Anda di halaman 1dari 27

KASUS I

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI

I.

ANAMNESA
Sampel
: Swab Kloaka Ayam
Tanggal Pengambilan : 4 Oktober 2016
Nama pemilik
: Muliyono
Jenis hewan
: Ayam
Umur
: 3,5 bulan
Jenis kelamin
: Betina
Alamat pasien
: Jln. Prada Utama No 18
Status gizi
: Kurang baik
Gejala klinis
: Kurus, diare, bulu kusam, fese sedikit
keruh (adanya kapur)
DIAGNOSA LABORATORIUM

II.
A.

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel ini dengan menggunakan cotton swab steril
dan larutan NB (Nutrient Broth). Swab feses langsung dilakukan pada bagian
kloaka ayam dengan menggunakan cotton swab steril, lalu dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi Nutrient Broth, bagian lidi yang tidak dibalut kapas
dipatahkan agar tabung yang berisi NB dapat ditutup dengan kapas untuk
mencegah kontaminasi dan kemudian dihomogenkan. Sampel dibawa ke
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah
Kuala.
B. Metode atau Uji yang dilakukan
a) Penanaman pada media Nutrient Broth (NB)

Nutrient Broth (NB) adalah sebagai media transpor dan juga untuk
memperbanyak jumlah bakteri sehingga bisa dilanjutkan ke uji berikutnya,
selain itu juga dapat untuk screening test penentuan bakteri berdasarkan
kekeruhan yang terbentuk.

b) Pewarnaan sederhana (Simple staining)


Tujuan dari pewarnaan sederhana adalah untuk mengetahui ada atau
tidaknya bakteri pada sampel.
Prosedur kerja:
Dibuat sediaan bakteri.
Diwarnai dengan Safranin selama 1-2 menit.
Dibuang sisa zat warna dengan menggunakan air kran yang mengalir.
Objek glass dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
Meneteskan minyak emersi.
Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x.

c) Penanaman pada media Mc Conkeyplate

Tujuan penanaman pada media Mc Conkey adalah untuk mengisolasi


bakteri dan mendapatkan koloni bakteri yang terpisah.
Prosedur kerja :
Ose dipijarkan lalu didinginkan di dinding tabung reaksi, kemudian
diambil spesimen dari biakan Mc Conkey.
Ditanamkan ke media Mc Conkey dengan teknik goresan T.
Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
Diamati ukuran bentuk, permukaan, aspek, tepi koloni, elevasi, sifat
tembus cahaya dan pigmentasi dari koloni yang terpisah.

d) Pewarnaan Gram
Tujuan dari pewarnaan Gram untuk membedakan antara bakteri Gram
positif dan Gram negatif. Jika hasil pewarnaan bakteri berwarna ungu, maka
bakteri tersebut adalah bakteri Gram positif (+). Sebaliknya, jika hasil
pewarnaan bakteri bewarna merah,maka bakteri tersebut adalah Gram negatif
(-).
Prosedur kerja :
Dibuat sediaan bakteri dari koloni terpisah pada media Mc Conkey.

Diteteskan zat warna Kristal Violet ke objek glass selama 3-5 menit.
Kristal violet dibilas dengan air kran yang mengalir.
Kemudian objek glass diteteskan dengan larutan lugol selama 1
menit, lalu dibilas kembali dengan air kran yang mengalir.Setelah
dibilas, diteteskan lagi dengan alkohol 96% selama 10 detik, dbilas
kembali dengan air.
Setelah itu diteteskan lagi safranin selama 1 menit, bilas kembali dengan
air kran mengalir.
Dikeringkan, lalu diteteskan minyak emersi, kemudian amati morfologi
dan warna bakteri di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x.

e) Penanaman pada media Nutrient Agar (NA) miring


Tujuan dilakukan penanaman pada media NA miring adalah sebagai stok
bakteri dan pemurniaan dari biakan bakteri.
Prosedur kerja:
Pijarkan ose, kemudian dinginkan pada dinding cawan petri.
Diambil koloni bakteri yang terpisah dari media MSA.
Ditanam pada NA miring dengan membentuk zig-zag.

Diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.

f) Uji Biokimiawi
IMVIC ( Indol, Methyl Red, Voges-Proskauer, Simmons Citrate )
1. Uji Indol
Produk indol adalah senyawa yang mengandung nitrogen yang terbentuk
sebagai hasil pemecahan amino tryptopan. Pentingnya uji indol ini adalah karena
hanya beberapa jenis bakteri yang dapat membentuk indol dan produk ini dapat
diuji sehingga dapat digunakan sebagai identifikasi. Yang digunakan sebagai
tryptopan adalah media trypton.
Prosedur kerja :
Dengan menggunakan ose ambil sebagian kecil koloni dari NA miring
tanamkan pada media indol.
Media diinkubasikan dalam inkubator 37o C selama 18-24 jam.
2. Uji Methil Red dan Voges Proskauer (MR-VP)
Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi bakteri gram negatif bacil
yang tidak membentuk spora dan beberapa jenis bacillus. Golongan ini
memfermentasikan glukosa sampai tingkat pemecahan produk tingkat antara

seperti asam piruvat menjadi produk netral dan CO 2, pada uji VP, produk netral
acetyl methylcarbinol dapat diuji.
Uji Methyl Red (MR) untuk menentukan organisme yang tidak
merungubah produk asam menjadi netral, sehingga menurunkan pH media
sampai dibawah 4,5 yang menybabkan indikator Methyl Red yang ada dalam
media menjadi merah.
Prosedur kerja :
Dengan menggunakan ose ambil sebagian kecil koloni dari NA
miring tanamkan pada media MR-VP.
Media diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.
3. Uji Pergerakan Bakteri (Sulfid Indol Motility)
Bakteri yang mempunyai flagella dapat bergerak, akan dapat berpindah
dan tumbuh jauh dari tempat dimana sel tersebut ditanam pada agar setengah
padat ( Sulfid Indol Moltility / SIM ).
Prosedur kerja :
Dengan menggunakan ose ambil sebagian kecil koloni dari NA
miring tanamkan pada media Sulfid Indol Moltility / SIM.
Media diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.
4. Uji Simmons Citrate

Kemampuan bakteri menggunakan sitrat sebagai satu satunya sumber


karbon dan energi. Simmons Citrate positif artinya bakteri yang diuji positif
meningkatkan pH media yang merubah indikator Brom Thymol Blue dalam
media dari warna hijau jadi warna biru.
Prosedur kerja :
Dengan menggunakan ose ambil sebagian kecil koloni dari NA miring
tanamkan pada media Simmons Citrate.
Media diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.

Media Fermentasi
1. UjiTriple Sugar Iron Agar(TSIA)
Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA) bertujuan untuk mengidentifikasi
bakteri yang berasal dari kelas enterobacteriaceae. Uji ini biasa juga digunakan
untuk membedakan gram negatif antara yang mampu mengkatabolisme glukosa,
laktosa, sukrosa, dan mampu membebaskan asam sulfat.
Prosedur kerja :
Dengan menggunakan ose ambil sebagian kecil koloni dari NA miring
tanamkan pada media TSIA.
Media diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.

10

2. Uji gula-gula (Sukrosa, glukosa, laktosa dan maltosa)


Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk melihat kemampuan bakteri
dalam memfermentasikan karbohidrat dan menghasilkan gas.
Prosedur kerja:
Ose disterilkan dengan menggunakan api spiritus sampai berpijar,
kemudian didinginkan pada dinding tabung.
Diambil biakan koloni dari NA miring, kemudian ditanam pada media
Sukrosa, glukosa, laktosa dan maltosa dengan cara memasukkan ose ke
dalam tabunglalu dihomogenkan.
Diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.
Diamati perubahan warna yang terjadi dan gelembung gas yang
terbentuk.

g. Penanaman bakteri yang teridentifikasi pada media Nutrient


Broth (NB)
Tujuan dilakukannya penanaman bakteri pada media Nutrient Broth (NB)
adalah untuk membiakkan bakteri yang teridentifikasi guna untuk dilakukan uji
sensitifitas bakteri terhadap antibiotik.
Prosedur kerja :

11

Ose dipijarkan lalu didinginkan di dinding tabung reaksi, kemudian


diambil bakteri dari biakan NA miring.
Kemudian ditanam pada media NB dengan cara memasukkan ose ke
dalam tabung lalu dihomogenkan.
Diinkubasikan dalam inkubator 37oC selama 18-24 jam.
Diamati kekeruhan media NB.

h. Uji sensitifitas terhadap antibiotik


Tujuan dilakukannya uji sensitifitas adalah untuk mengetahui efektifitas
beberapa jenis antibiotik terhadap bakteri.
Prosedur kerja :
Biakan kuman pada media NB di samakan kekeruhannya dengan standar
McFarland 2.
Cotton swab steril dicelupkan kedalam biakan bakteri, kemudian ditekan
kapas kesisi tabung agar air tiris.
Biakandi-streak merata pada seluruh permukaan media Muller Hinton
Agar (MHA).

12

Kemudian dimasukan antibiotic disk (chlorampenicol, ciprofloxacin,


tetrasiklin dan streptomycin) dengan cara sedikit menekannya.
Dibiarkan media selama 15 menit agar bahan obat dapat berdifusi
kedalam media sebelum pertumbuhan bakteri berlangsung secara
optimal.
Inkubasiselama 18-24 jam pada temperature 37C.
Amati dan ukur zona hambat antibiotic dengan menggunakan jangka
sorong.

III.

HASIL DIAGNOSA LABORATORIUM


A. Inokulasi kuman pada media Nutrient Broth (NB)

Gambar 1. Inokulasi kuman pada media Nutrient Broth (NB)


Pengamatan bakteri yang ditanam pada media Nutrient Broth terlihat
kekeruhan yang merata sehingga dapat diduga adanya bakteri fakultatif anaerob,
selain itu juga kekeruhan yang lebih terlihat jelas pada bagian permukaan NB,
hal ini dapat diduga bahwa bakteri tersebut bersifat aerob (membutuhkan O 2)
sehingga lebih berada dipermukaan NB untuk mendapatkan oksigen. Beberapa
bentuk kekeruhan pada media NB dapat dilihat pada gambar berikut.

13

Gambar 2. Kekeruhan pada Media Nutrient Broth


Penanaman pada media NB dapat juga digunakan untuk screening test
penentuan bakteri berdasarkan kekeruhannya, apabila kekeruhan merata
diseluruh cairan, berarti bakteri tersebut bersifat fakultatif anaerob, artinya dapat
hidup dibagian cairan yang ada ataupun tidak ada oksigen. Apabila kekeruhan
berada di bagian atas maka bakteri tersebut bersifat aerob, apabila cincin keruh
terbentuk di bagian tengah tabung, maka bakteri tersebut bersifat mikroaerofilik,
dan apabila terbentuk sedimen di dasar tabung, maka bakteri tersebut bersifat
anaerob.
B. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya bakteri
dalam sampel. Pewarnaan sederhana digunakan beberapa zat warna diantaranya
Kristal Violet dan Safranin. Pewarnaan ini terjadi karena kation zat warna
berkaitan dengan anion protoplasma bakteri. Hasil pewarnaan sederhana pada
sampel Swab kloaka ayam dapat dilihat pada di bawah ini.

14

Gambar 3. Pewarnaan Sederhana


Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis pada pewarnaan sederhana
menunjukkan bahwa bakteri yang tumbuh adalah bakteri berbentuk batang
(Basil).
C. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri tergolong
bakteri Gram positif atau Gram negatif. Hasil dari pewarnaan Gram yang telah
dilakukan terlihat bahwa bakteri berwarna merah muda dan berbentuk basil. Hal
ini menandakan bahwa bakteri tersebut bersifat Gram negatif. Hasil pewarnaan
Gram dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

15

Gambar 4. Pewarnaan Gram


Hasil pengamatan secara mikroskopis bakteri yang tumbuk termasuk
bakteri Gram negatif (berwarna merah/pink) dan berbentuk Basil.
D. Penanaman pada media Mac Conkey
Koloni bakteri yang tumbuh pada media Mac Conkey berbentuk bulat,
besar dan berwarna pink seperti gambar di bawah ini.

Gambar 5. Penanaman pada media Mac Conkey.


E. Penanaman pada media Nurtient Agar (NA) miring
Bakteri yang tumbuh pada media NA miring berasal dari koloni terpisah
pada media Mc Conkey. Penanaman bakteri pada NA miring bertujuan untuk
memperoleh stok biakan murni.

16

Gambar 6. Penanaman pada media Nurtient Agar (NA) miring


F. Uji Biokimia
IMVIC ( Indol, Methyl Red, Voges-Proskauer, Simmons Citrate )
1. Uji Indol
Media ini biasanya digunakan dalam indetifikasi yang cepat. Hasil uji indol
yang diperoleh positif karena terbentuk lapisan (cincin) berwarna ungu pada
permukaan biakan, artinya bakteri ini membentuk indol dari tryptopan sebagai
sumber carbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacs.
Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat
pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh
mikroorganisme akibat penguraian protein(Anonimus, 2008).Selengkapnya
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 7. Biakan bakteri pada media Indol

17

2. Uji Methil Red dan Voges Proskauer (MR-VP)


Uji MR (Methil Red)
Hasilnya positif, terjadi perubahan warna menjadi merah setelah
ditambahkan methyl red. Artinya, bakteri ini mengahasilkan asam campuran
(metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam medium
MR-VP.
Uji VP (Voges Proskauer)
Media yang dipakai adalah pepton glukosa phosphat. Uji ini digunakan
untuk mengetahui pembentukan asetil metil karbinol (asetoin) dari hasil
fermentasi glukosa. Hasilnya negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada
medium setelah ditambahkan -napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi
bakteri ini bukan asetil metil karbinol (asetolin) (Anonimus, 2008).

18

Gambar 8. Biakan bakteri pada media Methil Red dan Voges Proskauer (MRVP)
3. Uji Pergerakan Bakteri (Sulfid Indol Motility)
Media yang dipakai adalah media yang bersifat semi solid dengan
kandungan agar-agar 0,2-0,4%. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui
gerak kuman, memakai media IM (Sulfida Indol Motility). Pada media SIM
selain untuk melihat motilitas bisa juga untuk test indol dan pembentukan H2S.
Hasil yang diperoleh pada uji ini adalah positif, hal ini terlihat adanya
penyebaran yang berwarna putih seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini
menunjukan adanya pergerakan dari bakteri yang diinokulasikan, yang berarti
bahwa bakteri ini memiliki flagella (Anonim, 2008).Selengkapnya dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

Gambar 9. Biakan bakteri pada media SIM


4. Uji Simmons Citrate

19

Media yang dipakai adalah Simons citrat. Tujuan dari uji ini adalah untuk
mengetahui apakah kuman menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Pada
media Simons citrat berisi indikator BTB (Brom Tymol Blue). Apabila bakteri
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka media berubah menjadi basa
dan berubah warna menjadi biru. Hasil uji sitrat yang diperoleh positif, yang
ditandai dengan terjadinya perubahan warna. Artinya bakteri ini mempunyai
enzim sitrat permiase yaitu enzim spesifik yang membawa sitrat ke dalam sel
(Anonimus, 2008). Selengkapnya dapat dilihat pada di bawah ini:

Gambar 10. Biakan bakteri pada media Simmons Citrate


Media Fermentasi
Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Pada uji TSIA warna media slant berubah menjadi merah karena bakteri
bersifat basa ini menandakan bahwa bakteri ini tidak memfermentasi laktosa dan
sukrosa. Pada media daerah butt media berubah berwarna kuning ini
menandakan bakteri memfermentasi glukosa. Pembentukan gas positif ini hasil
dari fermentasi H2 dan CO2 dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya agar.

20

Pembentukan H2S positif ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam.


TSIA agar mengadung laktosa dan sukrosa dalam konsentrasi 1%, glukosa 0,1%
dan phenol red sebagai indikator yang menyebabkan perubahan warna dari
merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. TSIA juga mengandung
natrium trisulfat, yaitu suatu substrat untuk penghasil H2S, ferro sulfat
menghasilkan FeS (precipitat), bewarna hitam untuk membedakan bakteri H2S
dengan bakteri-bakteri lainnya (Anonimus, 2008). sperti gambar dibawah ini

Gambar 11. Biakan bakteri pada media Triple Sugar


Iron Agar (TSIA)

Uji gula-gula (Sukrosa, glukosa, laktosa, maltosa dan mannitol )


Glukosa
: Ada Gas / Positif
Laktosa
: Ada Gas / Negatif
Sukrosa
: Ada Gas / Negatif
Maltosa
: Ada Gas / Positif
Manitol
: Ada Gas / Positif
Uji gula-gula merupakan uji lanjutan untuk membedakan spesies dari

bakteri tertentu. Dari hasil uji gula-gula pada uji glukosa, Maltosa dan Manitol
terjadi fermentasi yang ditandai media berubah menjadi kuning, hasilnya positif
(+), pada uji laktosa dan sukrosa tidak terjadi fermentasi yang ditandai tidak
terjadi perubahan warna, hasilnya negatif (-), dari hasil tersebut menyebutkan
juga bahwa jenis bakteri yang tumbuh pada media adalah jenis bakteri
Salmonella sp, karena jenis bakteri tersebut tidak dapat memfermentasikan

21

laktosa dan sukrosa (Anonimus, 2008). Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar
di bawah ini.

Gambar 12. Hasil Uji Gula-gula : A. Glukosa B. Laktosa C. Sukrosa D.


Mannitol E. Maltosa

g. Penanaman Bakteri pada Media Nutrient Broth (NB)


Penanaman pada media ini bertujuan untuk dibiakkan pada media Muller
Hinton Agar (MHA) untuk uji sensivitas Antibiotik. Hasil biakan keruh.
Sebelum digunakan pada media MHA, media NB terlebih dahulu harus
disesuaikan dengan standar Mac Farlan (1).

22

Gambar 13. Biakan bakteri pada media Nutrient Broth

h. Uji Sensivitas terhadap Antibiotik


Uji sensitifitas dilakukan pada permukaan MHA (Mueller Hinton Agar).
Mueller Hinton Agar merupakan media diferensial yang digunakan untuk
melakukan uji sensitifitas terhadap beberapa antibiotik yang dilakukan dengan
cara mengambil biakan bakteri dari nutrient broth (NB) dengan menggunakan
lidi kapas steril. Lalu diusapkan merata pada seluruh permukaan media MHA.
Kemudian ditempelkankan beberapa disk antibiotik di atas permukaan media
MHA dengan jarak tertentu dan diinkubasikan ke dalam inkubator selama 24
jam pada suhu 370C. Antibiotik yang di gunakan pada uji sensitifitas adalah
streptomycin, Gentamicin dan Tertasiklin. Hasil uji sensitivitas dapat di lihat
pada Gambar 14.

23

Gambar 14. Hasil Uji Sensitifitas Terhadap Antibiotik: 1.


Streptomycin, 2. Gentamicin 3. Tetrasiklin
Tabel 1. Hasil pengukuran zona hambat antibiotik
Zona
N

Keter
Jenis Antibiotik

Hamb

o
1
2
3

angan
at
15

Sensit

mm
10

ive
Sensit

mm

ive
Resist

Tetrasiklin
Gentamicin
Streptomycin

4 mm
en

Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan mikroba (bakteri, jamur,


actynomices) dan mampu menekan atau membasmi pertumbuhan mikroba lain
(Entjang, 2003). Berdasarkan toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat
menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan
ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid.
Berdasarkan spektrumnya, antimikroba dibagi menjadi dua, yaitu spektrum
sempit dan spektrum luas (Tjay dan Rahardja, 2002).
Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan zat
tersebut dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya penghambat kegiatan
mikroorganisme yang lain. Pada uji sensitifitas ini, bakteri hanya resisten pada
satu antibiotik yaitu Streptomycin, sedangkan Gentamycin dan Tetracyclinin
sensitive.

24

IV.

DIAGNOSA

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan di Laboratorium


Mikrobiologi, maka bakteri yang ditemukan pada feses ayam adalah Salmonella
pullorum/Salmonellosis atau biasa disebut dengan penyakit Berak kapur pada
ayam.

V.

DIFERENSIAL DIAGNOSA
Penyakit yang mirip dengan infeksi salmonellosis adalah arizonosis,

penyakit pulorum, fowl typhoid, dan kolibasillosis.

VI.

PEMBAHASAN
Penyakit Berak Kapur (Pullorum Disease) pada Ayam
Ayam merupakan salah satu unggas yang sering dijumpai di peternakan-

peternakan kecil atau sebatas hewan peliharaan. Seperti halnya manusia ayam
pun mengalami sakit, misalnya diare. Penyakit ini sangat terlihat jelas dari feses
ayam. Feses yang dikeluarkan ayam yang diare berstruktur encer dibarengi
cairan bening serta warna feses yang tidak biasanya. Ada kalanya berwarna hijau
atau berwarna putih seperti kapur. Penyakit diare ini tentunya disebabkan oleh
adanya antigen atau bakteri yang masuk pada sistem pencernaan ayam. Selain
feses yang encer, biasanya ayam terlihat lemah dengan sayap menurun ke

25

bawah, dan biasanya juga ayam mengalami pertumbuhan yang lambat dari
kawanannya.
Penyakit ayam merupakan kendala utama pada peternakan intensif
dilingkungan tropis seperti di Indonesia, karena dapat menurukan produksi.
Dalam pemeliharaan ternak, salah satu penghambat yang sering dihadapi adalah
penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi
beternak akibat kematian ternaknya (Mutidjo, 1992). Oleh sebab itu,
pengamanan dan menjauhkan ternak ayam dari sumber wabah dan hambatan
potensial tersebut menjadi prioritas dan perhatian khusus. Pemilihan indukan
yang unggul, pengelolaan yang baik, sanitasi, peningkatan daya tahan ayam
dengan vaksinasi dan usaha menjauhkan ternak ayam dari sumber penyakit
adalah kunci sukses dalam beternak ayam. Tetapi kurangnya informasi
pengetahuan dan pemahaman dalam pengenalan suatu penyakit dapat
mengakibatkan kesalahan diagnosis dan pengobatan suatu penyakit pada ayam.
Salah satu penyakit pada unggas adalah penyakit Berak Kapur (Pullorum
Disease). Pullorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas, terutama
anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur (Tabbu, 2000).
Penyakit Berak Kapur (Pullorum Disease) biasanya ditemukan dalam bentuk
sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat local dan kronis pada
ayam dewasa.
Penyakit ini banyak menyerang anak ayam. Terutama umur 110 hari.
Kebanyakan yang kena lemah dan mati muda. Pada ayam dewasa tidak terlihat

26

gejala - gejala sakit. Ayam yang sembuh menjadi pembawa sifat dan seumur
hidupnya mengeluarkan bibit penyakit.
Etiologi
Kingdom

: Animalia/Bakteria

Filum

: Proteobakteria

Kelas

: Gamma protebakteria

Ordo

: Enterobakteriales

Famili

: Enterobakteriacrae

Genus

: Salmonella

Spesies

: Salmonella pullorum

Bentuk batang, Gram negatif, non motil, tidak berspora, fakultatif aerob.
Gejala
1.

Anak ayam : Nafsu makan berkurang. Kotoran encer berwarna putih

berlendir dan banyak melekat pada daerah anus. Ayam terlihat pucat, lemah,
kedinginan dan suka bergerombol mencari tempat hangat. Sayap tampak
kusut dan menggantung, jengger pucat dan berkerut berwarna keabu-abuan.
2. Ayam dewasa : Menurunnya kesuburan dan daya tetas, depresi, anemia dan
kotoran encer warna kuning.
Patogenesis
Setelah berhasil memasuki tubuh penderita kuman akan memperbanyak
diri di dalam usus. Dalam waktu yang relatif singkat infeksi tersebut akan
menyebabkan septisemia (sepsis), yang dalam waktu pendek akan dapat
menyebabkan kematian penderita. Apabila yang terjadi cuma bakterimia,
mungkin kuman-kuman hanya akan menyebabkan radang usus akut. Pada yang
sifatnya kronik, kuman dapat diisolasi dari kelenjar-kelenjar limfe di sekitar

27

usus, hati, limpa, dan kantong empedu. Kuman kadang-kadang dibebaskan dari
tubuh melalui tinja atau air susu. Pada infeksi yang bersifat laten, kuman akan
berkembang biak di dalam tubuh bila keadaan umumnya menurun. Penurunan
kondisi tubuh mungkin disebabkan karena stres pengangkutan atau oleh
gangguan faali yang lain (Fardiaz, 1992).
Di dalam ileum terjadi kolonisasi bakteri dan terjadi invasi mukosa
akibat adanya bakteri Salmonella pullorump. Di intestinum Salmonella
pullorump.

mengeluarkan

sitotoksin

dan

enterotoksin

sehingga

akan

menyebabkan kerusakan pada saluran pencernaan sehingga terjadi peradangan


akut. Terkadang muncul adanya ulcerasi, sintesis prostaglandin, enterotoksin,
dan sitokine yang mengaktivasi adenil siklase. Aktivasi ini menyebabkan
peningkatan CAMP sehingga epitel intestinum memproduksi cairan di dalam
lumen usus (baik besar maupun kecil) yang mengakibatkan diare. Kejadian
Salmonellosis tinggi pada hewan muda. Hal ini disebabkan karena tingginya pH
lambung pada hewan muda, tidak adanya flora dalam usus (flora intestinal) yang
stabil, dan rendahnya kekebalan.

Terapi
Terapi terbaik dilakukan dengan pemberian antibiotik yang sebelumnya
dilakukan pemeriksaan dengan uji sensitifitas .Berdasarkan uji sensitifitas
antibiotik yang telah dilakukan yaitu antibiotic tetracyclin dan gentamycin yang
bersifat sensitif terhadap bakteri Salmonella pullorum.
Cara Pencegahan dan Pengendalian

28

Cara terbaik untuk menanggulangi Salmonellosis adalah mencegah


masuknya kuman Salmonella pullorum. Kedalam suatu kelompok ayam dengan
praktek manajemen kandang yang optimal, khususnya penerapan biosekuriti
yang ketat. Prosedur manajemen peternakan yang baik harus diterapkan dengan
sanitasi ataud isinfeksi yang ketat, ayam harus dipelihara pada kandang yang
dapat disanitasi atau didisinfeksi agar bebas dari Salmonella dari periode
pemeliharaan sebelumnya, ayam harus diberi pakan atau air minum yang bebas
pencemaran kuman Salmonella, dan menghilangkan sumber infeksi atau faktor
pendukung terjadinya infeksi, misalnya ayam carrier, rodens, unggas lain, hewan
lain, pekerja peternakan/pengunjung, alat transportasi. Vaksinasi terhadap
spesies Salmonella tertentu belum dilakukan di lapangan, masih dalam skala
percobaan.
VII.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji pemeriksaan laboratorium, bakteri yang terdapat

pada swab kloaka ayam adalah bakteri Salmonella pullorum yang menyebabkan
penyakit salmonellosis atau berak kapur pada ayam.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, S. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi. Buku Kedokteran


EGC. Jakarta.
Ashton, Q. A. 2013. Klebsiella pneumonia : New Insight for The Healthcare
Proffesional. Scholarly Editions. Atlanta, Georgia.
Bagley, S. 1985. Habitat association of Klebsiella species. Infect Control 6 (2) :
52-8
Brisse, S., S. I. Jeanjean., and P. A.D. Grimont. 2004. Molecular Serotyping of
Klebsiella Species Isolates by Restriction of the Amplified Capsular

29

Antigen Gene Cluster. Journal of Microbiology klinis 42 (8) : 33883398


Casewall, M. And Phillips, I. 1997. Hands As Route of Transmission for
Klebsiella Species. Georgia.
Ebringer, Alan. 2013. Ankylosing Spondylitis and Klebsiella. Springer, London.
Fatimah. 2012. Identifikasi Klebsiella.
http://teenozhealthanalyst.blogspot.com/2012/03/identifikasiklebsiella.html
Maupada. 2013. Klebsiella pneumonia.
http://analiskesehatankupang.blogspot.com/2013/11/makalahbakteriologi-klebsiella.html
Rahardja, F. 2006. Efek Kombinasi Ampisilin dan Klorampenikol Terhadap
Streptococcus pneumoniae dan Klebsiella pneumonia. Departemen
Farmasi ITB, Bandung
Ristuccia., Patricia., and C. Burke. 1984. Klebsiella. Topics in Clinical
Microbiology 5 (7) : 343-348.
Wulandari,
Detria.
2008.
Klebsiella
pneumonia.
http://onyedhcilik.blogspot.com/2008/11/klebsiella-pneumoniae.html/

Anda mungkin juga menyukai