Dari Zine Ke Tindes Art. Pengalaman Wirogunan Dan Ganjuran
Dari Zine Ke Tindes Art. Pengalaman Wirogunan Dan Ganjuran
dikatakan bahwa kondisi psikis anak-anak panti sebagai peserta sertamerta adalah hak istimewa
untuk berkesinian.
Tajuk dengan diksi sepi yang berkonotasi muram ternyata tidak muram dalam proses
berlangsungnya lokakarya. Peserta yang dibagi menjadi grup-grup kecil berisi 6 orang dengan
kakak pembinbing sibuk tenggelam dalam proses berkarya dalam ruang aula panti. Namun
begitu menarik melihat bagaimana dalam keseriusan berkarya, suasana masih sangat ramai
dengan adanya teriakan dan senda gurau anak-anak yang kedua tangannya sudah dihiasi coreng
moreng tinta cetak warna-warni. Semua seakan berkata bahwa memang benar bahwa anakanak ini adalah yang berani memeluk sepi karena sungguh sepi sendiri tidak harus menjadi hal
yang buruk.
Biasanya pengunjung hanya mengadakan acara ulang tahun, tidak pernah belajar
bersama seperti ini. Asyik juga bisa ngobrol dengan banyak kakak-kakak, aku Theresia yang
berusia 8 tahun sembari tertawa malu. Antusiasmenya begitu kentara sembari ia melakukan
proses tindes sampai tiga kali. Bahkan Beya, salah satu anak yang berusia 5 tahun sampai sibuk
berlarian kesana dan kemari sambil melakukan proses tindes lima kali berturut-turut dengan
gambar yang berbeda pula.
Selebihnya, sebagaimana apa yang sudah terjadi akan mempunyai dampaknya
tersendiri, maka lokakarya Tindes Art ini akan menjadi suatu yang berpengaruh kepada anakanak panti asuhan Santa Maria.
Cukupkah untuk menyebut Tindes Art maupun Zine sebagai seni? Rasanya itu bukan
soal utama yang perlu dibahas. Keduanya seni atau bukan, tidaklah menjadi soal. Apa yang
penting untuk dibahas kemudian adalah status keduanya, baik Tindes Art maupun Zine, sebagai
bentuk komunikasi, dimana melaluinya ide-ide disalurkan dan harapannya bisa diresapi oleh
lebih banyak orang dari berbagai macam kalangan.