Tugas KDM Askep Brekele Fix
Tugas KDM Askep Brekele Fix
OLEH :
Kelompok 1
1.
2.
3.
4.
5.
(P07120214001)
(P07120214006)
(P07120214007)
(P07120214008)
(P07120214009)
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun sebagai tugas untuk mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)
Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Denpasar, 27 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................1
KATA PENGANTAR ...................................................................................2
DAFTAR ISI .................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN ...... 4
................................................................................4
1.3Tujuan ......................................................................................................5
1.4Manfaat ..................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................6
2.1 Konsep Kebutuhan Rasa Aman
2.2 Konsep Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri)
. 6-11
11-58
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perhatian perawat yang paling mendasar mulai dari sisi tempat tidur hingg
di rumah sampai komunitas adalah pencegahan keselakaan dan cedera serta
membantu individu yang mengalami cedera. Penyebab utama cedera yang
tidak disengaja dan kematian adalah kecelakaan kendaraan bermotor,jatuh,
tenggelam , kebekaran,luka bakar dan keracunan. Perawat harus waspada
terhadap faktor yang mendukung lingkungn aman bagi individu tertentu atau
bagi sekelompok orang di tatanan rumah dan komunitas. Rasa aman menjadi
salah satu fokus perhatian perawat karena rasa aman adalah salah satu
kebutuhan
dasar
yang
harus
dipenuhi
oleh
manusia
untuk
tetap
keperawatan?
Bagaimanakah pengkajian pada kebutuhan rasa (bebas nyeri)?
1.3 Tujuan
Menambah wawasan penulis mengenai asuhan keperawatan dalam hal
kebutuhan rasa aman dan nyaman
1.4 Manfaat
Menambah wawasan penulis mengenai asuhan keperawatan kebutuhan rasa
aman dan nyaman
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebutuhan Rasa Aman
2.1.1 Pengertian
Keamanan adalah suatu keadaan bebas dari cidera fisik dan psikologis
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi.
Lingkungan pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman merupakan hal
penting untuk kelangsungan hidup klien. Perawat harus mengkaji bahaya
yang mengancam keamanan dan lingkunagn selanjutnya melakukan
intervensi.
Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan dasar dan hierarkinya berada
di bawah kebutuhan untuk mengetahui dan memahami.
Pentingnya teori kebutuhan Maslow dalam kesehatan terletak pada
hubungan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Jelas bahwa
manusia yang kebutuhan dasarnya seperti rasa aman dan rasa dicintai tidak
terpenuhi akan memiliki energi psikologis yang kecil yang dapat dikerahkan
untuk memelihara kesehatannya.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kemampuan individu untuk melindungi dirinya sendiri dari cedera
dipengaruhioleh beberapa faktor, seperti usia dan perkembangan, gaya hidup,
mobilitas dan status kesehatan, perubahan sensori-persepsi, kesadaran kognitif,
status psikososial, kemampuan komunikasi, kesadaran terhadap keamanan, dan
faktor lingkungan. Perawat harus mengkaji setiap faktor ini saat mereka
menyusun rencana asuhan keperawatan atau memberi penyuluhan kepada klien
mengenai cara melindungi dirinya sendiri.
1) Usia dan Perkembangan
Individu belajar melindungi diri mereka sendiri dari berbagai cedera melalui
pengetahuan dan pengkajian yang akurat terhadap lingkungan. Anak-anak yang
berjalan kaki ke sekolah belajar untuk berhenti sebelum menyebrang jalan dan
menunggu kendaraan yang akan melintas. Mereka juga belajar untuk tidak
menyentuh kompor yang panas. Bagi individu yang sangat muda, sangat penting
untuk belajar mengenai lngkungan di sekitar mereka. Anak-anak yang hanya dapat
belajar mengenai hal-hal dalam lingkungan yang mungkin berbahaya bagi mereka
lewat pengetahuan dan pengalaman. Individu lanjut usia mungkin mengalami
kemudahan
untuk mendapatkan
obat
terlarang,
yang
juga
dapat
terkontaminasi oleh zat aditif yang berbahaya. Perilaku berisiko merupakan salah
satu faktor dalam beberapa kecelakaan.
3) Mobilitas dan Status Kesehatan
Individu yang mengalami hambatan mobilitas akibat paralisis, kelemahan
otot, dan keseimbangan atau koordinasi yang buruk sangat rentan terhadap cedera.
Klien yang mengalami cedera korda spinal dan paralisis pada kedua kakinya,
mungkin tidak mampu bergerak kendati merasa tidak nyaman. Klien hemiplegi
atau klien yang terpasang gips pada tungkai sering kali memiliki keseimbangan
yang buruk dan mudah jatuh. Klien yang lemah akibat penyakit atau pembedahan
tidak selalu sadar penuh terhadap kondisi mereka.
4) Perubahan Sensori-Persepsi
Persepsi sensori yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting
terhadap keamanan. Individu yang mengalami gangguan persepsi peraba,
pendengar, perasa, pencium, dan penglihatan sangat rentan terhadap cedera.
Individu yang tidak melihat dengan baik akan terpeleset mainan atau tidak melihat
kabel listrik. Individu yang tuli mungkin tidak mendengar klakson di jalan, dan
individu yang mengalami gangguan indra pencium mungkin tidak mencium bau
masakan yang gosong atau aroma belerang dari kebocoran gas.
5) Kesadaran Kognitif
Kesadaran merupakan kemampuan untuk merasakan stimulus lingkungan
dan reaksi tubuh serta untuk berespons secara tepat lewat proses pikir dan
tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran meliputi individu yang
kurang tidur, individu tak sadar atau semi taksadar, individu yang disorientasi
(individu yang tidak tahu darimana mereka berada atau apa yang harus mereka
lakukan untuk menolong diri merea sendiri). Individu yang merasakan stimulus
yang tidak ada, dan individu yang mengalami hambatan penilalian akibat proses
penyakit atau pengobatan, seperti narkotik, hipnotik, obat penenang, dan sedative.
Klien yang sedikit bingung mungkin sementara lupa di mana mereka berada,
mempertanyakan di mana letak kamar mereka, salah mengenali barang milik
pribadi dan lain sebagainya.
6) Status Emosi
Status emosi yang ekstrem dapat mengganggu kemampuan untuk
merasakan bahaya yang terdapat dalam lingkungan. Situasi yang penuh tekanan
dapat menurunkan tingkat konsentrasi individu, menyebabkan kesalahan
penilaian, dan penurunan kesadaran terhadap stimulus eksternal. Individu yang
mengalami depresi dapat berpikir dan dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan
lebih lambat daripada biasanya.
7) Kemampuan Komunikasi
Individu yang mengalami hambatan kemampuan untuk menenrima dan
menyampaikan informasi termasuk klien afasia, individu dengan hambatan
bahasa, dan mereka yang tidak dapat membaca juga berisiko terhadap cedera.
Sebagai contoh, individu yang tidak dapat menerjemahkan tanda dilarang
merokok-Oksigen sedang digunakan dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran.
8) Kesadaran terhadap Keamanan
Informasi sangat penting terhadap keamanan. Klien yang berada di
lingkungan asing sering kali membutuhkan informasi keamanan yang spesifik.
Kurang pengetahuan mengenai peralatan asing, seperti tabung oksigen, slang
intravena, dan bantal panas, dapat menimbulkan bahaya. Klien yang sehat harus
mendapat pengetahuan mengenai keamanan air, keamanan dalam mobil,
pencegahan kebakaran, cara mencegah ingesti zat yang berbahaya, dan beberapa
tindakan pencegahan yang berhubungan dengan bahaya pada usia tertentu.
9) Faktor Lingkungan
Rumah yang aman adalah rumah yang memiliki lantai dan karpet yang
terpasang dengan baik, permukaan bath-tub atau shower yang tidak licin alarm
asap yang berfungsi dan dan terletak strategis, serta pengetahuan mengenai rute
penyelamatan diri apabila terjadi kebakaran. Keamanan area luar rumah, seperti
kolam renang harus terjaga dan terpelihara. Pencahayaan yang adekuat, baik di
dalam maupun di luar, meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Di tempat kerja, mesin, sabuk keselamatan kerja dan katrol, serta zat kimia
dapat dapat menimbulkan bahaya. Kelemahan pekerja, polusi suara dan udara,
atau bekerja di ketinggian atau di bawah tanah juga dapat menyebabkan bahaya
okupasional. Lingkungan kerja perawat juga tidak aman. Personel layanan
kesehatan perlu mempertahankan kesadaran akan risiko yang mungkin terjadi.
Cahaya lampu jalan yang adekuat, air yang aman dan pengaturan
pembuangan sampah serta pengaturan sanitasi dalam pembelian dan pengolahan
makanan mempengaruhi komunitas yang sehat dan bebas dari bahaya. Komunitas
yang aman dan terlindungi harus berjuang untuk terbebas dari kebisingan,
kejahatan, kemacetan lalu intas, rumah yang bobrok, atau anak sungai atau
timbunan tanah yang tidak terlindungi. (Kozier, 2010)
2.1.3 Bahaya khusus terhadap keamanan pada setiap kelompok usia
1) Janin yang Sedang Berkembang
Terpajan dengan rokok ibu, konsumsi alkohol dan penyalahgunaan obat pada
ibu, sinar X (trimester pertama), serta beberapa pestisida.
2) Bayi baru Lahir dan Bayi
Jatuh, sufokasi di tempat tidur, tercekik akibat susu yang teraspirasi atau
benda yang ditelan. Luka bakar akibat terkena air panas atau terkena tumpahan
cairan panas lain, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera di boks (tempat tidur
bayi atau tempat bermain anak-anak), syok listrik, keracunan.
3) Toddler
Trauma fisik akibat jatuh, menabrak benda atau terpootong oleh benda tajam,
kecelakaan kendaraan bermotor, luka bakar, keracunan, tenggelam dan syok
listrik.
4) Prasekolah
Cedera akibat kecelakaan lalu lintas, mainan di taman bermain, dan benda
lain: tercekik, sufokasi, dan sumbatan jalan napas atau saluran telinga oleh benda
asing, keracunan, tenggelam, kebakaran, dan luka bakar, bahaya dari individu lain
atau binatang.
5) Remaja
bermotor.
Pengkajian pada kebutuhan rasa aman
Pengkajian terhadap klien berisiko terhadap kecelakaan dan cedera meliputi
(a) menentukan indikator penting dalam riwayat keperawatan dan pemeriksaan
fisik, (b) menggunakan instrumen pengkajian risiko yang dikembangkan secara
11
tidak
mentransmisikan nyeri
3. System nosiseptif : System yang teribat dalam transmisi dan
persepsi terhadap nyeri
4. Ambang nyeri : Stimulus yang paling kecil yang akan
menimbulkan nyeri
5. Toleransi nyeri : intensitas maksimum/durasi nyeri yang individu
2.2.2
apa rasanya
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan
Nyeri mengawali ketidakmampuan
Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen
nyeri jadi tidak optimal
12
2.2.3
2.2.4
Fisiologi Nyeri
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subyektif nyeri
terhadap empat proses tersendiri: Transduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi.
Transduksi
nyeri
adalah
proses
rangsangan
yang
13
dengan
mual
seperti
meningkatnya
salivasi,
14
pada sistem saraf atau akibat dari abnormalitas respon sistem saraf. Kondisi
ini merupakan suatu penyakit (pain as a disease).
Pada praktek klinis sehari-hari kita mengenal 4 jenis nyeri:
1. Nyeri Nosiseptif
Nyeri dengan stimulasi singkat dan tidak menimbulkan kerusakan
jaringan. Pada umumnya, tipe nyeri ini tidak memerlukan terapi khusus
karena perlangsungannya yang singkat. Nyeri ini dapat timbul jika ada
stimulus yang cukup kuat sehingga akan menimbulkan kesadaran akan
adanya stimulus berbahaya, dan merupakan sensasi fisiologis vital.
Intensitas stimulus sebanding dengan intensitas nyeri. Contoh: nyeri pada
operasi, nyeri akibat tusukan jarum, dll.
2. Nyeri Inflamatorik
Nyeri dengan stimulasi kuat atau berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan atau lesi jaringan. Nyeri tipe II ini dapat terjadi akut dan kronik
dan pasien dengan tipe nyeri ini, paling banyak datang ke fasilitas
kesehatan. Contoh: nyeri pada rheumatoid artritis.
3. Nyeri Neuropatik
Merupakan nyeri yang terjadi akibat adanya lesi sistem saraf perifer
(seperti pada neuropati diabetika, post-herpetik neuralgia, radikulopati
lumbal, dll) atau sentral (seperti pada nyeri pasca cedera medula spinalis,
nyeri pasca stroke, dan nyeri pada sklerosis multipel).
4. Nyeri Fungsional
Bentuk sensitivitas nyeri ini ditandai dengan tidak ditemukannya
abnormalitas perifer dan defisit neurologis. Nyeri disebabkan oleh respon
abnormal sistem saraf terutama hipersensitifitas aparatus sensorik. Beberapa
kondisi umum memiliki gambaran nyeri tipe ini yaitu fibromialgia, iritable
bowel syndrome, beberapa bentuk nyeri dada non-kardiak, dan nyeri kepala
tipe tegang. Tidak diketahui mengapa pada nyeri fungsional susunan saraf
menunjukkan sensitivitas abnormal atau hiper-responsifitas (Woolf, 2004).
Nyeri nosiseptif dan nyeri inflamatorik termasuk ke dalam nyeri
adaptif, artinya proses yang terjadi merupakan upaya tubuh untuk
16
Stimulus Nyeri
Seseorang dapat Menoleransi menahan nyeri (pain tolerance), atau
17
2.2.8
a. Lokasi nyeri
b. Waktu timbulnya nyeri
c. Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri
d. Karakteristik nyeri
e. Faktor pencetus timbulnya nyeri
f. Cara-cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri
Pengkajian pada kebutuhan rasa nyaman
NANDA mencantumkan label diagnosis berikut untuk klien
yang mengalami nyeri atau ketidaknyamanan.
1) Nyeri Akut
2) Nyeri Kronik
Saat menulis pernyataan diagnostik, perawat harus menyebutkan
lokasi (mis., nyeri pergelangan kaki kanan, atau sakit kepala frontal
kiri). Faktor terkait, jika diketahui, juga harus menjadi bagian dari
pernyataan diagnosis dan dapat mencakup faktor fisiologis dan
psikologis. Misalnya selain agens penyebab cedera, faktor terkait
dapat
mencakup
defisiensi
pengetahuan
mengenai
teknik
NANDA,
NOC,
dan
NIC
ditunjukkan
dalam
18
kontinu
berkepanjangan,
ketidakefektifan
19
20
obat yang memerlukan resep sering kali dibuat oleh perawat, yang kerap
memerlukan penilaian terkait dengan dosis dan waktu pemberian obat. Secara
umum, kombinasi strategi adalah tindakan terbaik untuk klien yang mengalami
nyeri. Namun terkadang strategi perlu dicoba daan diganti sampai klien
mendapatkan pereda nyeri yang efektif.
Hambatan Penatalaksanaan Nyeri, kesalahan konsep dan bias dapat
memengaruhi penatalaksanaan nyeri. Kesalahan konsep dan bias dapat berupa
sikap perawat atau klien serta defisit pengetahuan. Klien berespons terhadap
pengalaman nyeri berdasarkan budaya mereka, pengalaman pribadi, dan makna
nyeri bagi diri mereka. Bagi banyak orang, nyeri diperkirakan dan diterima
sebagai sebuah aspek normal penyakit. Klien dan keluarga mungkin kurang
memiliki pengetahuan mengenai efek simpang nyeri dan mendapatkan informasi
yang salah mengenai penggunaan analgesik. Klien mungkin tidak melaporkan
rasa nyeri karena mereka mengira tidak ada yang dapat dilakukan, mereka
berpikir bahwa nyeri tidak cukup berat, atau mereka merasa bahwa nyeri dapat
mengalihkan atau merugikan pemberi perawatan kesehatan.
Kesalahan Konsep
Pembenaran
1. Klien mengalami nyeri hebat hanya jika
1. Bahkan setelah pembedahan minor,
mereka menjalani pembedahan mayor.
2. Perawat atau profesional perawat
kesehatan lain adalah orang yang
brwenang atas nyeri klien
3. Pemberian analgesik secara teratur
untuk
nyeri
akan
kecanduan
4. Jumlah kerusakan
menyebabkan
menyertai
adalah
satu-satunya
secara
orang
yang
jaringan
terhadap
mengalami
analgesikyang
fisiologi
rasa
digunakan
keberadaannya
nyeri
untuk
atau
prilaku
dapat
memastikan
dan
terjadi
21
22
3. Mengurangi
Kesalahan
Konsep
mengenai
Nyeri,
Mengurangi
kesakitan
dapat
juga
menggunakan
pendekatan
pascaoperasi.
praemptif
dengan
23
Farmakologi,
penatalaksanaan
nyeri
farmakologi mencakup penggunaan opiod ( narkotik), obat-obatan antiinflamasi nonopiod/nonsteroid (NSAIDS) dan analgesik penyerta, atau
koanalgesik.
Analgesik Opiod (narkotik) terdiri dari turunan opium, seperti morfin
dan kodein. McCaffery dan Pasero (1999) menyatakan bahwa istilah opiod
kini lebih digunakan daripada narkotik, yang telah menjadi istilah mutlak.
Narkotik terutama digunakan dalam konteks hukum yang mengacu ke
berbagai zat yang berpotensi disalahgunakan.
Opioid meredakan nyeri dan memberi rasa euforia lebih besar dengan
mengikat reseptor opiat dan mengaktivasin endogen (yaitu, muncul dari
penyebab di dalam tubuh) penekan nyeri dalam SSP. Terdapat beberapa
reseptor opiat, termasuk reseptor mu, delta dan karppa. Reseptor mu paling
sering berhubungan dengan pereda nyeri. Perubahan alam perasaan dan sikap
serta perasaan sejahtera membuat individu lebih nyaman meskipun nyeri tetap
dirasakan.
Terdapat tiga tipe opiod primer :
1. Agonis penuh. Obat opioid murni ini berikatan kuat dengan tempat
reseptor mu, yang menghasilkan hambatan nyeri maksimal, sebuah
pengaruh agonis. Analgesik agonis penuh terdiri atas morfin,
kodein,
meperidin
(Demerol),
proproksifen
(Darvon)
dan
24
peningkatan
tingkat
sedasi
atau
depresi
pernapasan
akan
25
percakapan.
4
stimulasi fisik.
Efek samping umum dari opoid, upaya preventif/pencegahan dan penatalaksanaan
1. Konstipasi: tingkatkan asupan cairan (mis 6-8 gelas air sehari),
tingkatkan serat dan agens pembentuk massa (mis buah dan sayuran
segar) dalam makanan, tingkatkan regimen olahraga dan berikan
pelunak feses dan jika perlu berikan laksatif ringan
2. Mual dan muntah : informasikan kepada klien bahwa toleransi
terhadap efek emetik ini biasanya muncul setelah beberapa hari
mendapat terapi obat, berikan obat antiemtik sesuai kebutuhan dan
ganti analgenik jika didinndikasikan
3. Sedasi: informasikan kepada klien bahwa toleransi biasanya terbentuk
setelah 3 sampai 5 hari, berikan stimulan
4. Depresi pernapasan: berikan antagonis opioid seperti hidroklorida
(Narcan) samapi pernapasan kembali ke tingkat yang dapat diterima.
Berikan obat secara perlahan melalui rute intravena dengan 10 ml
salin. Pantau klien dan ulangi prosedur jika perlu dan jika klien
26
(NSAIDS)
seperti
ibuprofen.
NSAID
memiliki
efek
anti-
misalnya
opioid
dan
nonopioid
seperti
Tyenol
3,
yang
1. Efek
Pembenaran
samping dari
27
pengunaan
NSAIDs
janga
panjang
secara
penggunaan haploid.
meningkatkan
waktu
dapat
menyebabkan
hepatoksitositas.
2. Aman memberikan nonopioid di saat
yang
sama.
Memberikan
dosis
opioid
tidak
menyebabkan
metoda
efektif
untuk
mis,
Percocet
(oksikodon
dan
asetaminofen)
3. Memberikan antacid dengan NSAIDs
dapat meredakan distress tetapi dapat
konterproduktif. Antacid mengurangi
absorbs
efektivitas
melepaskan
sehingga
mengurangi
NSAIDs
obat
dengan
dilambung
dan
jika
diberikan
secara
28
adalah;
kapanpun
nyeri
lambung
(mis.,
nyeri
menambah nonopioid.
5. Sebagian besar klien yang memiliki
terjadi
perdarahan
perforasi.
Dari tabel tersebut, memuat daftar kesalahan konsep yang umum mengenai
nonopioid.
Analgesik Penyerta. Sebuah analgesic penyerta adalah sebuah obat yang
bukan dibuat untuk pengunaan analgesic tetapi terbukti mengurangi nyeri kronik
dan kadang kala nyeri akut, selain kerja utamanya. Misalnya, sedative ringan atau
penenang dapat membantu mengurangi ansesietas, stress, dan ketegangan
sehingga klien dapat tidur dengan baik dimalam hari. Antidepresan digunakan
untuk mengatasi ganguan depresi atau gangguan alam perasaan yang mendasari
tetapi dapat juga meningkatkan strategi nyeri yang lain. Antikonvulsan, biasanya
diresepkan untuk mengatasi kejang, dapat berguna dalam mengendalikan
neuropati yang menyakitkan seperti herpes zoster (shingles) dan neuropati
diabetik.
Beberapa obat (mis., Vicodin) mengandung opioid dan nonopioid. Perawat
perlu mengetahui hal ini agar dapat memberikan obat dengan aman dan untuk
melengkapi instruksi saat pulang yang berkaitan dengan kombinasi obat ini.
Pemberian Plasebo
Plasebo adalah setiap obat atau prosedur, termasuk pembedahan, yang
berpengaruh pada klien karena tujuan implisit atau eksplisitnya dan bukan karena
kandungan fisik atau zat kimia spesifiknya. (Mccaffery dan Pasero,1999).
Plasebo dapat digunakan sebagai sebuah pengaruh dalam riset untuk mempelajari
pengaruh obat yan baru. Naun penting untuk diingat bahwa subjek dalam studi
penelitian perlu memberikan persetujuan berdasarkan informasi dan menetahui
bahwa placebo dapat diberikan. Di sisi lain, penggunaan plasebo untuk mengkaji
29
atau
keberadaan atau sifat nyeri memunculkan pertanyaan etik yang serius dan
tantangan bagi perawat dalam kaitannya dengan Kode Etik American Nurses
Association (tucker, 2001). Sebuah respons positif terhadap dosis placebo tidak
mengindikasikan berkurannya rasa nyeri secara nyata melainkan hanya
menunjukkan realita efek placebo, yang dapat diperkirakan terjadi pada 30% atau
lebih pada suatu populasi (McCaffery & Pasero, 1999). Karena placebo gagal
meredakan nyeri bagi banyak oran maka direkomendasikan bahwa pengunaan
placebo yang menyesatkan dianggap layak dalam penatalaksanaan nyeri
(American Pain Society, 1999)
Rute Pemberian Opiat
Opioid sejak dulu telah diberikan melalui rute oral, subkutan, intramuscular, dan
intravena. Selain itu, metoda terbaru pemberian opiat telah dikembangkan untuk
menghindari kemungkinan hambatan yang terjadi dengan rute tradisional ini.
Contohnya adalah terapi obat transnasal dan transdermal, infusi subkutan
berkelanjutan, dan infuse intraspinalis.
Oral. Pemberian opiate melalui oral tetap menjadi rute pemberian obat pilihan
karena kemudahannya, karena durasi kerja sebaian besar opiate adalah sekitar 4
jam, individu yang mengalami nyeri kronik harus dibangunkan beberapa kali
selama malam hari untuk meminum obat pereda nyerinya. Untuk menghindari
masalah ini, bentuk morfin yang kerjanya panjang atau lepas-lambat dengan
durasi 8 jam atau ebih telah dibuat. Dua contoh orfin yang bekerja dalam waktu
lama adalah MS contin dan Oramorph SR. klien yang mendapatkan morfin yang
bekerja lama juga dapat memerlukan dosis penyelamatan prn analgesic lepascepat seperti fentanyl sitrat (Actiq) transmukosa oral yang berkerja pendek untuk
melanjutkan penggunaan obat secara oral.
Nasal. Pemberian obat transnasal memiliki keuntungan yaitu kerja obat menjadu
cepat karena absorbsi langsung melalui vascular mukosa nasal. Agens yang biasa
digunakan adalah campuran agonis-antagonis butorfanol (Stadol) untuk sakit
kepala akut.
Transdermal. Terapi obat transdermal menguntungkan karena mengantarkan kadar
plasma obat yang relatif stabil dan tidak bersifat invasive. Fentanyl (Duragesic)
30
adalah sebuah opioid yang baru-baru ini tersedia dalam bentuk koyok kulit
dengan dosis bervariasi. Obat tersebut memberikan hantaran obat sampai 72 jam.
Rektal. Beberapa opiast kini tersedia dalam bentuk supositoria. Rute rektal
terutama berguna untuk klien yang menalami disfagia (sulit menelan) atau mual
dan muntah. Analgesic oral, dengan perkecualian analesik lepas-lambat, dapat
dihancurkan , dilarutkan dalam air, dan diberikan melalui rectum (McCavery &
Pasero, 1999, hlm.205), analgesic lepas-lambat tidak bleh di hancurkan saat
diberikan. Obat-obatan seperti oksikontin dan MS Contin dibuat untuk bekerja
sampai 12 jam. Apabila obat tersebut dihancurkan dan diberikan kepada klien,
efek akan meningkat pada 1-2 jam pertama, dan kemudian obat tersebut tidak
banyak memberikan pereda nyeri untuk sisa periode 12 jam.
Subkutan. Walaupun rute subkutan (SC) telah digunakan secara luas untuk
memberikan opoid, teknik lain menggunakan kateter subkutan dan pompa infuse
untuk memberikan narkotik melalui infuse subkutan berkelanjutan (CSCI). CSCI
terutama sangat membantu klien (a) yan rasa nyerinya tidak dapat dikontrol
dengan baik dengan mengunakan obat oral, (b) yan mengalami disfagia atau
obstruksi gastrointestinal, atau (c) yang memiliki kebutuhan untuk menggunakan
narkotik parental secara berkepanjangan. CSCI mencakup penggunaan pompa
kecil, berlampu, yang dioperasikan denan baterai yang memberikan obat melalui
jarum kupu-kupu bernomor 23 atau 25. Jarum dapat dimasukkan ke dalam dada
anterior, area subklavikula, dinding abdomen, bagian luar lengan atas, atau paha.
Mobilitas klien dipertahankan dengan pemasangan tas bahu atau sarung untuk
tempat menyimpan pompa. Frekuensi perubahan tempat berkisar dari 3-7 hari.
Karena pemberi perawat keluarga harus mengoperasikan pompa dan juga
mengubah dan merawat tempat injeksi, perawat perlu memberikan instruksi yang
tepat. Pemberi perawatan harus mampu untuk:
31
32
33
atau bebas pada bibir, gusi, atau lidah) (Pasero, 2000 hlm. 22-23)
Beri tahu dokter mengenai tanda-tanda tksisitas anestesi lokal. Apabila
dideteksi sejak awal, terapi yang tepat dapat dimulai dan komplikasi
yang serius dapat terhindarkan.
34
klien
harus
dikaji
pada
interval
teratur
dan
penggunaan
analgesik
faktor pereda)
Alergi klien
Tanda-tanda vital dasar
Pemahaman klien mengenai pompa
PERENCANAAN
35
Delegasi
Alat
Memulai dan menjaga pompa PCA memerlukan
program)
Pompa PCA dan slang
yang tepat
Manual operasional untuk
digunakan
Lembar kerja PCA
Obat-obatan yang telah
dicampur
yang benar
dalam
spuit
Dosis bolus awal berdasarkan jumlah milligram obat per militer cairan
Dosis per pemberian bolus intermiten
Batas penghentian infusi obat 4 jam
36
1.
2.
3.
4.
dalam vial
Hubungkan slang PCA ke penyuntik
Persiapkan slang PCA ke titik penghubung Y
Klem slang di atas penghubung Y, untuk mencegah pemberian bolus
beban
10. Setel parameter pengaman untuk infusi pada pompa PCA sesuai dengan
instruksi pabrik, misalnya;
Batasan volume dosis. Ini akan membatasi jumlah obat yang dapat
mungkin
dan phlebitis
Inspeksi adanya tekukan pada slang yang dapat menghambat aliran
slang
Catat jumlah total dosis dan milligram yang diterima
15. Dokumentasikan semua informasi yang relevan
Catat permulaan PCA, penetapan dosis, dosis yang diterima, intensitas
nyeri, dan semua pengkajian. Lihat protokol lembaga.
EVALUASI
Lakukan tindak lanjut yang tepat;
Status nyeri
Frekuensi dan karakter pernapasan
Jumlah obat yang digunakan
Frekuensi pemakaian
Efek samping yang dihadapi dan respons terhadap penatalaksanaan efek
samping.
Hubungan dengan hasil sebelumnya, jika tersedia, dan laporkan adanya
penyimpangan dari nilai normal yang signifikan kepada dokter.
Penatalaksanaan
nyeri
nonfarmakologi
terdiri
atas
berbagai
strategi
pikiran-tubuh
(kognitif-perilaku)
meliputi
aktivitas
Pijat
Aplikasi panas atau dingin
Akupresur
Stimulasi kontralateral
Stimulasi kutaneus dapat diberikan secara langsung ke area yang sakit, proksimal
dari nyeri, distal dari nyeri, dan kontralateral (sisi berseberangan) dari
nyeri.Stimulasi kutaneus dikontraindikasikan di area kulit yang terluka.
Pijat
Pijat adalah tindakan kenyamanan yang dapat membantu relaksasi, menurunkan
ketegangan otot, dan dapat meringankan ansietas karena kontak fisik yang
menyampaiakan perhatian.Pijat juga dapat menurunkan intensitas nyeri dengan
meningkatkan sirkulasi superfisial ke area nyeri.Pijat dapat melibatkan punggung
dan leher, tangan dan lengan, atau kaki.Penggunaan salep atau obat gosok dapat
39
40
mengatur transmisi impuls nosiseptif di system saraf tepid an system saraf pusat
(menutup gerbang nyeri), menghasilkan penurunan nyeri. Stimulasi ini dapat
juga menyebabkan pelepasan endorphin dari pusat system saraf pusat. Pengunaan
TENS dikontraindikasikan untuk klien yang menggunakan alat pemacu jantung,
klien aritmia, atau area kulit yang terluka.
Distraksi, Distraksi menjauhkan perhatian seseorang dari rasa nyeri dan
mengurangi persepsi rasa nyeri. Dalam beberapa keadaan, distraksi dapat
membuat klien benar-benar tidak menyadari rasa nyeri. Misalnya, seorang klien
yang pulih dari pembedahan dapat tidak merasakan adanya nyeri saat menonton
pertandingan sepak bola di televise, walaupun nyeri terasa kembali saat
pertandingan berkahir.
Terapi Infasif Nonfarmakologi
Blok saraf adala ganguan kimia pada jaras saraf, yang terjadi dengan memasukkan
asestesi local ke dalam saraf. Blok saraf digunakan secara luas selama perawatan
gigi. Obat yang disuntikkan menghambat jaras saraf dari gigi yang sakit, sehingga
menghentikan transmisi impuls saraf ke otak. Blok saraf sering kali digunakan
untuk meredakan nyeri akibat cedera medulla spinalis, masalah punggung bawah,
bursitis, dan kanker. Kadang kala digunakan penyekat alcohol. Namun, ini akan
menghancurkan serabut saraf dan akibatnya secara umum hanya digunakan untuk
menyekat/memblok perifer, karena serabut saraf perifer beregenerasi.
Jaras konduksi nyeri dapat rusak karena dipotong dengan pembedahan.
Karena pemotongan ini sifatnya permanen, pembedahan hanya dilakukan sebagai
upaya terakhir, secara umum untuk nyeri yang tidak terkendali. Beberapa prosedur
bedah dapat dilakukan. Kordotomi menghilangkan nyeri dan sensasi suhu di
bawah bagian spinotalamik dari saluran anterolateral yang dipotong yang biasanya
dilakukan untuk nyeri di tungkai dan batang tubuh. Rizotomi memotong akar
saraf anterior atau posterior siantara ganglion dan cord. Gangguan di akar saraf
motoric anterior menghentikan pergerakan spasmodif yang menyertai para plegia.
EVALUASI
Tujuan yang dibuat dalam fase perencanaa dievaluasi sesuai dengan hasil spesifik
yang diharapkan. Untuk membentuk proses evaluasi, lembar catatan atau buku
harianklien dapat membantu. Daftar atau catatan harian selama satu minggu dapat
41
dibuat dalam bentuk yang sama untuk masing-masin klien. Misalnya, kolom
terdiri dari hari, jam, awitan nyeri, dan durasi yang nyeri yang dapat dibuat untuk
membantu klien dan menentukan efektifitas strategi pereda nyeri. Apabila hasil
akhir tidak tercapai, perawat dank lien perlu mengeksplorasi alasannya sebelum
memodifikasi rencana asuhan. Peraat dapat mempertimbangkan pertanyaan
berikut:
2.2.11 Evaluasi
Tujuan yang dibuatdalam fase perencanaan dievaluasi sesuai
dengan hasil spesifik yang diharapkan, yang juga dibuat dalam fase
perencanaan. Untuk membantu proses evaluasi, lembar catatan atau
buku harian klien dapat membantu. Daftar atau catatan harian selama
satu minggu dapat dibuat dalam bentuk yang sama untuk masingmasing klien. MIsalnya, kolom terdiri dari hari, jam, awitan nyeri,
aktivitas sebelum nyeri, upaya peredaan nyeri, dan durasi nyeri yang
dapat dibuat untuk membantu klien dan perawat menentukan
efektivitas strategi pereda nyeri.
Apabila hasil akhir tidak tercapai, perawat dan klien perlu
mengeksplorasi alasannya sebelum memodifikasi rencana asuhan .
Perawat dapat mempertimbangkan pertanyaan berikut:
1) Apakah sudah diberikan analgesik yang memadai? Apakah klien
akan memperoleh keuntungan dari perubahan dosis obat atau
perubahan interval waktu pemberian dosis obat?
2) Apakah keyakinan dan nilai klien mengenai terapi nyeri
dipertimbangkan?
42
PENGKAJIAN
Tanggal MRS
Tanggal pengkajian
24 Juli 2010
26 Juli 2010
1. Data Subyektif
1. Identitas Pasien
Nama
: Tn. K
Umur
: 49 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status Marital
: Menikah
Suku Bangsa
: Indonesia / Jawa
Alamat
: Betek Mojoagung
Pekerjaan
: Swasta
2. Penanggung Jawab
Nama
: Ny. K
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Istri
Pekerjaan
: Swasta
43
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di bagian perut bawah sebelah kanan
2. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan sakit perut karena kurang nafsu makan, sakitnya seperti di
tusuk-tusuk. Pasien sakit perut di sebelah kanan bagian bawah, skala nyeri
menurut Maxwell 3, nyeri pasien bertambah, sehingga pada tanggal 24 Juli 2010
pada jam 12.30 WIB pasien dibawa ke RSUD Jombang.
2. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, menurun dan
menahun.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu psaien mengatakan keluarganya tidak pernah menderita penyakit menurun dan
menular dalam keluarga.
2.Data Obyektif
K/U
: Lemah
Kesadaran : Composmentis
1. TTV
TD
: 130/90 mmHg
: 82 x/menit
: 36,5 oC
RR
: 24 x/menit
2. Riwayat kesehatan sekarang
: Tersayat
: Kepala
: Berat (8-9)
44
Palpasi
Auskultasi : Tidak ada wheezing dan ronchi, pernafasan vesikuler normal (24
x/menit)
Perkusi
1. Abdomen
Inspeksi
Perkusi
: ympani
2. Genetalia
Inspeksi
3. Integumen
Inspeksi
Palpasi
4. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
45
Inspeksi : Simetris, tidak ada odema, terpasang infus di tangan kanan (infus Rl
dengan 7 tetes/menit)
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Simetris, tidak ada odema, tidak ada kelumpuhan
Perkusi : Reflek patella (+/+)
Kekuatan Otot
AKA
AKI
5
5
5
5
BKA
BKI
Keterangan :
AKA : Atas Kanan,
AKI
: Atas Kiri,
Pemakai alkohol
46
AKTIVITAS
Mandi
Berpakaian
Berdandan
Mobilisasi ditempat tidur
Pindah
Merapikan tempat tidur
Keterangan :
Di rumah
Di rumah sakit
skor
skor
0 1 2 3 4 0
1
2
3 4
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : perlu bantuan orang lain
3 : perlu bantuan orang lain dan alat
4 : bergantung dan tidak mampu
1. Pola istirahat dan tidur
Di rumah
47
Di rumah
Hasil Laboratorium
HEMATOLOGI
CELL DYN
HASIL
NILAI NORMAL
Hemoglobin
10,4
Leukosit
7.000
Hematokrit
34,8
37 48 %
Eritrosit
4.260.000
- Trombosit
466.000
LED
29/53
0 20 /jam
KIMIA KLINIK
-
Glukosa sewaktu
116
Billirubin T
0,93
Billrubin D
0,37
SGOT
68
< 38 u/l
SGPT
29
40 u/l
Kreatinin serum
1,17
Urea
16,5
10 50 mg/dl
5,37
- Asam urat
IMUNOLOGI
48
HBS Ag (RPHA)
Positif
Negatif
Terapi pengobatan
-
Ranitidin
2 x 1 (1 ampul)
Acran
3 x 1 (1 ampul)
Hepa Q
3 x sehari
Cefotaximo
3 x 1 (1 ampul)
Myamit
3 x 1 tablet/oral
II.
ANALISIS DATA
Data
Ds : Pasien mengatakan nyeri
Etiologi
Pembesaran hepar yang
Masalah
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Do : kesadaran composmentis
K/U lemah
TTV : TD : 120/80 mmHg
: N : 85 x/menit
S
: 37,3 oC
RR : 24 x/menit
Pemeriksaan fisik
Mata
: conjungtiva pucat
Cornea : bintik-bintik
Mulut : mukosa bibir kering
-
kanan
-
Pola nutrisi
Makan : 2 sendok/sehari
Minum : 6-7 gelas/sehari
-
Hasil laboratorium
Hemoglobin 10,4
49
III.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama
: Tn. K
Sklera kuning
- Abdomen kembung
-
Kuku kuning
: 37,5 oC
50
1. Observasi
-
Observasi TTV
Skala nyeri
1. kolaborasi dengan tim medis
IV.
Nama
IMPLEMENTASI
: Tn. K
Masalah : gangguan rasa nyaman nyeri pada perut bagian bawah sebelah kanan
Tanggal
Jam No
Action
26 Juli 2010 14.00 1 Melakukan pendekatan pada pasien
Respon
1. keluarga pasien dan pasien
sapa, sentuh)
Melakukan tindakan TTV dengan hasil 2. pasien bersedia untuk
:
TD : 120/80 mmHg
N : 75 x/menit
S
14.40 3
14.45 4
: 36,5 oC
RR : 24 x/menit
Melakukan monitoring terhadap
perawat
4. keluarga pasien bersedia
15.00 5
sakit
5. pasien bersedia dan
15.15 6
memperhatikan perawat
6. pasien kooperatif dan
yang cukup
memenuhi permintaan
perawat
7. pasien merasa tenang dan
kooperatif
15.30 7
51
Ranitidin
11 gr(Inj.) 1 ampul
Acran
11 gr(Inj.) 1 ampul
Infus Rl 7 tetes/menit
Caprob
21 ampul/IV drip
Tomit
21 ampul/IV drip
Tanggal
Jam No
Action
27 Juli 2010 07.00 1 Melakukan pendekatan pada pasien
08.00 2
Respon
1. pasien dan keluarga
kooperatif
2. pasien bersedia diperika
TD : 130/90 mmHg
dan kooperatif
: 37 oC
N : 82 x/menit
08.15 3
RR : 24 x/menit
Melakukan dan merapikan tempat
08.30 4
tidur pasien
Menyajikan makanan dalam porsi
rileks
4. pasien bersedia dan
09.00 5
serta keluarga
Menyiapkan dan memberi obat sesuai 5. pasien kooperatif dan
tetapi tim medis yaitu
merasa nyaman
6. pasien kooperatif
yang cukup
V.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. K
No Tanggal
Dx keperawatan
1
26-07- Gangguan rasa nyaman
2010
nyeri
Perkembangan
: pasien mengatakan nyeri pada perut
O : K/U lemah
52
Kesadaran komposmentis
TTV :
TD : 120/90 mmHg
N : 79 x/menit
RR : 24 x/menit
S
: 36,5 oC
: intervensi dilanjutkan
nyeri
: 36 oC
RR : 22 x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P
: intervensi dilanjutkan
53
nyeri
: 37 oC
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P
: intervensi dilanjutkan
nyeri
: 37 oC
RR : 24 x/menit
Terpasang infus RL porsi makan sudah banyak
A : masalah teratasi sebagian
P
: intervensi dilanjutkan
54
EVALUASI
No Tanggal / Jam
Diagnosis Keperawatan
Evaluasi
1 29 Juli 2010
Gangguan rasa nyaman nyeri S : Pasien mengatakan nyerinya
sudah berkurang
O : Keadaan umum : lemah
Kesadaran composmentis
GCS : 4, 5, 6
Tanda-Tanda Vital
TD
: 130/90 mmHg
: 37 oC
: 80 x/menit
RR
: 24 x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan pasien
pulang
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keamanan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang
dipaparkan oleh Maslow. Keamanan adalah suatu keadaan bebas dari cidera
fisik dan psikologis merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi . Pentingnya teori kebutuhan Maslow dalam kesehatan
terletak pada hubungan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Jelas
bahwa manusia yang kebutuhan dasarnya seperti rasa aman dan rasa dicintai
55
tidak terpenuhi akan memiliki energi psikologis yang kecil yang dapat
dikerahkan
untuk
memelihara
kesehatannya.Faktor-faktor
yang
mempengaruhi rasa aman individu antara lain usia dan perkembangan, gaya
hidup, mobilitas dan status kesehatan, perubahan sensori-persepsi,
kesadaran kognitif, status psikososial, kemampuan komunikasi, kesadaran
terhadap keamanan, dan faktor lingkungan.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah
kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo / hipertermia. Hal ini
disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo / hipertermia merupakan kondisi
yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan
timbulnya gejala dan tanda pada pasien
3.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita harus memahami betul tentang asuhan
keperawatan kebutuhan rasa aman dan nyaman. Disamping dapat
menambah ilmu dan pengetahuan kita,. Mahasiswa dapat memperlakukan
pasien secara aman dan nyaman sehingga dapat mencapai hasil medikasi
yang optimal.
56
DAFTAR PUSTAKA
Kozier dkk, 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
Hamzah, Faizal. 2013. Kdk1 : Kebutuhan Rasa Nyaman (Bebas Nyeri). (Online:
http://mochfaizalhamzah.blogspot.com/2013/11/kdk1-kebutuhan-rasanyaman-bebas-nyeri.html diakses tanggal 27 Oktober 2014 pukul 18.35)
Anonimus. 2012. Laporan Pendahuluan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.
Yogyakarta.
(Online
http://thelostamasta.blogspot.com/2012/05/laporan-
57