PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yangdisebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering terjadi di daerah padat penduduk dan
juga di daerah urban. Penularan penyakit ini terjadi melalui inhalasi droplet Nuclei dari
penderita TB paru aktif (Amin dan Bahar, 2014). TB merupakan penyakit infeksi yang sampai
saat ini masih menjadi masalah, baik dalam diagnosis maupun pengobatan. Keberhasilan
pengobatan TB sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adanya kepatuhan
penderita, komorbid, kebiasaan merokok dan termasuk juga salah satunya yaitu status gizi
(Kurniawan, 2015).
Tuberkulosis paru (TB) merupakan masalah kesehatan utama di dunia yang
menyebabkan morbiditas pada jutaan orang setiap tahunnya. Berdasarkan laporan WHO tahun
2015,pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta kasus TB parudidunia, 58% kasus TB berada di Asia
tenggara dan kawasan pasifik barat serta 28% kasus berada Afrika. Pada tahun 2014, 1.5 juta
orang didunia meninggal karena TB. Tuberkulosis menduduki urutan kedua setelah Human
Imunodefici ency Virus (HIV) sebagai penyakit infeksi yang menyebabkan kematian
terbanyak pada penduduk dunia (WHO, 2015).
Indonesia adalah negara yang berada di kawasan Asia Tenggara dengan jumlah kasus
TB ke-2 terbanyak di dunia setelah India (WHO, 2015). Berdasarkan laporan WHO tahun
2015, diperkirakan pada tahun 2014 kasus TB di India dan Indonesia berturut turut yaitu
23% dan 10% kasus. Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, TB menyebar hampir
diseluruh provinsi di Indonesia. Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis Tuberkulosis
(TB) oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalahsebanyak 0,4%. Berdasarkan Laporan WHO
tahun 2015, prevalensi kasus TB di Indonesia pada tahun 2014 termasuk HIV, 647per 100.000
penduduk.
Keperawatan pada
c. Mahasiswa dapat merencanakan intervensi pada klien dengan dengan TB BTA Positif.
d. Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada klien dengan TB BTA Positif.
e.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Akademik
Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa dan rekan- rekan mahasiswa yang tertarik
dalam membahas klien dengan diagnosa dengan TB BTA Positif.
2. Insitusi Rumah Sakit
Dapat menjadi masukan bagi rumah sakit untuk mengambil langkah- langkah kebijakan
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada klien, khususnya klien yang
menderita TB BTA Positif.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu keperawatan dan profesi
keperawatan yang professional sehingga bisa meningkatkan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien dengan TB BTA Positif.
4. Mahasiswa Profesi Keperawatan
Memperoleh pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan klien
dengan
diagnosa) TB BTA Positif dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam
pendidikan.
5. Bagi masyarakat
Masyarakat memahami dan memperoleh informasi tentang TB BTA Positif. Dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mengurangi risiko penularan TB paru di
masyarakat
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI TB
Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering terjadi di daerah padat penduduk dan
juga di daerah urban. Penularan penyakit ini terjadi melalui inhalasi droplet Nuclei dari
penderita TB paru aktif (Amin dan Bahar, 2014).
TB merupakan penyakit infeksi yang sampai saat ini masih menjadi masalah, baik dalam
diagnosis maupun pengobatan. Keberhasilan pengobatan TB sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya adanya kepatuhan penderita, komorbid, kebiasaan merokok dan termasuk
juga salah satunya yaitu status gizi (Kurniawan, 2015).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
B.KLASIFIKASI TB
Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a. Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.
b. Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
4. Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
pasien yaitu:
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
c. Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
e. Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.
C. PENYEBAB TB
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam
kumanMyobacterium tuberculosae complex adalah :
1.
M. Tuberculosae
2.
Varian Asian
3.
Varian African I
4.
Varian African II
5.
M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman
lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia
juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara
kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini
terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit
kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit
intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah
kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
Cara penularan TB (Depkes, 2006):
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam
tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3) Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
4) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
5) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise
ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
E. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan
luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne),
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal
dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin,
yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel
efektornya
adalah
makrofag,
sedangkan
limfosit
(biasanya
sel
T)
adalah
sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru
dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi
primer dinamakankompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi
tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau
basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan
mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan
lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran
limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem
vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
WOC TB
(,,,,,,,,,,,,,,,,,,,)
F. PENATALAKSANAAN TB
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT.
2. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
(PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1) Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
2)
dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
Sifat
Bakterisid
Rifampicin (R)
Bakterisid
Pyrazinamide (Z)
Bakterisid
Streplomycin (S)
Bakterisid
Ethambutol (E)
Bakteriostatik
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Paduan OAT ini
disediakan program untuk mengatasi pasien yang mengalami efek
samping OAT KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan
untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu
(1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
a) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas
obat dan mengurangi efek samping.
b) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
c) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Darah : leukositosis/ leucopenia, LED meningkat
b. Sputum : BTA S/P/S, kultur sputum gram sensitivity, sputum media. DST, GENEXPERT.
c. Test tuberculin: mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm).
Saat ini uji kepekaan M.Tuberkulosis secara tepat (rapid test) sudah
direkomendasikan oleh WHO untuk digunakn sebagai penampisan.
a. Line probe assey (LPA)
1) Pemeriksaan molekul yang didasarkan pada PCA, yang dikenal dengan HAIN
TEST/GENOTYPE MDRTB PLUS..
2) Hasil pemeriksaan dapat diperoleh dalam waktu kurang dari 24jam
2. Pemeriksaan radiologi: gambaran thorak menunjukkan adanya lesi berupa infiltrate,
fibroinfitrat, fibronosis, kalsivikasi, tuberkuloma, kavitas
3. Pemeriksaan EKG
4. Bronchogrofi: pemerikasaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan
paru karena TB. Tes HIV (bila status HIV) belum diketahui
5. Tes kehamilan
6. Foto toraks/ dada
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1) Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu
misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
3) Diagnosis TB menurut Asril Bahar (2001):
a. Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah
apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi
dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus
menyerupai tumor paru.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya
kuman
BTA,
diagnosis
tuberkulosis
sudah
dapat
dipastikan.
Kemungkinan
Penyebab
Minor
Tatalaksana
OAT diteruskan
Tidak nafsu
makan, mual,
sakit perut
Rifampisin
Nyeri sendi
Pyrazinamid
Warna
kemerahan
pada air seni
Rifampisin
Mayor
Hentikan obat
Gatal dan
kemerahan
pada kulit
Semua jenis
OAT
Tuli
Streptomisin
Streptomisin dihentikan
Gangguan
keseimbangan
(vertigo dan
nistagmus)
Streptomisin
Streptomisin dihentikan
Ikterik /
Hepatitis
Imbas Obat
(penyebab lain
Sebagian besar
OAT
disingkirkan)
Muntah dan
confusion
(suspected
drug-induced
pre-icteric
hepatitis)
Sebagian besar
OAT
Gangguan
penglihatan
Etambutol
Hentikan etambutol
Kelainan
sistemik,
termasuk syok
dan purpura
Rifampisin
Hentikan rifampisin
I. PENCEGAHAN TB
Pencegahan TB dapat dimulai sejak awal penanganan kasus baru TB antara lain melalui :
a. Pengobatan
a. Pengobatan secara pasti terhadap kasus BTA positif pada pertama kali
b. Penyediaan suatu pedoman terapi terhadap TB
c. Penjaminan ketersediaan OAT adalah hal yang penting Pengawasan terhadap
pengobatan
d. Adanya OAT gratis (FDC)
b. Gaya Hidup
a. Menetapkan pola makan yang sehat, misalnya dengan meningkatkan asupan sayur
dan buah serta mengurangi makanan yang berlemak.
b. Mencuci tangan secara rutin untuk menghindari perpindahan kuman dari anda ke
orang lain atau objek tertentu
c. Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung anda dengan tisu
d. Segera buang tisu yang sudah terpakai ketempat sampah
e. Membuka jendela pada pagi hari sampai sore hari, agar rumah mendapat sinar
matahari dan udara yang cukup
f. Menjemur kasur, bantal dan guling secara teratur 1 kali seminggu
g. Penderita harus memakai masker jika berinteraksi dengan orang lain, untuk
menghindari penularan penyakit
h. Menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan disekitar rumah
i. Lantai disemen/diplester atau dipasang tegel/keramik
j. Tidak meludah disembarang tempat tapi gunakan tempat khusus yang sudah di isi
Lysol, jika batuk dan ada dahak buang pada pot dahak yang telah di sediakan
kemudian tutup, kemudian untuk membuangnya di gali lobang dan di masukan
dahak ke dalam lobang, lobang di tutup lagi, pot tadi di cuci bersih dan dapat di
gunakan lagi.
k. Istirahat yang cukup, tidak tidur larut malam
l. Ventilasi/pencahayaan yang cukupdi rumah, Hindari polusi udara dalam rumah
seperti asap dapur dan asap rokok
m. Olahraga teratur.
c. Untuk masyarakat/keluarga:
a. Harus memakai APD (alat pelindung diri) jika berinteraksi dengan orang TB seperti
masker.
J. PERAN KELUARGA DAN KADER KESEHATAN BAGI PASIEN
a. Motivasi pasien untuk menjalani pengobatan sampai sembuh
b. Dampingi dan berikan dukungan moral kepada pasien agar dapat menjalani pengobatan
secara lengkap dan teratur
c. Ingatkan pasien agar datamg ke sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pengobatan dan periksa dahak sesuai jadwal
d. Temukan dan kenali gejala- gejala efek samping obat dan merujuk ke sarana pelayananan
kesehatan.
K. KRITERIA PENGHENTIAN PENGOBATAN..
1. Pasien dinyatakan sembuh dari hasil pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan pada
sputum yang dilakukan pemeriksaan ulang dahak hhasilnya negative pada AP dan pada
waktu pemeriksaan ulang dahak sebelumnya
2. Pengobatan dinyatakan selesai oleh petugas kesehatan.
L. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005)
a. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
f. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Identitas klien
Nama
:
Umur
:
jenis kelamin
:
tempat tinggal (alamat)
:
pekerjaan
:
pendidikan
:
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat
ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis
paru yang kembali aktif dan PPOK.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit TB
tersebut.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita tuberkulosis paru yang lain
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak desakan,
kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun
sehingga BB menurun,
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan
terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak
ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir
klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada
penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas
ibadah klien.
12) Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem sistem tubuh
a) Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
b) Sistem pernapasan
c)
d)
e)
f)
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Bersihan Jalan Nafas tidak
Efektif
TUJUAN DAN
(NIC)
(NOC)
NOC :
Respiratory status :
Ventilation
INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Airway patency
NIC :
1) Airway suction
2) Pastikan kebutuhan oral /
tracheal suctioning
3) Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
Aspiration Control
pernafasan untuk
Kriteria Hasil :
mempertahankan kebersihan
1) Mendemonstrasika
suctioning.
4) Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
suctioning
5) Minta klien nafas dalam
jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
suara nafas
sianosis dan
2). Orthopneu
dyspneu (mampu
menggunakan nasal
3). Cyanosis.
mengeluarkan
untuk memfasilitasi
sputum, mampu
(rales, wheezing)
bernafas dengan
pursed lips).
2) Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
3) Mampu
sebelum suction
dilakukan.
6) Berikan O2 dengan
suksion nasotrakeal
7) Gunakan alat yang steril
sitiap melakukan
tindakan
8) Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
setelah kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal
9) Monitor status oksigen
pasien
10) Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
11) Hentikan suksion dan
mengidentifikasika
n dan mencegah
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
menghambat jalan
nafas
Airway Management
1) Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien
NOC :
Respiratory Status :
Gas exchange
ventilation
karbondioksida di dalam
Kriteria Hasil :
Batasan karakteristik :
1) Gangguan penglihatan
2) Penurunan CO2
1) Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang
status O2
NIC :
Airway Management
1) Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
2) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
4) Pasang mayo bila perlu
3) Takikardi
4) Hiperkapnia
5) Keletihan
6) Somnolen
7) Iritabilitas
8) Hypoxia
9) Kebingungan
10) Dyspnoe
11) nasal faring
12) AGD Normal
13) Sianosis
14) warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman)
15) Hipoksemia
16) Hiperkarbia
17) sakit kepala ketika bangun
18) frekuensi dan kedalaman
nafas abnormal
Faktor faktor yang
berhubungan :
1) ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
2) perubahan membran
kapiler-alveolar
adekuat
2) Memelihara
dalam rentang
Respiratory Monitoring
normal
cheyne stokes
5) Catat lokasi trakea
6) Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
7) Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
8) Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
9) Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
NOC :
Nutritional Status :
tubuh
metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
1) Berat badan 20 % atau
lebih di bawah ideal
2) Dilaporkan adanya intake
makanan yang kurang dari
RDA (Recomended Daily
Allowance)
3) Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
Nutrition Management
Kriteria Hasil :
makanan
2) Kolaborasi dengan ahli
NIC :
penurunan berat
badan yang berarti
mencegah konstipasi
7) Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
8) Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian.
9) Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
10) Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
11) Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
mengunyah makanan
9) Miskonsepsi
10) Kehilangan BB dengan
makanan cukup
11) Keengganan untuk makan
12) Kram pada abdomen
13) Tonus otot jelek
14) Nyeri abdominal dengan
berat badan
3) Monitor tipe dan jumlah
normal
2) Monitor adanya penurunan
Ketidakmampuan pemasukan
patah
10) Monitor mual dan
muntah
11) Monitor kadar albumin,
ekonomi.
kadar Ht
12) Monitor makanan
kesukaan
13) Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
14) Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15) Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16) Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
17) Catat jika lidah berwarna
4.
Hipertermia
Definisi : suhu tubuh naik
NOC :
magenta, scarlet
NIC :
Thermoregulation
Fever treatment
Kriteria Hasil :
Batasan Karakteristik:
rentang normal
2) Nadi dan RR dalam
(kejang)
kulit kemerahan
pertambahan RR
takikardi
saat disentuh tangan terasa
mungkin
2) Monitor IWL
3) Monitor warna dan suhu
kulit
rentang normal
4) Monitor tekanan darah,
3) Tidak ada perubahan
nadi dan RR
warna kulit dan tidak
5) Monitor penurunan
ada pusing, merasa
tingkat kesadaran
nyaman
6) Monitor WBC, Hb, dan
Hct
hangat
Faktor faktor yang
berhubungan :
1)
2)
3)
4)
5)
penyakit/ trauma
peningkatan metabolisme
aktivitas yang berlebih
pengaruh medikasi/ anastesi
ketidakmampuan/penuruna
n kemampuan untuk
berkeringat
6) terpapar dilingkungan
panas
dehidrasi
7) pakaian yang tidak tepat
kedinginan
10) Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan emergency
yang diperlukan
11) Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
12) Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
1) Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
2) Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3) Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4) Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5) Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6) Monitor kualitas dari
nadi
7) Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
8) Monitor suara paru
9) Monitor pola pernapasan
abnormal
10) Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
Nyeri
Definisi :
Sensori yang tidak
menyenangkan dan
pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau
potensial kerusakan jaringan
atau menggambarkan adanya
kerusakan (Asosiasi Studi
Nyeri Internasional): serangan
mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan
NOC :
1) Pain Level,
2) Pain control,
3) Comfort level
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol
nyeri (tahu
penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
tehnik
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
2) Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
3) Gunakan teknik
untuk mengetahui
nyeri, mencari
nyeri berkurang
dengan
Batasan karakteristik :
menggunakan
menghindari nyeri
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Terfokus pada diri sendiri
secara komprehensif
untuk mengurangi
4)
5)
6)
7)
komunikasi terapeutik
bantuan)
diantisipasi dengan akhir yang 2) Melaporkan bahwa
non verbal
2) Fakta dari observasi
3) Posisi antalgic untuk
Pain Management
nonfarmakologi
manajemen nyeri
3) Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
8) Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
9) Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
10) Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
11) Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
12) Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
13) Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Faktor yang berhubungan :
Agen injuri (biologi, kimia,
fisik, psikologis)
BAB III
KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
IDENTITAS
Nama
: Tn.I
Ruang Rawat
: Zal Paru
Umur
: 56Thn
No Rekam Medik
: 133908
Pendidikan
: SMA
Tgl/jam masuk
: 7 September 2016
Suku
: Minang
Agama
: Islam
Diagnosa Medis
: TB PARU BTA +
Status Perkawinan
: Kawin
Informan
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan utama: Pasien masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 7 September 2016
jam 06.00 WIB, dengan keluhan batuk berdahak berwarna putih kekuningan dan sesak nafas
sudah lama, nafsu makan berkurang, mual dan muntah sekali kali. Nyeri dada saat batuk.
Riwayat kesehatan sekarang: Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20 September
2016 pasien mengatakan nafsu makan menurun sejak 2 bulan yang lalu, mual & muntah,
mengalami penurunan berat badan 2 bulan yang lalu sebanyak 10 kg, nyeri dada saat batuk,
batuk berdahak, badan klien letih, tenaga berkurang, dan susah bergerak serta aktivitas di bantu.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
1. Penyakit
: Asma Stroke Gastritis Infeksi Lainnya, sebutkan: Hipertensi
Penyakit sebelumnya yang diderita pasien adalah hipertensi yaitu pada 2 tahun yang lalu
2. Pola Hidup
: ()Merokok Kurang olahraga Diet tidak teratur Stress Sex bebas
Penggunaan obat terlarang
Pasien mulai merokok pada umur 20 tahun. Dan sekarang pasien telah berhenti merokok
sejak 3 tahun yang lalu.
3. Faktor Resiko
: ()Hipertensi Diabetes melitus Hiperkolesterolemia Lainnya,Sebutkan
Faktor risiko pada pasien adalah hipertensi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga pasien memiliki riwayat hipertensi yaitu pada orang tua perempuannya
1. FISIOLOGIS
OKSIGEN
ASI DAN
Data Subjektif
Pernapasan
Sirkulasi
Bunyi jantung
: ()Normal
Abnormal, jelaskan
Frekuensi
: 100x/menit
Irama: teratur
Kualitas: normal
ASI
Dorongan: sedang
: 93x/menit
Irama nadi :
Nadi Jugularis
: 94x/menit
Irama nadi :
Nadi Temporalis
: 90x/menit
Irama nadi :
Nadi Radialis
: 125x/menit
Irama nadi :
Nadi Femoralis
: 110x/menit
Irama nadi :
Nadi Popliteal
: 90 x/menit
Irama nadi :
Nadi Postibial
: 95x/menit
Irama nadi :
Irama nadi :
TD Kanan Baring
regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
regular/irreguler
: 122/85 mmHg
mmHg,
HGB
Nilai Lab
12,3 g/dL
Nilai rujukan
L: 13,0-18,0
HCT
39,4 (%)
40,0-50,0
PLT
415+
(10^3/uL)
150-400
WBC
13,54 (10^3/uL)
4,0-11,0
MAKANA
N DAN
MAKANA
N DAN
TB :160 cm
Pemasangan NGT
: tidak ada
Output
1300cc per hari
Pemeriksaan Darah
MAKAN
HGB
Nilai Lab
12,3 g/dL
Nilai rujukan
L: 13,0-18,0
HCT
39,4 (%)
40,0-50,0
WBC
13,54 (10^3/uL)
4,0-11,0
PLT
415+
150-400
(10^3/uL)
AN DAN CAIR
Penunjang
Lab
Nilai Lab
07-09-2016
Faal ginjal
Ureum 61,5 mg/dl
20-50 mg/dl
0,5-1,5 mg/dl
Metabolisme karbohidrat
MAKANAN DAN CAIRAN
Nilai Normal
<180 mg%
< 1 mg/dl
<0,25 mg/dl
LK: < 38 U/L
LK: < 40 U/L
20-50 mg/dl
0,5-1,5 mg/dl
SI ELIMINA
Penunjang :
Laboratorium
Nilai Lab
07-09-2016
Nilai Normal
Faal ginjal
20-50 mg/dl
0,5-1,5 mg/dl
Masalah Keperawatan :
o
o
o
o
o
o
Data Subjektif
Pekerjaan
:dagang
Aktivitas/Hobi
: menonton
: tidak ada
Pola Tidur
Tidur Jam
: iya
SI PROTEK
Masa/tonus otot
: lemah
Postur
:normal
Retang gerak
Tandai Lokasi :
PROTEKSI
: tidak ada
Masalah Keperawatan :
o
o
o
o
o
o
Kekuatan : lemah
SKALA
0
Tidak
25
Ya
Tidak
Ya
0
15
15
30
NILAI
0
KET.
Tidak
15
Ppok
Bedrest
20
Ya
10
lemah
Menyadari
45
Resiko
PROTEKSI
Tidak
Ya
0
20
5.
terpasang infus?
Gaya berjalan/ cara berpindah:
0
10
20
6.
15
Total Nilai
rendah
Tingkatan
Tidak berisiko
Nilai MFS
0 - 24
Risiko rendah
Risiko tinggi
25 - 50
51
Tindakan
Perawatan dasar
Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar
Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi
Data Subjektif
Keluhan:
INDERA/SENSE
: Normal: iya
tidak normal
Pengecap
: Normal: iya
tidak normal
Kiri :4-5 mm
Kaku Kuduk
: negatif
(ya) positif
Kernig Sign
Laseque
Brudzinsky II
: (ya) negatif
positif
Brudzinnsky I
: (ya) negatif
positif
Babinsky
: negatif
(ya) positif
Nervus Kranialis :
NEUROLOGI
No
Nervus
Data pengkajian
N. Olfaktorius
N. Optikus
N.Okulomotorius
N. Troklearis
N. Trigeminus
N. Abdusen
N. Fasialis
N. Vestibulokohklearis
N. Glosofaringeus
10
N. Vagus
11
N. Assesorius
12
N. Hipoglosus
Refleks
: ada
NEUROLOGI
Riwayat DM
: () tidak
ya, sejak
pembengkakan kelenjar
: () tidak
ya,
: tidak ada
Data Penunjang
Labor
ENDOKRIN
Nilai Lab
Masalah Keperawatan :
o
o
o
o
Nilai Normal
Data Objektif
Aktif melakukan hubungan seks
: tidak ada
Penggunaan kondom
: tidak ada
: tidak ada
SEKSUALITAS
: tidak ada
Wanita
Usia menarche
: .
.
Rabas Vaginal
:.
Mamogram.
Sendiri.
Pap smear terakhir
: .
NYERI / KETIDAKNYAMANAN
Pria :
Data Subjektif
Lokasi: kepala( kadang-kadang)
Penjalaran: kepala
Frekuensi: 3
Kualitas: ringan
Data Objektif
Durasi : sebentar
Data Subjektif
Sensasi tubuh:
Citra Tubuh
Konsistensi diri
Ideal Diri
Keputusasaan
Kecemasan
Spiritual distress
Ketakutan
Resiko merusak diri
Koping tidak efektif
Harga diri rendah
Isolasi diri
() tidak
()tidak
ya
ya, jelaskan
pernah
Jika pernah, apakah penyakit ini yang membuat tidak lagi bekerja ?
ya
bukan
Berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat?
tidak
ya,sebutkan: sosialisasi
lingkungan
Berpartisipasi dalam terapi?
pernah
Lain lain
Masalah Keperawatan :
o Perubahan penampilan peran
o Inefektif manajemen regimen terapi
4. MODE INTERDEPENDENSI
PERILAKU
Orang lain yang bermakna: anak pasien
Citra Tubuh
Konsistensi diri
Ideal Diri
Isolasi sosial
Risiko merusak diri / orang lain
Risiko kesendirian
Koping defensif
tidak
PARAMETER
Persepsi sensori
TEMUAN
1. Tidak
merasakan
atau respon
terhadap
stimulus
nyeri,
kesadaran
menurun
2. Gangguan
sensori pada
bagian
permukaan
tubuh atau
hanya berespon
pada stimuli
nyeri
3. Gangguan
sensori pada 1 atau
2 ekstremitas atau
berespon pada
perintah verbal tapi
tidak selalu mampu
mengatakan
ketidaknyamanan
SKOR
3
4. Tidak ada
gangguan
sensori,
berespon
penuh
terhadap
perintah
verbal.
4
Kelembapan
Aktivitas
1.. Selalu
2. Sangat
3. Kadang lembab
terpapar
lembab
oleh
keringat
atau urine
basah
1. Terbaring 2. Tidak bisa 3. Berjalan dengan
atau tanpa bantuan.
erjalan
ditempat
tidur
4. Kulit
kering
1
4. Dapat
berjalan
sekitar
Ruangan
2
Mobilitas
4. Dapat
merubah
posisi tanpa
bantuan
2
Nutrisi
Gesekan
1. Tidak
2. Jarang
3. Mampu
dapat
mampu
menghabiskan lebih
menghabisk menghabiskan
dari porsi
an 1/3 porsi
porsi
makannya
makannya, makanannya
sedikit
atau intake
minum, cairan kurang
puasa atau dari jumlah
minum air
optimum
4. Dapat
menghabi
s kan
porsi
Makanny
a, tidak
memerluk
an
suplement
15
TOTAL SKOR
Keterangan :
Resiko ringan jika skor 15-23
Resiko sedang jika skor 13-14
Resiko berat jika skor 10-12
Resiko sangat berat jika skor kurang dari 10
Penatalaksanaan
Tanggal
Nama
Golongan
Indikasi
Obat
10
September
2016
Ceftria
Efek
Kontra Indikasi
Samping
Antibiotik
xone
Infeksi
Lelah,
Alergi terhadap
mikroorganisme
sariawan
golongan
, nyeri
chephalosporin
Mengobati dan
mencega
tenggorokan
h infeksi yang
disebabkan
oleh bakteri
12
Ambro
OAT
September xol
2016
Obat batuk
Mual,
berdahak
muntah,
hipersensitif
nyeri ulu
terhadap
hati reaksi
komponen
alergi
ambroxol pada
Bronkospasme
seperti kulit
pasien ulkus
asma
merah
lambung dan
Mengobati radang
paru kronis
magh
10
Combi
K. Merah
Pengobatan
Berdebar,
Pada DM secara
September vent
bronkospasme dan
mual, sesak
insufiensi
2016
penyumbatan paru
terkontrol
kronis sedang-berat
10
Curcu
Obat
Membantu
September ma
bebas /
memelihara
2016
vitamin
kesehatan fungsi
hati, memperbaiki
nafsu makan dan
Lapar
Overdosis dan
keracunan
melancarkan buang
air besar
10
Amino
Resep
September phyline
Pusing,
Hipersensivitas
paru obstruktif
tremor,
terhadap
mual,
ethlendiamine
2016
kejang
8
Methyl
September prednis
2016
olone
Kortikoste
Abnormalitas
Lemas,
Infeksi jamur
roid
fungsi adreno
berkeringat,
sistemik dan
sulit tidur,
hipersensitivitas
kronik primer
nyeri ulu
hati, mual