Anda di halaman 1dari 20

PERTEMUAN 5

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI


SALDO

KELOMPOK 6
1. Ni Wayan Muliartini
2. Nym Dwirahayathi Mahayati
3. Ni Nyoman Budi Astuti

7
20
22

PROGRAM EKSTENSI 2016/2017

DAFTAR ISI

Pengauditan II

Page 1

Halaman Judul..........................................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................................2
Peta Konsep..............................................................................................................................3
Pembahasan
-

Pembandingan antara Sampling Audit untuk Pengujian Rinci Saldo


dengan Sampling Audit untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Transaksi.......................................................................................................................4
Sampling Non Statistik.................................................................................................5
Sampling Unit Moneter...............................................................................................13
Sampling Variabel.......................................................................................................19
Ilustrasi Penggunaan Estimasi Selisih.........................................................................21

Simpulan..................................................................................................................................22
Referensi..................................................................................................................................23

1. Menetapkan tujuan pengujian


1. Perbedaan antara mus
audit
dengan sampling
2. Memutuskan apakah sampling
nonstatistika
audit bisa diterapkan
2.
Generalisasi
PETA
KONSEP dari
3. Merumuskan kesalahan
sampel ke populasi
penyajian
dengan menggunakan
4. Merumuskan populasi
SAMPLING AUDIT tehnik
UNTUKmus
PENGUJIAN
5. Merumuskan unit sampling
3.
Generalisasi
RINCI SALDO
6. Menetapkan kesalahan
menggunakan mus dari
penyajian bisa ditoleransi
sampel
ke populasi
Sampling Unit
Pembandingan
antara
7. Menetapkan
risiko bisa Sampling non
Sampling
seandainya
statistik
Moneter tidak
Variabel
sampling
audit untuk keliru
diterima
ditemukan kesalahan
pengujian
rinci saldo
menerima
penyajian
8.
Menaksir
kesalahan
penyajian
dengan sampling
audit
4. Generalisasi apabila
dalam populasi
untuk pengujian
ditemukan kesalahan
9.
Menentukan
ukuran sampel
pengendalian
dan pengujian
penyajian
awal
5. Menetapkan
10.Memilih sampel
akseptabilitas populasi
11.Melaksanakan prosedur audit
dengan
12.Generalisasi
dariII sampel
Pengauditan
Page
2 menggunakan
mus
kepopulasi dan memutuskan
6.
Tindakan apabila
akseptabilitas populasi
sebuah populasi ditolak
13.Menganalisis kesalahan

Ilustrasi
1. Perbedaan antara
Penggunaan
variabel sampling
Estimasi
dengan sampling
Selisih
non statistik
2. Distribusi
sampling
3. Inferensi statistik
4. Metoda-metoda
variabel
5. Metoda statistika
berjenjang
6. Risiko sampling

A. PERBANDINGAN ANTARA AMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI


SALDO

DENGAN

SAMPLING

AUDIT

UNTUK

PENGUJIAN

PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI


Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, auditor ingin membuat
inferensi tentang keseluruhan populasi berdasarkan suatu sampel. Oleh karena itu baik risiko
sampling maupun risiko non sampling penting artinya untuk pengujian pengendalian,
pengujian subsantif transaksi, dan pengujian rinci saldo. Untuk menerapkan risiko sampling,
auditor dapat menggunakan baik metode non-statistik maupun metode statistik untuk ketiga
jenis pengujian tersebut.
Perbedaan pokok antara pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, dan
pengujian rinci saldo terletak pada apa yang ingin diukur auditor.
Jenis Pengujian
Pengujian Pengendalian
Pengujian Substantif Transaksi

Pengujian Rinci Saldo

Apa yang Diukur


Efektivitas operasi pengendalian

internal
Efektivitas pengendalian internal
Kebenaran rupiah transaksi dalam

sistem akuntansi
Apakah jumlah rupiah saldo akun
mengandung
secara material

Pengauditan II

Page 3

kesalahan

penyajian

Auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi :


-

Untuk menentukan apakah tingkat penyimpangan dalam populasi cukup rendah


Untuk menurunkan taksiran penurunan risiko pengendalian dan dengan demikian
mengurangi pengujian rinci saldo
Berbeda dengan pengujian pengendaslian dan pengujian substantif transaksi, auditor

jarang menggunakan pengujian tingkat keterjadian dalam pengujian rinci saldo. Auditor
menggunakan metode sampling yang memberi hasil dalam berntuk rupiah. Ada tiga jenis
metoda sampling yang digunakan untuk menghitung kesalahan penyajian rupiah dalam saldo
akun , yakni: sampling non-statistik, sampling unit moneter, dan sampling variabel.
B. SAMPLING NON-STATISTIK
Ada 14 tahap yang perlu dilakukan dalam sampling audit untuk pengujian rinci saldo.
Keempatbelas tahapan tersebut sejalan dengan 14 tahapan yang digunakan dalam sampling
untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, meskipun tujuanannya
berbeda, yatu:
Tahapan Sampling Audit untuk Pengujian Tahapan Sampling Audit untuk Pengujian
Rinci Saldo

Pengendalian dan Pengujian Substantif

Transaksi
Merencanakan Sampel
Merencanakan Sampel
1. Menetapkan tujuan pengujian audit
1 Menetapkan tujuan pengujian audit
2 Memutuskan apakah sampling audit
2. Memutuskan apakah sampling audit
bisa diterapkan
3. Merumuskan kesalahan penyajian

4 Merumuskan populasi
5. Merumuskan unit sampling
6 Menetapkan kesalahan penyajian

penyimpangan
4. Merumuskan populasi
5 Merumuskan unit sampling
6. Menetapkan tingkat penyimpangan

bisa ditoleransi
Menetapkan risiko bisa diterima

bisa diterima
7. Menetapkan risiko bisa diterima

untuk keliru menerima


8

bisa diterapkan
Merumuskan atribut dan kondisi

untuk penaksiran risiko pengendalian

Menaksir kesalahan penyajian dalam

terlalu rendah
8. Menaksir tingkat

penyimpangan

populasi
9 Menentukan ukuran sampel awal
Memilih Sampel dan Melaksanakan

populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
Memilih Sampel dan Melaksanakan

Prosedur Audit

Prosedur Audit

Pengauditan II

Page 4

10 Memilih sampel
10. Memilih sampel
11 Melaksanakan prosedur audit
11 Melaksanakan prosedur audit
Mengevaluasi Hasil
Mengevaluasi Hasil
12 Generalisasi dari sampel ke populasi
12 Generalisasi dari sampel ke populasi
13 Menganalisis kesalahan penyajian
13 . Menganalisis penyimpangan
14 Memutuskan ekseptabilitas populasi
14. Memutuskan ekseptabilitas populasi
1. Menetapkan Tujuan Pngujian Audit
Sampel untuk pengujian rinci saldo digunakan auditor untuk menentukan apakah
saldo akun yang sedang diaudit telah ditetapkan dengan wajar.
2. Memutuskan Apakah Sampling Audit Bisa Diterapkan
Sampling audit diterapkan apabila auditor merencanakan untuk mengambil
kesimpulan tentang populasi berdasarkan suatu sampel. Meskipun auditor biasanya
menggunakan sampel pada banyak akun, tetapi dalam situasi tertentu sampling tidak
dapat diterapkan.
3. Merumuskan Kesalahan Penyajian
Suatu kesalahan penyajian terjadi apabila unsur sampel kesalahan penyajian. Dalam
pengauditan utang usaha, setiap kesalahan penyajian yang dilakukan klien pada suatu
piutang kepada pelanggan yang termasuk dalam sampel yang ditarik auditor adalah
suatu kesalahan penyajian.
4. Merumuskan Populasi
Dalam pengujian rinci saldo, populasi didefinisikan sebagai unsur unsur yang
membentuk populasi rupiah yang tercatat dalam pembukuan. Sudah barang tentu
kebanaykan populasi akuntansi yang akan disampel auditor meliput unsur unsur
yang berjumlah besar. Auditor akan mengevaluasi apakah populasi dalam pembukuan
mengandung lebih saji atau kurang saji.
5. Sampling Distratifikasi ( Sampling Berjenjang)
Pada banyak populasi, auditor sering memilah populasi menjadi dua atau lebih
subpopulasi sebelum menerapkan sampling audit. Hal ini9 disebut sampling
distratifikasi yang setiap subpopulasi disebut stratum. Stratifikasi memberi
kemungkinan auditor untuk menekankan pada unsur populasi tertentu dan kurang
mementingkan yang lainnya.
6. Merumuskan Unit Sampling
Untuk pengujian audit non-statistika ntuk pengujian audit saldo, unit samplingnya
hampir selalu mengunakan unsur unsur yang membentuk saldo akun. Auditor bisa
menggunakan unsur unsur yang membentuk populasi sebagai unit sampling untuk
pengujian semua tujuan audit, kecuali tujuan kelengkapan.
7. Menetapkan Kesalahan Penyajian Bisa Ditoleransi
Auditor memulai dengan menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
dan menggunakann total tersebut untuk menetapkan kesalahan penyajian bisa
ditoleransi untuk setiap akun. Setiap kali kesalahan penyajian bisa ditoleransi
Pengauditan II

Page 5

diturunkan auditor, maka ukuran sampel yang dibutuhkan harus dinaikkan untuk saldo
akun atau kelompok transaksi yang bersangkutan.
8. Menetapkan Risiko Bisa Diterima untuk Keliru Menerima
Dalam penerapan sampling baik statistika maupun non-statistika, auditor menghadapi
risiko mengambil kesimpulan yang salah tentang populasi. Hal ini benar, kecual;i jika
auditor melakukan pengujian 100% terhadap populasi.
Risiko Bisa Diterima untuk Keliru Menerima atau acceptable risk of incorrect
acceptance (ARIA) adalah besarnya risiko yang bisa diterima auditor dalam
menerima suatu saldo akun sebagai saldo yang benar padahal kesalahan penyajian
yang sesungguhnya melampaui kesalahan penyajian yang bisa ditpleransi. ARIA
mengukur keyakinana auditor untuk suatu saldo akun. Untuk keyakinan yang tinggi
dalam pengauditan suatu saldo, auditor akan menetapkan ARIA yang rendah.
[ catatan : ARIA adalah terminilogi yang sam dengan ARACR (acceptable risko of
assessing control risk too low) untuk pengujian substantif transaksi].
ARIA berhubungan terbalik dengan ukuran sampel yang dibutuhkan. Faktor penting
Yang mempengaruhi keputusan auditor tentang ARIA adalah taksiran risiko
pengendalian yang ditetapkan ausitor dalam model risiko audit. Apabial pengendalian
internal efektif, risiko pengendalian bisa diturunkan, sehingga auditor bisa menaikan
ARIA. Hal ini selanjutnya akan mengurangi ukuran sampel yang diperlukan untuk
pengujian rinci saldo akun yang bersangkuatan.
Auditor harus memahami bagaimana ARACR dan ARIA berinteraksi mempengaruhi
pengumpulan bukti. Gambar dibawah ini menunjukkan pengaruh ARACR dan ARIA
dalam pengujian substantif apabila pengendalian internal dipandang tidak efektif dan
apabila pengendalian internal dipandang efektif.

Pengendalian Internal
Dipandang tidak Efektif

Pengendalian

Internal

Dipandang

Efektif
Risiko pengendalian dipandang = 100%

Pengauditan
II
ARACR
= 100 %
Melaksanakan pengujian substantif yang
Tidak perlu
Gunakan
pengujian
ARIA pengendalian
rendah
luas

Mengurangi risiko pengendalian

Page 6

Mengurangi ARACR
Melaksanakan pengujian pengendalian

Gunakan ARIA tinggi*

Melaksanakan pengujian substantif


terbatas

Dimisalkan hasil pengujian p[engendalain memuaskan, sehingga memungkinkan


risiko pengendalian tetap rendah.

Selain terhadap risiko pengendalian, ARIA dipengaruhi langsung oleh risiko audit
bisa diterima dan dipengaruhi sebaliknya oleh pengujian substantif lain yang telah
dilaksanakan untuk saldo akun. Apabila auditor mengurangi risiko auditor bisa diterima,
auditor juga harus menurunkan ARIA.

Tabel dibawah ini menunjukkan hubungan antarafaktor faktor yang empengaruhi


ARIA, pengaruh terhadap ARIA, dan ukuran sampel yang diperlukan untuk sampling audit.
Faktor yang
Mempengaruhi
ARIA
Pengauditan II

Contoh

Page 7

Pengaruh
Terhadap
ARIA

Pengaruh
Terhadap
Ukuran
Sampel

Efektiviitas
Pengendalian internal efektif
pengendalian internal (mengurangi risiko pengendalian
(risiko pengendalian)

Naik

Turun

Pengujian substanbtif Tidak dijumpai penyimpangan dal;am


transaksi
pengujian substantif transaksi

Naik

Turun

Risiko audit bisa


diterima

Kemungkinan bangkrut rendah


(menaikkan risiko audit bisa diterima)

Naik

Turun

Prosedur analitis

Prosedur analitis dilaksanakan, tidak


ada indikasi kemungkinan kesalahan
penyajian

Naik

Turun

9. Menaksir Kesalahan Penyajian Dalam Populasi


Auditor biasanya membuat estimasi berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya
dengan klien yang bersangkutan dan dengan menaksir risiko bawaan,
mempertimbangkan risiko pengendalian, pengujian substantif transaksi, dan
pengujian analitis yang telah digunakan. Ukuran sampel akan naik sejalan denagn
jumlah kesalahan penyajian diperkirakan dalam populasi menurut pendekatan
kesalahan penyajian bisa ditoleransi.
10. Menentukan Ukuran Sampel Awal
Apabila menggunakan sampling non-statistik, tentukan ukuran sampel awal dengan
mempertimbangkan faktor- faktor yang telah dibahas selama ini.

Tabel berikut meringkas faktor faktor tersebut termasuk pengaruh perubahan setiap
faktor dalam ukuran sampel.
Faktor

Risiko pengendalian (ARACR)


Pengauditan II

Kondisi yang Membuat

Kondisi yang Membuat

Ukuran Sampel Lebih

Ukuran Sampel Lebih

Kecil

Besar

Risiko pengendalian rendah


Page 8

Risiko pengendalian tinggi

mempengaruhi risiko bisa


diterima untuk keliru menerima

Hasil prosedur substantif lain


yang menyangkut asersi yang
sama (termasuk prosedur
analitis dan pengujian substantif
lain yang relevan) memengaruhi
risiko bisa diterima untuk keliru
menerima

Hasil yang memuaskan dalam


prosedur substantif lain yang
berhubungan

Hasil tidak memuaskan dalam


prosedur substantif lain yang
berhubungan

Risiko audit bisa diterima memengaruhi risiko bisa bisa


diterima untuk keliru menerima

Risiko audit bisa diterima yang


tinggi

Risiko audit bisa diterima yang


rendah

Kesalahan penyajian bisa


diterima untuk akun tertentu

Kesalahan penyajian bisa


diterima yang lebih besar

Kesalahan penyajian bisa


diterima yang lebih kecil

Risiko bawaan mempengaruhi


taksiran kesalahan penyajian
dalam populasi

Risiko bawaan yang rendah

Risiko bawaan yang tinggi

Ukuran diharapkan dan


frekuensi kesalahan penyajian
memengaruhi taksiran
kesalahan penyajian dalam
populasi

Kesalahan penyajian yang lebih


kecil atau frekuensi yang lebih
rendah

Kesalahan penyajian yang lebih


besar atau frekuensi yang lebih
tinggi

Jumlah rupiah populasi

Saldo akun yang lebih kecil

Saldo akun yang lebih besar

Jumlah unsur dalam populasi

Hampir tidak berpengaruh


Hampir tidak berpengaruh
terhadap ukuran sampel kecuali terhadap ukuran sampel kecuali
bila populasinya sangat kecil
bila populasinya sangat kecil
Formula untuk menghitung ukuran sampel non-statistik pengujian rinci saldo berdasrkan
AICPA audit sampling formula

jumlah populasi menurut

pembukuan
Faktor asurans=Ukuran sampel
kesalahan penyajian bisa ditoleransi

Pilih ukuran asurans yang tepat sebagai berikut:


Taksiran Risiko

Pengauditan II

Risiko Bahwa Prosedur Substantif Lain Akan Gagal Dalam


Mendeteksi Kesalahan Penyajian Material
Page 9

Inheren dan

maksimun

risiko

Sedikit dibawah

Moderat

Rendah

maksimum

pengendalian
maksimum

3,0

2,7

2,3

2,0

Sedikit dibawah

2,7

2,4

2,0

1,6

maksimum
Moderat

2,3

2,1

1,6

1,2

Rendah

2,0

1,6

1,2

1,0

*Unsur unsur individualsan setelah yang melebihi kesalahan penyajian bisa ditoleransi
diuji secara individual dan dikeluarkan dari populasi untuk perhitungan ini.
11. Memilih Sampel
Auditor akan membuat keputusan setelah memepertimbangkan keuntungan dan
kerugian setiap metoda, termasuk pertimbangan biayanya. Untuk sampling berstrata,
auditor memilih sampel secara independen dari setiap strata.
12. Melaksanakan Prosedur Audit
Untuk menerapkan prosedur audit, auditor menerapkan prosedur audit yang tepat
terhadap setiap unsur dalam sampel untuk menentukan apakah berisi kesalahan
penyajian. Dalam konfirmasi atas piutang usaha, auditor mengirim konfirmasi positif.
Terhadap yang tidak menjawab, auditor menggunakan prosedur alternatif untuk
menentukan kesalahan penyajian.
13. Generalisasi dari Sampel ke Populasituskan dan Memutuskan Akseptabilitas
Populasi
Auditor harus melakukan generalisasi dari sampel ke populasi dengan 1). Melakukan
proyeksi

kesalahan

penyajian

dari

hasil

sampel

ke

populadi

dan

2).

Mempertimbangkan kesalahan sampling dan risiko sampling (ARIA). Langkah


pertama adalah menghitung taksiran poin. Taksiran poin dapat dihitung dengan
berbagai cara , tetapi pendekatan yang paling lazim adalah dengan mengasumsikan
bahwa kesalahan penyajian dalam populasi sebelum diaudit adalah proporsional
dengan kesalahan penyajian di dalam sampel. Taksiran poin dengan sendirinya
bukanlah pengukur yang memadai tentang taksiran kesalahan populasi , karena ada
kemungkinan kesalahan sampling.
Auditor yang menggunakan sampling non-statistik tidak bisa secara formal mengukur
kesalahan sampling dan oleh karenanya harus secara subyektif mempertimbangkan
kemungkinan bahwa kesalahan penyajian populasi sesungguhnya melebihi jumlah
yang bisa ditoleransi. Auditor melakukan hal ini dengan mempertimbangkan :

Pengauditan II

Page 10

Selisih antara taksiran poin dengan kesalahan penyajian bisa ditoleransi ( hal ini

disebut kesalahan sampling dihitung)


Seberapa banyak unsur unsur dalam populasi yang telah diaudit 100%
Apakah kesalahan penyajian cenderung bisa saling menutup atau hanya dalam satu

arah
- Jumlah kesalahan penyajian individual
- Ukuran sampel
14. Menganalisis Kesalahan Penyajian
Auditor harus melakukan analisis kesalahan penyajian untuk memutuskan apakah
diperlukan suatu modifikasi atas model risiko audit. Revisi model risiko audit harus
dilakukan dengan ekstra hati hati karena model tersebut akan digunakan terutama
untuk perencanaan, bukan untuk menganalisis hasil.
15. Tindakan Apabila Populasi Ditolak
Apabial auditor berkesimpulan bahwa kesalahan penyajian dalam populasi lebih besar
dari kesalahan penyajian bisa ditoleransi setelah mempertimbangkan kesalahan
sampling, populasi dipandang tidak bisa diterima. Dalam situasi tersebut auditor
memiliki beberapa tindakan :
Tidak mengambil tindakan apa pun sampai pengujian audit lainnya
selesai dikerjakan. Sudah barang tentu sebelum audit dilaksanakan, auditor
harus menilai apakah suatu kesalahan penyajian dalam suatu akun bisa
membuat suatu laporan keuangan menjadi menyesatkan walaupun terdapat

kesalahan penyajian yang bisa menutupi.


Memperluas pengujian audit pada bidang tertentu. Apabila suatu analisis
kesalahan penyajian menunjukkan bahwa kebanyakan kesalahan penyajian
bertipe sama, maka perlu dibatasi dengan menambah usaha audit pada bidang

tertentu.
Menaikingkatkan ukuran sampel. Apabila auditor menaikan ukuran
sampel,kesalahan sampel diturunkan apabila tingkat kesalahan penyajian
dalam sampel yang diperluas, jumlah rupiahnya, dan arahnya serupa dengan
samp[el aslinya. Oleh karena itu, ukuran sampel dapat memuaskan permintaan

kesalahan penyajian bisa ditoleransi yang ditetapkan auditor.


Menyesuaikan saldo akun. Apabila auditor berkesimpulan bahwa saldo akun
mengandung kesalahan penyajian material, klien kemungkinan bersedia untuk

menyesuaikan nilai buku berdasarkan hasil sampling.


Minta klien untuk mengoreksi populasi. Dalam situasi tertentu, catatan
klien sedemikian tidak memadai sehingga diperlukan koreksi atas keseluruhan
populasi sebelum audit dapat diselesaikan. Contohnya, dalam piutanmg usaha,

Pengauditan II

Page 11

klien bisa diminta untuk mengkoreksi catatan piutang usaha dan diminta
membuat lagi daftar piutang, apabila auditor berkesimpulan terdapat kesalahan

penyajian signifikan.
Menolak untuk memberikan opini wajar tnpa pengecualian. Jika auditor yakin
bahwa terdapat kemungkinan laporan keuangan mengandung kesalahan
penyajian material, maka akan jadi pelanggaran serius apabila auditor

memberi pendapat wajar tanpa pengecualian.


C. SAMPLING UNIT MONETER
Sampling unit moneter atau monetary unit sampling (MUS) adalah metode sampling
statistik yang paling banyak digunakan untuk pengujian rinci saldo karena kesederhanaan
statistik dari sampling atribut yang memberikan hasil statistik yang dinyatakan dalam rupiah,
MUS sering disebut juga unit sampling rupiah atau sampling jumlah moneter kumulatif, atau
sampling probabilitas prop[orsional dengan ukuran.

Perbedaan Antara MUS dengan Sampling Non-Statistik


MUS adalah serupa dengan penggunaan sampling non-statistika. Tahapan sebanyak
14 langkah juga harus dilakukan untuk melaksanakan MUS, walaupun beberapa
diantaranya dilakukan dengan cara berbeda. Dibawah ini akan dijelaskan perbedaan
tersebut secara rinci.

Rumus Unit Sampling adalah Rupiah Individu


Fitur yang terpenting dari MUS adalah perumusan unit sampling sebagai rupiah
individual yang berada pada saldo akun. Namun metode statistika, sampling unit
moneter, berasal dari fitur yang berbeda - beda. Dengan fokus pada rup[iah individual
sebagai unit sampling, MUS secara otomatis menekankan pada unit fisik yang

bersaldo besar di pembukuan.


Ukuran Populasi adalah Rupiah Populasi Menuut Pembukuan
MUS tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah unsur persediaan tertentu
sungguh sungguh ada tetapi belum dihitung. Apabila tujuan kelengkapan merupakan
hal yang penting dalam suatu audit, tujuan tersebut harus dipenuhi dengan cara lain,

buakan dengan MUS.


Ukuran Sampel Ditentkan dengan Menggunakan Formula Statistik
Proses ini akan dibahas secar rinci setelah kita menguraikan seluruh 14 tahapan

sampling dalam MUS.


Pemilihan Sampel Dilakukan dengan Menggunakan PPS
Sampel unit moneter adalah sampel yang dipilih dengan probabilitas proporsional
dengan ukuran sampel (PPS). Samp[el PPS dapatdiperoleh dengan menggunakan

Pengauditan II

Page 12

perangkat lunak komputer. Satu masalah dalam penggunaan pemiliahan PPS adalah
bahwa unsur populasi yang ada dalam pembukuan bersaldo nol tidak mempunyai
kesempatan untuk terpilih dengan pemilihan sampel PPS, walaupun saldo tersebut
mungkin mengandung kesalahan penyajian.masalh lain dengan PPS adalah metode
pemilihan tersebut tidak bisa mencakup saldo negatif, seperti misalnya piutang usaha

bersaldo negatif.
Generalisasi dari Sampel ke Populasi dengan Menggunakan Tehnik MUS
Apapun metode sampling yang dipilih auditor harus melakukan generalisasi dari
sampel ke populasi dengan (1) memproyeksi kesalahan penyajian dari hasil sampel ke
populasi, (2) menentukan kesalahan sampling yang bersangkutan. Ada 4 aspek untuk
melakukan hal tersebut dengan MUS :
1. Untuk menghitung hasil digunakan tabel sampling atribut. Tabel dapat digunakan
dengan mengganti ARACR dengan ARIA.
2. Hasil atribut harus dikonversi menjadi rupiah. MUS menaksir kesalahan penyajian
rupiah dalam populasi, bukan dalam bentuk persen unsur populasi yang kesalahan
penyajian.
3. Auditor harus membuat suatu asumsi tentang persentase kesalahan penyajian
untuk setiap unsur populasi yang kesalahan penyajian.
4. Apabila digunakannya MUS, hasil statistika disebut batas kesalahan penyajian
yaitu taksiran kemungkinan lebih saji maksimum dan kemungkinan lebih saji

maksimum pada suatu ARIA tertentu.


Generalisasi Menggunakan MUS dari Sampel ke Populasi Seandainya Tidak
Ditemukan Kesalahan Penyajian.
Misalkan auditor mengkonfirmasi suatu populasi piutang usaha untuk
memeriksa kebenaran rupiahnya. Populasi berjumlah RP. 1.200.000,- dan dicapai
suatu sampel terdiri dari 100 konfirmasi. Selama audit berlangsung tidak dijumpai
kesalahan penyajian dalam sampel. Auditor ingin menentukan jumlah maksimum
lebih saji dan jumlah maksimum kurang saji yang mungkin terkandung dalam
populasi walaupun bila sampel tidak berisi kesalahan penyajian. Hal ini masing
masing disebut batas atas dan batas bawah bisa kesalahan penyajian. Seandainya
ARIA 5% ,dan menggunakan tabel sampling atribut, maka batas atas dan batas bawah
bisa ditentukan dengan menentukan lokasi perpotongan antara ukuran sampel (100)
dan jumlah kesalahan penyajian sesungguhnya (0) dengan cara yang sama seperti
sampling atribut. CUER 3% dalam tabel mencerminkan baik batas atas maupun batas
bawah yang dinyatakan dalam persen. Karena tingkat kesalahan penyajian sampel
adalah 0%, maka 3% mencerminkan taksiran kesalahan sampling.

Pengauditan II

Page 13

Untuk mengkonversi persentase menjadi rupiah, auditor harus membuat suatu


asumsi tentang rata rata persentase kesalahan penyajian dalam rupiah populasi yang
-

berisi kesalahan penyajian.


Asumsi Persentase Kesalahan Penyajian yang Tepat
Asumsi yang tepat untuk keseluruhan persentase kesalahan penyajian dalm unsur
unsur populasi yang berisi kesalahan penyajian adalah keputusan auditor. Auditor
harus menetapkan presentase ini berdasarkan pertimbangan profesional sesuai dengan
keadaan yang dihadapi. Dalam hal ini tidak terdapat informasi yang meyakinkan,
kebanyakan auditor percaya bahwa perlu diasumsikan jumlah 100%, baik untuk lebih

saji maupun kurang saji kecuali ada kesalahan penyajian dalam hasil sampel.
Generalisasi Apabila Ditemukan Kesalahan Penyajian
Empat aspek untuk melakukan generalisasi dari sampel ke populasi denagn
modifikasi sebagai berikut:
1. Jumlah kesalahan penyajian mula mula dipisahkan dan kemudian digabungkan.
Pertama, batas atas kesalahan penyajian dan batas bawah kesalahan penyajian
dihitung terpisah untuk jumlah lebih saji dan kurang sajinya. Selanjutnya dihitung
taksiran p[oin untuk lebih saji dan kurang saji. Taksiran poin untuk kurang saji
digunakan untuk mengurangi batas atas kesalahan penyajian awal, dan taksiran
poin untuk lebih saji digunakan untuk mengurangi batas bawah kurang saji awal.
2. Dibuat asumsi kesalahan penyajian yang berbeda untuk setiap kesalahan
penyajian, termasuk nol kesalahan penyajian.
Apabila dalam sampel tidak terdapat kesalahan penyajian, diperlukan suatu
asumsi tentang persentase rata rata kesalahan penyajian untuk unsur populasi
yang kesalahan penyajian. Batas kesalahan penyajian yang dihitung menunjukkan
beberapa asumsi ayng berbeda.
3. Auditor harus menggunakan tabel sampling atribut untuk membuat lapisan tingkat
batas atas penyimpangan terhitung (CUER)
Auditor melakukan hal ini karena adanya perbedaan asumsi kesalahan penyajian
untuk setiap kesalahan penyajian. Lapisan dihitung pertama pertama dengan
menentukan CUER dari tabel untuk setiap salah saji dan kemudian menghitung
setiap lapisan.
4. Asumsi kesalahan penyajian harus diakaitka dengan setiap lapisan ( layer)
Metoda yang paling umum dalam mengaitkan asumsi kesalahan penyajian dengan
lapisan adalah dengan cara konsevatif mengaitkan persentase kesalahan penyajian

rupiah terbesar dengan lapisan terbesar


Menetapkan Akseptabilitas Populasi dengan Menggunakan MUS
Setelah batas kesalahan penyajian dihitung , auditor harus menetapkan apakah
populasi bisa diterima. Untuk melakukan itu diperlukan aturan pengambilan

Pengauditan II

Page 14

keputusan. Aturan pengambilan kep[uitusan untuk MUS adalah sbb: apabila batas
bawah kesalahan penyajian ( lower misstatement bond/LMB) maupun batas atas
kesalahan penyajian ( Upper misstament bond/ UMB) jatuh diantara jumlah kurang
saji dan jumlah lebih saji bisa ditoleransi, bisa disimpulkan bahwa nilai perbuku tidak
mengandung kesalahan penyajian material.
Aturan pengambilan keputusan ini dilukiskan dalam gambar 14-3. Auditor
harus menyimpulkan bahwa baik LMB maupun UMB untuk situasi 1 dan 2 jatuh
dalam batas kurang saji dan batas lebih saji bisa diterima. Oleh karena itu, auditopr
menyimpulkan bahwa populasi tidak mengandung kesalahan penyajian secara
material. Untuk situasi 3,4 dan 5 , baik LMB maupun UMB kedunya diluar kesalahan
penyajian bisa diterima. Oleh karena itu, nilai populasi perbuku harus ditolak.

Tindakan Apabila Sebuah Populasi Ditolak


Apabila salah satu atau kedua batas kesalahan penyajian berada diluar batas yang bisa
ditoleransi dan populasi dipandang tidak bisa diterima, auditor memiliki beberapa

opsi.
Menentukan Ukuran Sampel Dengan Menggunakan MUS
Metoda yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel untuk MUS sama dengan
yang digunakan untuk sampling atribut unit fisik dengan menggunakan tabel sampling

batribut.
Materialitas
Apabila kesalahan penyajian dalam pengujian non-MUS diperkirakan terjadi, maka
kesalahn penyajian bisa ditoleransi bisa secara material lebih kecil dari jumlah

Pengauditan II

Page 15

tersebut. Kesalahan penyajian bisa ditoleransi bisa berbeda untuk lebih saji dan
-

kurang saji.
Asumsi Tentang Persentase Rata rata Kesalahan Penyajian Untuk Unsur
Populasi yang berisi kesalahan penyajian.
Sekali lagi, dalam hal ini pun bisa ada asumsi yang berbeda untuk batas atas dan batas
bawah. Hal ini juga membutuhkan pertimbangan auditor yang harus didasarkan pada
pengetahuan auditor tentang klien dan p[engalaman dimasa lalu dengan klien yang
bersangkutan, dan apabila digunakan asumsi kurang dari 100%, asumsi tersebut

haruis bisa dipertanggungjawabkan.


Risiko Bisa Diterima untuk Keliru Menerima
ARIA adal;ah suatu kebijakan auditor dan sering kali digunakan dengan model risiko
audit.
Nilai Populasi Per Pembukuan
Niali rupiah populasi diambil dari pembukuan klien.
Esimasi Tingkat Penyimpangan populasi
Biasanya estimasi tingkat penyimpangan populasi untuk MUS adalah 0,
karena MUS paling tepat digunakan kalau tidak terdapat kesalahan penyajian atau
hanya terdapat sedikit kesalahan penyajian. Apabila diperkirakan terdapat kesalahan
penyajian, jumlah total rupiah kesalahan penyajian yang diperkirakan dalam populasi
ditaksir dan kemudian dinyatakan sebagaio persentase dari nilai populasi perbuku.
Apabial auditor mengkawatirkan ditemukannya kesalahan penyajian yang
tidak diharapkan yang bisa menyebabkan populasi ditolak, auditor bisa mencegah hal

tersebut dengan secar sembarang menaikkan ukuran sampel.


Hubungan Antara Model Risiko Audit dengan Ukuran Sampel untuk MUS
Model risiko audit untuk perencanaan
AAR
PDR=
IR CR
MUS digunakan dalm pengujian rici saldo. Oleh karena itu, auditor perlu memahami
hubungan antara ketiga faktor independen dalam model risiko audit ini, ditambah
dengan prosedur analitis dan pengujian substantif transaksi pada ukuran sampel untuk
pengujian rici saldo. MUS menarik bagi auditor karena empat hal berikut:
1. MUS secara otomatis menaikan kemungkinan terpilihnya unsur dengan rupiah
tertinggi dari populasi yang diaudit
2. MUS seringkali mengurangi biaya untuk melaksanakan pengujian audit karena
beberapa unsur sampel hanya diuji sekali
3. MUS mudah penerapannya. Sampel unit moneter bisa dievaluasi dengan
menggunakn tabel yang sederhana

Pengauditan II

Page 16

4. MUS memberiokan kesimpulan statistika buakn non statistika. Banyak auditor


yakin bahwa sampling statistika membantu mereka dalam pengambilan keputusan
secara lebih baik dan lebih bisa dipertanggungjawabklan.
MUS memiliki dua kelemahan sebagai berikut :
1. Total batas kesalahan penyajian yang dihasilkan apabila ditemukan kesalahan
penyajian bisa terlalu tinggi digunakan auditor.
2. Tidak praktis untuk memilih sampel PPS dari populasi yang besar tanpa bantuan
komputer
D. SAMPLING VARIABEL
Sampling variabel adalah metode statistik yang digunakan auditor.sampling variabel
dan sampling non-statistik memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengukur kesalahan
penyajian dalam saldo akun. Seperti halnya sampling non-statistik, apabial auditor
menentukan bahwa sejumlah kesalahan penyajian melebihi jumlah yang bisa ditoleransi,
auditor akan menolak populasi dan mengambil tindakan tambahan.
Sejumlah tehnik sampling membentuk metoda yang disebut variabel sampling yaitu :
estimasi selisih, estimasi rasio, dan estimasi mean-per unit.

Perbedaan Antara Variabiel Sampling Dengan Sampling Non-Statistik


Penggunaan metoda sampling variabel memiliki banyak kesamaan dengan sampling
non-statistik 14 tahapan yang telah dibahas untuk sampling non- statistik semuanya
harus dilakukan untuk metoda variabel, dan kebanyakan identik. Beberapa perbedaan
antara sampling variabel dengan sampling non- statistik akan diterangkan setelah kita

membahas distribusi sampling.


Distribusi Sampling
Auditor tidak mengetahui nilai mean ( rata rata ) kesalahan penyajian dalam
populasi, distrbusi jumlah kesalahan penyajian, atau nilai per auditnya. Karakteristik
populasi ini harus diestimasi ( ditaksir) dari sampel yang sudah barang tentu
merupakan tujuan dari pengujian audit.
Sebagain kesimpulan, ada tiga hal yang membentuk hasil eksperimen dengan
mengambil jumlah sampel yang abnyak dari suatu populasi yang diketahui, yaiotu:
1. Niali mean dari seluruh mean sampel adalah sama dengan mean populasi ( ).
Wajarlah nilai mean sampel ( ) denagn frekuensi terjadio yang paling tinggi adalah
juga sama dengan mean populasi.
2. Bentuk dari distribusi frekuensi mean sampel adalah distribusi normal (kurva),
sepanjang ukuran sampel cukup besar, bagaimanapun distribusi populasinya.

Pengauditan II

Page 17

3. Persentase mean sampel antara dua nilai distribusi sampling bisa diukur.
Persentase bisa dihitung dengan menentukan jumlah standar kesalahan antara dua
nilai dan menentukan persentase mean sampel yang dicerminkan dari tabel untuk

kurva normal
Inferensi Statistik
Pada umumnya apabila sampel diambil dari suatu populasi dalam situasi audit yang
sesungguhnya, auditor tidakl mengetahui karakteristik populasi, dan biasanya hanya
satu sampel yang diambil dari populasi. Tetapi pengetahuan tentang distribusi
samp[ling memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan statistik, atau inferensi

statistik, tentang populasi.


Metode metode Variabel
Auditor menggunakan proses inferensi statistik di atas untuk semau metoda sampling
variabel. Masiong masing metoda berbeda bergantung dengan apa yang

diukur.dibawah ini akan diuraikan masing masing metoda tersebut


Estimasi Selisih
Auditor menggunakan estimasi selisih untuk mengukur jumlah taksiran keslahan
penyajian total dalm suatu populasi, apabila baik nilai menurut buku maupun nilai
menueut audit tersedia untuk setiap unsur dalam sampel yang biasanya terdapat pada
setiap audit. Estimasi selisih sering kali menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil
dibandingkan denmgan metoda lainnya, dan relatif mudah untuk digunakan.
Denganm alasan itu, estimasi selisih sering menjadi metoda variabel yang paling

banyak digunakan auditor.


Estimasi Rasio
Estimasi rasio mirip dengan estimasi selisih kecuali disini auditor menghitung rasio
antara kesalahan penyajian dan nilai bukunya dan memproyeksi hal ini ke populasi

untuk menaksir total kesalahan penyajian populasi.


Estimasi Mean-per-unit
Dalm estimasi mean per-unit, auditor lebih fokus pasda nilai per audit, tidak pada
jumlah kesalahan penyajian untuk setiap unsur dalam sampel. Kecuali tentang definisi
dari apa yang diukur, estimasi ,mean per-unit dihitung dengan cara yang persis sama
dengan estimasi selisih. Estimasi poin nilai per audit sam dengan rata rata niali audit
dari unsur unsur dalam sampel dikalikan dengan ukuran populasi. Interval presisi
terhitung dihitung atas dasar niali audit dari unsur sampel, buak atas dasar kesalahan
penyajian. Apabila auditor telah menghitung batas atas dan batas bawah convidence
limit , auditor memutuskan akseptabilitas populasi dengan membandingkan jumlah ini

dengan nilai perbuku.


Metoda Statistika Berjenjang

Pengauditan II

Page 18

Sampling berjenjang adalah metoda sampling dimana semua elemen dalam total
populasi ditarik menjadi dua atau tiga sub populasi. Setiap sub populasi kemudian

diuji secara independen.


Risiko Sampling
1) ARIA
Risiko bisa diterima untuk keliru menerima (acceptable risk of incorect
acceptence). ARIA adalah hal yang serius bagi auditor karena adanya potensi
implikasi legal untuk menyimpulkan bahwa suatu saldo akun disajikan secara
wajar padahal akun tersebut mengandung kesalahan penyajian yang berjumlah
material.
2) ARIR
Risiko bisa diterima untuk keliru menolak (acceptable risk of incorrect rejection).
ARIR adalah risiko statistik bahwa auditor telah menyimpulkan bahwa populasi

mengandung kesalahan penyajian material padahal tidak demikian.


E. ILUSTRASI PENGGUNAAN ESTIMASI SELISIH
Kita telah memilih estimasi selisih dengan menggunakan pengujian hipotesisi karena
relatif sederhana. Apabila metoda ini dipandang bisa dipercaya pada suatu situasi
tertentu, kebanyakan auditor lebih suka menggunakannya pada metoda sampling
varabel yang lain.

SIMPULAN
PERBANDINGAN ANTARA AMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI
SALDO

DENGAN

SAMPLING

AUDIT

UNTUK

PENGUJIAN

PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI


Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, auditor ingin membuat
inferensi tentang keseluruhan populasi berdasarkan suatu sampel. Oleh karena itu baik risiko
sampling maupun risiko non sampling penting artinya untuk pengujian pengendalian,
pengujian subsantif transaksi, dan pengujian rinci saldo. Untuk menerapkan risiko sampling,

Pengauditan II

Page 19

auditor dapat menggunakan baik metode non-statistik maupun metode statistik untuk ketiga
jenis pengujian tersebut.
SAMPLING NON-STATISTIK
Ada 14 tahap yang perlu dilakukan dalam sampling audit untuk pengujian rinci saldo.
Keempatbelas tahapan tersebut sejalan dengan 14 tahapan yang digunakan dalam sampling
untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, meskipun tujuanannya
berbeda
SAMPLING UNIT MONETER
Sampling unit moneter atau monetary unit sampling (MUS) adalah metode sampling
statistik yang paling banyak digunakan untuk pengujian rinci saldo karena kesederhanaan
statistik dari sampling atribut yang memberikan hasil statistik yang dinyatakan dalam rupiah,
MUS sering disebut juga unit sampling rupiah atau sampling jumlah moneter kumulatif, atau
sampling probabilitas prop[orsional dengan ukuran.
SAMPLING VARIABEL
Sampling variabel adalah metode statistik yang digunakan auditor.sampling variabel
dan sampling non-statistik memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengukur kesalahan
penyajian dalam saldo akun. Seperti halnya sampling non-statistik, apabial auditor
menentukan bahwa sejumlah kesalahan penyajian melebihi jumlah yang bisa ditoleransi,
auditor akan menolak populasi dan mengambil tindakan tambahan.
ILUSTRASI PENGGUNAAN ESTIMASI SELISIH
Kita telah memilih estimasi selisih dengan menggunakan pengujian hipotesisi karena
relatif sederhana. Apabila metoda ini dipandang bisa dipercaya pada suatu situasi
tertentu, kebanyakan auditor lebih suka menggunakannya pada metoda sampling
varabel yang lain.

REFERENSI
1. Al. Haryono Jusup,2014,Auditing pengauditan berbasis ISA,YKPN Yogyakarta.

Pengauditan II

Page 20

Anda mungkin juga menyukai