Pemodelan Sistem Pembangkit Listrik Hibrid Angin Dan Surya PDF
Pemodelan Sistem Pembangkit Listrik Hibrid Angin Dan Surya PDF
Abstrak
Makalah ini membahas pemodelan sistem pembangkit hibrid yang terdiri dari energi angin, surya dan
baterai. Setiap komponen dimodelkan dan disimulasikan dengan Matlab Simulink. Dengan memodelkan
sistem pembangkit hibrid, perubahan kondisi lingkungan yang mempengaruhi unjuk kerja sistem dapat
dianalisa dengan mudah dan cepat. Selain itu, perubahan parameter pembangkit dapat dilakukan dengan
mudah, sehingga model yang dibuat dapat digunakan dalam perancangan awal suatu sistem pembangkit
listrik hibrid. Dari hasil simulasi diperoleh bahwa model yang dibuat mengikuti atau sesuai dengan
karakteristik dari pembangkit energi angin, pembangkit energi surya, baterai, dan sistem hibrid yang
dirancang.
Kata kunci: Turbin angin, fotovoltaik, baterai, Simulink, sistem hibrid.
I. Pendahuluan
Dewasa ini kebutuhan akan pemanfaatkan sumber energi listrik terbarukan semakin meningkat
dengan adanya krisis energi dan juga adanya isu pemanasan global. Berbagai macam sumber energi
terbarukan telah dikembangkan para peneliti, seperti pembangkit listrik energi angin, air, surya, pasang
air laut, biomasa, biofuel, panas bumi. Sumber energi angin dan surya merupakan sumber energi
terbarukan yang cukup popular yang bersih dan tersedia secara bebas (free). Masalah utama dari kedua
jenis energi tersebut adalah tidak tersedia terus menerus. Energi surya hanya tersedia pada siang hari
ketika cuaca cerah (tidak mendung atau hujan). Sedangkan energi angin tersedia pada waktu yang
seringkali tidak dapat diprediksi (sporadic), dan sangat berfluktuasi tergantung cuaca atau musim.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, teknik hibrid banyak digunakan untuk menggabungkan
beberapa jenis pembangkit listrik, seperti pembangkit energi angin, surya, dan diesel [1,2,3], pembangkit
energi angin dan surya [4,5], pembangkit energi angin dan diesel [6]. Dalam teknik hibrid ini, pada
umumnya baterai digunakan sebagai penyimpan energi sementara, dan sebuah pengendali digunakan
untuk mengoptimalkan pemakaian energi dari masing-masing sumber dan baterai, disesuaikan dengan
beban dan ketersedian energi dari sumber energi yang digunakan.
Mengingat bervariasinya lingkungan yang menentukan ketersediaan sumber energi angin dan
surya, diperlukan pemodelan pembangkit energi angin dan listrik serta baterai penyimpanan untuk
mempermudah perancangan dan analisa sistem pembangkit tersebut. Demikian juga pemodelan sistem
hibrid juga diperlukan dalam perancangan pengendali hibrid untuk mengoptimalkan kinerja masingmasing pembangkit yang digunakan. Dalam penelitian ini, penulis memodelkan pembangkit energi angin,
surya, dan baterai serta kendali hibrid menggunakan MATLAB Simulink. Model yang dibuat merupakan
gabungan dari beberapa model yang sudah dikembangkan para peneliti sebelumnya, dan digunakan
sebagai alat bantu dalam merancang, membangun dan menganalisa sistem pembangkit energi hibrid
angin dan surya.
Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. Pada bagian 2 dibahas pemodelan
sistem yang membahas pembangkit energi angin dan surya, serta arsitektur sistem pembangkit energi
hibrid. Bagian 3 membahas implementasi model dengan Simulink dan hasil simulasi. Dan kesimpulan
diberikan di bagian 4.
II. Pemodelan Sistem
2.1 Pembangkit Energi Angin
Pembangkit energi angin mengubah energi kinetik yang dihasilkan angin menjadi energi listrik.
Komponen utama pembangkit energi angin adalah turbin angin (wind turbine), unit generator listrik
(electrical generation unit) dan pengendali (controller) seperti terlihat pada gambar 1 [7].
Energi yang dihasilkan oleh turbin angin dinyatakan sebagai berikut [8]. Energi kinetik yang
dihasilkan oleh benda yang bergerak adalah
Ekin
1 2
mv
2
(1)
dimana m adalah massa udara yang mengenai turbin angin, dan v adalah kecepatan angin. Massa m
tersebut dapat diturunkan dari persamaan berikut
m ( Ad )
(2)
dimana adalah densitas udara, A adalah luas daerah yang menyapu turbin angin, dan d adalah jarak
yang ditempuh angin. Daya yang dihasilkan oleh turbin angin (Pw) merupakan energi kinetik per detik
yang dinyatakan oleh
1
Adv 2
Ekin 2
1
Pw
Av 3
t
t
2
(3)
Energi aktual yang diserap turbin angin tergantung dari efisiensi turbin angin yang dinyatakan
dalam C p ( , ) yang merupakan fungsi dari
(horisontal).
Sedangkan perbandingan
kecepatan ujung
didefinisikan sebagai
perbandingan antara kecepatan rotor turbin dengan kecepatan angin, yang dinyatakan oleh persamaan
dimana
R
v
(4)
adalah kecepatan sudut turbin angin, dan R adalah jari-jari turbin angin. Sehingga daya aktual
1
C p ( , ) Av 3
2
(5)
Dengan menggunakan persamaan (5), maka torsi (T) yang didefinisikan sebagai daya dibagi kecepatan
sudut putaran dapat dinyatakan sebagai [9]
1
Ct ( , ) ARv 2
2
(6)
Gambar 2. Perubahan energi foton menjadi tegangan listrik pada sambungan p-n [10].
Gambar 3 memperlihatkan rangkaian ekivalen PV yang terdiri dari sebuah sumber arus, dioda,
dan hambatan. Karakterisik arus-tegangan (I-V) dari PV dinyatakan dengan persamaan-persamaan
berikut [11]:
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
dimana,
I0 : arus saturasi dioda [A]
q : muatan litsrik [1.6e-19 C]
n : factor kualitas dioda
k : konstanta Boltzmans [1.38e-23 JK-1]
T : temperatur [oC]
T1 : temperatur referensi-1 [oC]
T2 : temperatur referensi-2 [oC]
G : insulasi [W/m2]
Isc : arus rangkaian tertutup [A]
Voc : tegangan rangkaian terbuka [V]
Vg : tegangan jarak pita (band gap) [V]
Kurva karakteristik I-V yang dinyatakan oleh pers. (7) (14) digambarkan seperti pada gambar 4 yang
memperlihatkan kurva karakteristik I-V sel surya Solarex MSX-5 dan MSX-10 [12]. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa perubahan temperatur PV akan mengubah kurva karakteristik I-V.
2.3 Baterai
Baterai merupakan piranti penyimpan energi dalam bentuk elektrokimia yang banyak digunakan
untuk menyimpan energi untuk berbagai aplikasi. Terdapat dua jenis baterai [10], yaitu:
a)
Baterai primer, yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Reaksi elektrokimia
yang terjadi bersifat non-reversible (tidak dapat balik). Sehingga setelah digunakan,
baterai ini harus dibuang.
b)
Baterai sekunder atau dikenal dengan baterai rechargeable (bisa diisi ulang).Reaksi
elektrokimia yang terjadi bersifat reversible (dapat balik). Sehingga setelah digunakan,
baterai ini dapat diisi (charging) dengan memberikan arus listrik dari luar. Bateri jenis ini
mengubah energi kimia menjadi energi listrik (pada saat digunakan), dan mengubah
energi listrik menjadi kimia (pada saat diisi). Baterai rechargeable ini terdiri dari : leadacid (Pb-acid), nickel-cadmium (NiCd), nickel-metal hydride (NiMH), lithium-ion (Li-ion),
lithium-polymer (Li-poly), zinc-air. Baterai lead-acid merupakan jenis baterai yang paling
umum digunakan karena teknologi yang cukup mapan dan unjuk kerja yang tinggi
terhadap harga, serta mempunyai kerapatan energi yang paling kecil terhadap berat dan
isi. Baterai tipe shallow-cycle digunakan pada kendaraan dimana diperlukan energi awal
untuk menghidupkan mesin. Sedangkan untuk penyimpanan energi, seperti dalam sistem
pembangkit energi hibrid, digunakan tipe deep-cycle.
Rangkaian ekivalen baterai yang paling sederhana diperlihatkan pada gambar 5, dimana terdiri
dari sebuah sumber tegangan dengan hambatan yang disusun seri [3,10]. Dari gambar ini, tegangan
pada terminal baterai (Vbat) dinyatakan oleh
Vbat V0 Ri ib (t )
(15)
Dimana Vo adalah tegangan internal baterai, dan Ri adalah hambatan internal baterai, dan ib(t) adalah
arus yang mengalir dari/ke bateri. Dalam makalah ini, jika baterai digunakan (discharge) maka arus ib
bertanda positif (+), dan jika bateri diisi (charge) maka arus ib bertanda negatif (-). Energi yang
disimpan/diberikan (Ebat(t)) adalah
(16)
Vbat
Vo
(a)
(b)
(c)
Gambar 6. Arsitektur sistem pembangkit energi hibrid [1].
Pada gambar 6(a), dilakukan sentralisasi bus-AC dimana semua pembangkit (angin, surya,
diesel) dan baterai dihubungkan ke bus-AC utama sebelum disalurkan ke beban (grid). Arsitektur ini
disebut sebagai arsitektur terpusat AC, karena daya yang dihasilkan oleh semua pembangkit
dihubungkan ke beban melalui satu titik. Karena keluaran PV dan baterai adalah tegangan DC, maka
diperlukan inverter untuk mengubah tegangan DC ke AC.
Pada gambar 6(b), pembangkit dihubungkan ke beban secara desentralisasi, yaitu masingmasing pembangkit langsung dihubungkan ke beban dan tidak perlu dihubungkan ke satu bus-AC.
Kelemahan dari sistem ini adalah kesulitan untuk mengendalikan sistem jika pembangkit diesel pada
kondisi mati.
Pada gambar 6(c), pembangkit terhubung ke beban secara terpusat menggunakan bus-DC.
Dengan arsitektur ini, tegangan AC yang dihasilkan oleh pembangit energi angin dan diesel harus diubah
menjadi tegangan searah. Selanjutnya inverter DC-AC digunakan untuk mengubah tegangan DC pada
bus menjadi tegangan AC pada beban. Keutungan dari sistem ini adalah tidak diperlukan kendali
frekuensi dan tegangan pada bus dan memungkinkan penggunaan variable speed generator dalam
sistem. Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah adanya dua proses perubahan tegangan AC ke DC,
lalu ke AC lagi, sehingga akan berpengaruh pada efisiensi sistem.
Sistem hibrid yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pembangkit energi angin, surya dan
baterai, dan menggunakan arsitektur seperti pada gambar 6(c). Pengendali yang dirancang
dititikberatkan untuk mengatur proses pengisian (charge) dan pemakaian (discharge) baterai seperti
diusulkan oleh [3]. Algoritma proses ini digambarkan dengan diagram alir pada gambar 7.
Mulai
Pw+Ps>Pb
Tidak
Ya
Ebat <Emak
Ebat >Emin
Tidak
Ya
Hubungkan baterai
dengan beban
(discharge baterai)
Tidak
Ya
Putuskan
baterai
dengan sistem
Hubungkan
baterai dengan
rangkaian charger
(Charge baterai)
ini memodelkan pers. (4)-(5) yang dibahas sebelumnya. Blok PMSG digunakan untuk memodelkan
generator magnet dengan persamaan dinamika seperti dimodelkan oleh [9]. Masukan dari generator
adalah torsi rotor turbin dan tegangan generator. Sedangkan keluaran blok PMSG adalah arus generator
dan kecepatan sudut putaran rotor. Arus keluaran generator selanjutnya diubah menjadi arus DC oleh
blok Power Converter yang memodelkan penyearah tiga fasa. Daya pembangkit energi angin diperoleh
sebagai hasil kali dari arus dan tegangan DC yang dihasilkan generator.
Model pembangkit energi surya terdiri dari enam buah panel PV yang disusun secara paralel
seperti terlihat pada gambar 9. Setiap panel surya dimodelkan dengan blok Simulink dengan masukan
tegangan sel PV, temperatur kerja, dan intensitas sinar matahari, serta keluaran arus PV. Blok modul PV
ini memodelkan pers. (7) (14) yang dibahas sebelumnya. Daya pembangkit energi surya dinyatakan
sebagai perkalian dari tegangan masing-masing modul PV dengan arus PV total, yang merupakan
penjumlahan dari arus setiap panel PV.
Sistem hibrid yang dimodelkan dalam penelitian ini digunakan untuk mengatur proses
pengisian/pembuangan baterai tergantung dari kondisi daya pembangkit dan beban seperti diperlihatkan
dengan diagram alir pada gambar 7. Model Simulink dari baterai yang dinyatakan oleh pers. (15),(16) dan
proses pengisian/pembuangan (charging/discharging) diperlihatkan pada gambar 9. Pada model
tersebut, Pin adalah selisih daya antara sumber pembangkit dan beban (Pin=Pw+Ps-Pb).
Gambar 11. Profil kecepatan angin dan daya yang dihasilkan pembangkit energi angin.
Gambar 12. Profil intensitas matahari dan daya yang dihasilkan pembangkit energi surya.
Untuk pengembangan selanjutnya, akan dimodelkan beberapa hal yang menyangkut efisiensi
setiap pembangkit, dan sistem hibrid yang lebih luas dan optimal. Selain itu akan dikembangkan juga
implementasi dari model dalam sistem yang sebenarnya.
Daftar Pustaka
1.