Anda di halaman 1dari 15

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT

BAYI DI KOMUNITAS
1. Konsep Bayi
1.1 Pengertian Bayi
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan
dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat
gizi. Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada perawatan dan
pemberian makan oleh ibunya. Tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi
menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan
usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis
karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi
darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi
akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Potter & Perry, 2005).
1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, dan
fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat
(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Pulungan, 2012).
Pertumbuhan fisik merupakan hal yang kuantitatif, yang dapat diukur. Indikator
ukuran pertumbuhan meliputi perubahan tinggi dan berat badan, gigi, struktur
skelet, dan karakteristik seksual (Perry & Potter, 2005).
Pertumbuhan

pada

masa

anak-anak

mengalami

perbedaan

yang

bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan


fisik dimulai dari arah kepala ke kaki (cephalokaudal). Kematangan pertumbuhan
tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsurangsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah
akan bertambah secara teratur (Pulungan, 2012).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh dari yang
sederhana ke yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

sebagai hasil dari proses pematangan. Di dalam perkembangan terdapat proses


pematangan sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang
berkembang sehingga masing-masing dapat melakukan fungsinya. Perkembangan
berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu, seperti perkembangan
emosi, intelektual, kemampuan motorik halus, motorik kasar, bahasa, dan personal
sosial

sebagai

hasil

interaksi

dengan

lingkungannya

(Pratiwi,

2013).

Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik kasar, perkembangan


motorik halus, perkembangan personal sosial dan perkembangan bahasa (Pratiwi,
2013).
a. Perkembangan motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan pergerakan dan sikap tubuh
anak yang melibatkan penggunaan otot-otot besar. Aspek yang berhubungan
dengan kemampuan pergerakan dan sikap

tubuh anak yang melibatkan

penggunaan otot-otot besar. Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai


pada usia ini diawali dengan tanda gerakan seimbang pada tubuh dan mulai
mengangkat kepala.
Pada usia 0-4 bulan, perkembangan motorik kasar dimulai dengan
kemampuan mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk

sebentar

dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di


pangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, mengangkat kepala sambil
berbaring telentang, berguling dari telentang ke miring, dll.
Pada usia 4-8 bulan, perkembangan motorik kasar dapat dilihat perubahan
dalam aktivitas seperti posisi telungkup pada alas dan sudah

mulai

mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya.


Sudah mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri, membalikkan badan,
serta duduk dengan bantuan dalam waktu singkat. Pada usia 8-12 bulan,
perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa pegangan,
berdiri dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik, dan berdiri sendiri.
b. Perkembangan motorik halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian- bagian tubuh tertentu
saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya kemampuan

untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap gerakan jari
atau tangan. Pada usia 0-4 bulan, bayi dapat memegang suatu obyek, mengikuti
obyek dari sisi ke sisi, mencoba memegang dan memasukkan benda ke dalam
mulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, dan
memegang benda dengan kedua tangan.
Pada usia 4-8 bulan, bayi sudah mulai mengamati benda, menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yang sedang
dipegang, dan memindahkan obyek dari satu tangan ke tangan yang lain. Pada
usia 8-12 bulan, bayi mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu
memindahkan, mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu jari, serta
membenturkannya.
c. Perkembangan personal sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan personal sosial pada masa
bayi dapat ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai
menatap muka untuk mengenali seseorang. Usia 0-4 bulan, diawali dengan
mengamati

tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak

tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan


kontak fisik, serta terdiam bila ada wajah tak dikenal.
Usia 4-8 bulan, anak mulai merasa takut dan terganggu dengan keberadaan
orang asing, mulai bermain dengan permainan, mudah frustasi, serta memukul
lengan dan kaki bila kesal. Usia 8-12 bulan, dimulai dengan kemampuan
bertepuk tangan, menyatakan keinginan, bermain dengan orang lain.
d. Perkembangan bahasa
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan. Perkembangan bahasa pada masa ini dapat
ditunjukkan dengan

adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi

terhadap suara atau bel. Usia 0-4 bulan, dimulai dengan mengoceh spontan,
bereaksi terhadap sumber suara, dan menirukan suara. Usia 4-8 bulan, dimulai
dengan mengeluarkan suara gembira bernada tinggi, dan mulai bersuara tanpa
arti seperti mamama- papapa-dadada. Usia 8-12 bulan, dimulai dengan
mengulang/menirukan bunyi yang didengar, menyebut 2-3 suku kata yang sama
tanpa arti, dan bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.

1.3 Ciri-Ciri dan Prinsip Tumbuh Kembang Anak


Proses tumbuh kembang anak memiliki ciri dan prinsip. Ciri tumbuh
kembang anak, antara lain; 1) Perkembangan menimbulkan perubahan yang
saling melengkapi, 2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal
menentukan perkembangan selanjutnya, 3) Pertumbuhan dan perkembangan
mempunyai kecepatan yang berbeda, 4) Perkembangan berkorelasi dengan
pertumbuhan, 5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap, 6) Perkembangan
memiliki tahap yang berurutan. Selain itu prinsip-prinsip tumbuh kembang anak
adalah perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar dan pola
perkembangan dapat diramalkan.
1.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuh kembang juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara
umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak, yaitu :
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Termasuk faktor genetik antara lain adalah jenis
kelamin dan ras. Faktor ini tidak dapat dirubah lagi. Potensi genetik yang
bermutu seharusnya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara optimal.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya

potensi

bawaan,

sedangkan

yang

kurang

baik

akan

menghambatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi


dua, yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih
di dalam kandungan (faktor prenatal) dan faktor

lingkungan

yang

mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal).


Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain adalah gizi ibu pada
waktu hamil, mekanis atau trauma pada saat ibu hamil, toksik atau zat
kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas, dan anoksia embrio. Faktor

lingkungan yang lain yaitu faktor lingkungan postnatal. Lingkungan


postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat
digolongkan menjadi :
1) Kebudayaan, kebudayaan

suatu

daerah

akan

mempengaruhi

tingkah laku, adat istiadat, dan kepercayaan tentang pola dan cara
mengasuh anak.
2) Nutrisi, dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah segi kuantitas
dan kualitas. Kualitas makanan harus yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral,

dan

vitamin.

Kebutuhan nutrisi pada anak tergantung pada jenis kelamin, tingkat


pertumbuhan dan perkembangan akan umur dan tingkat aktivitasnya.
Pada pertumbuhan awal pada prenatal dan infant, kebutuhan protein dan
kalori perlu ditingkatkan, karena akibat dari kekurangan nutrisi akan
terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak yang lambat.
3) Penyimpangan dari keadaan sehat. Hal ini disebabkan adanya
penyakit atau kecelakaan yang dapat menganggu tingkat pertumbuhan
dan perkembangan anak.
4) Olahraga, olahraga akan

meningkatkan

sirkulasi,

fisiologis dan stimulasi perkembangan otot-otot.


5) Urutan posisi anak dalam keluarga, rutan posisi

anak

aktifitas
dalam

keluarga akan mempengaruhi sikap orang tua terhadap anak. Kelahiran


anak pertama dalam keluarga merupakan pusat perhatian seluruh
keluarga, sehingga semua kebutuhan terpenuhi baik fisik, emosi
maupun sosialnya. Selanjutnya dengan kelahiran adiknya, keadaan ini
akan mulai berkurang.
6) Lingkungan internal
a) Intelegensi, intelegensi mempunyai hubungan dengan beberapa
tahap perkembangan fisik. Pada umumnya anak yang mempunyai
intelegensi

tinggi,

fisiknya

juga

akan

baik

dan

tingkat

pertumbuhannya lebih baik dibandingkan dengan anak yang


intelegensinya kurang.
b) Hormon, ada 3 macam hormon yang mempengaruhi pertumbuhan,
yaitu: STH (hormon somatotropin), gonadotropin, dan estrogen.

c) Emosi, hubungan yang berarti dengan orang lain seperti ayah, ibu,
sibling group, kelompok sebaya akan memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan emosi, sosial, dan intelektual anak.
d) Lingkungan eksternal, seperti stimulasi, motivasi, belajar, stress,
sekolah dan guru akan memberikan pengaruh yang berarti
terhadap perkembangan.
2. Konsep Berat Bayi Lahir Rendah
1.1. Pengertian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi.berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang daam
satu jam setelah lahir. BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari
2500 gram dan di timbang sampai dengan 24 jam setelah kelahiran. Terdapat 3
bentuk BBLR yaitu:
a. Bayi prematur
Pertumbuhan bayi dalam rahim normal, persalinan terjadi sebelum masa
gestasi berusia 37 minggu.
b. Bayi kecil untuk masa kehamilan
Pertumbuhan dalam rahim terhambat yang disebabkan faktor dari bayi
sendiri, plasenta ataupun faktor ibu
c. Bayi prematur dan kecil untuk masa kehamilan
Bayi prematur yang mempunyai berat badan rendah untuk masa
kehamilan
Bayi berat lahir rendah berdasarkan batasan berat badan dapat
dibagi 3, yaitu:
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat 1500 gram
sampai dengan 2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir
antara 1000 gram sampai kurang dari 1500 gram.
c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adlah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1000 gram (Mulyawan, 2009).
1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi BBLR
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi BBLR antara lain, yaitu:
a. Umur saat melahirkan

Angka kematian dan kesakitan ibu akan tinggi bila melahirkan terlalu
muda atau terlalu tua, yaitu usia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun.
Kejadian BBLR berdasarkan umur ibu paling tinggi terjadi pada ibu yang
melahirkan dibawah usia 20 tahun, yaitu 9,8%, kemudian antara umur 2034 tahun 6,5%, dan yang berumur lebih dari 35 tahun yaitu 4,1%.
b. Usia kehamilan saat melahirkan
Kehamilan yang kurang dari 37 minggu merupakan penyebab utama
terjadinya BBLR. Semakin pendek usia kehamilan maka pertumbuhan
janin semakin belum sempurna, baik itu organ reproduksi dan organ
pernafasan oleh karena itu mengalami kesulitan untuk hidup diluar uterus
ibunya.
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh secara tidak
langsung terhadap kejadian BBLR. Semakin tiinggi tingkat pendidikan
seseorang maka semakin banyak pula informasi yang bisa didapatkan
mengenai BBLR sehingga secara otomatis semakin banyak pula
pengetahuannya.
d. Jenis kelamin
Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa jenis kelamin bayi
berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Perbedaan berat badan bayi
sebesar 58 gram antara bayi laki-laki dan perempuan dimana berat badan
bayi laki-laki lebih berat dari bayi perempuan (Mulyawan, 2009).
3. Asuhan Keperawatan Pada Agregat Bayi di Komunitas
3.1. Pengkajian
Sebanyak 468 (72,26%) ibu telah melakukan penimbangan untuk
bayi. Sebanyak 139 ibu tidak menimbangkan bayi. Hal ini dikarenakan
beberapa alasan, antara lain sibuk, malas dan tidak tahu, tetapi 8,9% ibu
malas melakukan penimbangan, dan sebanyak 7,9 tidak melakukan
penimbangan dikarenakan sibuk, 4,95 dikarenakan sibuk, dan sisanya
larena alasan lain.
Imunisasi bayi di Kecamtan Sukowono sudah cukup baik, sekitar
64% sudah mendapatkan imunisasi. Sekitar 81% bayi di Kecamatan
Sukowono mendapat makanan selingan atau makanan pendamping ASI,
selengkapnya 8% tidak mendapat makanan selingan dan sebanyak 12%

kadang-kadang mendapat makanan selingan, jenis makanan selingan yaitu


berupa bubur dan biskuit. Kondisi kesehatan bayi di RW 05 95% sehat,
dan penyebab kematian bayi terbanyak berada di Kecamatan Sukowono.
Penyebab kematian bayi yang paling banyak yaitu karena BBLR, asfiksia,
dll.
Pengkajian berdasarkan Anderson Mc.Farlen:
Inti Komunitas
a. Sejarah
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember (2011)
jumlah kasus kematian bayi yang berjumlah 369 tersebut penyebab
kematian bayi terbanyak karena Berat Bayi Lahir Rendah yang mencapai
111 kasus kematian, kemudian karena asfiksia terdapat 68 kasus
kematian, karena infeksi terdapat 56 kasus kematian, dan sisanya karena
kelainan bawaan yang terdapat 54 kasus kematian bayi, ISPA 9 kasus
kematian bayi, gizi buruk terdapat 3 kasus kematian bayi. Pada tahun
2010 angka tertinggi penyakit yang sering di derita oleh bayi di
Kecamatan Sukowono adalah ISPA.
b. Demografi
Jumlah penduduk Sukowono yaitu 1300 jiwa. Jumlah bayi di
Kecamatan Sukowono sejumlah 607 bayi. Angka peningkatan kelahiran
dan kematian di Kecamatan Sukowono berbanding sama.
c. Etnisitas
Suku di Kecamatan Sukowono mayoritas adalah suku Madura.
Penduduk Sukowono beranggapan bahwa mereka lebih mepercayakan
kelahiran dan pengobatan ke dukun anak. Bayi di daerah Sukowono sudah
di beri makanan ketika lahir.
d. Nilai dan Keyankinan
Penduduk di Kecamatan Sukowono mayoritas beragama Islam.
Banyak berdiri masjid dan musholla di sekitar perumahan warga
Subsistem Komunitas
a. Lingkungan
Potensi utama yang terdapat di Kecamatan Sukowono adalah
bidang pertanian diantaranya adalah tanaman padi dan kelapa. Kecamatan

Sukowono memiliki lahan pertanian yang cukup luas yaitu 175 Ha. Lahan
padi di Kecamatan Sukowono mempunyai luas 50 Ha dengan hasil panen
4 ton/Ha sedangkan luas perkebunan kelapa adalah 4 Ha. Selain potensi
dalam bidang pertanian juga terdapat potensi bidang peternakan yaitu sapi
dan kambing. Jumlah sapi adalah 61 ekor dan kambing 50 ekor.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Kecamatan Sukowono memiliki Puskesmas dan Pustu. Masyarakat
di Kecamatan Sukowono biasa berobat ke Puskesmas setempat. Mereka
tidak kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan. Imunisasi bayi di
Kecamtan Sukowono sudah cukup baik, sekitar 64% sudah mendapatkan
imunisasi. Sekitar 81% bayi di Kecamatan Sukowono mendapat makanan
selingan atau makanan pendamping ASI, selengkapnya 8% tidak
mendapat makanan selingan dan sebanyak 12% kadang-kadang mendapat
makanan selingan, jenis makanan selingan yaitu berupa bubur dan biskuit.
Kondisi kesehatan bayi di RW 05 95% sehat, dan penyebab kematian bayi
terbanyak berada di Kecamatan Sukowono. Penyebab kematian bayi yang
paling banyak yaitu karena BBLR, asfiksia, dll. Tingginya angka
kematian karena asfiksia disebabkan masyarakat rendahnya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka
kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk
menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi
yang lazim muncul. Yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai
kejang-kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain
yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak
begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga,
lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Ibu yang
tidak menyadari pentingnya melakukan persalinan pada tenaga kesehatan
juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingginya angka
kematian bayi.
c. Ekonomi
Kecamatan Sukowono 1275 orang bekerja sebagai petani, 121
orang sebagai pegawai di sektor jasa dan perdagangan, 72 orang bekerja

di sektor industri, anak-anak 944 orang dan sisanya adalah penduduk


tanpa penduduk Kecamatan Sukowono berada di golongan keluarga
prasejahtera yaitu sebanyak 699 kepala keluarga masih bertempat tinggal
dengan rumah yang terbuat dari bambu.
d. Transportasi dan Keamanan
Transportasi di Kecamatan Sukowono mayoritas menggunakan
kendaraan roda dua. Sebagian penduduk juga ada yang menggunakan
kendaraan roda empat dalam melakukan mobilisasi, dan ada juga yang
hanya berjalan kaki dalam mengakses pelayanan kesehatan. Angka
kejadian kriminalitas di Kecamatan Sukowono tergolong rendah.
e. Politik dan Pemerintahan
Untuk meminimalisir terjadinya kematian bayi pada saat
persalinan, Dinkes Kabupaten Jember mulai membangun kemitraan
antara bidan dan dukun bayi guna membantu kelancaran persalinan.
Langkah yang ditempuh di Kecamatan Sukowono yaitu dengan cara
memanfaatkan tenaga dukun guna mengantarkan bumil ke tempat praktik
bidan pada saat ditemui ibu persalinan.
f. Komunikasi
Kecamatan Sukowono tidak memiliki telepon umum, karena
masyarakat

sebagian

besar

menggunakan

ponsel

untuk

saling

berkomunikasi antar masyarkat.


g. Pendidikan
Status pendidikan di Kecamatan Sukowono dengan jumlah
penduduk sebanyak 4243 orang adalah sebagai berikut penduduk usia 10
tahun ke atas tidak ada yang buta huruf, penduduk yang tidak tamat
SD/sederajat sebanyak 1232 orang. Penduduk tamat SLTP/ sederajat
sebanyak 233, penduduk tamat SLTA/ sedderajat sebanyak 90 orang dan
penduduk tamat S1 sebanyak 19 orang.
h. Rekreasi
Kecamatan Sukowono tidak memiliki tempat rekreasi atau fasilitas
rekreasi. Masyarakat Sukowono biasanya pergi ke pantai, atau ke taman
hiburan lain yang letaknya berada di Kecamatan lain.
3.2. Diagnosa

Kesiapan peningkatan koping komunitas di antara masyarakat Kecamatan


Sukowono, berhubungan dengan upaya peningkatan kesadaran ibu hamil
terhadap persalianan pada tenaga kesehatan.
3.3. Intervensi
No

Diagnosa

Tgl

Tujuan

Intervensi

Nama

Keperawatan

Pemb

dan

Keperawatan

dan

uatan

Kriteria

tanda

16

Hasil
Tujuan:

tangan

Kesiapan
peningkatan

Juli

menurunk

koping komunitas 2013

an

diantara

kejadian

masyarakat

asfiksia

Kecamatan

pada bayi

Sukowono,

dan

berhubungan

meningkat

dengan

kan

upaya

peningkatan
kesadaran
hamil

angka

kesadaran
ibu

terhadap

masyaraka
t

tentang

persalianan pada

pentingny

tenaga kesehatan

untuk

melakukan

menurunkan

persalinan

angka

ke tenaga

asfiksia.

kejadian

kesehatan
Kriteria
hasil:

3.4. Implementasi

3.5. Evaluasi

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


NAMA KK : ____________________________________
ALAMAT

: _______________________No___________
RT____________RW______KEL__________

PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah label komposisi keluarga dengan benar
2. pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda ( )
3. Jawaban dapat lebih dari satu untuk pertanyaan menulis.
4. mengisi titik-titik sesuai pertanyaan.
A. Komposisi Keluarga
No
.

Nama Hubungan

Umur

L/P Tingkat

dengan KK

Pekerjaan Agama

Ket.

pendidikan

1. Anggota keluarga yang meninggal 5 bulan terakhir ________________


2. Penyebab kematian _________________________________________
3. Umur ____________________________________________________

B. Bila dalam Keluarga Terdapat Bayi/Batita/Balita (0-5 Tahun)


1. Apakah keluarga melakukan penimbangan Balita :
( ) Ya
( ) Tidal
2. Bila tidak, apa alasannya :
( ) Jauh
( ) Malas
( ) repot

( ) tidak

tahu
3. Apakah setiap hari anak mendapatkan makanan selingan di antara waktu
makan:
( ) Ya
( ) kadang-kadang
4. Bagaimana kondisi Balita saat ini :

( ) Tidak

( ) Sehat
( ) Sakit
5. Bila balita sakit, apa

yang

dikeluhkan/diagnosis

medianya

_________________
6. Apa yang telah dilakukan keluarga terhadap kondisi Balita yang sakit
________
N Nama

Anak

M K H O Jenis Imunisasi

Ke
t.

T
B D D D P P
C
P P P O O
G
T T T L L
1

2 3

O O
1

1
2
d
s
t
Keterangan :
N = normal
T = Tidak Normal
H = Garis Hijau
M = Garis Merah K = Garis Kuning
TL = Tidak lengkap
O = Overweight (garis kuning diatas garis hijau)
BL = Belum lengkap (usia belum mencukupi)
L = Lengkap

P
O
L
I
O
3

P
O
L
I
O
4

C
A
M
P
A
K

H
E
P
A
T
I
T
I
S
1

H
E
P
A
T
I
T
I
S
2

H TL
E BL
P L
A
T
I
T
I
S
3

DAFTAR PUSTAKA
Mulyawan, Handry. 2009. Gambaran Kejadian BBLR. Jakarta: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.Volume 2.
Jakarta: EGC.
Pratiwi, A.Ratna. 2013. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Di
Desa Pandak Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Skripsi.
Puewokerto:

Fakultas

Kedokteran

Dan

Ilmu-Ilmu

Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman.


Pulungan, K.Insan. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi di Kelurahan Sayurmatinggi
Tapanuli Selatan. Skripsi. Medan: Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai