Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Disusun oleh:
Celina Manna
(11.2014.235)
Pembimbing:
Dr. Linda, Sp.KJ
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang manusia dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja, dewasa hingga
lanjut usia memiliki kecenderungan yang relatif serupa dalam menghadapi suatu masalah.
Apabila diperhatikan, cara atau metode penyelesaian yang dilakukan seseorang memiliki pola
tertentu dan dapat digunakan sebagai ciri atau tanda untuk mengenal orang tersebut. Hal ini
dikenal sebagai karakter atau kepribadian.1
Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter
atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari, dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil
dan dapat diramalkan1
Karakter
pengalaman hidup. Temperamen dipengaruhi oleh faktor genetik atau konstitusional yang
terbawa sejak lahir, bersifat sederhana, tanpa motivasi, baru stabil sesudah anak berusia
beberapa tahun.1
Perkembangan kepribadian merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor: konstitusi
(genetik, temperamen), perkembangan, dan pengalaman hidup (lingkungan keluarga,
budaya).2
Gangguan kepribadian adalah kelainan yang umum dan kronis. Prevalensinya
diperkirakan antara 10 sampai 20% dari seluruh populasi, dan durasinya dapat berlangsung
selama beberapa dekade. Orang dengan gangguan kepribadian umumnya dicap
menjengkelkan, menganggu, dan bersifat parasit dan secara umum dianggap memiliki
prognosis yang buruk. Diperkirakan setengah dari seluruh pasien psikiatrik memiliki
gangguan kepribadian, yang seringkali komorbid dengan kondisi Aksis I. Gangguan
kepribadian merupakan faktor predisposisi untuk gangguan psikiatrik lain (contoh
penyalahgunaan zat, bunuh diri, gangguan afektif, dan gangguan cemas) di mana hal ini
mengganggu hasil pengobatan sindrom Axis I dan meningkatkan menderita ketidakmampuan
(cacat) personal, morbiditas, dan mortalitas pasien.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan
maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan subjektif [1]. Orang
dengan gangguan kepribadian memiliki respons yang benar-benar kaku terhadap situasi
pribadi, hubungan dengan orang lain ataupun lingkungan sekitarnya. Kekakuan tersebut
menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal, sehingga akhirnya
pola tersebut bersifat self-defeating. Sikap kepribadian yang terganggu itu akan semakin
nyata pada saat remaja awal masa dewasa dan terus berlanjut di sepanjang kehidupan dewasa,
semakin lama semakin mendalam dan mengakar sehingga semakin sulit diubah. Dapat
disimpulkan bahwa seseorang dengan gangguan kepribadian akan menunjukkan pola relasi
dan persepsi terhadap lingkungan dan dirinya sendiri yang bersifat tidak fleksibel, maladaptif,
serta berakar mendalam.2
Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu dan cara
terjadinya: gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan, yang muncul ketika
masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut sampai dewasa. Gangguan kepribadian bukan
keadaan sekunder dari gangguan jiwa lain atau penyakit otak, meskipun dapat didahului dan
timbul bersamaan dengan gangguan lain. Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah suatu
proses yang didapat, biasanya pada usia dewasa, setelah stress berat atau berkepanjangan,
deprivasi lingkungan yang ekstrem, gangguan jiwa yang parah atau penyakit/cedera otak.1
Terlepas dari konsekuensi perilaku yang bersifat self-defeating, orang dengan
gangguan kepribadian pada umumnya tidak merasa perlu untuk berubah. DSM IV
menyebutkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian cenderung menganggap trait-trait
tersebut sebagai ego-syntonic sebagai bagian alami dari diri mereka. Akibatnya, orang
dengan gangguan kepribadian lebih cenderung dibawa ke dokter spesialis kejiwaan oleh
orang lain daripada oleh diri mereka sendiri.2
Gangguan kepribadian dicantumkan pada Aksis II dalam sistem diagnostik
multiaksial DSM-IV dan PPGDJ III.1
DSM-IV menetapkan kriteria umum diagnostik untuk gangguan kepribadian yang meliputi:
3
a) Pola pengalaman batin dan perilaku yang menyimpang dari budaya yang diharapkan.
Pola ini dapat bermanifestasi dalam dua atau lebih area berikut: kesadaran, afek,
pengendalian impuls, dan hubungan dengan orang lain.
Pola yang tidak fleksibel dan berakar mendalam (menyerap).
Pola yang mengarah pada penderitaan yang signifikan.
Pola yang stabil dan dapat ditelusuri kembali ke masa remaja dan awal masa dewasa.
Pola ini bukan merupakan manifestasi dari gangguan mental lain.
Pola ini tidak memiliki efek fisiologis langsung dari penggunaan zat (contoh
b)
c)
d)
e)
f)
penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum (contoh cidera kepala).2
DSM membagi gangguan kepribadian menjadi 3 kelompok:
Kelompok A : orang yang dianggap aneh atau eksentrik. Kelompok ini mencakup
F61
Kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan kerusakan penyakit otak berat
meliputi
(mendalam) dan
maladaptive yang jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan social yang
luas;
d. Menifestasi diatas selalu muncul pada masa akan atau remaja dan berlanjut
sampai usia dewasa;
e. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) yang
cukup berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut;
f. Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berkaitan secara bermakna
ETIOLOGI
A. Faktor genetik
Bukti terbaik bahwa faktor genetik berkontribusi terhadap gangguan kepribadian
berasal dari investigasi dari 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Penelitian
5
gangguan skizotipal.2
Gerakan mata pursuit halus
Gerakan mata pursuit halus adalah saccadic (yaitu, gelisah) pada orang yang
introvert, yang memiliki rasa rendah diri dan cenderung untuk menarik diri, dan yang
memiliki gangguan kepribadian skizotipal. Temuan ini tidak memiliki aplikasi klinis,
Elektrofisiologi
Perubahan konduktansi listrik pada elektroensefalogram (EEG) terjadi pada beberapa
pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering jenis antisosial dan borderline;
pada orang lain untuk makanan adalah menonjol. Mereka dengan karakter anal keras
kepala, pelit, dan sangat teliti karena perebutan pelatihan toilet selama periode anal.
Wilhelm Reich kemudian menciptakan istilah character armor untuk
menggambarkan karakteristik gaya orang 'defensif untuk melindungi diri dari impuls
internal dan dari kecemasan interpersonal dalam hubungan yang signifikan. Teori Reich
memiliki pengaruh yang luas pada konsep-konsep kontemporer gangguan kepribadian
dan kepribadian. Misalnya, prangko yang unik setiap manusia dari kepribadian dianggap
sangat ditentukan oleh karakteristiknya atau mekanisme pertahanan dirinya. Setiap
gangguan kepribadian dalam Axis II memiliki sekelompok pertahanan yang membantu
dokter psikodinamik mengenali jenis karakter patologi yang ada. Orang dengan gangguan
kepribadian
paranoid,
misalnya,
menggunakan
proyeksi,
sedangkan
gangguan
memiliki tujuan terarah dan logis. Isi pikiran menunjukkan adanya proyeksi, prejudice, dan
kadang-kadang ideas of reference.2
Pedoman diagnostik untuk gangguan kepribadian paranoid berdasarkan PPDGJ III, yaitu:
umumnya.
Untuk diagnosis pasti adanya gangguan kepribadian paranoid setidaknya individu
10
B. Tidak terjadi secara eksklusif selama skizofrenia, gangguan mood dengan ciri
psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari
suatu kondisi medis umum.2
Catatan : apabila kriteria ditemukan sebelum awitan Skizofrenia, ditambahkan
premorbid.
Diagnosis banding
Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan waham dengan tidak
ditemukannya waham yang tidak terbantahkan (fixed). Tidak seperti orang dengan skizofrenia
paranoid, orang dengan gangguan kepribadian tidak memiliki halusinasi atau gangguan
pikiran. Dibandingkan dengan gangguan kepribadian ambang, pasien dengan paranoid jarang
mampu terlalu terlibat, relasi yang kacau balau dengan orang lain. Pasien dengan paranoid
tidak memiliki riwayat panjang perilaku antisosial seperti orang dengan karakter antisosial.
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid umumnya menarik diri dan menyendiri dan
tidak memiliki pemikiran yang paranoid.1
Tatalaksana
A. Psikoterapi
Psikoterapi adalah pengobatan pilihan untuk gangguan kepribadian paranoid. Terapis
harus jujur dalam menangani pasien ini. Apabila terapis melakukan ketidaktetapan atau
kesalahan, seperti terlambat, kejujuran dan permintaan maaf lebih disukai untuk
penjelasan defensif. Terapis harus ingat bahwa kepercayaan dan toleransi keakraban
adalah hal yang menjadi perhatian bagi pasien dengan gangguan ini. Psikoterapi
individual membutuhkan gaya yang profesional dan hangat dari terapis. Pasien dengan
gangguan ini kurang baik dalam psikoterapi kelompok, walaupun hal ini dapat
memperbaiki kemampuan sosial dan mengurangi kecurigaan melalui role playing.
Pasien memiliki perilaku merasa terancam sehingga terapis harus mengatur atau
membatasi tindakan mereka. Tuduhan delusi harus ditangani dengan realistis tapi
lembut dan tanpa mempermalukan pasien. Pasien yang paranoid sangat takut ketika
merasa bahwa terapis yang berusaha untuk membantu mereka (pasien) yang lemah dan
tak berdaya, karena itu, terapis tidak harus menawarkan untuk mengambil kontrol
kecuali pasien bersedia dan mampu melakukannya.2
B. Farmakoterapi
Pada banyak kasus, agen anti-ansietas seperti diazepam (Valium) cukup. Apabila
diperlukan, dapat diberikan anti-psikotik seperti haloperidol (Haldol) dalam dosis kecill
11
dan untuk periode singkat untuk menangani kegelisahan pasien yang buruk atau
pemikiran seakan-akan delusi. Obat anti-psikotik pimozide (Orap) berhasil mengurangi
pemikiran paranoid pada beberapa pasien.1
Perjalanan gangguan dan prognosis
Pada beberapa gangguan kepribadian paranoid berlangsung seumur hidup; pada yang
lainnya dapat mendahului terjadinya skizofrenia. Sikap paranoid dapat memberikan cara
untuk pembentukan reaksi, perhatian yang sesuai dengan moralitas, dan sifat mengutamakan
orang lain atau penghilang stress. Secara umum, orang dengan gangguan kepribadian
paranoid memiliki masalah berkaitan dengan pekerjaan dan berhubungan dengan orang lain
seumur hidup. Masalah pekerjaan dan dalam kehidupan pernikahan juga umum terjadi.2
B. GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID
Definisi: Pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai kemampuan
ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal. Bersifat pervasif, berawal sejak
dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks. Pasien umumnya dilihat oleh orang lain
sebagai orang yang aneh, terisolasi, dan kesepian.1
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian skizoid belum dibuktikan secara jelas, tetapi
gangguan ini mempengaruhi 7,5% dari seluruh populasi. Ratio berdasarkan gender juga
belum diketahui; beberapa penelitian melaporkan ratio pria:wanita adalah 2:1. Orang dengan
gangguan ini tertarik pada pekerjaan yang sendirian yang hanya mencakup sedikit bahkan
tidak ada kontak dengan orang lain. Banyak yang lebih memilih pekerjaan pada malam hari
dibandingkan siang, sehingga mereka tidak harus berhubungan dengan orang lain.2
Fitur klinis
Orang dengan gangguan kepribadian skizoid tampaknya menjadi dingin dan
menyendiri, mereka tampak terpencil dan menunjukkan tidak ada keterlibatan dengan
peristiwa sehari-hari dan keprihatinan terhadap orang lain. Mereka tampil tenang, jauh,
exclusive, dan tidak ramah. Mereka mungkin mengejar kehidupan mereka sendiri dengan
kebutuhan sangat sedikit atau kerinduan untuk ikatan emosional, dan mereka yang terakhir
menyadari perubahan dalam mode populer.
Sejarah kehidupan dari orang-orang tersebut mencerminkan kepentingan soliter dan
sukses di nonkompetitif, pekerjaan kesepian dimana orang lain sulit untuk mentolerir.
Kehidupan seksual mereka mungkin ada secara eksklusif dalam fantasi, dan mereka dapat
12
menunda tanpa batas seksualitas dewasa. Pria mungkin tidak menikah karena mereka tidak
mampu mencapai keintiman; wanita pasif mungkin setuju untuk menikah dengan pria yang
agresif yang ingin pernikahan. Orang dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya
mengungkapkan ketidakmampuan seumur hidup untuk mengekspresikan kemarahan secara
langsung. Mereka dapat menginvestasikan energi afektif yang sangat besar dalam
kepentingan yang tidak berkaitan dengan manusia, seperti matematika dan astronomi, dan
mereka mungkin sangat melekat pada hewan. Mode diet dan kesehatan, gerakan filosofis, dan
skema perbaikan sosial, terutama yang tidak memerlukan keterlibatan pribadi, sering
memikat mereka.
Meskipun orang-orang dengan gangguan kepribadian skizoid muncul egois dan hilang
dalam lamunan, mereka memiliki kapasitas normal untuk mengenali realitas. Karena tindakan
agresif jarang dimasukkan dalam repertoar respon biasa, ancaman yang paling nyata atau
khayalan, yang ditangani oleh kemahakuasaan-angan atau pengunduran diri. Mereka sering
dilihat sebagai menyendiri, namun orang-orang seperti kadang-kadang dapat memahami,
mengembangkan, dan memberikan kepada dunia ide-ide benar-benar asli dan kreatif.2
Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian skizoid dapat
tampak sakit dalam keadaan istirahat di tempat. Mereka jarang mengadakan kontak mata, dan
pewawancara dapat menduga bahwa pasien ingin sekali menyudahi wawancara. Afek
terbatas, menyendiri, atau tidak tepat serius, tetapi di balik sikap acuh tak acuh, dokter yang
sensitif dapat mengenali ketakutan. Pasien-pasien ini sulit untuk menjadi ceria. Upaya pada
humor mungkin tampak remaja dan melenceng. Kemampuan bicara mereka terarah, tetapi
mereka cenderung memberikan jawaban singkat untuk pertanyaan dan untuk menghindari
percakapan spontan. Mereka kadang-kadang dapat menggunakan kiasan yang tidak biasa,
seperti metafora aneh, dan mungkin terpesona dengan benda mati atau konstruksi metafisik.
Konten mental mereka dapat mengungkapkan rasa yang tidak beralasan dari keintiman
dengan orang-orang yang mereka tidak tahu siapa mereka baik atau tidak dilihat untuk waktu
yang lama. Kemampuan sensoris utuh, fungsi memori baik, dan interpretasi pepatah mereka
abstrak.
Pedoman diagnostik untuk gangguan kepribadian skizoid berdasarkan PPDGJ III, yaitu:
satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu
9. Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku
Untuk diagnosis pasti adanya gangguan kepribadian paranoid setidaknya individu
yang bersangkutan memiliki 3 kriteria diatas.3
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian skizoid berdasarkan DSM IV:
A. Sebuah pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan ekspresi emosi yang terbatas
dalam hubungan interpersonal, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam
berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) sebagai berikut:
1. Tidak ada keinginan atau tidak menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi
bagian dari sebuah keluarga
2. hampir selalu memilih kegiatan soliter
3. memiliki sedikit, jika ada, minat memiliki pengalaman seksual dengan orang
4.
5.
6.
7.
B. Tidak
lain
hanya sedikit aktivitas yang memberikannya kebahagiaan
tidak memiliki teman dekat atau kepercayaan selain keluarga tingkat pertama
tidak peduli pada pujian atau kecaman/ kritik dari orang lain
menunjukkan emosi yang dingin, afek datar
terjadi secara eksklusif selama skizofrenia, gangguan mood dengan fitur
psikotik, gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif dan bukan karena
efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum.2
Diagnosa banding
Gangguan kepribadian skizoid dibedakan dari skizofrenia, gangguan delusi, dan
gangguan afektif dengan fitur psikotik berdasarkan periode dengan gejala psikotik yang
positif, seperti delusi dan halusinasi di bagian kedua. Walaupun pasien gangguan kepribadian
paranoid memiliki banyak kemiripan dengan pasien gangguan kepribadian skizoid, pasien
gangguan paranoid menunjukkan keterlibatan lebih ikatan sosial, sejarah perilaku verbal
agresif, dan kecenderungan lebih besar untuk proyeksi perasaan mereka ke orang lain. Jika
hanya secara emosional terbatas, pasien dengan obsesif-kompulsif dan gangguan kepribadian
menghindar mengalami kesepian sebagai dysphoric, memiliki sejarah yang lebih kaya dari
hubungan-hubungan objek masa lalu, dan tidak terlibat sebanyak dalam lamunannya autis.
14
Secara teoritis, perbedaan utama antara pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dan
satu dengan gangguan kepribadian skizoid adalah bahwa pasien yang skizotipal lebih mirip
dengan pasien dengan skizofrenia dalam keanehan persepsi, pikiran, perilaku, dan
komunikasi. Pasien dengan gangguan kepribadian menghindar terisolasi tapi sangat ingin
berpartisipasi dalam kegiatan, karakteristik tersebut tidak ditemukan pada mereka dengan
gangguan kepribadian skizoid. Gangguan kepribadian skizoid dibedakan dari gangguan
autistik dan sindrom Asperger dengan lebih interaksi sosial sangat terganggu dan perilaku
stereotip.2
Tatalaksana
A. Psikoterapi
Tatalaksana pasien dengan gangguan kepribadian skizoid mirip dengan penanganan
pada orang dengan gangguan kepribadian paranoid. Pasien dengan skizoid cenderung
mengarah introspeksi, bagaimanapun juga, kecenderungan ini bersifat konsisten dengan
harapan psikoterapis, dan pasien menjadi sangat setia. Seiring berkembangnya kepercayaan,
pasien dengan skizoid dapat dengan kegaduhan yang hebat, menunjukkan fantasi yang sangat
banyak, teman imaginer, dan ketakutan atas ketergantungan yang tidak tertahankan meskipun
bersatu dengan terapis.4
Dalam keadaan terapi kelompok, pasien dengan gangguan kepribadian skizoid dapat
diam untuk waktu yang lama; meskipun demikian, mereka nantinya akan berpartisipasi.
Pasien harus dilindungi terhadap serangan agresif dari anggota kelompok karena
kecenderungannya untuk diam. Seiring waktu, anggota kelompok akan menjadi penting bagi
pasien dengan skizoid dan menumbuhkan satu-satunya interaksi sosial dalam kehidupannya
yang terisolasi.1,2
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi dengan dosis kecil anti-psikotik, anti-depresan, dan psikostimulan
memberikan keuntungan bagi beberapa pasien. Agen serotonergik membuat pasien kurang
sensitif terhadap penolakan. Benzodiazepine dapat mengurangi kecemasan interpersonal.1
Perjalanan Gangguan dan prognosis
Timbulnya gangguan kepribadian skizoid biasanya terjadi pada anak usia dini. Seperti
dengan semua gangguan kepribadian, gangguan kepribadian skizoid adalah tahan lama, tetapi
belum tentu seumur hidup. Proporsi pasien yang dikenakan skizofrenia tidak diketahui.2
15
masuk akal untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat
Untuk diagnosis pasti adanya gangguan kepribadian dissosial setidaknya individu
yang bersangkutan memiliki 3 kriteria diatas.3
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian antisosial berdasarkan DSM-IV:
17
A. Ada pola pervasif mengabaikan dan melanggar hak orang lain yang terjadi sejak usia
15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) sebagai berikut:
1. kegagalan untuk mematuhi norma-norma, peraturan, dan kewajiban sosial
2. tipu daya, seperti ditunjukkan oleh berulang kali berbohong atau menipu orang
3.
4.
5.
6.
18
memiliki perasaan. Perilaku pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil
sangat tidak terduga, dan prestasi mereka jarang pada tingkat kemampuan mereka. Sifat yang
menyakitkan dari kehidupan mereka tercermin dalam tindakan berulang merusak diri sendiri.
Pasien tersebut dapat memangkas pergelangan tangan mereka dan melakukan mutilasi diri
lainnya untuk memperoleh bantuan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan, atau
untuk menumpulkan dirinya untuk menenggelamkan afek.
Karena mereka merasa baik bergantung dan bermusuhan, orang dengan gangguan ini
memiliki hubungan interpersonal yang penuh gejolak. Mereka dapat bergantung pada orangorang dengan siapa mereka dekat dan, jika merasa frustasi, bisa mengungkapkan kemarahan
besar terhadap teman intim mereka. Pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak
stabil tidak bisa mentolerir sendirian, dan mereka lebih suka mencari persahabatan secara
terburu-buru, tidak peduli seberapa memuaskan, untuk menemani mereka. Untuk meredakan
kesepian, jika hanya untuk periode singkat, mereka menerima orang asing sebagai teman.
Mereka sering mengeluh tentang perasaan kekosongan kronis dan kebosanan dan kurangnya
rasa konsisten identitas (difusi identitas), ketika ditekan, mereka sering mengeluh tentang
bagaimana mereka biasanya merasa depresi, meskipun kesibukan lainnya mempengaruhi.
Otto Kernberg menggambarkan mekanisme pertahanan identifikasi proyektif yang
terjadi pada pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil. Dalam mekanisme
pertahanan primitif, aspek pada diri sendiri yang tidak bisa ditolerir diproyeksikan ke orang
lain; orang lain diinduksi untuk memainkan peran yang diproyeksikan, dan dua orang
bertindak serempak. Terapis harus menyadari proses ini sehingga mereka dapat bertindak
netral terhadap pasien tersebut.
Kebanyakan terapis setuju bahwa pasien ini menunjukkan kemampuan penalaran
biasa pada tes terstruktur, seperti Skala Kecerdasan Dewasa Wechsler, dan menunjukkan
proses menyimpang hanya pada tes proyektif tidak terstruktur, seperti tes Rorschach.
Fungsional, pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil merusak hubungan
mereka dengan mempertimbangkan setiap orang untuk menjadi semua baik atau semua
buruk. Mereka melihat orang sebagai figur yang memelihara atau sebagai figur yang sadis
dan dibenci yang menjauhkan mereka dari kebutuhan keamanan dan mengancam mereka
dengan ditinggalkan kapan pun mereka merasa tergantung. Pergeseran kesetiaan dari satu
orang atau kelompok ke kelompok lain sering terjadi. Beberapa dokter menggunakan konsep
panphobia, pananxiety, panambivalence, dan seksualitas kacau untuk menggambarkan
karakteristik pasien.2,4
20
Diagnosis
Pedoman diagnostik untuk gangguan kepribadian ini berdasarkan PPDGJ III, yaitu:
1. Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa
mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan dengan ketidakstabilan emosional
2. Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan
pengendalian diri.3
Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan kepribadian emosional tidak stabil dapat
dibuat awal masa dewasa ketika pasien menunjukkan setidaknya lima kriteria yang tercantum
pada kriteria diagnostik. Studi biologi dapat membantu dalam diagnosis, beberapa pasien
dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil menunjukkan memendeknya latensi
REM dan gangguan tidur kontinuitas, hasil DST yang abnormal, dan hasil hormon yang
abnormal thyrotropin-releasing test. Perubahan tersebut juga terlihat pada beberapa pasien
dengan gangguan depresi.
Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, dan impulsif
dengan awitan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan
oleh lima (atau lebih) sebagai berikut:
1. Upaya yang penuh kegelisahan untuk menghindari keadaan ditinggalkan yang nyata
maupun yang hanya dibayangkan. Catatan: Tidak meliputi perilaku bunuh diri atau
mutilasi diri tercakup dalam Kriteria 5.
2. pola hubungan interpersonal erat namun tidak stabil
3. gangguan identitas: citra diri atau kesadaran diri yang secara nyata dan terus menerus
tidak stabil
4. impulsif dalam setidaknya dua wilayah yang berpotensi merusak diri (misalnya,
pengeluaran, seks, penyalahgunaan zat, mengemudi sembrono, makan pesta). Catatan:
Tidak meliputi perilaku bunuh diri atau mutilasi diri tercakup dalam Kriteria 5
5. perilaku bunuh diri berulang, gestur, atau ancaman, atau perilaku mutilasi diri
6. Ketidakstabilan perasaan atau afek yang disebabkan oleh suasana hati (misalnya,
dysphoria episodik intens, lekas marah, atau kecemasan biasanya berlangsung
beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari)
7. Perasaan kosong yang kronis
8. Kemarahan yang tidak pantas, intens atau kesulitan mengendalikan marah (misalnya,
menampilkan sering marah, kemarahan yang konstan, perkelahian fisik berulang)
9. Pemikiran paranoid yang berkaitan dengan stres berlangsung singkat gejala disosiatif
yang parah2
Diagnosis Banding
21
fungsi
keseluruhan
pasien.
Antipsikotik
telah
digunakan
untuk
22
verbalisasi fantasi ini dan mungkin malu atau genit daripada agresif secara seksual. Bahkan,
pasien histerik mungkin memiliki disfungsi psikoseksual; wanita mungkin anorgasmic, dan
laki-laki mungkin impoten. Mereka perlu untuk jaminan tak ada habisnya. Mereka dapat
bertindak atas dorongan seksual mereka untuk meyakinkan diri bahwa mereka menarik bagi
jenis kelamin lain. Hubungan mereka cenderung dangkal, bagaimanapun, dan mereka dapat
sia-sia, egosentris, dan berubah-ubah. Kebutuhan mereka yang kuat membuat mereka terlalu
ketergantungan percaya dan mudah tertipu.
Pertahanan utama dari pasien dengan gangguan kepribadian histerik adalah represi
dan disosiasi. Dengan demikian, pasien tersebut tidak menyadari perasaan mereka yang
sebenarnya dan tidak dapat menjelaskan motivasi mereka. Di bawah stres, uji realitas dengan
mudah menjadi terganggu.2,4
Diagnosa
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik umumnya
kooperatif dan ingin memberikan sejarah rinci. Isyarat dan tanda baca yang dramatis dalam
pembicaraan mereka adalah umum. Tampilan afektif adalah umum, namun, saat ditekan
untuk mengakui perasaan-perasaan tertentu (misalnya, kemarahan, kesedihan, dan keinginan
seksual), mereka mungkin merespon dengan kejutan, kemarahan, atau penolakan. Hasil
pemeriksaan kognitif biasanya normal, meskipun kurangnya ketekunan dapat ditampilkan
pada aritmatika atau tugas konsentrasi.
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III:3
keadaan
5. Penampilan atau perilaku merangsang yang tidak memadai
6. Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.
2. interaksi dengan orang lain yang sering ditandai oleh perilaku seksual menggoda atau
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Diagnosis Banding
Membedakan antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan kepribadian
emosional tidak stabil sulit, tetapi dalam gangguan kepribadian emosional tidak stabil,
mencoba bunuh diri, difusi identitas, dan episode psikotik singkat lebih mungkin. Meskipun
kedua kondisi dapat didiagnosis pada pasien yang sama, dokter harus memisahkan keduanya.
Gangguan somatisasi (sindrom Briquet) dapat terjadi bersamaan dengan gangguan
kepribadian histrionik. Pasien dengan gangguan psikotik singkat dan gangguan disosiatif
mungkin memerlukan diagnosis bersamaan gangguan kepribadian histrionik.4
Tatalaksana
A. Psikoterapi
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari perasaan
mereka sendiri yang nyata; klarifikasi dari perasaan batin mereka adalah proses terapeutik
penting. Psikoterapi dengan orientasi psikoanalitik, baik kelompok atau individu,
mungkin adalah pilihan perawatan untuk gangguan kepribadian histerik.1
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi dapat adjunctive bila gejala ditargetkan (misalnya, penggunaan
antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, agen anti ansietas untuk kegelisahan,
dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi).1
Perjalanan gangguan dan prognosis
Seiring bertambahnya usia, orang dengan gangguan kepribadian histrionik
menunjukkan gejala yang lebih sedikit. Orang dengan gangguan ini adalah pencari sensasi,
dan mereka mungkin mendapatkan masalah dengan hukum, penyalahgunaan zat, dan
bertindak sembarangan.2
25
Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, perkiraan prevalensi gangguan kepribadian narsistik berkisar
2-16 % dalam populasi klinis dan kurang dari 1 % di populasi umum. Orang dengan
gangguan dapat memberikan rasa yang tidak realistis tentang kemahakuasaan, kemegahan,
keindahan, dan bakat untuk anak-anak mereka, dengan demikian, keturunan dari orang tua
tersebut mungkin memiliki resiko lebih tinggi daripada biasanya untuk mengembangkan
gangguan itu sendiri. Jumlah kasus gangguan kepribadian narsistik yang dilaporkan terus
meningkat.1
Diagnosa
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-IV:
Sebuah pola bersifat pervasif tentang kebesaran (dalam khayalan atau perilaku),
membutuhkan kekaguman, dan kurangnya empati, dimulai dengan awal masa dewasa dan
hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) sebagai
berikut:
1. secara berlebih merasa dirinya sangat penting (misalnya, melebih-lebihkan prestasi
dan bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai yang unggul tanpa prestasi sepadan)
2. sibuk dengan fantasi kesuksesan tak terbatas, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan, atau
kekasih ideal
3. percaya bahwa ia adalah istimewa dan unik dan hanya dapat dipahami oleh, atau
harus bergaul dengan orang-orang khusus atau tinggi status lainnya (atau lembaga)
4. membutuhkan pemujaan berlebihan
5. merasa dirinya mempunyai hak istimewa (contoh menuntut agar mendapat
perlakuan khusus, atau orang lain harus menurut kehendaknya)
6. tidak memiliki empati: tidak bersedia untuk mengenali atau mengidentifikasi dengan
perasaan dan kebutuhan orang lain
7. sering iri kepada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri kepadanya
8. bersikap sombong.2
Fitur klinis
26
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki rasa megah diri penting,
mereka menganggap diri mereka spesial dan mengharapkan perlakuan khusus. Rasa memiliki
hak istimewa mencolok. Mereka tidak dapat menerima kritikan dan mungkin menjadi marah
ketika seseorang berani mengkritik mereka, atau mereka mungkin tampak sama sekali tidak
peduli terhadap kritik. Orang dengan gangguan ini ingin cara mereka sendiri dan sering
ambisius untuk mencapai ketenaran dan keberuntungan. Hubungan mereka yang rapuh, dan
mereka dapat membuat orang lain marah dengan penolakan mereka untuk mematuhi aturanaturan konvensional perilaku. Mereka tidak dapat menunjukkan empati, dan mereka berpurapura simpati hanya untuk mencapai tujuan egois mereka sendiri. Karena harga diri mereka
rapuh, mereka rentan terhadap depresi. Kesulitan interpersonal, masalah pekerjaan,
penolakan, dan kehilangan adalah hasil dari perilaku narsistik mereka.4
Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian emosional tidak stabil, gangguan kepribadian histrionik, dan
antisosial sering menyertai gangguan kepribadian narsistik, sehingga diagnosis diferensial
sulit. Pasien dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki kecemasan kurang dari mereka
dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil; kehidupan mereka cenderung kurang
kacau, dan mereka cenderung untuk mencoba bunuh diri. Pasien dengan gangguan
kepribadian antisosial memiliki riwayat perilaku impulsif, sering dikaitkan dengan alkohol
atau penyalahgunaan zat lainnya, yang sering membuat mereka menjadi bermasalah dengan
hukum. Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik menunjukkan fitur eksibisionisme
dan manipulatif interpersonal yang mirip dengan pasien dengan gangguan kepribadian
narsisistik.2
Pengobatan
A. Psikoterapi
Karena pasien harus meninggalkan narsisme mereka untuk membuat kemajuan,
pengobatan gangguan kepribadian narsisistik sulit. Psikiater seperti Kernberg dan Heinz
Kohut menganjurkan menggunakan pendekatan psikoanalitik, tetapi banyak penelitian
diperlukan untuk membuktikan diagnosis dan untuk menentukan pengobatan terbaik.
Beberapa dokter menganjurkan terapi kelompok bagi pasien sehingga mereka dapat
belajar bagaimana berbagi dengan orang lain dan, dalam keadaan yang ideal, dapat
mengembangkan respon empatik kepada orang lain.5
B. Farmakoterapi
Lithium (Eskalith) telah digunakan dengan pasien yang gambaran klinis mencakup
perubahan suasana hati. Karena pasien dengan gangguan kepribadian narsistik
27
mentoleransi penolakan secara buruk dan rentan terhadap depresi, antidepresan, obatobatan terutama serotonergik, juga dapat digunakan.1
pergaulan. Biasanya tidak mau membuat hubungan akrab kecuali dijamin bahwa ia diterima
tanpa kritik. Sering dalam perjalanan hidupnya timbul fobia social.1
Diagnosis
Dalam wawancara klinis, aspek pasien yang paling mencolok adalah kecemasan
tentang berbicara dengan seorang pewawancara. Cara mereka gugup dan tegang muncul
pasang surut dengan persepsi mereka apakah pewawancara menyukai mereka. Mereka
tampaknya rentan terhadap komentar pewawancara dan saran dan mungkin menganggap
klarifikasi atau interpretasi sebagai kritik.1
Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian menghindar berdasarkan PPDGJ III:
reseptor
antagonis,
seperti
atenolol
(Tenormin),
untuk
mengelola
hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan
gangguan kepribadian menghindar, terutama ketika mereka mendekati situasi takut. Agen
serotonergik dapat membantu sensitivitas penolakan. Secara teoritis, obat dopaminergik
bisa menimbulkan hal-hal baru-mencari perilaku pada pasien, namun pasien harus secara
psikologis siap untuk setiap pengalaman baru yang mungkin timbul.1
Perjalanan gangguan dan prognosis
Banyak orang dengan gangguan kepribadian menghindar mampu berfungsi di
lingkungan yang terlindung. Beberapa menikah, memiliki anak, dan hidup mereka dikelilingi
hanya oleh anggota keluarga. Harus mendukung apabila mereka mengalami kegagalan,
namun, mereka cenderung mudah mengalami depresi, kecemasan, dan kemarahan.
Penghindaran fobia adalah umum, dan pasien dengan gangguan dapat memberikan sejarah
fobia sosial atau fobia sosial dikenakan dalam perjalanan penyakit mereka.2
30
31
perilaku tunduk dan kelekatan dan ketakutan pemisahan, dimulai dengan awal masa
dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih)
sebagai berikut:
1. memiliki kesulitan membuat keputusan sehari-hari tanpa saran dan jaminan dari orang
lain dalam jumlah yang berlebihan
2. kebutuhan orang lain untuk bertanggung jawab atas bidang utama sebagian besar
hidupnya
3. mengalami kesulitan mengekspresikan ketidaksetujuan dengan orang lain karena takut
kehilangan dukungan atau persetujuan.
4. mengalami kesulitan memulai proyek-proyek atau melakukan hal-hal sendiri (karena
kurangnya kepercayaan diri dalam penilaian atau kemampuan daripada kurangnya
motivasi atau energi)
5. usaha berlebihan untuk memperoleh pengasuhan dan dukungan dari orang lain, ke
titik sukarela untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan
6. merasa tidak nyaman atau tak berdaya ketika sendirian karena takut yang berlebihan
tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri
7. segera mencari hubungan lain sebagai sumber perawatan dan dukungan ketika
hubungan dekat berakhir
8. preokupasi yang tidak realistis dengan kekhawatiran ditinggal untuk mengurus dirinya
sendiri.2
Diagnosis Banding
32
orang-orang pada siapa mereka dapat bergantung, dan banyak menderita pelecehan fisik atau
mental karena mereka tidak dapat menyatakan diri mereka sendiri. Mereka risiko gangguan
depresi besar jika mereka kehilangan orang pada siapa mereka bergantung, tetapi dengan
pengobatan, prognosis menguntungkan.2
I. GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF-KOMPULSIF
Definisi: pola perilaku berupa preokupasi dengan keteraturan, peraturan, perfeksionisme,
kontrol mental dan hubungan interpersonal, dengan mengenyampingkan: fleksibilitas,
keterbukaan, efisiensi, bersifat pervasif, awitan sejak dewasa muda nyata dalam pelbagai
konteks.1
Epidemiologi
Prevalensi obsesif-kompulsif gangguan kepribadian tidak diketahui. Hal ini lebih
sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita dan didiagnosis paling sering pada anak
tertua. Gangguan juga terjadi lebih sering pada tingkat pertama keluarga biologis dari orangorang dengan gangguan daripada populasi umum. Pasien sering memiliki latar belakang
disiplin yang keras.1
Fitur klinis
Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif disibukkan dengan aturan, peraturan,
ketertiban, kerapian, rincian, dan pencapaian kesempurnaan. Mereka bersikeras bahwa aturan
harus diikuti secara kaku dan tidak bisa mentolerir apa yang mereka anggap pelanggaran.
Oleh karena itu, mereka kekurangan fleksibilitas dan tidak toleran. Mereka mampu bekerja
lama, asalkan rutin dan tidak memerlukan perubahan yang mereka tidak dapat beradaptasi.
Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian memiliki keterampilan
interpersonal yang terbatas. Mereka bersikap formal dan serius dan sering kurang rasa humor.
Mereka mengasingkan orang, tidak mampu untuk berkompromi, dan bersikeras bahwa orang
lain tunduk kepada kebutuhan mereka. Mereka ingin menyenangkan orang yang mereka lihat
sebagai lebih kuat dari mereka, bagaimanapun, dan mereka melaksanakan keinginan orangorang ini secara otoriter. Karena mereka takut membuat kesalahan, mereka ragu-ragu dan
memikirkan tentang membuat keputusan. Meskipun pernikahan yang stabil dan kecukupan
pekerjaan umum, orang dengan kepribadian obsesif-kompulsif memiliki beberapa teman.
Apa pun yang mengancam untuk mengganggu stabilitas atau rutinitas kehidupan mereka
dirasakan dapat memicu kecemasan yang dinyatakan terikat dalam ritual yang mereka
paksakan pada kehidupan mereka dan mencoba untuk memaksakannya pada orang lain.2
34
Diagnosis
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif mungkin
memiliki sikap kaku. Afek mereka tidak tumpul atau datar, tetapi dapat digambarkan sebagai
yang terbatas. Mereka kekurangan spontanitas, dan suasana hati mereka biasanya serius.
Pasien tersebut mungkin cemas tentang tidak terkendali dalam wawancara. Jawaban mereka
untuk pertanyaan luar biasa rinci. Mekanisme pertahanan yang mereka gunakan adalah
rasionalisasi, isolasi, intelektualisasi, pembentukan reaksi, dan kehancuran.
Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian obsesif-kompulsif :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Diagnosa Banding
Ketika obsesi berulang atau dorongan yang hadir, obsesif-kompulsif harus dicatat
pada Axis I. Mungkin perbedaan yang paling sulit adalah antara pasien rawat jalan dengan
beberapa sifat obsesif-kompulsif dan mereka dengan gangguan kepribadian obsesifkompulsif. Diagnosis gangguan kepribadian diperuntukkan bagi mereka dengan gangguan
signifikan dalam efektivitas mereka pekerjaan atau sosial. Dalam beberapa kasus, gangguan
delusi berdampingan dengan gangguan kepribadian dan harus dicatat.1
Pengobatan
A. Psikoterapi
Terapi kelompok dan terapi perilaku. Salah satu teknik adalah menyetop perilaku
habitualnya sehingga ia lebih mudah mempelajari perilaku adaptif baru, juga dalam terapi
kelompok pemberian reward lebih efektif.1
B. Farmakoterapi
Clonazepam (Klonopin), benzodiazepin dengan penggunaan antikonvulsan, telah
mengurangi gejala pada pasien dengan obsesif-kompulsif berat. Clomipramine
(Anafranil) dan agen serotonergik seperti fluoxetine, biasanya pada dosis 60 sampai 80
35
mg sehari, mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-kompulsif muncul. Nefazodone
(Serzone) mungkin mendapat manfaat beberapa pasien.2
Perjalanan gangguan dan prognosis
Perjalanan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah bervariasi dan tak terduga.
Dari waktu ke waktu, orang dapat mengembangkan obsesi atau dorongan dalam perjalanan
gangguan mereka. Beberapa remaja dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
berkembang menjadi orang dewasa yang hangat, terbuka, dan penuh kasih; pada orang lain,
gangguan dapat berupa pertanda skizofrenia pada dekade kemudian dan diperburuk oleh
proses penuaan atau gangguan depresi mayor.
Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian dapat berkembang dalam posisi
menuntut kerja metodis, deduktif, atau rinci, namun mereka rentan terhadap perubahan yang
tak terduga, dan kehidupan pribadi mereka mungkin tetap tidak bertumbuh. Gangguan
depresi, terutama onset terlambat, umum terjadi.2
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan kepribadian digambarkan sebagai gangguan berat kepribadian dan perilaku yang
dinilai sebagai suatu bentuk penyimpangan dari pola budaya yang normal. Pedoman
diagnostik gangguan kepribadian termasuk gangguan dengan durasi yang lama pada beberapa
fungsi, bersifat pervasif dan maladaptif, onset pada masa kecil atau remaja; kelanjutan
menjadi dewasa; kepribadian distres yang cukup besar (meskipun kadang-kadang hanya
terlihat pada akhir kursus gangguan itu); dan biasanya , tetapi tidak selalu, masalah yang
36
signifikan dalam pekerjaan dan dalam perilaku sosial. Pada seorang individu dengan
gangguan kepribadian, terjadi disfungsi dalam hubungan keluarga, pekerjaan, fungsi sosial.
Dapat pula berkaitan dengan tindak kriminal, penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, perceraian, dan lain-lain. Tatalaksana biasanya sulit karena gangguan ini bersifat
pervasif, egosintonik, awitannya sejak dewasa muda (di atas 17 tahun) dan seringkali
individu bangga dengan ciri kepribadiannya. Tatalaksana terdiri dari 2 jenis, yaitu psikoterapi
(terapi dengan prinsip menyadarkan pasien mengenai dampak gangguan kepribadian yang ia
derita) dan psikofarmaka (penggunaan psikotropika yang bersifat pengobatan simptomatis).
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangindaan L. Gangguan kepribadian. Dalam: Buku ajar psikiatri. Edisi ke 2.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.h.329-34.
2. Sadock, BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition. New York: Lippincott William&Wilkins;
2007.
3. Maslim R. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran JIwa FK UNIKA Atmajaya; 2003.h. 100-6
37
4. Nevid, JS, Rathus SA, Grenne B. Psikologi abnormal. Edisi ke 5. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2009.
5. Wiley J. Complex case emotional processing in a ten-session general psychiatric
treatment for personality disorder: a case study. Personality and Mental Health;
2015.p. 73-8.
6. Antisocial Personality Disorder among Prison Inmates: The Mediating Role of
Schema-Focused Therapy. International Journal of Emergency Mental Health and
Human Resilience. 2015;17(1):327-332.
38