Anda di halaman 1dari 4

Koefisien dan Angka Banding Distribusi pada Ekstraksi

Pada sistem heterogen, reaksi berlangsung antara dua fase atau lebih. Jadi pada sistem heterogen dapat dijumpai
reaksi antara padat dan gas, atau antara padat dan cairan. Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan persoalan
pada sistem heterogen adalah menganggap komponen-komponen dalam reaksi bereaksi pada fase yang sama.
Kesetimbangan heterogen ditandai dengan adanya beberapa fase. Antara lain fase kesetimbangan fisika dan
kesetimbangan kimia. Kesetimbangan heterogen dapat dipelajari dengan 3 cara :
a. Dengan mempelajari tetapan kesetimbangannya, cara ini digunakan untuk kesetimbangan kimia yang berisi gas.
b. Dengan hukum distribusi nerst, untuk kesetimbangan suatu zat dalam 2 pelarut.
c. Dengan hukum fase, untuk kesetimbangan yang umum.
Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut
jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama
lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi diantaranya:
1. Temperatur yang digunakan.
Semakin tinggi suhu maka reaksi semakin cepat sehingga volume titrasi
menjadi kecil, akibatnya berpengaruh terhadap nilai k.
2. Jenis pelarut.
Apabila pelarut yang digunakan adalah zat yang mudah menguap maka akan sangat mempengaruhi volume titrasi,
akibatnya berpengaruh pada perhitungan nilai k.
3. Jenis terlarut.
Apabila zat akan dilarutkan adalah zat yang mudah menguap atau higroskopis, maka akan mempengaruhi
normalitas (konsentrasi zat tersebut), akibatnya mempengaruhi harga k.
4. Konsentrasi
Makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar pula harga k.
Harga K berubah dengan naiknya konsentrasi dan temperatur. Harga k tergantung jenis pelarutnya dan zat terlarut.
Menurut Walter Nersnt, hukum diatas hanya berlaku bila zat terlarut tidak mengalami disosiasi atau asosiasi, hukum
di atas hanya berlaku untuk komponen yang sama.
Hukum distribusi banyak dipakai dalam proses ekstraksi, analisis dan penentuan tetapan kesetimbangan. Hukum
Distribusi Nernst ini menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur, sehingga setelah kesetimbangan distribusi tercapai, perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa
pelarut pada suhu konstan akan merupakan suatu tetapan, yang disebut koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua
fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi apapun. Akan tetapi, jika solut di dalam kedua fasa pelarut mengalami reaksireaksi tertentu seperti assosiasi, dissosiasi, maka akan lebih berguna untuk merumuskan besaran yang menyangkut
konsentrasi total komponen senyawa yang ada dalam tiap-tiap fasa, yang dinamakan angka banding distribusi (D).

Tetapan distribusi atau koefisien distribusi dinyatakan dengan rumus:

dengan
Kd = Koefisien distribusi,
Co = konsentrasi larutan pada pelarut organik,
Ca = konsentrasi larutan pada pelarut air.
Ekstraksi adalah teknik yang sering digunakan bila senyawa organik (sebagian besar hidrofob) dilarutkan atau
didispersikan dalam air. Pelarut yang tepat (cukup untuk melarutkan senyawa organik; seharusnya tidak hidrofob)
ditambahkan pada fasa larutan dalam airnya, campuran kemudian diaduk dengan baik sehingga senyawa organik
diekstraksi dengan baik. Lapisan organik dan air akan dapat dipisahkan dengan corong pisah, dan senyawa organik
dapat diambil ulang dari lapisan organik dengan menyingkirkan pelarutnya. Pelarut yang paling sering digunakan
adalah dietil eter C2H5OC2H5, yang memiliki titik didih rendah (sehingga mudah disingkirkan) dan dapat melarutkan
berbagai senyawa organik.

Keterangan :
(a) adalah teknik penggojokan yang dilakukan agar larutan terpisah menjadi dua fasa, yaitu fasa organik dan fasa air.
(b) adalah proses memisahkan fasa yang diinginkan ke dalam erlenmeyer
Teknik ini (ekstraksi) bermanfaat untuk memisahkan campuran senyawa dengan berbagai sifat kimia yang berbeda.
Contoh yang baik adalah campuran fenol C6H5OH, anilin C6H5NH2 dan toluen C6H5CH3, yang semuanya larut
dalam dietil eter. Pertama anilin diekstraksi dengan asam encer. Kemudian fenol diekstraksi dengan basa encer.
Toluen dapat dipisahkan dengan menguapkan pelarutnya. Asam yang digunakan untuk mengekstrak anilin ditambahi
basa untuk mendaptkan kembali anilinnya, dan alkali yang digunakan mengekstrak fenol diasamkan untuk
mendapatkan kembali fenolnya.

https://eppurnamaeka.wordpress.com/2012/04/21/koefisien-dan-angka-bandingdistribusi-pada-ekstraksi/

koefisien distribusi
PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga
bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH, larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil,
bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
Jika kelebihan cairan atau zat pelarut ditambahkan ke dalam campuran dari dua cairan tidak
bercampur, zat itu akan mendistribusi diri diantara kedua fase sehingga masing-masing
menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan ke dalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang
tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut tetap berdistribusi di antara kedua
lapisan dengan perbandingan konsentrasi tertentu.
Jika C1 dan C2 adalah konsentrasi kesetimbangan zat dalam pelarut1 dan pelarut2, persamaan
kesetimbangan menjadi B:
C1/C2 = K
Tetapan kesetimbangan K dikenal sebgai perbandingan distribusi, koefisien distribusi atau
koefisien partisi. Persamaan yang dikenal dengan hukum distribusi, jelas hanya dapat dapakai
dalam larutan encer dimana koefisien keaktifan dapat diabaikan.
Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut
dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut
tidak tercampur sempurna satu sama lain.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi distribusi zat dalam larutan:
1. Temperatur yang digunakan; semakin tinggi suhu maka reaksi semakin cepat sehingga
volume titrasi menjadi kecil, akibatnya berpengaruh terhadap nilai k.
2. Jenis zat pelarut; bila pelarut yang digunakan mudah menguap maka akan sangat
mempengaruhi volume titrasi, dan berpengaruh pada nilai k.
3. Jenis zat terlarut; bila zat yang akan dilarutkan adalah zat yang mudah menguap, akan
mempengaruhi normalitas, akibatnya mempengaruhi harga k.
4.
Konsentrasi; makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar pula harga k.
Harga K berubah dengan naiknya konsentrasi dan temperatur. Harga K tergantung jenis
pelarutnya dan zat terlarut. Menurut Walter Nersnt, hukumdiatas hanya berlaku bila zat
terlarut tidak mengalami disosiasi atau asosiasi,hukum di atas hanya berlaku untuk komponen
yang sama.Hukum distribusi banyak dipakai dalam proses ekstraksi, analisis dan penentuan
tetapan kesetimbangan. Dalam laboratorium ekstraksi dipakai untuk mengambil zat-zat terlarut
dalam air dengan menggunakan pelarut- pelarut organik yang tidak bercampur seperti eter,
CHCl3, CCl4, dan benzene. Dalam industri ekstraksi dipakai untuk menghilangkan zat-zat yang
tidak disukai dalam hasil, seperti minyak tanah, minyak goreng dansebagainya.
Hukum Distribusi Nernst menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur,sehingga setelah kesetimbangan distribusi tercapai,
perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan
merupakan suatu tetapan, yang disebut koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa
pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi apapun. Akan tetapi, jika solut di dalam kedua fasa pelarut
mengalami reaksi-reaksi tertentu seperti assosiasi,dissosiasi, maka akan lebih berguna untuk
merumuskan besaran yang menyangkut konsentrasi total komponen senyawa yang ada dalam
tiap-tiap fasa, yang dinamakan angka banding distribusi (D).

Perbandingan konsentrasi solute dalam kedua pelarut adalah tetap dan merupakan suatu
tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi,
yang dinyatakan dengan rumus: KD = [X]o/[X]a. Dengan KD adalah koefisien distribusi, [X]o
adalah konsentrasi solut pada pelarut organik. [X]a adalah konsentrasi solut pada pelarut air.
Menurut hukum distribusi Nernst bila dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur
dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi
pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air.
Dalam campuran solute akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut,
setelah di kocok kocok, kemudian dibiarkan maka akan terjadi 2 fasa yang terpisah.
Perbandingan kosentrasi solute di dalam kedua pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu
tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut dikenal dengan tetapan distrbusi atau koefisien
distribusi.
Koefisien distribusi (KD) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
KD = C2/C1 atau
KD = Co/Ca
C1 atau Ca adalah kosentrasi solute dalam pelarut pertama atau pelarut air
C2 atau Co adalah kosentrasi solute dalam pelarut dua atau pelarut organik
Sesuai dengan kesepakatan, kosentrasi solute dalam pelarut organik dituliskan di bawah. Dari
rumus diatas apabila harga KD besar, solut secara kuantitatif akan cenderung terdistribusi lebih
banyak dalam pelarut organik demikian sebaliknya.
Rumus diatas dapat berlaku jika :
Solute tidak ter ionisasi dalam salah satu pelarut
Solut tidak berasosiasi dalam salah satu pelarut
Zat terlarut tidak dapat bereaksi dengan salah satu pelarut atau adanya reaksi reaksi lain.
Secara kuantitatif kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam
larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu, kelarutan dinyatakan dalam mililiter pelarut
yang dapat melarutkan suatu gram zat, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika dan kimia zat-zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya
obat diabsorbsi setelah zat aktifnya larut dalam cairan tubuh sehingga salah satu usaha
mempertinggi efek farmakologinya dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat
aktifnya.
Perlu diketahui bahwa perbandingan kelarutan ini dipengaruhi juga oleh beberapa faktor
seperti yang telah disinggung seperti faktor suhu. Faktor lain yang berpengaruh adalah pH
larutan. Hubungan ini dapat terlihat sebagai berikut :
[HA]w = C/Kq + 1 + Ka /[H3O+] .
Diposkan oleh widya astuty

http://chemprimadonna.blogspot.co.id/2012/06/koefisien-distribusi.html

Anda mungkin juga menyukai