Anda di halaman 1dari 5

Pasal 3

JANGKA WAKTU PERJANJIAN


Tanpa mengesampingkan hak PARA PIHAK untuk mengakhiri
perjanjian ini, perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu tahun dan
diperpanjang secara otomatis jika tidak ada keberatan dari PARA
PIHAK.
Pasal 4
BATASAN DAN PROSEDUR PELAYANAN ROHANI
1. Batasan pelayanan Rohani adalah :
a. Pelayanan rohani dapat berupa motivasi, konsultasi, ceramah
agama dan doa yang dipimpin oleh rohaniawan.
b. Tidak dibenarkan menggunakan pelayanan rohani sebagai usaha
untuk merekrut atau mengajak pasien atau keluarga pasien
memeluk atau mengubah kepercayaan yang sudah dianutnya.
c. Materi pelayanan rohani disesuaikan dengan kemampuan
rohaniawan dan kebutuhan rohani pasien.
d. Tidak dibenarkan untuk menjelekkan atau mencemarkan suatu
kepercayaan atau budaya tertentu dalam proses pelayanan
rohani.
e. Tidak dibenarkan untuk menjelekkan atau mencemarkan suatu
instansi termasuk rumah sakit dalam proses pelayanan rohani.
f. Tidak dibenarkan untuk memberikan keterangan dan/atau
pendapat dan/atau motivasi yang bertentangan dengan
keterangan dokter, tenaga medis, dan peraturan Rumah Sakit.
2. Prosedur pelayanan rohani adalah :
a. Petugas mendata pasien kemudian memberikan informasi dan
menawarkan pelayanan rohani kepada pasien atau keluarga.
b. Jika pasien atau keluarga menyetujui pelayanan rohani , pasien
atau keluarga mengisi formulir permintaan pelayanan rohani dan
menentukan pelayanan rohani yang diinginkan sesuai dengan
kebutuhan.
c. Petugas menghubungi rohaniawan.
d. Rohaniawan sebelum melakukan kegiatan rohani harus
berdiskusi dulu dengan dokter yang merawat untuk membahas
pelayanan rohani sesuai kondisi pasien.
e. Pelayanan rohani yang diberikan untuk pasien gaduh gelisah
harus mendapat persetujuan dari penanggung jawab pasien dan
dokter.
f. Rohaniawan mengucapkan salam dan melakukan identifikasi
pasien.
g. Rohaniawan memperkenalkan diri dan menginformasikan
pelayanan rohani yang akan diberikan.

h. Rohaniawan memberikan pelayanan rohani .


i. Rohaniawan mengucapkan salam.
j. Pelayanan rohani diberikan dengan menggunakan media buku,
multimedia dan bimbingan langsung dari rohaniawan.
k. Pasien atau keluarga pasien menandatangani form materi
pelayanan rohani setiap bimbingan rohani pasien diberikan.
l. Apabila pasien atau keluarga pasien membutuhkan pelayanan
rohani di luar jadwal rutin, maka pasien atau keluarga pasien
dapat menghubungi rohaniawan melalui perawat rawat inap.
m. Setiap rohaniawan yang memberikan pelayanan rohani di RS
Bersalin Masyita harus menghormati nilai-nilai agama, budaya
dan privasi dari setiap pasien di RS Bersalin Masyita.
n. Apabila pelayanan rohani yang diberikan menimbulkan
gangguan terhadap pasien (baik pasien yang meminta
pelayanan rohani atau bukan) maka rumah sakit berhak
menghentikan proses pelayanan rohani yang sedang
berlangsung.
Pasal 5
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
1. PIHAK PERTAMA berhak menerima jasa pelayanan rohani dari
PIHAK KEDUA
2. PIHAK PERTAMA berhak untuk menghentikan pelayanan rohani
yang sedang diberikan oleh PIHAK KEDUA apabila pelayanan
rohani yang diberikan tidak sesuai dengan batasan pelayanan
rohani dan prosedur pelayanan rohani yang ditetapkan pada pasal
4
3. PIHAK PERTAMA wajib menjaga kerahasiaan informasi pasien
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. PIHAK PERTAMA wajib menyediakan Surat Permintaan Bimbingan
Rohani Pasien.
5. PIHAK PERTAMA wajib menanyakan kebutuhan pelayanan rohani
pasien/keluarga.
6. PIHAK PERTAMA wajib menghubungi PIHAK KEDUA apabila
terdapat pasien yang membutuhkan pelayanan rohani.
Pasal 6
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
1. PIHAK KEDUA berhak menolak pelayanan rohani yang tidak sesuai
kemampuan PIHAK KEDUA
2. PIHAK KEDUA berhak memberikan saran dan pendapat kepada
Dokter atau Petugas medis mengenai kondisi pasien.

3. PIHAK KEDUA wajib mematuhi peraturan yang berlaku di RS


Bersalin Masyita.
4. PIHAK KEDUA wajib menghormati dan menjaga privasi setiap pasien
di RS Bersalin Masyita.
5. PIHAK KEDUA wajib memberikan pelayanan rohani sesuai dengaan
batasan dan prosedur yang ditetapkan pada pasal 4.
6. PIHAK KEDUA wajib mengisi absen dan formulir yang telah
disediakan oleh PIHAK PERTAMA sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan pada pasal 4.
7. PIHAK KEDUA wajib melakukan konsultasi kepada dokter yang
merawat pasien, sebelum memberikan pelayanan rohani.

Pasal 7
PENGAKHIRAN/PEMBATALAN
1. Para pihak dapat mengakhiri perjanjian dengan ketentuanketentuan berikut:
a. Setelah menyampaikan pemberitahuan tertulis sedikitnya 60
hari sebelumnya kepada pihak lainnya; atau
b. Jika salah satu pihak melakukan pelanggaran atas salah satu
ketentuan dalam perjanjian ini dan tidak dapat memperbaiki
pelanggaran yang dilakukannya tersebut selama 30 hari sejak
penerimaan pemberitahuan dari pihak lain mengenai
pelanggaran yang dilakukannya
2. Pengakhiran perjanjian ini sama sekali tidak mempengaruhi
kewajiban-kewajiban Para Pihak hingga saat terjadinya hal tersebut
atau yang timbul sebelum tanggal pengakhiran Perjanjian tersebut
3. Perjanjian ini berakhir atas dasar kesepakatan Para Pihak. Para
pihak dalam perjanjian ini setuju untuk mengenyampingkan
ketentuan sebagaimana tertulis pada ayat kedua dan ketiga dari
pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang memerlukan
keputusan pengadilan dalam pengakhiran kewajiban-kewajiban dari
Para Pihak dalam perjanjian ini.
Pasal
SANKSI
Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai
Pasal 2 Perjanjian ini karena kelalaian PIHAK KEDUA. Maka PIHAK
KEDUA akan memberikan Pelayanan Rohani serupa dalam waktu yang
akan ditentukan kemudian oleh Para Pihak.
Pasal 9

KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)


1. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (selanjutnya disebut
Force Majeure) adalah suatu keadaan yang terjadinya diluar
kemampuan , kesalahan atau kekuasaan PARA PIHAK dan yang
menyebabkan PIHAK yang mengalaminya tidak dapat
melaksanakan atau terpaksa menunda pelaksanaan kewajibannya
dalam kesepakatan ini . force Majeure tersebut meliputi bencana
alam, banjir, wabah, perang (yang dinyatakan maupun tidak
dinyatakan), pemberontakan, Huru hara, pemogokan umum ,
kebakaran dan kebijakan pemerintah yang berpengaruh secara
langsung terhadap pelaksanaan kesepakatan ini.
2. Dalam hal ini terjadinya peristiwa Force Majeure, maka PIHAK yang
terhalang untuk melaksanakan kewajibannya tidak dapat dituntut
oleh PIHAK lainnya, PIHAK yang terkena force majeure wajib
memberitahukan adanya peristiwa Force Majeure tersebut kepada
pihak yang lain secara tertulis paling lambat 7 (tujuh) hari kalender
sejak saat terjadinya peristiwa Force Majeure, yang dikuatkan oleh
surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang menerangkan
adanya peristiwa Force Majeure tersebut. PIHAK yang terkena
Force Majeure wajib mengupayakan dengan sebaik baiknya untuk
tetap melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur dalam
kesepakatan ini segera setelah peristiwa Force Majeure berakhir.
3. Apabila peristiwa Force Majeure tersebut berlangsung terus
menerus hingga melebihi atau diduga oleh PIHAK yang mengalami
Force Majeure akan melebihi waktu 30 (tiga puluh) hari kalender.
Maka PARA PIHAK sepakat untuk meninjau kembali jangka waktu
kesepakatan ini.
4. Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu PIHAK
sebagai akibat terjadinya peristiwa Force Majeure bukan merupakan
tanggung jawab PIHAK

Pasal 10
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Setiap perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang
timbul sehubungan dengan Perjanjian ini, akan diselesaikan terlebih
dahulu secara musyawarah dan mufakat oleh PARA PIHAK.
2. Apabila penyelesaian secara musyawarah sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1. Pasal ini tidak berhasil mencapai mufakat, maka
PARA PIHAK sepakat untuk menyerahkan penyelesaian
perselisihan tersebut melalui pengadilan.

3. Mengenai kesepakatan ini dan segala akibatnya, PARA PIHAK


memilih kediaman hukum atau domisili yang tetap dan umum di
Kantor Panitera Pengadilan Negeri Makassar.

Pasal 11
ADDENDUM
Apabila dalam pelaksanaan kesepakatan bersama ini PARA PIHAK
merasa perlu melakukan perubahan, maka perubahan tersebuthanya
dapat dilakukan atas kesepakatan PARA PIHAK yang dituangkan
dalam Addendum perjanjian ini yang merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari perjanjian ini.
PIHAK KEDUA
PERTAMA

PIHAK

Anda mungkin juga menyukai