Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yangdisebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering terjadi di daerah padat penduduk dan
juga di daerah urban. Penularan penyakit ini terjadi melalui inhalasi droplet Nuclei dari
penderita TB paru aktif (Amin dan Bahar, 2014). TB merupakan penyakit infeksi yang sampai
saat ini masih menjadi masalah, baik dalam diagnosis maupun pengobatan. Keberhasilan
pengobatan TB sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adanya kepatuhan
penderita, komorbid, kebiasaan merokok dan termasuk juga salah satunya yaitu status gizi
(Kurniawan, 2015).
Tuberkulosis paru (TB) merupakan masalah kesehatan utama di dunia yang
menyebabkan morbiditas pada jutaan orang setiap tahunnya. Berdasarkan laporan WHO tahun
2015,pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta kasus TB parudidunia, 58% kasus TB berada di Asia
tenggara dan kawasan pasifik barat serta 28% kasus berada Afrika. Pada tahun 2014, 1.5 juta
orang didunia meninggal karena TB. Tuberkulosis menduduki urutan kedua setelah Human
Imunodefici ency Virus (HIV) sebagai penyakit infeksi yang menyebabkan kematian
terbanyak pada penduduk dunia (WHO, 2015).
Indonesia adalah negara yang berada di kawasan Asia Tenggara dengan jumlah kasus
TB ke-2 terbanyak di dunia setelah India (WHO, 2015). Berdasarkan laporan WHO tahun
2015, diperkirakan pada tahun 2014 kasus TB di India dan Indonesia berturut turut yaitu
23% dan 10% kasus. Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, TB menyebar hampir
diseluruh provinsi di Indonesia. Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis Tuberkulosis
(TB) oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalahsebanyak 0,4%. Berdasarkan Laporan WHO
tahun 2015, prevalensi kasus TB di Indonesia pada tahun 2014 termasuk HIV, 647per 100.000
penduduk.

Berdasarkan prevalensi TB di Sumatera Barat adalah 160/100.000 penduduk.


Prevalensi TB di Kota Padang adalah 235/100.000 penduduk. Perkiraan penderita TB paru
BTA positif di Kota Padang 1,6/1000 penduduk. Penemuan penderita TB paru BTA positif dan
angka kesembuhan TB pada beberapa puskesmas masih belum mencapai targe t nasional.
Penemuan penderita TB paru BTA positif tahun 2013 hanya 907 kasus (64,6%) dari 1.402
BTA positif yang diperkirakan. Target yang seharusnya tercapai adalah 90%. Angka
kesembuhan TB pada beberapa puskesmas di kota Padang masih minimal yaitu dibawah 85 %
seperti di Puskesmas Pauh dan Puskesmas Padang Pasir 71,4%, Puskesmas Alai 78,9% dll
(Dinkes Kota Padang, 2014). Selain itu, target dalam program pemberantasan TB paru adalah
pencapaian angka konversi minimal 80% pada fase awal khususnya penderita basil tahan
asam (BTA) positif, karena penderita TB BTA positif merupakan sumber penularan utama TB
di masyarakat. Angka konversi adalah persentase penderita TB BTA positif yang mengalami
konversi menjadi BTA negative setelah menjalani masa pengobatan intensif. Angka konversi
sampai dengan triwulan III tahun 2013 adalah 88,5%. Angka konversi ini sudah mencapai
target nasional, namun masih merupakan masalah karena masih terdapat beberapa puskesmas
di kota Padang yang memiliki angka kesembuhan TB minimal yaitu <85% sehingga risiko
penularan masih cukup tinggi (Kemenkes RI, 2014 dan Dinkes Kota Padang, 2014).
Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Solok, diruang Paru didapatkan selama lebih

kurang 3 bulan terakhir yang menderita penyakit TB Paru sebanyak

Berdasarkan banyaknya permasalah yang ditemukan, maka penulis tertarik untuk


mengambil judul Asuhan Keperawatan Pada Tn.I Dengan TB BTA Positif Di Ruangan
Rawat Inap Paru RSUD Solok Pada Tahun 2016.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini untuk dapat melaksanakan Asuhan
Tn.I dengan TB BTA Positif. Di Ruangan Rawat Inap Paru RSUD Solok.
2. Tujuan Khusus

Keperawatan pada

a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada klien dengan TB BTA Positif.


b.

Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa pada klien dengan TB BTA Positif.

c. Mahasiswa dapat merencanakan intervensi pada klien dengan dengan TB BTA Positif.
d. Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada klien dengan TB BTA Positif.
e.

Mahasiswa dapat evaluasi tindakan pada klien dengan TB BTA Positif

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Akademik
Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa dan rekan- rekan mahasiswa yang tertarik
dalam membahas klien dengan diagnosa dengan TB BTA Positif.
2. Insitusi Rumah Sakit
Dapat menjadi masukan bagi rumah sakit untuk mengambil langkah- langkah kebijakan
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada klien, khususnya klien yang
menderita TB BTA Positif.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu keperawatan dan profesi
keperawatan yang professional sehingga bisa meningkatkan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien dengan TB BTA Positif.
4. Mahasiswa Profesi Keperawatan
Memperoleh pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan klien

dengan

diagnosa) TB BTA Positif dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam
pendidikan.
5. Bagi masyarakat
Masyarakat memahami dan memperoleh informasi tentang TB BTA Positif. Dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mengurangi risiko penularan TB paru di
masyarakat

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI TB
Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering terjadi di daerah padat penduduk dan
juga di daerah urban. Penularan penyakit ini terjadi melalui inhalasi droplet Nuclei dari
penderita TB paru aktif (Amin dan Bahar, 2014).
TB merupakan penyakit infeksi yang sampai saat ini masih menjadi masalah, baik dalam
diagnosis maupun pengobatan. Keberhasilan pengobatan TB sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya adanya kepatuhan penderita, komorbid, kebiasaan merokok dan termasuk
juga salah satunya yaitu status gizi (Kurniawan, 2015).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).

B.KLASIFIKASI TB
Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a. Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.
b. Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

menunjukkan gambaran tuberculosis


1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada

perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.


2. Tuberkulosis paru BTA negative
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.Kriteria diagnostik
TB paru BTA negatif harus meliputi:
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far
advanced), dan atau keadaan umum pasien buruk.
b. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa

unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.


TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran
kemih dan alat kelamin.

4. Tipe Pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
pasien yaitu:
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
c. Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
e. Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.

C. PENYEBAB TB
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam
kumanMyobacterium tuberculosae complex adalah :
1.
M. Tuberculosae
2.
Varian Asian
3.
Varian African I
4.
Varian African II
5.
M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia
juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara

kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini
terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit
kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit
intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah
kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
Cara penularan TB (Depkes, 2006):
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan

dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam

keadaan yang gelap dan lembab.


Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien

tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi

percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.


D. TANDA DAN GEJALA TB
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak
pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Gejala
tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2011):
1) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai
40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul
kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam
influenza ini.
2) Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produkproduk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka

mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3) Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
4) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
5) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise
ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
E. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan
luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal
dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin,
yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya

adalah

makrofag,

sedangkan

limfosit

(biasanya

sel

T)

adalah

sel

imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru

dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi
primer dinamakankompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi
tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau
basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan
mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan
lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran
limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem
vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
WOC TB

(,,,,,,,,,,,,,,,,,,,)
F. PENATALAKSANAAN TB
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT.
2. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung


(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1) Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

2)

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.


Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya

pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.


Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)

dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam

jangka waktu yang lebih lama


Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.

3. Jenis, sifat dan dosis OAT


Tabel1.1 Jenis, Sifat dan dosis.
Jenis OAT
Isoniazid (H)

Sifat
Bakterisid

Rifampicin (R)

Bakterisid

Pyrazinamide (Z)

Bakterisid

Streplomycin (S)

Bakterisid

Ethambutol (E)

Bakteriostatik

Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)


Harian
3x Seminggu
5
10
(4-6)
(8-12)
10
10
(8-12)
(8-12)
25
35
(20-30)
(30-40)
15
15
(12-18)
(12-18)
15
30
(15-20)
(20-35)

4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia


1. Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
di Indonesia:

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

Kategori Anak: 2HRZ/4HR]


2. Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan

dalam bentuk OAT kombipak.


Tablet OAT KDT
ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini
disediakan program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek
samping OAT KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan
untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu
(1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
a) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping.
b) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
c) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Darah : leukositosis/ leucopenia, LED meningkat
b. Sputum : BTA S/P/S, kultur sputum gram sensitivity, sputum media. DST, GENEXPERT.
c. Test tuberculin: mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm).
Saat ini uji kepekaan M.Tuberkulosis secara tepat (rapid test) sudah
direkomendasikan oleh WHO untuk digunakn sebagai penampisan.
a. Line probe assey (LPA)

1) Pemeriksaan molekul yang didasarkan pada PCA, yang dikenal dengan HAIN
TEST/GENOTYPE MDRTB PLUS..
2) Hasil pemeriksaan dapat diperoleh dalam waktu kurang dari 24jam
2. Pemeriksaan radiologi: gambaran thorak menunjukkan adanya lesi berupa infiltrate,
fibroinfitrat, fibronosis, kalsivikasi, tuberkuloma, kavitas
3. Pemeriksaan EKG
4. Bronchogrofi: pemerikasaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan
paru karena TB. Tes HIV (bila status HIV) belum diketahui
5. Tes kehamilan
6. Foto toraks/ dada
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):

1) Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu

- pagi - sewaktu (SPS).


Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman
TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan
dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto
toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis

sepanjang sesuai dengan indikasinya.


Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,

sehingga sering terjadioverdiagnosis.


Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
2) Diagnosis TB ekstra paru.
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe

superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada

spondilitis TB dan lainlainnya.


Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada
metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,

misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
3) Diagnosis TB menurut Asril Bahar (2001):
a. Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah
apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi
dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus
menyerupai tumor paru.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman

BTA,

diagnosis

tuberkulosis

sudah

dapat

dipastikan.

Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi

terhadap pengobatan yang sudah diberikan.


Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadangkadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik.
Pada saat tuberkulosis baru mulai sedikit meninggi dengan hitung jenis
pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap
darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit
kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah

mulai turun ke arah normal lagi.


Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang
atau pernah mengalami infeksi M.Tuberculosae, M.Bovis,vaksinasi
BCG dan Myobacteria patogen lainnya.

H. TANDA KEGAGALAN PENGOBATAN SECARA DINI


1. Batuk tidak membaik yang seharusnya membaik dalam waktu 2 minggu pertama setelah
pengobatan
2. Tanda kegagalan : sputum tidak konversi , batuk tidak berkurang , demam , berat badan
menurun atau tetap
Efek Samping Pengobatan:
Efek samping

Kemungkinan
Penyebab

Minor

Tatalaksana
OAT diteruskan

Tidak nafsu
makan, mual,
sakit perut

Rifampisin

Obat diminum malam sebelum tidur

Nyeri sendi

Pyrazinamid

Beri aspirin /allopurinol

Kesemutan s/d INH


rasa terbakar di
kaki

Beri vitamin B6 (piridoksin) 1 x 100 mg perhari

Warna
kemerahan
pada air seni

Beri penjelasan, tidak perlu diberi apa-apa

Rifampisin

Mayor

Hentikan obat

Gatal dan
kemerahan
pada kulit

Semua jenis
OAT

Beri antihistamin dan dievaluasi ketat

Tuli

Streptomisin

Streptomisin dihentikan

Gangguan
keseimbangan
(vertigo dan
nistagmus)

Streptomisin

Streptomisin dihentikan

Ikterik /
Hepatitis
Imbas Obat
(penyebab lain

Sebagian besar
OAT

Hentikan semua OAT sampai ikterik menghilang

disingkirkan)
Muntah dan
confusion
(suspected
drug-induced
pre-icteric
hepatitis)

Sebagian besar
OAT

Hentikan semua OAT dan lakukan uji fungsi hati

Gangguan
penglihatan

Etambutol

Hentikan etambutol

Kelainan
sistemik,
termasuk syok
dan purpura

Rifampisin

Hentikan rifampisin

I. PENCEGAHAN TB
Pencegahan TB dapat dimulai sejak awal penanganan kasus baru TB antara lain melalui :
a. Pengobatan
a. Pengobatan secara pasti terhadap kasus BTA positif pada pertama kali
b. Penyediaan suatu pedoman terapi terhadap TB
c. Penjaminan ketersediaan OAT adalah hal yang penting Pengawasan terhadap
pengobatan
d. Adanya OAT gratis (FDC)
b. Gaya Hidup
a. Menetapkan pola makan yang sehat, misalnya dengan meningkatkan asupan sayur
dan buah serta mengurangi makanan yang berlemak.
b. Mencuci tangan secara rutin untuk menghindari perpindahan kuman dari anda ke
orang lain atau objek tertentu
c. Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung anda dengan tisu
d. Segera buang tisu yang sudah terpakai ketempat sampah
e. Membuka jendela pada pagi hari sampai sore hari, agar rumah mendapat sinar
matahari dan udara yang cukup
f. Menjemur kasur, bantal dan guling secara teratur 1 kali seminggu
g. Penderita harus memakai masker jika berinteraksi dengan orang lain, untuk
menghindari penularan penyakit
h. Menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan disekitar rumah
i. Lantai disemen/diplester atau dipasang tegel/keramik
j. Tidak meludah disembarang tempat tapi gunakan tempat khusus yang sudah di isi
Lysol, jika batuk dan ada dahak buang pada pot dahak yang telah di sediakan
kemudian tutup, kemudian untuk membuangnya di gali lobang dan di masukan

dahak ke dalam lobang, lobang di tutup lagi, pot tadi di cuci bersih dan dapat di
gunakan lagi.
k. Istirahat yang cukup, tidak tidur larut malam
l. Ventilasi/pencahayaan yang cukupdi rumah, Hindari polusi udara dalam rumah
seperti asap dapur dan asap rokok
m. Olahraga teratur.
c. Untuk masyarakat/keluarga:
a. Harus memakai APD (alat pelindung diri) jika berinteraksi dengan orang TB seperti
masker.
J. PERAN KELUARGA DAN KADER KESEHATAN BAGI PASIEN
a. Motivasi pasien untuk menjalani pengobatan sampai sembuh
b. Dampingi dan berikan dukungan moral kepada pasien agar dapat menjalani pengobatan
secara lengkap dan teratur
c. Ingatkan pasien agar datamg ke sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pengobatan dan periksa dahak sesuai jadwal
d. Temukan dan kenali gejala- gejala efek samping obat dan merujuk ke sarana pelayananan
kesehatan.
K. KRITERIA PENGHENTIAN PENGOBATAN..
1. Pasien dinyatakan sembuh dari hasil pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan pada
sputum yang dilakukan pemeriksaan ulang dahak hhasilnya negative pada AP dan pada
waktu pemeriksaan ulang dahak sebelumnya
2. Pengobatan dinyatakan selesai oleh petugas kesehatan.
L. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005)
a. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
f. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.

Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data ada urutan urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Identitas klien
Nama
:
Umur
:
jenis kelamin
:
tempat tinggal (alamat)
:
pekerjaan
:
pendidikan
:
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat
ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis
paru yang kembali aktif dan PPOK.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit TB
tersebut.

e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita tuberkulosis paru yang lain
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak desakan,
kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun
sehingga BB menurun,
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan
terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak
ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir
klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada
penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas
ibadah klien.
12) Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem sistem tubuh
a) Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
b) Sistem pernapasan

Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai


inspeksi : adanya tanda tanda penarikan paru, diafragma,

c)
d)
e)
f)

pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.


Palpasi : Fremitus suara meningkat.
Perkusi
: Suara ketok redup.
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,

kasar dan yang nyaring.


Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan

sehari hari yang kurang meyenangkan.


g) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
h) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang kental
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-kapiler
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
4. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
5. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
3. RENCANA KEPERAWATAN
NO
1

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Bersihan Jalan Nafas tidak
Efektif

TUJUAN DAN

(NIC)

(NOC)
NOC :
Respiratory status :
Ventilation

Definisi : Ketidakmampuan Respiratory status :


untuk membersihkan sekresi

INTERVENSI

KRITERIA HASIL

Airway patency

NIC :
1) Airway suction
2) Pastikan kebutuhan oral /
tracheal suctioning
3) Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah

atau obstruksi dari saluran

Aspiration Control

pernafasan untuk

Kriteria Hasil :

mempertahankan kebersihan

1) Mendemonstrasika

suctioning.
4) Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
suctioning
5) Minta klien nafas dalam

jalan nafas.

n batuk efektif dan

Batasan Karakteristik :

suara nafas yang

1). Dispneu, Penurunan

bersih, tidak ada

suara nafas

sianosis dan

2). Orthopneu

dyspneu (mampu

menggunakan nasal

3). Cyanosis.

mengeluarkan

untuk memfasilitasi

4). Kelainan suara nafas

sputum, mampu

(rales, wheezing)

bernafas dengan

5). Kesulitan berbicara

mudah, tidak ada

6). Batuk, tidak efekotif


atau tidak ada
7). Mata melebar
8). Produksi sputum
9). Gelisah
10). Perubahan frekuensi
dan irama nafas
Faktor-faktor yang
berhubungan:
1). Lingkungan : merokok,
menghirup asap rokok,
perokok pasif-POK, infeksi
2) Fisiologis : disfungsi
neuromuskular, hiperplasia
dinding bronkus, alergi jalan
nafas, asma.
3).Obstruksi jalan nafas :
spasme jalan nafas, sekresi
tertahan, banyaknya mukus,

pursed lips).
2) Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
3) Mampu

sebelum suction
dilakukan.
6) Berikan O2 dengan

suksion nasotrakeal
7) Gunakan alat yang steril
sitiap melakukan
tindakan
8) Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
setelah kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal
9) Monitor status oksigen
pasien
10) Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
11) Hentikan suksion dan

mengidentifikasika

berikan oksigen apabila

n dan mencegah

pasien menunjukkan

factor yang dapat

bradikardi, peningkatan

menghambat jalan

saturasi O2, dll.

nafas
Airway Management
1) Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu

adanya jalan nafas buatan,

2) Posisikan pasien untuk

sekresi bronkus, adanya

memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien

eksudat di alveolus, adanya

perlunya pemasangan alat

benda asing di jalan nafas.

jalan nafas buatan


4) Pasang mayo bila perlu
5) Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
6) Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
7) Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
8) Lakukan suction pada
mayo
9) Berikan bronkodilator
bila perlu
10) Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
11) Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12) Monitor respirasi dan
2.

Gangguan Pertukaran gas

NOC :
Respiratory Status :

Definisi : Kelebihan atau

Gas exchange

kekurangan dalam oksigenasi Respiratory Status :


dan atau pengeluaran

ventilation

karbondioksida di dalam

Vital Sign Status

membran kapiler alveoli

Kriteria Hasil :

Batasan karakteristik :
1) Gangguan penglihatan
2) Penurunan CO2

1) Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang

status O2
NIC :
Airway Management
1) Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
2) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
4) Pasang mayo bila perlu

3) Takikardi
4) Hiperkapnia
5) Keletihan
6) Somnolen
7) Iritabilitas
8) Hypoxia
9) Kebingungan
10) Dyspnoe
11) nasal faring
12) AGD Normal
13) Sianosis
14) warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman)
15) Hipoksemia
16) Hiperkarbia
17) sakit kepala ketika bangun
18) frekuensi dan kedalaman
nafas abnormal
Faktor faktor yang
berhubungan :
1) ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
2) perubahan membran
kapiler-alveolar

adekuat
2) Memelihara

kebersihan paru paru


dan bebas dari tanda
tanda distress
pernafasan
3) Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
4) Tanda tanda vital

Lakukan fisioterapi dada


jika perlu.
5) Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
6) Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
7) Lakukan suction pada
mayo
8) Berika bronkodilator bial
perlu
9) Barikan pelembab udara
10) Atur intake untuk cairan
11) Mengoptimalkan
keseimbangan.
12) Monitor respirasi dan
status O2

dalam rentang

Respiratory Monitoring

normal

1) Monitor rata rata,


kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2) Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
3) Monitor suara nafas,
seperti dengkur
4) Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,

cheyne stokes
5) Catat lokasi trakea
6) Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
7) Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
8) Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
9) Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3.

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

NOC :
Nutritional Status :

tubuh

metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
1) Berat badan 20 % atau
lebih di bawah ideal
2) Dilaporkan adanya intake
makanan yang kurang dari
RDA (Recomended Daily
Allowance)
3) Membran mukosa dan
konjungtiva pucat

Nutrition Management

food and Fluid Intake

1) Kaji adanya alergi

Kriteria Hasil :

makanan
2) Kolaborasi dengan ahli

Definisi : Intake nutrisi tidak 1) Adanya peningkatan


cukup untuk keperluan

NIC :

berat badan sesuai


dengan tujuan
2) Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
3) Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
5) Tidak terjadi

gizi untuk menentukan


jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
3) Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
4) Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
5) Berikan substansi gula
6) Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk

4) Kelemahan otot yang


digunakan untuk
menelan/mengunyah
5) Luka, inflamasi pada
rongga mulut
6) Mudah merasa kenyang,
sesaat setelah mengunyah
makanan
7) Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
8) Dilaporkan adanya
perubahan sensasi
rasaPerasaan
ketidakmampuan untuk

penurunan berat
badan yang berarti

mencegah konstipasi
7) Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8) Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian.
9) Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10) Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11) Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring

mengunyah makanan
9) Miskonsepsi
10) Kehilangan BB dengan

1) BB pasien dalam batas

makanan cukup
11) Keengganan untuk makan
12) Kram pada abdomen
13) Tonus otot jelek
14) Nyeri abdominal dengan

berat badan
3) Monitor tipe dan jumlah

atau tanpa patologi


15) Kurang berminat terhadap
makanan
16) Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
17) Diare dan atau steatorrhea
18) Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
19) Suara usus hiperaktif
20) Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :

normal
2) Monitor adanya penurunan

aktivitas yang biasa


dilakukan
4) Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5) Monitor lingkungan
selama makan
6) Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
7) Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8) Monitor turgor kulit
9) Monitor kekeringan,

Ketidakmampuan pemasukan

rambut kusam, dan mudah

atau mencerna makanan atau

patah
10) Monitor mual dan

mengabsorpsi zat-zat gizi

muntah
11) Monitor kadar albumin,

berhubungan dengan faktor


biologis, psikologis atau

total protein, Hb, dan

ekonomi.

kadar Ht
12) Monitor makanan
kesukaan
13) Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14) Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15) Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16) Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
17) Catat jika lidah berwarna

4.

Hipertermia
Definisi : suhu tubuh naik

NOC :

magenta, scarlet
NIC :

Thermoregulation

Fever treatment

Kriteria Hasil :

1) Monitor suhu sesering

diatas rentang normal

1) Suhu tubuh dalam

Batasan Karakteristik:

rentang normal
2) Nadi dan RR dalam

1) kenaikan suhu tubuh diatas


rentang normal
2) serangan atau konvulsi
3)
4)
5)
6)

(kejang)
kulit kemerahan
pertambahan RR
takikardi
saat disentuh tangan terasa

mungkin
2) Monitor IWL
3) Monitor warna dan suhu

kulit
rentang normal
4) Monitor tekanan darah,
3) Tidak ada perubahan
nadi dan RR
warna kulit dan tidak
5) Monitor penurunan
ada pusing, merasa
tingkat kesadaran
nyaman
6) Monitor WBC, Hb, dan
Hct

hangat
Faktor faktor yang
berhubungan :
1)
2)
3)
4)
5)

penyakit/ trauma
peningkatan metabolisme
aktivitas yang berlebih
pengaruh medikasi/ anastesi
ketidakmampuan/penuruna
n kemampuan untuk

berkeringat
6) terpapar dilingkungan
panas
dehidrasi
7) pakaian yang tidak tepat

7) Monitor intake dan output


8) Berikan anti piretik
9) Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab
demam
10) Selimuti pasien
11) Lakukan tapid sponge
12) Berikan cairan intravena
13) Kompres pasien pada lipat
paha dan aksila
14) Tingkatkan sirkulasi udara
15) Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
1) Monitor suhu minimal
tiap 2 jam
2) Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
3) Monitor TD, nadi, dan RR
4) Monitor warna dan suhu
kulit
5) Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6) Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7) Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8) Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9) Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari

kedinginan
10) Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
11) Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12) Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
1) Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2) Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3) Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4) Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5) Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6) Monitor kualitas dari
nadi
7) Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8) Monitor suara paru
9) Monitor pola pernapasan
abnormal
10) Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit

11) Monitor sianosis perifer


12) Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13) Identifikasi penyebab
5.

Nyeri
Definisi :
Sensori yang tidak
menyenangkan dan
pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau
potensial kerusakan jaringan
atau menggambarkan adanya
kerusakan (Asosiasi Studi
Nyeri Internasional): serangan
mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan

NOC :
1) Pain Level,
2) Pain control,
3) Comfort level
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol
nyeri (tahu
penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik

termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2) Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
3) Gunakan teknik
untuk mengetahui

nyeri, mencari

nyeri berkurang

durasi kurang dari 6 bulan.

dengan

Batasan karakteristik :

menggunakan

menghindari nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Terfokus pada diri sendiri

secara komprehensif

untuk mengurangi

dapat diprediksi dan dengan

4)
5)
6)
7)

1) Lakukan pengkajian nyeri

komunikasi terapeutik

bantuan)
diantisipasi dengan akhir yang 2) Melaporkan bahwa

non verbal
2) Fakta dari observasi
3) Posisi antalgic untuk

Pain Management

nonfarmakologi

sampai berat yang dapat

1) Laporan secara verbal atau

dari perubahan vital sign


NIC :

manajemen nyeri
3) Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

pengalaman nyeri pasien


4) Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
5) Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau
6) Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
7) Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
8) Kontrol lingkungan yang

8) Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
9) Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
10) Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
11) Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
12) Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
13) Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis)

5) Tanda vital dalam


rentang normal

dapat mempengaruhi nyeri


seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
9) Kurangi faktor presipitasi
nyeri
10) Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11) Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
12) Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13) Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14) Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15) Tingkatkan istirahat
16) Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17) Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2) Cek instruksi dokter

tentang jenis obat, dosis,


dan frekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5) Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
6) Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
7) Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
8) Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
9) Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

BAB III

KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
IDENTITAS
Nama

: Tn.I

Ruang Rawat

: Zal Paru

Umur

: 56Thn

No Rekam Medik

: 133908

Pendidikan

: SMA

Tgl/jam masuk

: 7 September 2016

Suku

: Minang

Tgl/jam pengkajian : 20 Sepetember2016

Agama

: Islam

Diagnosa Medis

: TB PARU BTA +

Status Perkawinan

: Kawin

Informan

: Pasien dan Keluarga

RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan utama: Pasien masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 7 September 2016
jam 06.00 WIB, dengan keluhan batuk berdahak berwarna putih kekuningan dan sesak nafas
sudah lama, nafsu makan berkurang, mual dan muntah sekali kali. Nyeri dada saat batuk.
Riwayat kesehatan sekarang: Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20 September
2016 pasien mengatakan nafsu makan menurun sejak 2 bulan yang lalu, mual & muntah,
mengalami penurunan berat badan 2 bulan yang lalu sebanyak 10 kg, nyeri dada saat batuk,
batuk berdahak, badan klien letih, tenaga berkurang, dan susah bergerak serta aktivitas di bantu.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
1. Penyakit
: Asma Stroke Gastritis Infeksi Lainnya, sebutkan: Hipertensi
Penyakit sebelumnya yang diderita pasien adalah hipertensi yaitu pada 2 tahun yang lalu
2. Pola Hidup
: ()Merokok Kurang olahraga Diet tidak teratur Stress Sex bebas
Penggunaan obat terlarang
Pasien mulai merokok pada umur 20 tahun. Dan sekarang pasien telah berhenti merokok
sejak 3 tahun yang lalu.
3. Faktor Resiko
: ()Hipertensi Diabetes melitus Hiperkolesterolemia Lainnya,Sebutkan
Faktor risiko pada pasien adalah hipertensi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :

()Hipertensi Diabetes mellitus Penyakit jantung

Keluarga pasien memiliki riwayat hipertensi yaitu pada orang tua perempuannya
1. FISIOLOGIS

OKSIGEN
ASI DAN

Data Subjektif
Pernapasan

SIGENASI DAN SIRKULASI

Sirkulasi
Bunyi jantung

: ()Normal

Abnormal, jelaskan

Frekuensi

: 100x/menit

Irama: teratur

Kualitas: normal

Tekanan Vena Jugularis : teraba

ASI

Jantung (Palpasi) : Getara: terasa

Dorongan: sedang

Getaran jantung pasien teraba dengan dorongan sedang


Hemodinamik : Nadi Karotis

: 93x/menit

Irama nadi :

Nadi Jugularis

: 94x/menit

Irama nadi :

Nadi Temporalis

: 90x/menit

Irama nadi :

Nadi Radialis

: 125x/menit

Irama nadi :

Nadi Femoralis

: 110x/menit

Irama nadi :

Nadi Popliteal

: 90 x/menit

Irama nadi :

Nadi Postibial

: 95x/menit

Irama nadi :

Nadi Dorsalis Pedis : 98 x/menit

Irama nadi :

TD Kanan Baring

TD Kanan Duduk : 120/80

regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
: 122/85 mmHg

mmHg,
HGB

Nilai Lab
12,3 g/dL

Nilai rujukan
L: 13,0-18,0

HCT

39,4 (%)

40,0-50,0

PLT

415+

(10^3/uL)

150-400

WBC

13,54 (10^3/uL)

4,0-11,0

MAKANA
N DAN
MAKANA
N DAN

Foto thoraks (tgl 7 Sepetember 2016)


Kesan : infiltrat padat di kedua paru dengan curiga cincin ektasis terutama lapang bawah
paru kanan , enfisema konpensatuar basal paru kiri
Data Objektif
BB : 40 Kg

TB :160 cm

Pemasangan NGT

: tidak ada

Intake dan output


Intake
1500cc nacl 0,9% per hari
porsi makan: 900cc per hari
Minum 1000cc per hari

Output
1300cc per hari

Pemeriksaan Darah

MAKAN

HGB

Nilai Lab
12,3 g/dL

Nilai rujukan
L: 13,0-18,0

HCT

39,4 (%)

40,0-50,0

WBC

13,54 (10^3/uL)

4,0-11,0

PLT

415+

150-400

(10^3/uL)

AN DAN CAIR

Penunjang
Lab
Nilai Lab
07-09-2016
Faal ginjal
Ureum 61,5 mg/dl

20-50 mg/dl

Creatinin 0,93 mg/dl

0,5-1,5 mg/dl

Metabolisme karbohidrat
MAKANAN DAN CAIRAN

Nilai Normal

<180 mg%

Ad random 187 mg%


16-9-2016
Faal hati
Bilirubun total 2,28 mg/dl
Bilirubin direct 1,77 mg/dl
SGOT 111.4 U/L
SGPT 53,6 U/L
Ureum 74,2 mg/dl
Creatinin 1,16 mg/dl

< 1 mg/dl
<0,25 mg/dl
LK: < 38 U/L
LK: < 40 U/L
20-50 mg/dl
0,5-1,5 mg/dl

SI ELIMINA

USG Abdomen (Tanggal 20 september 2016 )


Kesan : suspek hepatitis
Endoskopi (Tanggal

Penunjang :
Laboratorium
Nilai Lab
07-09-2016

Nilai Normal

Faal ginjal

20-50 mg/dl

Ureum 61,5 mg/dl

0,5-1,5 mg/dl

Creatinin 0,93 mg/dl

USG Ginjal ( tanggal :

Kesan :tidak ada dilakukan pemeriksaan

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Masalah Keperawatan :
o
o
o
o
o
o

Perubahan eliminasi urin


Inkontinensia urin
Retensi urin
Konstipasi
Diare
Perubahan elminasi alvi

Data Subjektif
Pekerjaan

:dagang

Aktivitas/Hobi

Aktivitas Waktu luang

: menonton

Perasaan bosan/tidak puas

: pasien bosan karena penyakitnya

: tidak ada

Keterbatasan karena kondisi : susah bergerak dan badan lemah


Keluhan

: pasien tersasesak, badan tersalemah dan sulit bergerak


(nyeri/bengkak/lemas)

Pola Tidur

: susah tidur dan sering terbangun

Tidur Jam

: 5 jam tapi sering terbangun

Tidur siang : 1 jam

Kebiasaan tidur : tidak teratur


Insomnia

: iya

Rasa segar saat bangun


Data objektif

Penyebab : karena sesak nafas dan tidak nyaman


: sedikit segar

SI PROTEK

Masa/tonus otot

: lemah

Postur

:normal

Retang gerak
Tandai Lokasi :

PROTEKSI

Keadaan luka : tidak ada


Penunjang

: tidak ada

Masalah Keperawatan :
o
o
o
o
o
o

Gangguan Pola Tidur


Kelelahan
Intoleransi aktifitas
Gangguan mobilitas fisik
Defisit perawatan diri
Resiko disuse syndrome

Tremor : tidak ada

:lemah dan agak terbatas

Kekuatan : lemah

Skala Resiko Jatuh Morse :


NO
PENGKAJIAN
1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh
2.

dalam 3 bulan terakhir?

SKALA
0
Tidak
25
Ya

Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki

Tidak

lebih dari satu penyakit?


3.

Ya

0
15

Alat Bantu jalan:


- Bed rest/ dibantu perawat

- Kruk/ tongkat/ walker


- Berpegangan pada benda-benda di sekitar

15
30

NILAI
0

KET.
Tidak

15

Ppok

Bedrest

20

Ya

10

lemah

Menyadari

45

Resiko

PROTEKSI

(kursi, lemari, meja)


4.

Terapi Intravena: apakah saat ini lansia

Tidak
Ya

0
20

5.

terpasang infus?
Gaya berjalan/ cara berpindah:

0
10
20

6.

- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat


-bergerak
Lemah (tidak
bertenaga)
sendiri)
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret)
Status Mental
- Lansia menyadari kondisi dirinya

- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat

15
Total Nilai

rendah
Tingkatan
Tidak berisiko

Nilai MFS
0 - 24

Risiko rendah
Risiko tinggi

25 - 50
51

Tindakan
Perawatan dasar
Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar
Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi

Data Subjektif
Keluhan:

INDERA/SENSE

Pasien mengatakan panglihatannya agak kabur dan pasien menggunakan kacamata


Data Objektif
Penglihatan : Normal: kabur ,

kacamata/lensa kontak: tidak ada ,

katarak: tidak ada

glaukoma: tidak ada , buta, ka/ki: tidak ada


Pendengaran : Normal: iya

alat bantu dengar: tidak ada,

tuli parsial, ka/ki: tidak ada


Penghidu

: Normal: iya

tidak normal

Pengecap

: Normal: iya

tidak normal

tuli total, ka/ki: tidak ada

Ukuran / Reaksi Pupil : Kanan : .4-5mm

Kiri :4-5 mm

Kaku Kuduk

: negatif

(ya) positif

Kernig Sign

: (ya) negative positif

Laseque

: (ya) negative positif

Brudzinsky II

: (ya) negatif

positif

Brudzinnsky I

: (ya) negatif

positif

Babinsky

: negatif

(ya) positif

Nervus Kranialis :

NEUROLOGI

No

Nervus

Data pengkajian

N. Olfaktorius

Normal, klien masih bisa menghidu dengan baik.

N. Optikus

Ketajaman penglihatan dan lapang pandang kurang

N.Okulomotorius

Adanya pergerakan otot mata ke atas

N. Troklearis

Adanya pergerakan otot mata ke bawah

N. Trigeminus

sensasi terhadap wajah, pipi, dan mandibula baik,

N. Abdusen

motorik otot mulut berfungsi baik


Gerakan mata berfungsi baik,kiri dan kanan

N. Fasialis

Pasien dapat menentukan zat yang dirasakan oleh


lidah, wajah kiri dan kanan simetris, bisa merasakan

N. Vestibulokohklearis

hapusan kapas pada wajah.


Pendengaran dan keseimbangan berfungsi baik

N. Glosofaringeus

Anak lidah berada ditengan pangkal lidah

10

N. Vagus

Ada reflex muntah (+)

11

N. Assesorius

Otot tangan berfungsi baik

12

N. Hipoglosus

Gerakan lidah terakomodasi dengan baik.

Refleks

: ada

Genggaman lepas : ka kuat , .ki kuat


Penunjang
CT Scan Kepala (tanggal :

NEUROLOGI

Tidak ada dilakukan pemeriksaan


Masalah Keperawatan :
o
o
o
o

Perubahan perfusi serebral


Confuse
Gangguan menelan
Kerusakan komunikasi verbal

Riwayat DM

: () tidak

ya, sejak

pembengkakan kelenjar

: () tidak

ya,

Periode menstruasi terakhir : TAK/ Pendarahan abnormal/ Riwayat payudara bengkak/


Drainese vagina
Lain lain

: tidak ada

Data Penunjang
Labor

ENDOKRIN

Nilai Lab

Masalah Keperawatan :
o
o
o
o

Keterlambatan tumbuh kembang


Risiko pertumbuhan disproporsional
Ketidakstabilan gula darah
Gangguan metabolisme

Nilai Normal

Data Objektif
Aktif melakukan hubungan seks

: tidak ada

Penggunaan kondom

: tidak ada

Masalah kesulitan seksual

: tidak ada

SEKSUALITAS

Perubahan terakhir dalam fekuensi minat

: tidak ada

Wanita
Usia menarche

: .

Lamanya siklus : .Durasi:

Periode menstruasi terakhir : . Menopause

.
Rabas Vaginal

:.

Melakukan Pemeriksaan Payudara:

Berdarah Antara Periodik

Mamogram.

Sendiri.
Pap smear terakhir

: .

NYERI / KETIDAKNYAMANAN

Pria :
Data Subjektif
Lokasi: kepala( kadang-kadang)
Penjalaran: kepala

Frekuensi: 3

Kualitas: ringan

Faktor Pencetus : kaku kuduk

Data Objektif

2. MODE KONSEP DIRI

Durasi : sebentar

Data Subjektif
Sensasi tubuh:

: pasien merasa sakit dan kurang nyaman

Citra Tubuh

:pasien mengeluh lemah

Konsistensi diri

:bahasa tegas,tepat dalam berfikir

Ideal Diri

: perilaku sesuai standar/biasa

Moral Etik/Spritual Diri : pasien melaksanakan sholat


Data Objektif
Status emosional
Tenang Cemas Marah Menarik diri Takut Mudah tersinggung Tidak sabar
Euphoria
Respon fisiologis yang terobservasi : pasien cemasdan sedikit suka marah
Masalah Keperawatan :
o
o
o
o
o
o
o
o

Keputusasaan
Kecemasan
Spiritual distress
Ketakutan
Resiko merusak diri
Koping tidak efektif
Harga diri rendah
Isolasi diri

3. MODE FUNGSI PERAN

Apakah memiliki cukup energi untuk melakukan aktivitas di rumah ?


Apakah bekerja di luar rumah ?

() tidak

Jika tidak, apakah pernah bekerja di luar rumah ? tidak

()tidak

ya

ya, jelaskan
pernah

Jika pernah, apakah penyakit ini yang membuat tidak lagi bekerja ?

ya

bukan
Berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat?

tidak

ya,sebutkan: sosialisasi

lingkungan
Berpartisipasi dalam terapi?

selalu kadang-kadang jarang

pernah
Lain lain
Masalah Keperawatan :
o Perubahan penampilan peran
o Inefektif manajemen regimen terapi
4. MODE INTERDEPENDENSI
PERILAKU
Orang lain yang bermakna: anak pasien
Citra Tubuh

: pasien mengeluh lemah

Konsistensi diri

: pasien berbicara tegas

Ideal Diri

: pasien tampak ideal

Moral Etik Spritual Diri : pasien sholatdan berdoa


Masalah Keperawatan :
o
o
o
o

Isolasi sosial
Risiko merusak diri / orang lain
Risiko kesendirian
Koping defensif

tidak

Skala Braden untuk Luka Tekan

PARAMETER
Persepsi sensori

TEMUAN
1. Tidak
merasakan
atau respon
terhadap
stimulus
nyeri,
kesadaran
menurun

2. Gangguan
sensori pada
bagian
permukaan
tubuh atau
hanya berespon
pada stimuli
nyeri

3. Gangguan
sensori pada 1 atau
2 ekstremitas atau
berespon pada
perintah verbal tapi
tidak selalu mampu
mengatakan
ketidaknyamanan

SKOR
3
4. Tidak ada
gangguan
sensori,
berespon
penuh
terhadap
perintah
verbal.
4

Kelembapan

Aktivitas

1.. Selalu
2. Sangat
3. Kadang lembab
terpapar
lembab
oleh
keringat
atau urine
basah
1. Terbaring 2. Tidak bisa 3. Berjalan dengan
atau tanpa bantuan.
erjalan
ditempat
tidur

4. Kulit
kering
1
4. Dapat
berjalan
sekitar
Ruangan
2

Mobilitas

1. Tidak 2. Tidak dapat 3. Dapat membuat


mampu merubah posisi perubahan posisi
bergerak secara tepat dan
tubuh atau
teratur
ekstremitas

4. Dapat
merubah
posisi tanpa
bantuan

2
Nutrisi

Gesekan

1. Tidak
2. Jarang
3. Mampu
dapat
mampu
menghabiskan lebih
menghabisk menghabiskan
dari porsi
an 1/3 porsi
porsi
makannya
makannya, makanannya
sedikit
atau intake
minum, cairan kurang
puasa atau dari jumlah
minum air
optimum

4. Dapat
menghabi
s kan
porsi
Makanny
a, tidak
memerluk
an
suplement

1. Tidak 2.Membutuhka 3. Membutuhkan


mampu
n bantuan
bantuan
mengangkat
minimal
minimal
badannya mengangkat
mengangkat
sendiri, atau tubuhnya
tubuhnya
spastik,
kontraktur

15
TOTAL SKOR

Keterangan :
Resiko ringan jika skor 15-23
Resiko sedang jika skor 13-14
Resiko berat jika skor 10-12
Resiko sangat berat jika skor kurang dari 10

Penatalaksanaan
Tanggal

Nama

Golongan

Indikasi

Obat
10
September
2016

Ceftria

Efek

Kontra Indikasi

Samping
Antibiotik

xone

Infeksi

Lelah,

Alergi terhadap

mikroorganisme

sariawan

golongan

, nyeri

chephalosporin

Mengobati dan
mencega

tenggorokan

h infeksi yang
disebabkan
oleh bakteri
12

Ambro

OAT

September xol
2016

Obat batuk

Mual,

Pada pasien yang

berdahak

muntah,

hipersensitif

nyeri ulu

terhadap

hati reaksi

komponen

alergi

ambroxol pada

Bronkospasme

seperti kulit

pasien ulkus

asma

merah

lambung dan

Mengobati radang
paru kronis

magh
10

Combi

K. Merah

Pengobatan

Berdebar,

Pada DM secara

September vent

bronkospasme dan

mual, sesak

insufiensi

2016

penyumbatan paru

terkontrol

kronis sedang-berat

Ibu hamil dan


menyusui

10

Curcu

Obat

Membantu

September ma

bebas /

memelihara

2016

vitamin

kesehatan fungsi
hati, memperbaiki
nafsu makan dan

Lapar

Overdosis dan
keracunan

melancarkan buang
air besar
10

Amino

Resep

September phyline

Asma dan penyakit

Pusing,

Hipersensivitas

paru obstruktif

tremor,

terhadap

mual,

ethlendiamine

2016

kejang
8

Methyl

September prednis
2016

olone

Kortikoste

Abnormalitas

Lemas,

Infeksi jamur

roid

fungsi adreno

berkeringat,

sistemik dan

kortical akut dan

sulit tidur,

hipersensitivitas

kronik primer

nyeri ulu
hati, mual

Anda mungkin juga menyukai