan yang baik,
karena akan berpengaruh pada keakuratan bentuk twin block dan keefektifan
dari perawatan twin block. Bite registration juga ditujukan untuk menghindari
tindakan pengulangan tahapan pembuatan twin block bila saat insersi tidak
sesuai dengan gigi pasien. Cara untuk mendapatkan hasil pencatatan gigitan
dapat dilakukan dengan cara berikut; a. Menggunakan malam yang dibentuk
kotak yang cukup untuk menutup lengkung rahang atas dari incisivus rahang
atas hingga gigi molar satu permanen pada kedua sisi lengkung rahang.
Umumnya malam yang digunakan telah dibentuk dengan ketebalan malam
sekitar 8-10 mm (Shah dan Sandler, 2009). Gambar 4. Wax dilipat hingga
keebalan 8-10 mm b. Setelah itu malam dihaluskan dengan memasukkan ke
dalam air hangat sebentar lalu dimasukkan ke dalam mulut pasien hingga
malam berada di palatal gigi incisivus atas dan ditekan pada gigi-geligi
rahang atas sampai masuk sehingga di dapatkan tanda pada malam dari gigi
incisivus hingga region molar satu permanen. Hal ini akan membuat operator
secara akurat menaruh pada model studi (Shah dan Sandler, 2009). Gambar
5. Rahang atas dan palatum dicetak c. Pada saat awal tahap penggigitan
malam, pasien harus diinstruksikan bagaimana cara untuk menggigit, karena
untuk mengantisipasi terjadinya posisi mandibula yang maju. Lalu mengecek
agar pasien tetap nyaman menjaga kondisi tersebut (Shah dan Sandler,
2009). Pada kasus Maloklusi Kelas II Divisi ringan dengan overjet kecil atau
Maloklusi Kelas II Divisi II, aktivasi protrusi mungkin melebihi posisi edgeedge untuk mendapat aktivasi otot yang cukup untuk mengoreksi relasi Kelas
II pada segmen bukal. Jika terdapat diskrepansi gigi anterior rahang atas dan
bawah serta penyebab diskrepansi tersebut makan harus dikoreksi. Jika
diskrepansi gigi tersebut dikoreksi kemudian hari maka harus membuat ulang
pencatatan gigitan malam (Shah dan Sandler, 2009). d. Pencatatan gigitan
yang benar pada midline dapat dibantu dengan memberikan pasien kaca,
khususnya jika prosedur ini diulang-ulang sebelum memakai malam yang
telah dihaluskan. Kemudian pasien diminta untuk menggigit dengan posisi
mandibula ke depan, tetapi hal ini dilakukan dengan pelan-pelan sehingga
beberapa intruksi penting untuk merubah posisi mandibula dapat diberikan
kepada pasien dan direspon dengan baik oleh pasien dengan mereka
menutup gigi mereka (Shah dan Sandler, 2009). Gambar 6. Gigi rahang
bawah diarahkan pada posisi edge-edge e. Setelah itu hasil penggigitan

malam dikeluarkan dari mulut dan menggunakan gunting atau alat pemotong
malam untuk memotong setengah bagian permukaan oklusal pada gigi
posterior dan ujung incisal gigi anterior (Shah dan Sandler, 2009). Menurut
Shah dan Sandler (2009), hal yang penting dalam tahap pembuatan gigitan
malam adalah tepi dari gigitan malam berakhir pada permukaan oklusal gigi.
Setelah memotong hasil gigitan malam, gigitan tersebut perlu dicek ulang di
dalam mulut pasien untuk memastikan posisi antero-posterior, lateral dan
vertikal mandibula sudah didapatkan. Gigitan malam yang ideal adalah
dengan ketebalan sekitar 7-8 mm pada region premolar. Saat memposisikan
malam, pasien dianjurkan untuk melakukannya secara perlahan, sehingga
operator dapat meminta pasien untuk berhenti ketika posisi dengan
ketebalan 8 mm telah didapat. Dengan pembuatan gigitan malam sekitar 7-8
mm pada region premolar adalah pada ketebalan tersebut dapat mendorong
pasien untuk menggigit pada posisi mandibula ke depan yang cukup dan
benar. (a) (b) (c) Gambar 6. Ketebalan gigitan malam yang benar. (a)
Operator memposisikan untuk meyakinkan ketebalan 7-8 mm, (b)
Peninjauan ketebalan malam, (c) Hasil akhir gigitan malam. Pencatatan
gigitan dapat juga dilakukan dengan menggunakan the exactobiter atau
projet bite gauge yang didesign untuk merekam catatan interoklusal yang
protrusif atau pencatatan gigitan pada wax untuk pembuatan alat twin block
(Clark, 2002).

4. A.
-

Klasifikasi thumb sucking


Normal dan subclinically significant sucking (0-3 tahun)
Clinically significant sucking (3-6/7 thn)
Intrackable sucking (>8 thn)

B. - Jangan memaksa dan membentak anak untuk berhenti.


- Beritahu pada anak alasan mereka harus menghentikan kebiasaan itu.
- Berikan pujian ketika anak tidak melakukan thumb sucking.
- Berikan hadiah jika anak menghentikan kebiasaannya.
- Jika anak melakukan thumb sucking karena merasa tidak aman, hilangkan penyebab ketidaknyamanan
anak.
- Berikan kesibukan pada tangan anak terutama saat tidur, seperti memberikan bola untuk dipeluk.
- Tutup ujung ibu jari anak, dapat dengan plester, atau pasang kaus kaki atau sarung tangan pada tangan
saat anak ingin tidur.
- Gunakan mirror therapy, yaitu dengan membiarkan anak melakukan thumb sucking di depan kaca setiap
hari selama beberapa menit.
- Thumbguard, yaitu suatu alat yang dipasang di ibu jari yang tidak dapat dilepas oleh anak dan terdapat
dalam berbagai macam warna.
- Penggunaan thumb-crib ( fixed palatal crib ) dalam mulut. Thumb-crib merupakan wire setengah lingkaran
yang diletakkan di rahang atas pada bagian palatum mulut oleh orthodontist.

5.

Anda mungkin juga menyukai