Anda di halaman 1dari 2

Skeptisisme berarti keraguan seseorang akan sesuatu hal yang belum diketahui

kebenarannya atau suatu paham yang melihat suatu ajaran dengan rasa ragu. Saat ini
skeptisisme terjadi di kalangan masyarakat khususnya dibidang agama. Kita hidup di waktu
dimana skeptisme adalah benar, sebagai contoh pemikiran bahwa agama merupakan sesuatu
yang ketinggalan jaman adalah pemikiran yang umum. Pemikiran umum ini berkembang di
sekolah tinggi atau universitas dimana di berbagai bidang pendidikan seperti akutansi,
kedokteran dan lain sebagainya, siswa dimasuki oleh pemikiran-pemikiran dari bidang
antropologi, filosofi, psikologi dan lain sebagainya. Pemikiran tersebut-lah yang akhirnya
sedikit demi sedikit dan secara tidak langsung menjauhkan kita dari agama. Banyak orang
yang melanjutkan studinya untuk menambah pengetahuan dibidangnya pada umumnya
kebanyakan akan menjadi seseorang yang bersikap skeptis terhadap agama. Hal tersebut
terjadi karena mereka belajar tentang agama seolah-olah mereka belajar tentang benda mati
karena mereka sendiri kurang memahami kebenaran dari agama itu sendiri.
Dahulu masyarakat premodern baik yang beragama Islam, Hindu, Kristen, Jewish,
dan lain-lain, menempatkan Tuhan di tempat utama dan mereka memiliki keyakinan bahwa
Tuhan memiliki kekuatan yang lebih tinggi. Dan orang-orang yang mempelajari atau
mengetahui kekuatan yang dimiliki oleh Tuhan seperti dalam Islam adalah seorang ulama,
menduduki posisi-posisi terhormat atau dianggap mulia oleh masyarakat di sekitarnya. Jadi,
pelajaran tentang Tuhan merupakan pelajaran yang penting.
Masyarakat dahulu juga berfokus pada kehidupan setelah kematian, seperti pelajaran
tentang surga dan neraka. Dan yang terpenting adalah pelajaran tentang memperbaiki diri
sendiri secara moral maupun spiritual dengan membersihkan diri dari segala penyakit hati.
Hal ini perlu dilakukan karena di dalam diri kita terdapat jiwa yang harus dijaga secara
spiritual. Mayarakat dahulu lebih mengutamakan kehidupan mereka yaitu Tuhan, kehidupan
akhirat dan jiwa.
Semuanya bertolak belakang dengan kehidupan modern saat ini, seperti banyak
konflik gereja yang banyak bermunculan filosofi. Dari banyaknya filosofi ini mempunyai
beberapa kesamaan. Dengan banyaknya filosofi-filosofi tersebut selalu menekankan bahwa
tidak ada yang kita dapatkan setelah sekian lama kita mempelajri tentang Tuhan. Sedangkan
sekarang, kita mempunyai kesempatan untuk mempelajari alam semesta lebih jauh melalui
fisika, kimia, dan sebagainya.
Budaya pre-modern seakan berputar 360o. Masyarakat modern saat ini berasumsi
bahwa yang terpenting adalah mempelajari hal yang bersifat materi. Fenomena ini tidak
hanya terjadi di beberapa naegara saja, tetapi terjadi secara global di seluruh dunia. Yang
berikutnya adalah pemikiran tentang kehidupan akhirat atau kehidupan setelah kematian.
Masyarakat modern berpikir bagaimana untuk membuat dunia yang sekarang menjadi dunia
yang lebih baik sebagai tempat tinggal. Mereka melakukan pembangunan besar-besaran dan
masyarakat tampak kagum terhadap perkembangan dan pembangunan infrastruktur yang
begitu pesat. Pergeseran pola pikir yang ketiga adalah tentang jiwa. Masyarakat modern lebih
menekankan fokus pembelajaran terhadap tubuh. Mereka membuat berbagai macam
penemuan dan penelitian dalam bidang kesehatan. Mereka melupakan spiritualitas dan
menggantikannya dengan psikologi. Jika ada sesuatu yang salah dengan pikiran maka mereka
beranggapan bahwa ada ketidakseimbangan kimia dalam tubuh dan dapat diobati dengan
menggunakan obat-obatan.

Yang terakhir adalah masyarakat pre-modern mempunyai kepercayaan dan nilai-nilai


terhadap Tuhan/Allah. Mereka beranggapan bahwa nilai-nilai tersebut akan membuatnya
dalam lindungan Tuhan, membuat kehidupan akhirat untuk mereka menjadi lebih baik yang
menenangkan jiwa. Dan untuk mencapai itu semua, mereka melakukannya dengan cara
menghindari apa yang dilarang oleh Tuhan dan melaksanakan apa yang diwajibkan oleh
Tuhan. Tapi, ketika pemikiran ini berubah, tidak ada lagi kebutuhan keTuhanan. Menjadikan
umat manusia memiliki pemikiran yang menurutnya baik maka dilakukanlah dan apa yang
menurutnya buruk maka tidak dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai