Bab 14 (Sap 5) Pengauditan 2
Bab 14 (Sap 5) Pengauditan 2
KELOMPOK 6
1. Ni Wayan Muliartini
2. Nym Dwirahayathi Mahayati
3. Ni Nyoman Budi Astuti
7
20
22
DAFTAR ISI
Pengauditan II
Page 1
Halaman Judul..........................................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................................2
Peta Konsep..............................................................................................................................3
Pembahasan
-
Simpulan..................................................................................................................................22
Referensi..................................................................................................................................23
Ilustrasi
1. Perbedaan antara
Penggunaan
variabel sampling
Estimasi
dengan sampling
Selisih
non statistik
2. Distribusi
sampling
3. Inferensi statistik
4. Metoda-metoda
variabel
5. Metoda statistika
berjenjang
6. Risiko sampling
DENGAN
SAMPLING
AUDIT
UNTUK
PENGUJIAN
internal
Efektivitas pengendalian internal
Kebenaran rupiah transaksi dalam
sistem akuntansi
Apakah jumlah rupiah saldo akun
mengandung
secara material
Pengauditan II
Page 3
kesalahan
penyajian
jarang menggunakan pengujian tingkat keterjadian dalam pengujian rinci saldo. Auditor
menggunakan metode sampling yang memberi hasil dalam berntuk rupiah. Ada tiga jenis
metoda sampling yang digunakan untuk menghitung kesalahan penyajian rupiah dalam saldo
akun , yakni: sampling non-statistik, sampling unit moneter, dan sampling variabel.
B. SAMPLING NON-STATISTIK
Ada 14 tahap yang perlu dilakukan dalam sampling audit untuk pengujian rinci saldo.
Keempatbelas tahapan tersebut sejalan dengan 14 tahapan yang digunakan dalam sampling
untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, meskipun tujuanannya
berbeda, yatu:
Tahapan Sampling Audit untuk Pengujian Tahapan Sampling Audit untuk Pengujian
Rinci Saldo
Transaksi
Merencanakan Sampel
Merencanakan Sampel
1. Menetapkan tujuan pengujian audit
1 Menetapkan tujuan pengujian audit
2 Memutuskan apakah sampling audit
2. Memutuskan apakah sampling audit
bisa diterapkan
3. Merumuskan kesalahan penyajian
4 Merumuskan populasi
5. Merumuskan unit sampling
6 Menetapkan kesalahan penyajian
penyimpangan
4. Merumuskan populasi
5 Merumuskan unit sampling
6. Menetapkan tingkat penyimpangan
bisa ditoleransi
Menetapkan risiko bisa diterima
bisa diterima
7. Menetapkan risiko bisa diterima
bisa diterapkan
Merumuskan atribut dan kondisi
terlalu rendah
8. Menaksir tingkat
penyimpangan
populasi
9 Menentukan ukuran sampel awal
Memilih Sampel dan Melaksanakan
populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
Memilih Sampel dan Melaksanakan
Prosedur Audit
Prosedur Audit
Pengauditan II
Page 4
10 Memilih sampel
10. Memilih sampel
11 Melaksanakan prosedur audit
11 Melaksanakan prosedur audit
Mengevaluasi Hasil
Mengevaluasi Hasil
12 Generalisasi dari sampel ke populasi
12 Generalisasi dari sampel ke populasi
13 Menganalisis kesalahan penyajian
13 . Menganalisis penyimpangan
14 Memutuskan ekseptabilitas populasi
14. Memutuskan ekseptabilitas populasi
1. Menetapkan Tujuan Pngujian Audit
Sampel untuk pengujian rinci saldo digunakan auditor untuk menentukan apakah
saldo akun yang sedang diaudit telah ditetapkan dengan wajar.
2. Memutuskan Apakah Sampling Audit Bisa Diterapkan
Sampling audit diterapkan apabila auditor merencanakan untuk mengambil
kesimpulan tentang populasi berdasarkan suatu sampel. Meskipun auditor biasanya
menggunakan sampel pada banyak akun, tetapi dalam situasi tertentu sampling tidak
dapat diterapkan.
3. Merumuskan Kesalahan Penyajian
Suatu kesalahan penyajian terjadi apabila unsur sampel kesalahan penyajian. Dalam
pengauditan utang usaha, setiap kesalahan penyajian yang dilakukan klien pada suatu
piutang kepada pelanggan yang termasuk dalam sampel yang ditarik auditor adalah
suatu kesalahan penyajian.
4. Merumuskan Populasi
Dalam pengujian rinci saldo, populasi didefinisikan sebagai unsur unsur yang
membentuk populasi rupiah yang tercatat dalam pembukuan. Sudah barang tentu
kebanaykan populasi akuntansi yang akan disampel auditor meliput unsur unsur
yang berjumlah besar. Auditor akan mengevaluasi apakah populasi dalam pembukuan
mengandung lebih saji atau kurang saji.
5. Sampling Distratifikasi ( Sampling Berjenjang)
Pada banyak populasi, auditor sering memilah populasi menjadi dua atau lebih
subpopulasi sebelum menerapkan sampling audit. Hal ini9 disebut sampling
distratifikasi yang setiap subpopulasi disebut stratum. Stratifikasi memberi
kemungkinan auditor untuk menekankan pada unsur populasi tertentu dan kurang
mementingkan yang lainnya.
6. Merumuskan Unit Sampling
Untuk pengujian audit non-statistika ntuk pengujian audit saldo, unit samplingnya
hampir selalu mengunakan unsur unsur yang membentuk saldo akun. Auditor bisa
menggunakan unsur unsur yang membentuk populasi sebagai unit sampling untuk
pengujian semua tujuan audit, kecuali tujuan kelengkapan.
7. Menetapkan Kesalahan Penyajian Bisa Ditoleransi
Auditor memulai dengan menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
dan menggunakann total tersebut untuk menetapkan kesalahan penyajian bisa
ditoleransi untuk setiap akun. Setiap kali kesalahan penyajian bisa ditoleransi
Pengauditan II
Page 5
diturunkan auditor, maka ukuran sampel yang dibutuhkan harus dinaikkan untuk saldo
akun atau kelompok transaksi yang bersangkutan.
8. Menetapkan Risiko Bisa Diterima untuk Keliru Menerima
Dalam penerapan sampling baik statistika maupun non-statistika, auditor menghadapi
risiko mengambil kesimpulan yang salah tentang populasi. Hal ini benar, kecual;i jika
auditor melakukan pengujian 100% terhadap populasi.
Risiko Bisa Diterima untuk Keliru Menerima atau acceptable risk of incorrect
acceptance (ARIA) adalah besarnya risiko yang bisa diterima auditor dalam
menerima suatu saldo akun sebagai saldo yang benar padahal kesalahan penyajian
yang sesungguhnya melampaui kesalahan penyajian yang bisa ditpleransi. ARIA
mengukur keyakinana auditor untuk suatu saldo akun. Untuk keyakinan yang tinggi
dalam pengauditan suatu saldo, auditor akan menetapkan ARIA yang rendah.
[ catatan : ARIA adalah terminilogi yang sam dengan ARACR (acceptable risko of
assessing control risk too low) untuk pengujian substantif transaksi].
ARIA berhubungan terbalik dengan ukuran sampel yang dibutuhkan. Faktor penting
Yang mempengaruhi keputusan auditor tentang ARIA adalah taksiran risiko
pengendalian yang ditetapkan ausitor dalam model risiko audit. Apabial pengendalian
internal efektif, risiko pengendalian bisa diturunkan, sehingga auditor bisa menaikan
ARIA. Hal ini selanjutnya akan mengurangi ukuran sampel yang diperlukan untuk
pengujian rinci saldo akun yang bersangkuatan.
Auditor harus memahami bagaimana ARACR dan ARIA berinteraksi mempengaruhi
pengumpulan bukti. Gambar dibawah ini menunjukkan pengaruh ARACR dan ARIA
dalam pengujian substantif apabila pengendalian internal dipandang tidak efektif dan
apabila pengendalian internal dipandang efektif.
Pengendalian Internal
Dipandang tidak Efektif
Pengendalian
Internal
Dipandang
Efektif
Risiko pengendalian dipandang = 100%
Pengauditan
II
ARACR
= 100 %
Melaksanakan pengujian substantif yang
Tidak perlu
Gunakan
pengujian
ARIA pengendalian
rendah
luas
Page 6
Mengurangi ARACR
Melaksanakan pengujian pengendalian
Selain terhadap risiko pengendalian, ARIA dipengaruhi langsung oleh risiko audit
bisa diterima dan dipengaruhi sebaliknya oleh pengujian substantif lain yang telah
dilaksanakan untuk saldo akun. Apabila auditor mengurangi risiko auditor bisa diterima,
auditor juga harus menurunkan ARIA.
Contoh
Page 7
Pengaruh
Terhadap
ARIA
Pengaruh
Terhadap
Ukuran
Sampel
Efektiviitas
Pengendalian internal efektif
pengendalian internal (mengurangi risiko pengendalian
(risiko pengendalian)
Naik
Turun
Naik
Turun
Naik
Turun
Prosedur analitis
Naik
Turun
Tabel berikut meringkas faktor faktor tersebut termasuk pengaruh perubahan setiap
faktor dalam ukuran sampel.
Faktor
Kecil
Besar
pembukuan
Faktor asurans=Ukuran sampel
kesalahan penyajian bisa ditoleransi
Pengauditan II
Inheren dan
maksimun
risiko
Sedikit dibawah
Moderat
Rendah
maksimum
pengendalian
maksimum
3,0
2,7
2,3
2,0
Sedikit dibawah
2,7
2,4
2,0
1,6
maksimum
Moderat
2,3
2,1
1,6
1,2
Rendah
2,0
1,6
1,2
1,0
*Unsur unsur individualsan setelah yang melebihi kesalahan penyajian bisa ditoleransi
diuji secara individual dan dikeluarkan dari populasi untuk perhitungan ini.
11. Memilih Sampel
Auditor akan membuat keputusan setelah memepertimbangkan keuntungan dan
kerugian setiap metoda, termasuk pertimbangan biayanya. Untuk sampling berstrata,
auditor memilih sampel secara independen dari setiap strata.
12. Melaksanakan Prosedur Audit
Untuk menerapkan prosedur audit, auditor menerapkan prosedur audit yang tepat
terhadap setiap unsur dalam sampel untuk menentukan apakah berisi kesalahan
penyajian. Dalam konfirmasi atas piutang usaha, auditor mengirim konfirmasi positif.
Terhadap yang tidak menjawab, auditor menggunakan prosedur alternatif untuk
menentukan kesalahan penyajian.
13. Generalisasi dari Sampel ke Populasituskan dan Memutuskan Akseptabilitas
Populasi
Auditor harus melakukan generalisasi dari sampel ke populasi dengan 1). Melakukan
proyeksi
kesalahan
penyajian
dari
hasil
sampel
ke
populadi
dan
2).
Pengauditan II
Page 10
Selisih antara taksiran poin dengan kesalahan penyajian bisa ditoleransi ( hal ini
arah
- Jumlah kesalahan penyajian individual
- Ukuran sampel
14. Menganalisis Kesalahan Penyajian
Auditor harus melakukan analisis kesalahan penyajian untuk memutuskan apakah
diperlukan suatu modifikasi atas model risiko audit. Revisi model risiko audit harus
dilakukan dengan ekstra hati hati karena model tersebut akan digunakan terutama
untuk perencanaan, bukan untuk menganalisis hasil.
15. Tindakan Apabila Populasi Ditolak
Apabial auditor berkesimpulan bahwa kesalahan penyajian dalam populasi lebih besar
dari kesalahan penyajian bisa ditoleransi setelah mempertimbangkan kesalahan
sampling, populasi dipandang tidak bisa diterima. Dalam situasi tersebut auditor
memiliki beberapa tindakan :
Tidak mengambil tindakan apa pun sampai pengujian audit lainnya
selesai dikerjakan. Sudah barang tentu sebelum audit dilaksanakan, auditor
harus menilai apakah suatu kesalahan penyajian dalam suatu akun bisa
membuat suatu laporan keuangan menjadi menyesatkan walaupun terdapat
tertentu.
Menaikingkatkan ukuran sampel. Apabila auditor menaikan ukuran
sampel,kesalahan sampel diturunkan apabila tingkat kesalahan penyajian
dalam sampel yang diperluas, jumlah rupiahnya, dan arahnya serupa dengan
samp[el aslinya. Oleh karena itu, ukuran sampel dapat memuaskan permintaan
Pengauditan II
Page 11
klien bisa diminta untuk mengkoreksi catatan piutang usaha dan diminta
membuat lagi daftar piutang, apabila auditor berkesimpulan terdapat kesalahan
penyajian signifikan.
Menolak untuk memberikan opini wajar tnpa pengecualian. Jika auditor yakin
bahwa terdapat kemungkinan laporan keuangan mengandung kesalahan
penyajian material, maka akan jadi pelanggaran serius apabila auditor
Pengauditan II
Page 12
perangkat lunak komputer. Satu masalah dalam penggunaan pemiliahan PPS adalah
bahwa unsur populasi yang ada dalam pembukuan bersaldo nol tidak mempunyai
kesempatan untuk terpilih dengan pemilihan sampel PPS, walaupun saldo tersebut
mungkin mengandung kesalahan penyajian.masalh lain dengan PPS adalah metode
pemilihan tersebut tidak bisa mencakup saldo negatif, seperti misalnya piutang usaha
bersaldo negatif.
Generalisasi dari Sampel ke Populasi dengan Menggunakan Tehnik MUS
Apapun metode sampling yang dipilih auditor harus melakukan generalisasi dari
sampel ke populasi dengan (1) memproyeksi kesalahan penyajian dari hasil sampel ke
populasi, (2) menentukan kesalahan sampling yang bersangkutan. Ada 4 aspek untuk
melakukan hal tersebut dengan MUS :
1. Untuk menghitung hasil digunakan tabel sampling atribut. Tabel dapat digunakan
dengan mengganti ARACR dengan ARIA.
2. Hasil atribut harus dikonversi menjadi rupiah. MUS menaksir kesalahan penyajian
rupiah dalam populasi, bukan dalam bentuk persen unsur populasi yang kesalahan
penyajian.
3. Auditor harus membuat suatu asumsi tentang persentase kesalahan penyajian
untuk setiap unsur populasi yang kesalahan penyajian.
4. Apabila digunakannya MUS, hasil statistika disebut batas kesalahan penyajian
yaitu taksiran kemungkinan lebih saji maksimum dan kemungkinan lebih saji
Pengauditan II
Page 13
saji maupun kurang saji kecuali ada kesalahan penyajian dalam hasil sampel.
Generalisasi Apabila Ditemukan Kesalahan Penyajian
Empat aspek untuk melakukan generalisasi dari sampel ke populasi denagn
modifikasi sebagai berikut:
1. Jumlah kesalahan penyajian mula mula dipisahkan dan kemudian digabungkan.
Pertama, batas atas kesalahan penyajian dan batas bawah kesalahan penyajian
dihitung terpisah untuk jumlah lebih saji dan kurang sajinya. Selanjutnya dihitung
taksiran p[oin untuk lebih saji dan kurang saji. Taksiran poin untuk kurang saji
digunakan untuk mengurangi batas atas kesalahan penyajian awal, dan taksiran
poin untuk lebih saji digunakan untuk mengurangi batas bawah kurang saji awal.
2. Dibuat asumsi kesalahan penyajian yang berbeda untuk setiap kesalahan
penyajian, termasuk nol kesalahan penyajian.
Apabila dalam sampel tidak terdapat kesalahan penyajian, diperlukan suatu
asumsi tentang persentase rata rata kesalahan penyajian untuk unsur populasi
yang kesalahan penyajian. Batas kesalahan penyajian yang dihitung menunjukkan
beberapa asumsi ayng berbeda.
3. Auditor harus menggunakan tabel sampling atribut untuk membuat lapisan tingkat
batas atas penyimpangan terhitung (CUER)
Auditor melakukan hal ini karena adanya perbedaan asumsi kesalahan penyajian
untuk setiap kesalahan penyajian. Lapisan dihitung pertama pertama dengan
menentukan CUER dari tabel untuk setiap salah saji dan kemudian menghitung
setiap lapisan.
4. Asumsi kesalahan penyajian harus diakaitka dengan setiap lapisan ( layer)
Metoda yang paling umum dalam mengaitkan asumsi kesalahan penyajian dengan
lapisan adalah dengan cara konsevatif mengaitkan persentase kesalahan penyajian
Pengauditan II
Page 14
keputusan. Aturan pengambilan kep[uitusan untuk MUS adalah sbb: apabila batas
bawah kesalahan penyajian ( lower misstatement bond/LMB) maupun batas atas
kesalahan penyajian ( Upper misstament bond/ UMB) jatuh diantara jumlah kurang
saji dan jumlah lebih saji bisa ditoleransi, bisa disimpulkan bahwa nilai perbuku tidak
mengandung kesalahan penyajian material.
Aturan pengambilan keputusan ini dilukiskan dalam gambar 14-3. Auditor
harus menyimpulkan bahwa baik LMB maupun UMB untuk situasi 1 dan 2 jatuh
dalam batas kurang saji dan batas lebih saji bisa diterima. Oleh karena itu, auditopr
menyimpulkan bahwa populasi tidak mengandung kesalahan penyajian secara
material. Untuk situasi 3,4 dan 5 , baik LMB maupun UMB kedunya diluar kesalahan
penyajian bisa diterima. Oleh karena itu, nilai populasi perbuku harus ditolak.
opsi.
Menentukan Ukuran Sampel Dengan Menggunakan MUS
Metoda yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel untuk MUS sama dengan
yang digunakan untuk sampling atribut unit fisik dengan menggunakan tabel sampling
batribut.
Materialitas
Apabila kesalahan penyajian dalam pengujian non-MUS diperkirakan terjadi, maka
kesalahn penyajian bisa ditoleransi bisa secara material lebih kecil dari jumlah
Pengauditan II
Page 15
tersebut. Kesalahan penyajian bisa ditoleransi bisa berbeda untuk lebih saji dan
-
kurang saji.
Asumsi Tentang Persentase Rata rata Kesalahan Penyajian Untuk Unsur
Populasi yang berisi kesalahan penyajian.
Sekali lagi, dalam hal ini pun bisa ada asumsi yang berbeda untuk batas atas dan batas
bawah. Hal ini juga membutuhkan pertimbangan auditor yang harus didasarkan pada
pengetahuan auditor tentang klien dan p[engalaman dimasa lalu dengan klien yang
bersangkutan, dan apabila digunakan asumsi kurang dari 100%, asumsi tersebut
Pengauditan II
Page 16
Pengauditan II
Page 17
3. Persentase mean sampel antara dua nilai distribusi sampling bisa diukur.
Persentase bisa dihitung dengan menentukan jumlah standar kesalahan antara dua
nilai dan menentukan persentase mean sampel yang dicerminkan dari tabel untuk
kurva normal
Inferensi Statistik
Pada umumnya apabila sampel diambil dari suatu populasi dalam situasi audit yang
sesungguhnya, auditor tidakl mengetahui karakteristik populasi, dan biasanya hanya
satu sampel yang diambil dari populasi. Tetapi pengetahuan tentang distribusi
samp[ling memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan statistik, atau inferensi
Pengauditan II
Page 18
Sampling berjenjang adalah metoda sampling dimana semua elemen dalam total
populasi ditarik menjadi dua atau tiga sub populasi. Setiap sub populasi kemudian
SIMPULAN
PERBANDINGAN ANTARA AMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI
SALDO
DENGAN
SAMPLING
AUDIT
UNTUK
PENGUJIAN
Pengauditan II
Page 19
auditor dapat menggunakan baik metode non-statistik maupun metode statistik untuk ketiga
jenis pengujian tersebut.
SAMPLING NON-STATISTIK
Ada 14 tahap yang perlu dilakukan dalam sampling audit untuk pengujian rinci saldo.
Keempatbelas tahapan tersebut sejalan dengan 14 tahapan yang digunakan dalam sampling
untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, meskipun tujuanannya
berbeda
SAMPLING UNIT MONETER
Sampling unit moneter atau monetary unit sampling (MUS) adalah metode sampling
statistik yang paling banyak digunakan untuk pengujian rinci saldo karena kesederhanaan
statistik dari sampling atribut yang memberikan hasil statistik yang dinyatakan dalam rupiah,
MUS sering disebut juga unit sampling rupiah atau sampling jumlah moneter kumulatif, atau
sampling probabilitas prop[orsional dengan ukuran.
SAMPLING VARIABEL
Sampling variabel adalah metode statistik yang digunakan auditor.sampling variabel
dan sampling non-statistik memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengukur kesalahan
penyajian dalam saldo akun. Seperti halnya sampling non-statistik, apabial auditor
menentukan bahwa sejumlah kesalahan penyajian melebihi jumlah yang bisa ditoleransi,
auditor akan menolak populasi dan mengambil tindakan tambahan.
ILUSTRASI PENGGUNAAN ESTIMASI SELISIH
Kita telah memilih estimasi selisih dengan menggunakan pengujian hipotesisi karena
relatif sederhana. Apabila metoda ini dipandang bisa dipercaya pada suatu situasi
tertentu, kebanyakan auditor lebih suka menggunakannya pada metoda sampling
varabel yang lain.
REFERENSI
1. Al. Haryono Jusup,2014,Auditing pengauditan berbasis ISA,YKPN Yogyakarta.
Pengauditan II
Page 20