Anda di halaman 1dari 11

1.

Salmonella

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne
diseases). Pada umumnya, serotipeSalmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit
yang
disebabkan
oleh
Salmonella
disebut salmonellosis. Ciri-ciri
orang
yang
mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan
makanan
yang
terkontaminasi
oleh
Salmonella. Gejala
lainnya
adalah demam, sakit
kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenisS. enterica adalah S. typhi, S.
typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever),
karenainvasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan
makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S.
typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat
berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini
disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah
dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi

2. E.Coli

Orang dapat terkena infeksi bakteri ini melalui kontak dengan feses orang atau hewan yang telah
terinfeksi bakteri E. coli, lewat makanan atau minuman yang telah terkontaminasi feses tersebut
sebelumnya. Bakteri E. coli juga dapat hidup pada daging mentah dan bila daging tersebut tidak dimasak

hingga minimal mencapai suhu 71C, maka bakteri E. coli dapat bertahan hidup dan kemudian
menginfeksi orang yang memakan daging tersebut.

3. Clostridium botulinum

Clostridium botulinum adalah bakteri yang memproduksi racun botulin, penyebab terjadinya botulisme.
[1]
Bakteri ini masuk kedalam genus Clostridium. Bakteri ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1896 oleh Emile
van
Ermengem dan
umumnya
dapat
ditemukan
di
tanah. C.
botulinum termasuk bakteri gram positif, anaerob obligat (tidak bisa hidup bila terdapat oksigen), motil
(dapat bergerak), dan menghasilkan spora.

4. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat
aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun
berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m. S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 oC
dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini
biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan
atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan
sebagai karier . Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan
hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi
imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.

Infeksi S.aureus diasosiasikan


dengan
beberapa
kondisi
patologi,
diantaranya
bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh
bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus juga
menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H 2O2 menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim
yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal[1]. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas
karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen
pelindung inang kesulitan mencapai bakteri danfagositosis terhambat.

5. Campylobacter

Karakteristik umum
Campylobacter jejuni merupakan bakteri Gram-negative berbentuk batang ramping, bengkok, dan motil.
Organisme ini bersifat mikroaerofil, yang berarti memerlukan kadar oksigen rendah. Organisme ini relatif
mudah mati dan peka terhadap tekanan dari lingkungan (misalnya 21% oksigen, pengeringan, pemanasan,
desinfektan, kondisi asam). Karena sifatnya mikroaerofil, organisme ini memerlukan 3-5% oksigen dan 210% karbon dioksida untuk pertumbuhannya secara optimal. Bakteri ini sekarang dikenal sebagai salah
satu patogen saluran pencernaan yang penting. Sebelum tahun 1972, ketika berbagai metode
dikembangkan untuk mengisolasi bakteri ini dari kotoran, organisme ini diyakini sebagai patogen pada
hewan ternak yang menyebabkan keguguran dan enteritis (sakit saluran pencernaan) pada domba dan
sapi.
C. jejuni merupakan penyebab utama penyakit diare di Eropa yang disebabkan oleh bakteri. Organisme
ini menyebabkan lebih banyak kasus daripada gabunganShigella spp. dan Salmonella spp.
Walaupun C. jejuni tidak ditemukan pada orang sehat di Amerika Serikat atau di Eropa, bakteri ini sering
ditemukan pada ternak, ayam, burung, dan bahkan lalat yang sehat. Kadang-kadang organisme ini sering
ditemukan pada sumber air yang tidak diklorinasi, misalnya sungai dan empang.
Karena mekanisme patogenik C. jejuni masih diteliti, sulit untuk membedakan strain patogenik dari yang
tidak patogenik. Namun, sepertinya kebanyakan isolat yang diperoleh dari ayam bersifat patogenik.
Gejala-gejala penyakit
Campylobacteriosis merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh C. jejuni. Penyakit ini sering juga
dikenal sebagai campylobacter enteritis atau gastroenteritis.
Infeksi C. jejuni menyebabkan diare, yang mungkin berair atau lengket dan dapat mengandung darah
(biasanya tidak terlihat) dan sel-sel darah putih ( faecal leukocytes ). Gejala lain yang sering terjadi adalah
demam, sakit perut, mual, sakit kepala, dan sakit pada otot. Penyakit biasanya timbul 2-5 hari setelah
konsumsi makanan atau air yang tercemar, dan biasanya berlangsung selama 7-10 hari, tetapi penyakit ini
juga sering kambuh (pada sekitar 25% dari kasus yang ada). Kebanyakan infeksi bersifat terbatas dan
tidak memerlukan perawatan dengan antibiotik. Namun, perawatan dengan erythromycin dapat
mengurangi jangka waktu di mana orang yang sakit mengeluarkan bakteri di dalam kotorannya.

Dosis infektif C. jejuni diduga kecil. Hasil penelitian pada manusia menunjukkan bahwa 400-500 bakteri
dapat menyebabkan beberapa individu menjadi sakit, sementara pada individu lain, diperlukan jumlah
yang lebih besar. Penelitian pada sukarelawan menunjukkan bahwa kerentanan korban juga ikut
menentukan dosis infektif. Mekanisme C. jejuni dalam menimbulkan penyakit masih belum dimengerti
sepenuhnya, tetapi bakteri ini memproduksi racun tidak tahan panas yang dapat menyebabkan diare. C.
jejuni mungkin juga bersifat invasif/menyerang saluran pencernaan secara langsung.

6. Listeria monocytogenes

Karakteristik umum
Bakteri ini merupakan bakteri Gram-positif, dan motil/bergerak dengan menggunakan flagella. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa 1-10% manusia mungkin memiliki L. monocytogenes di dalam ususnya.
Bakteri ini telah ditemukan pada setidaknya 37 spesies mamalia, baik hewan piaraan maupun hewan liar,
serta pada setidaknya 17 spesies burung, dan mungkin pada beberapa spesies ikan dan kerang. Bakteri ini
dapat diisolasi dari tanah, silage (pakan ternak yang dibuat dari daun-daunan hijau yang diawetkan
dengan fermentasi), dan sumber-sumber alami lainnya. Sebagai bakteri yang tidak membentuk spora, L.
monocytogenes sangat kuat dan tahan terhadap efek mematikan dari pembekuan, pengeringan, dan
pemanasan. Sebagian besar L. monocytogenes bersifat patogen pada tingkat tertentu.
Gejala-gejala penyakit
Listeriosis merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh L. monocytogenes .
Secara klinis, suatu penyakit disebut listeriosis apabila L. monocytogenes diisolasi dari darah, cairan
cerebrospinal (cairan otak dan sumsum tulang belakang), atau dari tempat lain yang seharusnya steril
(misalnya plasenta, janin).
Gejala listeriosis termasuk septicemia (infeksi pada aliran darah), meningitis (radang selaput otak)
atau meningoencephalitis (radang pada otak dan selaputnya),encephalitis (radang otak), dan infeksi pada
kandungan atau pada leher rahim pada wanita hamil, yang dapat berakibat keguguran spontan (trimester
kedua/ketiga) atau bayi lahir dalam keadaan meninggal. Kondisi di atas biasanya diawali dengan gejalagejala seperti influenza, antara lain demam berkepanjangan. Dilaporkan bahwa gejala-gejala pada saluran
pencernaan seperti mual, muntah, dan diare dapat merupakan bentuk awal dari listeriosis yang lebih
parah, namun mungkin juga hanya gejala itu yang terjadi. Secara epidemiologi, gejala pada saluran
pencernaan berkaitan dengan penggunaan antasida atau cimetidine (antasida dan cimetidine merupakan
obat-obatan yang berfungsi menetralkan atau mengurangi produksi asam lambung). Waktu mulai
timbulnya gejala listeriosis yang lebih parah tidak diketahui, tetapi mungkin berkisar dari beberapa hari
sampai tiga minggu. Awal munculnya gejala pada saluran pencernaan tidak diketahui, tetapi mungkin
lebih dari 12 hari.

Dosis infektif L. monocytogenes tidak diketahui, tetapi diyakini bervariasi menurut strain dan kerentanan
korban. Dari kasus yang disebabkan oleh susu mentah atau susu yang proses pasteurisasinya kurang
benar, diduga kurang dari 1000 organisme dapat menyebabkan penyakit pada orang-orang yang rentan. L.
monocytogenes dapat menyerang epithelium (permukaan dinding) saluran pencernaan. Sekali bakteri ini
memasuki sel darah putih (tipe monocyte , macrophage , atau polymorphonuclear ) dalam tubuh
korbannya, bakteri ini masuk ke aliran darah (septicemia) dan dapat berkembang biak. Keberadaannya di
dalam sel fagosit memungkinkannya memasuki otak, dan pada wanita hamil, mungkin masuk ke janin
melalui plasenta. Sifat patogenik L. monocytogenes berpusat pada kemampuannya untuk bertahan dan
berkembang biak di dalam sel fagosit korbannya.
7. Clostridium botulinum
Karakteristik umum
Clostridium botulinum merupakan bakteri berbentuk batang, anaerobik (tidak dapat tumbuh di lingkungan
yang mengandung oksigen bebas), Gram-positif, dapat membentuk spora, dan dapat memproduksi racun
syaraf yang kuat. Sporanya tahan panas dan dapat bertahan hidup dalam makanan dengan pemrosesan
yang kurang sesuai atau tidak benar. Ada tujuh tipe botulisme (A, B, C, D, E, F dan G) yang dikenal,
berdasarkan ciri khas antigen dari racun yang diproduksi oleh setiap strain. Tipe A, B, E, dan F dapat
menyebabkan botulisme pada manusia. Tipe C dan D menyebabkan sebagian besar botulisme pada
hewan. Hewan yang paling sering terinfeksi adalah unggas liar dan unggas ternak, sapi, kuda, dan
beberapa jenis ikan. Walaupun tipe G telah diisolasi dari tanah di Argentina, belum ada kasus yang
diketahui disebabkan oleh strain ini.

http://www.siue.edu/~cbwilso/Cbotulinum.jpg
Botulisme karena makanan (untuk membedakan dari botulisme pada luka dan botulisme pada bayi)
merupakan jenis keracunan makanan yang parah. Penyakit ini disebabkan oleh konsumsi makanan yang
mengandung racun syaraf yang kuat, yang dibentuk selama pertumbuhan organisme. Racun ini tidak
tahan panas dan dapat dihancurkan dengan pemanasan pada temperatur 80C selama10 menit atau lebih.
Penyakit ini jarang terjadi, tetapi sangat diperhatikan karena apabila tidak segera dirawat dengan benar,
tingkat kematiannya tinggi. Kebanyakan kasus yang dilaporkan setiap tahunnya berkaitan dengan

makanan yang kurang diproses, dikalengkan di rumah tangga, tetapi kadang-kadang makanan yang
diproduksi secara komersial juga terlibat dalam kasus tersebut. Sosis, produk daging, sayuran kaleng, dan
produk makanan laut, paling sering menjadi perantara dalam kasus botulisme pada manusia.
Organisme ini dan sporanya tersebar luas di alam. Bekteri ini ada di tanah, baik di tanah olahan, tanah
hutan, endapan di dasar sungai, danau, dan perairan pantai, dan di dalam usus ikan dan mamalia, dan di
dalam insang dan organ dalam kepiting dan jenis-jenis kerang lainnya.

8. SHIGELLA

Shigella adalah genus dari Gram-negatif, non-motil, bakteri endospor berbentuk-tongkat


yang
berhubungan dekat dengan Escherichia colidan Salmonella. Shigella merupakan penyebab dari
penyakit shigellosis pada manusia, selain itu, Shigella juga menyebabkan penyakit padaprimata lainnya,
tetapi tidak pada mamalia lainnya.
9. Toxoplasma

Cara penularan toxoplasma adalah sebagai berikut, hewan yang terinfeksi toxoplasma hanya
menyebarkan ookista dalam jangka waktu tertentu, yaitu sekitar 10 hari sejak terinfeksi. Setelah 10 hari

jumlah ookista yang disebarkan biasanya sangat sedikit dan mempunyai resiko penularan yang sangat
kecil. Manusia atau hewan dapat tertular bila menelan kista atau ookista toxoplasma. Kista atau ookista
ini bersifat seperti telur. Telur yang tertelan tersebut akan menetas dan berkembang di dalam tubuh hewan
atau manusia. Kista tersebut dapat hidup dalam otot (daging) manusia dan berbagai hewan lainnya.
Penularan juga dapat terjadi bila hewan atau manusia tersebut memakan daging mentah atau daging
setengah matang yang mengandung kista toxoplasma. Kista toxoplasma juga dapat hidup di tanah dalam
jangka waktu tertentu (bisa sampai 18 bulan). Dari tanah ini toxoplasma dapat menyebar melalui hewan,
tumbuh-tumbuhan atau sayuran yang kontak dengan kista tersebut. Sayangnya, gejala infeksi toxoplasma
tidak terlihat (subklinis). Meskipun jarang terjadi, pada infeksi yang akut dapat mengakibatkan
pembengkakan kelenjar pertahanan (limfoglandula) yang terdapat disekitar leher, ketiak, dll.
Beberapa akibat toxoplasma pada manusia adalah pada pria, infeksi akut toxoplasma dapat menyebabkan
pembengkakan kelenjar getah bening. Bila berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kemandulan.
Toxoplasma dapat menginfeksi dan menyebabkan peradangan pada saluran sperma. Radang yang
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyempitan bahkan tertutupnya saluran sperma. Akibatnya
pria tersebut menjadi mandul, karena sperma yang diproduksi tidak dapat dialirkan untuk membuahi sel
telur.
Seperti pada pria, infeksi toxoplasma yang berlangsung terus menerus dapat menginfeksi saluran telur
wanita. Bila saluran ini menyempit atau tertutup, sel telur yang telah dihasilkan oleh indung telur
(ovarium) tidak dapat sampai ke rahim untuk dibuahi oleh sperma. Yang paling berbahaya adalah akibat
toxoplasma terhadap janin/fetus. Kista toxoplasma bisa berada di otak janin menyebabkan cacat dan
berbagai macam gangguan syaraf seperti gangguan syaraf mata (buta, dll). Akibat lainnya adalah janin
dengan ukuran kepala yang besar dan berisi cairan (hidrocephalus).
10. Bacillus cereus

Karakteristik umum
Bacillus cereus merupakan bakteri Gram-positif, aerob fakultatif, dan dapat membentuk spora. Selnya
berbentuk batang besar dan sporanya tidak membengkakkan sporangiumnya. Sifat-sifat ini dan
karakteristik-karakteristik lainnya, termasuk sifat-sifat biokimia, digunakan untuk membedakan dan
menentukan keberadaan B. cereus , walaupun sifat-sifat ini juga dimiliki oleh B. cereus var. mycoides , B.

thuringiensis dan B. anthracis . Organisme-organisme ini dibedakan berdasarkan pada motilitas/gerakan


(kebanyakan B. cereus motil/dapat bergerak), keberadaan kristal racun (pada B. thuringiensis ),
kemampuan untuk menghancurkan sel darah merah (aktivitas hemolytic ) ( B. cereus dan lainnya
bersifat beta
haemolytic sementara B.
anthracis tidak
bersifat hemolytic ),
dan
pertumbuhan rhizoid(struktur seperti akar), yang merupakan sifat khas dari B. cereus var. mycoides .
Gejala-gejala penyakit
Keracunan makanan karena B. cereus merupakan penamaan secara umum, walaupun ada dua tipe
penyakit yang disebabkan oleh dua metabolit yang berbeda. Penyakit dengan gejala diare (tipe diare)
disebabkan oleh protein dengan berat molekul besar, sementara penyakit dengan gejala muntah (tipe
emetik) diyakini disebabkan oleh peptida tahan panas dengan berat molekul rendah.
Gejala-gejala keracunan makanan tipe diare karena B. cereus mirip dengan gejala keracunan makanan
yang disebabkan oleh Clostridium perfringens . Diare berair, kram perut, dan rasa sakit mulai terjadi 6-15
jam setelah konsumsi makanan yang terkontaminasi. Rasa mual mungkin menyertai diare, tetapi jarang
terjadi muntah (emesis). Pada sebagian besar kasus, gejala-gejala ini tetap berlangsung selama 24 jam.
Keracunan makanan tipe emetik ditandai dengan mual dan muntah dalam waktu 0.5 sampai 6 jam setelah
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Kadang-kadang kram perut dan/atau diare dapat juga
terjadi. Umumnya gejala terjadi selama kurang dari 24 jam. Gejala-gejala keracunan makanan tipe ini
mirip dengan gejala keracunan makanan yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus . Beberapa
strain B. subtilis dan B. licheniformis telah diisolasi dari kambing dan ayam yang dicurigai menjadi
penyebab kasus keracunan makanan. Organisme-organisme ini menghasilkan racun yang sangat tahan
panas yang mungkin mirip dengan racun penyebab muntah yang diproduksi oleh B. cereus .
Keberadaan B. cereus dalam jumlah besar (lebih dari 10 6 organisme/g) dalam makanan merupakan
indikasi adanya pertumbuhan dan pembelahan sel bakteri secara aktif, dan berpotensi membahayakan
kesehatan.

PUSTAKA:

http://www.food-info.net/id/bact/yeent.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Yersinia_enterocolitica_01.png
http://id.wikipedia.org/wiki/Yersinia_enterocolitica
http://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus
https://feryndraha.wordpress.com/minuman-yg-bisa-mempengaruhi-sperma/bakteri-berbahaya-padamakanan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Clostridium_botulinum

Anda mungkin juga menyukai