PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kulit merupakan organ penting yang melindungi bagian dalam tubuh dari
gangguan fisik maupun mekanik, gangguan panas atau dingin, gangguan bakteri,
jamur, atau virus (Wolff et al., 2004). Kulit sangat rentan terkena infeksi ataupun
penyakit kulit yang salah satunya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
Bakteri Staphylococcus aureus bertanggung jawab atas 80% penyakit supuratif,
dengan permukaan kulit sebagai habitat alaminya (Ginanjar et al., 2010).
Penyebaran bakteri Staphylococcus aureus paling sering ditularkan dari tangan ke
tangan (WHO, 2013). Manifestasi bakteri ini pada manusia antara lain adalah
impetigo (Salasia, et al., 2005), serta penyakit kulit lain seperti infeksi folikel
rambut, dermatitis, dan kudis, sehingga perlu adanya suatu gel antiseptik tangan
sebagai inovasi yang solutif bagi masyarakat.
Antiseptik tangan (hand sanitizer) dalam bentuk sediaan gel sangat praktis
digunakan. Cara pemakaiannya yaitu dengan diteteskan pada telapak tangan,
kemudian diratakan pada permukaan tangan tanpa dibilas dengan air (Sari &
Isadiartuti, 2006). Penggunaan antiseptik tangan dapat mengendalikan infeksi dan
dapat mengurangi kontaminasi bakteri pada tangan (Kampf & Ostermeyer, 2004).
Konsentrasi Hambat Minimum tanaman uji bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.) sebesar 0,20 g/ml terhadap Eschericia coli, Salmonella typhy dan
Staphylococcus aureus. Nilai kesetaraan 1 mg aktivitas ekstrak etanol bunga
I.2 Tujuan
a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sediaan Bahan Alam D III
Farmasi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.
b. Dapat membuat sediaan gel antiseptik tangan dengan bahan alam bunga
rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) .
c. Menjadikan bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) lebih dikenal manfaat
lainnya sebagai antiseptik dan antibakteri dari bahan alam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gel
glikol ,
dan minyak esensial tanaman. Alkohol yang terdapat pada hand sanitizer lebih
efektif dalam membunuh kuman dibandingkan dengan sabun yang perlu dibilas
lebih dahulu.
Pada perkembangannya, hand sanitizer saat ini telah menggabungkan
alkohol dengan produk alami dan minyak essensial. Produk ini mengandung 60%
alkohol yang digunakan untuk membunuh kuman secara efektif dan aman, tetapi
menggunakan bahan-bahan tambahan untuk melembabkan kulit.
Hand sanitizer yang beredar di pasaran ada beberapa jenis, cair busa serta
paduan gel. Tingkat alcohol bervariasi antara 60% dan 85%. Tingkat yang paling
umum digunakan adalah 62%. Hand sanitizer dapat membunuh sebagian besar
bakteri, jamur dan beberapa virus. Pembersih tangan yang mengandung
setidaknya 70% alkohol, membunuh 99,9% bakteri di tangan 30 detik setelah
aplikasi dan 99,99% sampai 99,999% ( makalah penelitian sering menggunakan
n-log berarti pengurangan n pada skala (basis 10) logaritma grafik jumlah
bakteri, sehingga 5-log berarti pengurangan dengan factor dari 10 5 atau
99,999%) dalam satu menit (M. Rotter (1999). "Mencuci tangan dan disinfeksi
tangan". Rumah Sakit epidemiologi dan pengendalian infeksi ).
obat/bahan
yang
berbahaya
yang
dapat menimbulkan
a. Absorbsi Perkutan
b. Penetrasi Transepidermal
Sebagian obat berpenetrasi melintasi stratum korneum melalui
ruang intraseluler dan ekstraseluler. Pada kulit normal, jalur penetrasi
umumnya melalui transepidermal dibandingkan transapendegeal. Pada
prinsipnyamasuknya penetran ke dalam stratum korneum adalah
adanya koefisien partisidari penetran obat obatan yang bersifat
hidrofilik
akan
berpartisi
melalui
jalurtransseluler
sedangkan
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Malvaceales
Famili
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Spesies
: Hibiscus sabdariffa L.
Varietas
pertulangan menjari dan tepi meringgit. Ujung daun ada yang runcing atau
bercangap. Tulang daunnya berwarna merah. Panjang daun dapat mencapai 6-15
cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang
(Widyanto dan Nelistya, 2008).
Ukuran rosella agak berbeda untuk setiap daerah. Sebagai contoh rosella dari
Cirebon atau Surabaya umumnya berukuran agak lebih kecil dibandingkan rosella
dari Bogor, Sukabumi, atau Cipanas yang umumnya berukuran besar. Dalam hal
warna pun demikian. Ada yang merah muda, merah tua, merah kecoklatan, dan
merah kehitaman. Bahkan, di Surabaya (Jawa Timur) ada rosella yang kelopaknya
berwarna kuning dan berukuran kecil (Widyanto dan Nelistya, 2008).
Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman rosella membuatnya
populer sebagai tanaman obat tradisional. Kandungan vitamin dalam bunga
rosella cukup lengkap, yaitu vitamin A,C,D,B1, dan B2. bahkan, kandungan
vitamin C-nya (asam askorbat) diketahui 3 kali lebih banyak dari anggur hitam, 9
kali dari jeruk sitrus, 10 kali dari buah belimbing, dan 2,5 kali dari jambu biji.
Vitamin C merupakan salah satu antioksidan penting. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa kandungan antioksidan pada teh rosella sebanyak 1,7
mmol/prolox. Jumlah tersebut lebih tinggi daripada jumlah pada kumis kucing
(Widyanto dan Nelistya, 2008).
Kelopak kering bisa dimanfaatkan untuk membuat teh, jeli, selai, es krim,
serbat, mentega, pai, saus, taart, dan makanan pencuci mulut lainnya. Pada
pembuatan jeli rosella tidak perlu ditambahkan pektin untuk memperbaiki tekstur
karena kelopak sudah mengandung pektin 3,19 %. Bunga rosella juga dapat
dijadikan bahan baku selai, warnanya yang merah menyala, menghasilkan selai
yang menyehatkan dan berwarna cantik (Sutomo, 2009).
II.4 Senyawa Kimia Kelopak Bunga Rosella
Khasiat bunga rosella tidak terlepas dari komposisi kimia dalam kelopak
bunga rosella. Komposisi kimia dalam kelopak bunga rosella adalah campuran
asam sitrat dan asam malat 13 %, antioksidan (gossipetin dan hibiscin) 2 %,
vitamin C 14 mg/100 g ,beta-karoten 285 g/100 gram, serat 2,5 %. Hibiscin
merupakan pigmen utama dalam kelopak (Winarti, 2006).
Secara umum, komposisi kimia dari kelopak bunga rosella dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut.
Komposisi Kimia
Jumlah
Kalori (kal)
44
Air (g)
86,2
Protein (g)
1,6
Lemak (g)
0,1
Karbohidrat (g)
11,1
Serat (g)
2,5
Abu (g)
1,0
Kalsium (mg)
160
Fosfor (mg)
60
Besi (mg)
3,8
Betakaroten (g)
285
Vitamin C (mg)
214,68*
Thiamin (mg)
0,04
Reboflavin (mg)
0,6
Niasin (mg)
0,5
Sumber : Maryani dan Kristiana (2005).
*Mardiah, dkk., (2009)
Tabel 1. Komposisi Kimia Kelopak Bunga Rosella per 100 g Bahan
rosella
mengandung
antioksidan
yang
dapat
menghambat
II.6 Antioksidan
alami
yang
terkandung
dalam
tumbuhan
umumnya
merupakan senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa flavonoid, turunan
asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam polifungsional. Golongan
flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, flavanon,
isoflavon, katekin dan kalkon (Markham, 2002).
Carbopol 940
Pemerian
Titik Lebur
Fungsi
Trietanolamin (TEA)
Pemerian
Kelarutan
: 2-4%
Kegunaan
: Zat pengemulsi
OTT
dan cahaya.
(Handbook of Excipients 6th edition hal. 663)
3.
Gliserin
Pemerian
boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopis, netral terhadap
lakmus.
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap.
Titik Beku
: -1,60 C.
Khasiat
: Pelarut.
Konsentrasi
: <50%.
OTT
yang bisa menghasilkan akrolein yang beracun. Campuran gliserin dengan air,
etanol 95 % dan propilena glikol secara kimiawi stabil. Gliserin bisa mengkristal
jika disimpan pada suhu rendah yang perlu dihangatkan sampai suhu 20 0 C untuk
mencairkannya.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.
belerang dioksida
Kelarutan
: Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut dalam
etanol
Kegunaan
: Antioksidan
Konsentrasi
pH
: 3,5 5
(FI IV, hal. 596; Martindale 2005 hal.1193; Excipient hal. 451)
5.
Na- CMC
Pemerian
Kelarutan
garam besi dan beberapa logam seperti aluminium, merkuri dan zink juga dengan
gom xanthan; pengendapan terjadi pada pH dibawah 2 dan pada saat pencampuran
dengan etanol 95%.; Membentuk kompleks dengan gelatin dan pektin.
Kegunaan
Konsentrasi
: 3-6%
Methyl Paraben
Pemerian
berbau/bau khas lemah, memiliki rasa terbakar, mudah larut dalam etanol dan eter.
Khasiat
: sebagai Pengawet
Propil Paraben
Warna
: tidak berwarna
Rasa
: tidak berasa
Bau
: tidak berbau
Pemeriaan
: serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna
Kelarutan
: sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol dan eter, sukar larut dalam air mendidih.
Titik lebur : antara 950 dan 980
Bobot jenis : 180,21 g/mol
pH larutan : 4-8
Stabilitas
: Kelarutan dalam air pada pH 3-6 bisa disterilkan
dengan autoclaving tanpa mengalami penguraian, pada pH 3-6 kelarutan dalam air
stabil (penguraian kecil dari 10%)
Inkompatibilitas : dengan senyawa magnesium trisiklat, magesium
silikat.
Kegunaan
: sebagai pengawet
(Farmakope Indonesia IV hal 527 , Handbook of Pharmaceutical Excipients hal
526)
8.
Aquadest
Pemerian
: Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk Fisik
(es , air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat
penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi partikel pertikel ion dan bahan organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah
karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
OTT
II.8 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Pelarut organik
yang paling sering digunakan dalam mengekstraksi zat aktif dari sel tanaman
adalah metanol, etanol, kloroform, hexan, aseton,benzen dan etil asetat.
Selama proses ekstraksi, pelarut akan berdifusi sampai ke material padat
dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa dengan polaritas yang sesuai dengan
pelarutnya.
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi
dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin.
1. Ekstraksi Cara Dingin
a) Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (kamar).
b) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna
(exhaustiveextraction)
yang
umunya
dilakukan
pada
c) Infus
Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperature
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,
temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).
d) Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (30oC) dan
temperatur sampai titik didih air.
e) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur
40-50oC (Ditjen POM, 2000).
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada
sekeping kaca atau bahan yang transparan lain yang cocok, sediaan harus
menunjukkan susunan yang homogeny dan tidak terlihat adanya butiran kasar.
c. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan gel untuk menjamin
sediaan gel tidak mengiritasi pada kulit. pH sediaan gel diukur dengan
menggunakan pH meter. pH sediaan yang memenuhi kriteria pH
kulit yaitu dalam interval 4,5-6,5.
d. Uji Iritasi
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji temple terbuka, dilakukan
dengan mengoleskan sediaan pada lengan bawah bagian dalamyang dibuat pada
lokasi lekatan pada luas tertentu, dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi.
Reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak
pada kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Komposisi Formula 2
Bahan
Formula
6 gram
Na-CMC
2 gram
Methyl Paraben
0.18 gram
Propil Paraben
0,02 gram
Gliserin
5 gram
Aquadest
ad 30 gram
Tabel 3. Komposisi Formula 2
Bahan
1.
2.
Rotary evaporator
pH meter
3.
Timbangan analitik
4.
Kaca arloji
5.
Penangas air
6.
Batang pengaduk
7.
Kompor listrik,
8.
Labu erlenmeyer
9.
Penyumbat kapas
10.
Termometer
11.
Jangka sorong
12.
Pembakar Bunsen
13.
Tabung reaksi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009.
Penelitian
http://www.red-
Snyder, P.O., 1999, Safe Hands Hand Wash Program for Retail Food
Operation:
Technical
Review,
www.hi-
tm.com/Documents/Handwash-FL99.html.
Syahrurachman, A, dkk., 1994. Buku Ajar mikrobiologi Kedokteran. ed
revisi. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :
Jakarta. hlm. 103, 177.
Ullych,
R.
2009.
Khasiat
Bunga
Rosella
Merah.
Nama Bahan
Rosella kering
Gliserin
Na Metabisulfit
Carbopol 940
Trietanolamin (TEA)
Etanol 96%
Na-CMC
Metil Paraben
Harga
Rp 300.000 /kg
Rp 65.000 /liter
Rp 27.000 /kg
Rp 350.000 /kg
Rp 378.000 /kg
Rp 65.000 /liter
Rp 77.000/ kg
Rp 320.000 /kg
9.
10.
Propil Paraben
Aquadest
Rp 275.000 /kg
Rp 75.000 /20 liter
Jumlah Rp 1.932.000
x 300.000 = 1500
x 350.000 = 630
x 378.000 = 378
Gliserin (1 mL)
x 65.000 = 65
Etanol 96%
x 65.000 = 1950
= 37,5
Rp. 2615,5 / 30 mL
Formula 2
x 300.000 = 1800
Na-CMC (2 gram)
x 77.000 = 154
x 330.000 = 57,6
Gliserin (5 gram)
x 65.000 = 325
x 275.000 = 5,5
Rp 2405,1
= 63