Anda di halaman 1dari 12

Pemodelan Sistem Pembangkit Listrik Hibrid Angin dan Surya

Aryuanto Soetedjo, Abraham Lomi, Yusuf Ismail Nakhoda


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang
Jalan Raya Karanglo Km. 2 Malang
aryuanto@gmail.com

Abstrak
Makalah ini membahas pemodelan sistem pembangkit hibrid yang terdiri dari energi angin, surya dan
baterai. Setiap komponen dimodelkan dan disimulasikan dengan Matlab Simulink. Dengan memodelkan
sistem pembangkit hibrid, perubahan kondisi lingkungan yang mempengaruhi unjuk kerja sistem dapat
dianalisa dengan mudah dan cepat. Selain itu, perubahan parameter pembangkit dapat dilakukan dengan
mudah, sehingga model yang dibuat dapat digunakan dalam perancangan awal suatu sistem pembangkit
listrik hibrid. Dari hasil simulasi diperoleh bahwa model yang dibuat mengikuti atau sesuai dengan
karakteristik dari pembangkit energi angin, pembangkit energi surya, baterai, dan sistem hibrid yang
dirancang.
Kata kunci: Turbin angin, fotovoltaik, baterai, Simulink, sistem hibrid.

I. Pendahuluan
Dewasa ini kebutuhan akan pemanfaatkan sumber energi listrik terbarukan semakin meningkat
dengan adanya krisis energi dan juga adanya isu pemanasan global. Berbagai macam sumber energi
terbarukan telah dikembangkan para peneliti, seperti pembangkit listrik energi angin, air, surya, pasang
air laut, biomasa, biofuel, panas bumi. Sumber energi angin dan surya merupakan sumber energi
terbarukan yang cukup popular yang bersih dan tersedia secara bebas (free). Masalah utama dari kedua
jenis energi tersebut adalah tidak tersedia terus menerus. Energi surya hanya tersedia pada siang hari
ketika cuaca cerah (tidak mendung atau hujan). Sedangkan energi angin tersedia pada waktu yang
seringkali tidak dapat diprediksi (sporadic), dan sangat berfluktuasi tergantung cuaca atau musim.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, teknik hibrid banyak digunakan untuk menggabungkan
beberapa jenis pembangkit listrik, seperti pembangkit energi angin, surya, dan diesel [1,2,3], pembangkit
energi angin dan surya [4,5], pembangkit energi angin dan diesel [6]. Dalam teknik hibrid ini, pada
umumnya baterai digunakan sebagai penyimpan energi sementara, dan sebuah pengendali digunakan
untuk mengoptimalkan pemakaian energi dari masing-masing sumber dan baterai, disesuaikan dengan
beban dan ketersedian energi dari sumber energi yang digunakan.
Mengingat bervariasinya lingkungan yang menentukan ketersediaan sumber energi angin dan
surya, diperlukan pemodelan pembangkit energi angin dan listrik serta baterai penyimpanan untuk
mempermudah perancangan dan analisa sistem pembangkit tersebut. Demikian juga pemodelan sistem
hibrid juga diperlukan dalam perancangan pengendali hibrid untuk mengoptimalkan kinerja masingmasing pembangkit yang digunakan. Dalam penelitian ini, penulis memodelkan pembangkit energi angin,
surya, dan baterai serta kendali hibrid menggunakan MATLAB Simulink. Model yang dibuat merupakan
gabungan dari beberapa model yang sudah dikembangkan para peneliti sebelumnya, dan digunakan
sebagai alat bantu dalam merancang, membangun dan menganalisa sistem pembangkit energi hibrid
angin dan surya.

Sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. Pada bagian 2 dibahas pemodelan
sistem yang membahas pembangkit energi angin dan surya, serta arsitektur sistem pembangkit energi
hibrid. Bagian 3 membahas implementasi model dengan Simulink dan hasil simulasi. Dan kesimpulan
diberikan di bagian 4.
II. Pemodelan Sistem
2.1 Pembangkit Energi Angin
Pembangkit energi angin mengubah energi kinetik yang dihasilkan angin menjadi energi listrik.
Komponen utama pembangkit energi angin adalah turbin angin (wind turbine), unit generator listrik
(electrical generation unit) dan pengendali (controller) seperti terlihat pada gambar 1 [7].

Gambar 1. Komponen sistem pembangkit energi angin [7].

Energi yang dihasilkan oleh turbin angin dinyatakan sebagai berikut [8]. Energi kinetik yang
dihasilkan oleh benda yang bergerak adalah

Ekin

1 2
mv
2

(1)

dimana m adalah massa udara yang mengenai turbin angin, dan v adalah kecepatan angin. Massa m
tersebut dapat diturunkan dari persamaan berikut

m ( Ad )

(2)

dimana adalah densitas udara, A adalah luas daerah yang menyapu turbin angin, dan d adalah jarak
yang ditempuh angin. Daya yang dihasilkan oleh turbin angin (Pw) merupakan energi kinetik per detik
yang dinyatakan oleh

1
Adv 2
Ekin 2
1
Pw

Av 3
t
t
2

(3)

Energi aktual yang diserap turbin angin tergantung dari efisiensi turbin angin yang dinyatakan
dalam C p ( , ) yang merupakan fungsi dari

(perbandingan kecepatan ujung: tip speed ratio)

dan (sudut angguk:pitch angle). Sudut angguk


longitudinal

(horisontal).

adalah sudut antara bilah turbin dengan sumbu

Sedangkan perbandingan

kecepatan ujung

didefinisikan sebagai

perbandingan antara kecepatan rotor turbin dengan kecepatan angin, yang dinyatakan oleh persamaan


dimana

R
v

(4)

adalah kecepatan sudut turbin angin, dan R adalah jari-jari turbin angin. Sehingga daya aktual

yang diserap turbin angin dinyatakan oleh

1
C p ( , ) Av 3
2

(5)

Dengan menggunakan persamaan (5), maka torsi (T) yang didefinisikan sebagai daya dibagi kecepatan
sudut putaran dapat dinyatakan sebagai [9]

1
Ct ( , ) ARv 2
2

(6)

dimana Ct ( , ) C p ( , ) / adalah koefisien torsi dari turbin angin.

2.2 Pembangkit Energi Surya


Komponen utama pembangkit energi surya adalah sel fotovoltaik (PV) yang dapat mengubah
energi cahaya (foton) menjadi energi listrik. Efek fotovoltaik ditemukan pada tahun 1839 oleh Becquerel
dan sel surya pertama kali dibuat oleh Laboratorium Bell pada tahun 1954. Gambar 2 memperlihatkan
ilustrasi efek fotovoltaik yang mengubah energi foton menjadi listrik [10].

Gambar 2. Perubahan energi foton menjadi tegangan listrik pada sambungan p-n [10].

Gambar 3. Rangkaian ekivalen PV.

Gambar 3 memperlihatkan rangkaian ekivalen PV yang terdiri dari sebuah sumber arus, dioda,
dan hambatan. Karakterisik arus-tegangan (I-V) dari PV dinyatakan dengan persamaan-persamaan

berikut [11]:
(7)
(8)
(9)
(10)

(11)

(12)
(13)
(14)

dimana,
I0 : arus saturasi dioda [A]
q : muatan litsrik [1.6e-19 C]
n : factor kualitas dioda
k : konstanta Boltzmans [1.38e-23 JK-1]
T : temperatur [oC]
T1 : temperatur referensi-1 [oC]
T2 : temperatur referensi-2 [oC]
G : insulasi [W/m2]
Isc : arus rangkaian tertutup [A]
Voc : tegangan rangkaian terbuka [V]
Vg : tegangan jarak pita (band gap) [V]
Kurva karakteristik I-V yang dinyatakan oleh pers. (7) (14) digambarkan seperti pada gambar 4 yang
memperlihatkan kurva karakteristik I-V sel surya Solarex MSX-5 dan MSX-10 [12]. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa perubahan temperatur PV akan mengubah kurva karakteristik I-V.

Gambar 4. Kurva karakteristik I-V PV Solarex MSX-5 dan MSX-10 [12]

2.3 Baterai
Baterai merupakan piranti penyimpan energi dalam bentuk elektrokimia yang banyak digunakan
untuk menyimpan energi untuk berbagai aplikasi. Terdapat dua jenis baterai [10], yaitu:
a)

Baterai primer, yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Reaksi elektrokimia
yang terjadi bersifat non-reversible (tidak dapat balik). Sehingga setelah digunakan,
baterai ini harus dibuang.

b)

Baterai sekunder atau dikenal dengan baterai rechargeable (bisa diisi ulang).Reaksi
elektrokimia yang terjadi bersifat reversible (dapat balik). Sehingga setelah digunakan,
baterai ini dapat diisi (charging) dengan memberikan arus listrik dari luar. Bateri jenis ini
mengubah energi kimia menjadi energi listrik (pada saat digunakan), dan mengubah
energi listrik menjadi kimia (pada saat diisi). Baterai rechargeable ini terdiri dari : leadacid (Pb-acid), nickel-cadmium (NiCd), nickel-metal hydride (NiMH), lithium-ion (Li-ion),
lithium-polymer (Li-poly), zinc-air. Baterai lead-acid merupakan jenis baterai yang paling
umum digunakan karena teknologi yang cukup mapan dan unjuk kerja yang tinggi
terhadap harga, serta mempunyai kerapatan energi yang paling kecil terhadap berat dan
isi. Baterai tipe shallow-cycle digunakan pada kendaraan dimana diperlukan energi awal
untuk menghidupkan mesin. Sedangkan untuk penyimpanan energi, seperti dalam sistem
pembangkit energi hibrid, digunakan tipe deep-cycle.

Rangkaian ekivalen baterai yang paling sederhana diperlihatkan pada gambar 5, dimana terdiri
dari sebuah sumber tegangan dengan hambatan yang disusun seri [3,10]. Dari gambar ini, tegangan
pada terminal baterai (Vbat) dinyatakan oleh

Vbat V0 Ri ib (t )

(15)

Dimana Vo adalah tegangan internal baterai, dan Ri adalah hambatan internal baterai, dan ib(t) adalah
arus yang mengalir dari/ke bateri. Dalam makalah ini, jika baterai digunakan (discharge) maka arus ib
bertanda positif (+), dan jika bateri diisi (charge) maka arus ib bertanda negatif (-). Energi yang
disimpan/diberikan (Ebat(t)) adalah

Ebat (t ) Ebat _ init (t ) Vbat ib (t )dt

(16)

Dimana Ebat_init adalah energi awal baterai.

Vbat

Vo

Gambar 5. Rangkaian ekivalen baterai Lead-Acid [3]

2.4 Arsitektur Sistem Hibrid


Sistem pembangkit energi hibrid adalah sistem yang menggabungkan beberapa sumber energi
untuk memasok energi listrik ke beban. Tujuan utama sistem hibrid adalah memaksmimalkan energi
dengan harga murah, bebas polusi, kualitas daya yang bagus, dan energi yang berkesinambungan.
Karena karakteristik dari masing-masing pembangkit yang berbeda-beda, menyebabkan beberapa variasi
dalam arsitektur sistem hibrid seperti diperlihatkan pada gambar 6.

(a)

(b)

(c)
Gambar 6. Arsitektur sistem pembangkit energi hibrid [1].

Pada gambar 6(a), dilakukan sentralisasi bus-AC dimana semua pembangkit (angin, surya,
diesel) dan baterai dihubungkan ke bus-AC utama sebelum disalurkan ke beban (grid). Arsitektur ini
disebut sebagai arsitektur terpusat AC, karena daya yang dihasilkan oleh semua pembangkit
dihubungkan ke beban melalui satu titik. Karena keluaran PV dan baterai adalah tegangan DC, maka
diperlukan inverter untuk mengubah tegangan DC ke AC.
Pada gambar 6(b), pembangkit dihubungkan ke beban secara desentralisasi, yaitu masingmasing pembangkit langsung dihubungkan ke beban dan tidak perlu dihubungkan ke satu bus-AC.
Kelemahan dari sistem ini adalah kesulitan untuk mengendalikan sistem jika pembangkit diesel pada
kondisi mati.
Pada gambar 6(c), pembangkit terhubung ke beban secara terpusat menggunakan bus-DC.
Dengan arsitektur ini, tegangan AC yang dihasilkan oleh pembangit energi angin dan diesel harus diubah
menjadi tegangan searah. Selanjutnya inverter DC-AC digunakan untuk mengubah tegangan DC pada
bus menjadi tegangan AC pada beban. Keutungan dari sistem ini adalah tidak diperlukan kendali
frekuensi dan tegangan pada bus dan memungkinkan penggunaan variable speed generator dalam

sistem. Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah adanya dua proses perubahan tegangan AC ke DC,
lalu ke AC lagi, sehingga akan berpengaruh pada efisiensi sistem.
Sistem hibrid yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pembangkit energi angin, surya dan
baterai, dan menggunakan arsitektur seperti pada gambar 6(c). Pengendali yang dirancang
dititikberatkan untuk mengatur proses pengisian (charge) dan pemakaian (discharge) baterai seperti
diusulkan oleh [3]. Algoritma proses ini digambarkan dengan diagram alir pada gambar 7.
Mulai

Baca daya sumber energi angin (Pw),


energi surya (Ps), dan beban (Pb)

Pw+Ps>Pb
Tidak
Ya

Ebat <Emak

Ebat >Emin
Tidak
Ya

Hubungkan baterai
dengan beban
(discharge baterai)

Tidak
Ya

Putuskan
baterai
dengan sistem

Hubungkan
baterai dengan
rangkaian charger
(Charge baterai)

Gambar 7. Diagram alir proses charge dan discharge baterai

III. Model Simulink dan Hasil Simulasi


3.1. Model Simulink
Dalam penelitian ini, model pembangkit energi angin terdiri dari blok turbin angin (Wind Turbine),
generator magnet permanen (PMSG), dan pengubah daya AC-DC (Power Converter) seperti yang
dilakukan oleh [5]. Model Simulink pembangkit energi angin diperlihatkan pada gambar 8. Blok turbin
angin mempunyai masukan kecepatan angin dan kecepatan sudut rotor turbin, dan keluaran torsi. Blok

ini memodelkan pers. (4)-(5) yang dibahas sebelumnya. Blok PMSG digunakan untuk memodelkan
generator magnet dengan persamaan dinamika seperti dimodelkan oleh [9]. Masukan dari generator
adalah torsi rotor turbin dan tegangan generator. Sedangkan keluaran blok PMSG adalah arus generator
dan kecepatan sudut putaran rotor. Arus keluaran generator selanjutnya diubah menjadi arus DC oleh
blok Power Converter yang memodelkan penyearah tiga fasa. Daya pembangkit energi angin diperoleh
sebagai hasil kali dari arus dan tegangan DC yang dihasilkan generator.

Gambar 8. Model Simulink Pembangkit Energi Angin

Gambar 9. Model Simulink Pembangkit Energi Surya

Model pembangkit energi surya terdiri dari enam buah panel PV yang disusun secara paralel
seperti terlihat pada gambar 9. Setiap panel surya dimodelkan dengan blok Simulink dengan masukan
tegangan sel PV, temperatur kerja, dan intensitas sinar matahari, serta keluaran arus PV. Blok modul PV
ini memodelkan pers. (7) (14) yang dibahas sebelumnya. Daya pembangkit energi surya dinyatakan

sebagai perkalian dari tegangan masing-masing modul PV dengan arus PV total, yang merupakan
penjumlahan dari arus setiap panel PV.
Sistem hibrid yang dimodelkan dalam penelitian ini digunakan untuk mengatur proses
pengisian/pembuangan baterai tergantung dari kondisi daya pembangkit dan beban seperti diperlihatkan
dengan diagram alir pada gambar 7. Model Simulink dari baterai yang dinyatakan oleh pers. (15),(16) dan
proses pengisian/pembuangan (charging/discharging) diperlihatkan pada gambar 9. Pada model
tersebut, Pin adalah selisih daya antara sumber pembangkit dan beban (Pin=Pw+Ps-Pb).

Gambar 10. Model Simulink Baterai dan proses charging/discharging

3.2 Hasil Simulasi


Untuk menguji model sistem hibrid yang dirancang, dilakukan pengujian model Simulink dengan
data masukan profil kecepatan angin dan intensitas matahari, serta daya beban dalam waktu 24 jam
seperti terlihat gambar 11-13. Pada gambar 11 terlihat bahwa daya yang dihasilkan turbin angin
mengikuti perubahan kecepatan angin. Semakin besar kecepatan angin, semakin besar daya yang
dihasilkan. Pada model ini, dengan kecepatan angin sebesar 12 m/det dapat menghasilkan daya 475
watt. Daya yang dihasilkan pembangkit surya sesuai dengan besarnya intensitas matahari yang diterima
panel surya seperti terlihat pada gambar 12. Dengan intensitas radiasi 0,8 Suns(Watt/m2) akan
menghasilkan daya 175 Watt.
Proses charge/discharge baterai dapat dilihat pada gambar 13-14, dimana pada jam 3:00, daya
pembangkit lebih besar dari daya beban (lihat gambar 13), sehingga kelebihan daya ini digunakan untuk
mengisi baterai seperti terlihat pada gambar 14 yang ditunjukkan dengan kenaikan energi baterai dan
nilai arus baterai negatif (charging). Antara jam 05:00 06:00 daya beban lebih besar dari daya
pembangkit, dan baterai akan melepas muatannya ke beban (discharge) seperti ditunjukkan dengan
penurunan daya baterai dan arus baterai positif.

Kecepatan angin (m/det)

Daya turbin angin (Watt)

Gambar 11. Profil kecepatan angin dan daya yang dihasilkan pembangkit energi angin.

Intensitas matahari (Suns)

Daya pembangkit surya (Watt)

Gambar 12. Profil intensitas matahari dan daya yang dihasilkan pembangkit energi surya.

Daya beban (Watt)

Daya pembangkit (angin +Surya) (Watt)

Gambar 13. Profil daya pembangkit dan beban

Energi baterai (Ah)

Arus baterai (A)

Gambar 14. Profil energi dan arus baterai


IV. Kesimpulan
Sistem pembangkit hibrid yang terdiri dari pembangkit energi angin, surya dan baterai
dimodelkan dengan Matlab Simulink. Model Simulink diturunkan dari persamaan-persamaan dasar ketiga
komponen yang setelah disimulasikan sesuai dengan karakteristik pembangkit yang dimodelkan. Model
hibrid yang dirancang digunakan untuk mengatur proses charge/discharge baterai yang disesuaikan
dengan daya pembangkit dan beban, serta kapasitas baterai.

Untuk pengembangan selanjutnya, akan dimodelkan beberapa hal yang menyangkut efisiensi
setiap pembangkit, dan sistem hibrid yang lebih luas dan optimal. Selain itu akan dikembangkan juga
implementasi dari model dalam sistem yang sebenarnya.

Daftar Pustaka
1.

E. Ortjohann, O. Omari, R. Saiju, N. Hamsic, D. Morton. (2003). A simulation Model For


Expandable Hybrid Power Systems. Proceedings of 2 nd European PV-Hybrid and MiniGrid Conference. Kassel, Germany.
2. K.Ch. Karasavvas. (2008). Modular Simulation of A Hybrid Power System With Diesel,
Photovoltaic
Inverter
And
Wind
Turbine Generation. Journal of Engineering Science
and Technology Review 1.
3. L.E. Weldermariam (2010). Genset-Solar-Wind Hybrid Power System of Off-Grid Power Station for
Rural Applications. Master thesis in Electrical Power Engineering. Delf University of Technology,
Delf.
4. N. Moubayeh, A.E.-Ali, R. Outbib (2009) Control of an hybrid solar-wind syatem with acid battery for
storage. WSEAS Trans. On Power Systems, Issue 9, Vol 4, pp. 307-318
5. M.E.T. Hernandez (2007). Hierarchical Control of Hybrid Power Systems. Master thesis in Electrical
Engineering. University of Puerto Rico.
6. D. Tittel (2007). Investigation of a Variable Speed Wind Turbine and DC-Link Control for a Hybrid
Power System. Diploma Ingenieur Thesis in Electric Power Engineering. Chalmers University of
Technology, Gothenburg.
7. H. Gitano, S. Taib, M. Khdeir (2008). Design and Testing of a Low Cost Peak-Power Tracking
Controller for a Fixed Blade 1.2 kVA Wind Turbine. Electrical Power Quality and Utilisation Journal,
Vol. XIV, No. 1, pp. 95-101.
8. J. Hui and A. Bakhshai 2008. A Fast and Effective Control Algorithm for Maximum Power Point
Tracking in Wind Energy Systems. The proceedings of the 2008 World Wind Energy Conference.
9. F. Valenciaga, P.F. Puleston, P.E. Battaiotto (2003). Power Control of a Solar/Wind Generation
System Without Wind Measurement: A Passivity/Sliding Mode Approach. IEEE Transactions on
Energy Conversion, Vol. 18, No. 4, pp. 501-507.
10. M. R. Patel. (1999). Wind and Solar Power Systems. CRC Press.
11. G.R. Walker 2001. Evaluating MPPT Converter Topologies Using A MATLAB PV Model. ournal of
Electrical & Electronics Engineering, Australia, Vol. 21. No. 1, pp. 49-56.
12. MSX-5 and MSX-10 Photovoltaic Modules (1998). Solarex datasheet.

Anda mungkin juga menyukai