Anda di halaman 1dari 16

Pewadahan, Pengumpulan dan

Pemindahan Sampah
May 29, 2012Limbahdiktat pengelolaan sampahjujubandung
Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di sumbernya baik
individual maupun komunal. Wadah sampah individual umumnya ditempatkan di muka
rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah komunal ditempatkan di tempat
terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi sehingga memudahkan dalam
pengangkutannya. Idealnya jenis wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dikelola
agar memudahkan dalam penanganan berikutnya, khususnya dalam upaya daur-ulang. Di
samping itu, dengan adanya wadah yang baik, maka:

Bau akibat pembusukan sampah yang juga menarik datangnya lalat, dapat diatasi.

Air hujan yang berpotensi menambah kadar air di sampah, dapat kendalikan

Pencampuran sampah yang tidak sejenis, dapat dihindari

Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem penanganan sampah, maka pewadahan
sampah dapat dibagi menjadi beberapa tingkat (level), yaitu:
1. Level-1 : wadah sampah yang menampung sampah langsung dari sumbernya. Pada
umumnya wadah sampah pertama ini diletakkan di tempat-tempat yang terlihat dan
mudah dicapai oleh pemakai, misalnya diletakkan di dapur, di ruang kerja, dsb.
Biasanya wadah samp ah jenis ini adalah tidak statis, tetapi mudah diangkat dan
dibawa ke wadah sampah level-2.
2. Level-2: bersifat sebagai pengumpul sementara, merupakan wadah yang menampung
sampah dari wadah level -1 maupun langsung dari sumbernya. Wadah sampah level-2
ini diletakkan di luar kantor, sekolah, rumah, atau tepi jalan atau dalam ruang yang
disediakan, seperti dalam apartemen bertingkat . Melihat perannya yang berfungsi
sebagai titik temu antara sumber sampah dan sistem pengumpul, maka guna
kemudahan dalam pemindahannya, wadah sampah ini seharusnya tidak bersifat
permanen, seperti yang diarahkan dalam SNI tentang pengelolaan sampah di
Indonesia. Namun pada kenyataannya di permukiman permanent, akan dijumpai
wadah sampah dalam bentuk bak sampah permanen di depan rumah, yang menambah
waktu operasi untuk pengosongannya.
3. Level-3: merupakan wadah sentral, biasanya bervolume besar yang akan menampung
sampah dari wadah level-2, bila sistem memang membutuhkan. Wadah sampah ini
sebaiknya terbuat dari konstruksi khusus dan ditempatkan sesuai dengan sistem
pengangkutan sampahnya. Mengingat bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
sampah tersebut, maka wadah sampah yang digunakan sebaiknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut : kuat dan tahan terhadap korosi, kedap air, tidak

mengeluarkan bau, tidak dapat dimasuki serangga dan binatang, serta kapasitasnya
sesuai dengan sampah yang akan ditampung.
Wadah sampah hendaknya mendorong terjadinya upaya daur-ulang, yaitu disesuaikan dengan
jenis sampah yang telah terpilah. Di negara maju adalah hal yang umum dijumpai wadah
sampah yang terdiri dari dari beragam jenis sesuai jenis sampahnya. Namun di Indonesia,
yang sampai saat ini masih belum berhasil menerapkan konsep pemilahan, maka paling tidak
hendaknya wadah tersebut menampung secara terpisah, misalnya:
1. Sampah organik, seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan, dengan
wadah warna gelap seperti hijau
2. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lain-lainnya, dengan wadah
warna terang seperti kuning
3. Sampah bahan berbahaya beracun dari rumah tangga dengan warna merah, dan
dianjurkan diberi lambang (label) khusus
Di Indonesia dikenal pola pewadahan sampah individual dan komunal. Wadah individual
adalah wadah yang hanya menerima sampah dari sebuah rumah, atau sebuah bangunan,
sedang wadah komunal memungkinkan sampah yang ditampung berasal dari beberapa rumah
atau dari beberapa bangunan. Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan
individual maupun komunal, dan sebaiknya disesuaikan dengan jenis sampah. Beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan:

Pada umumnya wadah sampah individual level-2 ditempatkan di tepi jalan atau di
muka fasilitas umum, dan wadah sampah komunal terletak di suatu tempat yang
tebuka, sehingga memudahkan para petugas untuk mengambilnya dengan cepat,
teratur, dan higienis.

Wadah sampah dari rumah sebaiknya diletakkan di halaman muka, dianjurkan tidak di
luar pagar, sedang wadah sampah hotel dan sejenisnya ditempatkan di halaman
belakang

Tidak mengambil lahan trotoar, kecuali bagi wadah sampah untuk pejalan kaki

Didesain secara indah, dan dijamin kebersihannya, khususnya bila terletak di jalan
protokol

Tidak mengganggu pemakai jalan atau sarana umum lainnya.

Mudah untuk pengoperasiannya, yaitu mudah dan cepat untuk dikosongkan.

Jarak antar wadah sampah untuk pejalan kaki minimal 100 m.

Mudah dijangkau oleh petugas sehingga waktu pengambilan dapat lebih cepat dan
singkat.

Aman dari gangguan binatang ataupun dari pemungut barang bekas, sehingga sampah
tidak dalam keadaan berserakan.

Tidak mudah rusak dan kedap air.

Penentuan ukuran volume biasanya berdasarkan jumlah penghuni tiap rumah/sumber,


timbulan sampah per pemakai, tingkat hidup masyarakat, frekuensi pengambilan atau
pengumpulan sampah dan cara pemindahan sampah, manual atau mekanik.
Berdasarkan pedoman dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, maka:
Pola pewadahan individual: diperuntukkan bagi daerah pemukiman berpenghasilan tinggi dan
daerah komersial. Bentuk yang dipakai tergantung selera dan kemampuan pengadaannya dari
pemiliknya, dengan kriteria:

Bentuk: kotak, silinder, kantung, kontainer.

Sifat: dapat diangkat, tertutup.

Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap air, panas
matahari, tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan.

Ukuran: 10-50 liter untuk pemukiman, toko kecil, 100-500 liter untuk kantor, toko
besar, hotel, rumah makan.

Pengadaan: pribadi, swadaya masyarakat, instansi pengelola.

Pola pewadahan komunal: diperuntukkan bagi daerah pemukiman sedang/kumuh, taman


kota, jalan, pasar. Bentuk ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat
penggunaannya adalah umum, dengan kriteria:

Bentuk: kotak, silinder, kontainer.

Sifat: tidak bersatu dengan tanah, dapat diangkat, tertutup.

Bahan: logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap air, panas
matahari, tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan.

Ukuran: 100-500 liter untuk pinggir jalan, taman kota, 1-10 m3 untuk pemukiman dan
pasar.

Pengadaan: pemilik, badan swasta (sekaligus sebagai usaha promosi hasil produksi),
instansi pengelola.

Pengumpulan Sampah
Jenis Pengumpulan sampah

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan dari
masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke (1) tempat pembuangan sementara atau ke
(2) pengolahan sampah skala kawasan, atau (3) langsung ke tempat pembuangan atau
pemerosesan akhir tanpa melalui proses pemindahan. Operasional pengumpulan dan
pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah hingga ke lokasi pemerosesan akhir atau ke
lokasi pembuangan akhir, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung (door to
door), atau secara tidak langsung (dengan menggunakan Transfer Depo/Container) sebagai
Tempat Penampungan Sementara (TPS), dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Secara Langsung (door to door): Pada sistem ini proses pengumpulan dan
pengangkutan sampah dilakukan bersamaan. Sampah dari tiap-tiap sumber akan
diambil, dikumpulkan dan langsung diangkut ke tempat pemrosesan, atau ke tempat
pembuangan akhir.
2. Secara Tidak Langsung (Communal): Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat
pemerosesan, atau ke tempat pembuangan akhir, sampah dari masing-masing sumber
akan dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul seperti dalam gerobak tangan (hand
cart) dan diangkut ke TPS. Dalam hal ini, TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi
pemrosesan skala kawasan guna mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke
pemerosesan akhir.
Pada sistem communal ini, sampah dari masing masing sumber akan dikumpulkan dahulu
dalam gerobak tangan (hand cart) atau yang sejenis dan diangkut ke TPS. Gerobak tangan
merupakan alat pengangkutan sampah sederhana yang paling sering dijumpai di kota-kota di
Indonesia, dan memiliki kriteria persyaratan sebagai berikut:

Mudah dalam loading dan unloading

Memiliki konstruksi yang ringan dan sesuai dengan kondisi jalan yang ditempuh
Sebaiknya mempunyai tutup
Jenis Pewadahan dan Sumber Sampahnya

Pola dan Karakteristik Pewadahan Sampah

Contoh Wadah dan Penggunaannya

Bagan Proses Pengumpulan dan Pengangkutan secara Langsung

Bagan Proses Pengumpulan dan Pengangkutan secara Tidak Langsung


Tempat penampungan sementara merupakan suatu bangunan atau tempat yang digunakan
untuk memindahkan sampah dari gerobak tangan (hand cart)ke landasan, kontainer atau
langsung ke truk pengangkut sampah. Tempat penampungan sementara ini berupa:
Transfer Station I / Transfer Depo, biasanya terdiri dari:

Bangunan untuk ruangan kantor.

Bangunan tempat penampungan/pemuatan sampah.

Pelataran parkir.

Tempat penyimpanan peralatan.

Untuk suatu lokasi Transfer Depo, atau di Indonesia dikenal sebagai Tempat Penampungan
Sementara (TPS) seperti di atas diperlukan areal tanah minimal seluas 200 m 2. Bila lokasi ini
berfungsi juga sebagai tempat pemerosesan sampah skala kawasan, maka dibutuhkan
tambahan luas lahan sesuai aktivitas yang akan dijalankan.
Kontener besar (steel Container) volume 6 10 m3:
Diletakkan di pinggir jalan dan tidak mengganggu lalu lintas. Dibutuhkan landasan permanen
sekitar 25-50 m2untuk meletakkan kontainer. Di banyak tempat di kota-kota Indonesia,
landasan ini tidak disediakan, dan kontainer diletakkan begitu saja di lahan tersedia.
Penempatan sarana ini juga bermasalah karena sulit untuk memperoleh lahan, dan belum
tentu masyarakat yang tempat tinggalnya dekat dengan sarana ini bersedia menerima.
Bak komunal yang dibangun permanen dan terletak di pinggir jalan:

Hal yang harus diperhatikan adalah waktu pengumpulan dan frekuensi pengumpulan.
Sebaiknya waktu pengumpulan sampah adalah saat dimana aktivitas masyarakat tidak begitu
padat, misalnya pagi hingga siang hari. Frekuensi pengumpulan sampah menentukan
banyaknya sampah yang dapat dikumpulkan dan diangkut perhari. Semakin besar frekuensi
pengumpulan sampah, semakin banyak volume sampah yang dikumpulkan per service per
kapita. Bila sistem pengumpulan telah memasukkan upaya daur- ulang, maka frekuensi
pengumpulan sampah dapat diatur sesuai dengan jenis sampah yang akan dikumpulkan.
Dalam hal ini sampah kering dapat dikumpulkan lebih jarang.
Untuk menjaga kebersihan dan keindahan jalan-jalan, maka perlu diatur kegiatan penyapuan
jalan. Pada umumnya, sampah hasil penyapuan jalan berupa daun-daunan kering,
dahan/ranting dan debu jalan. Penyapuan jalan sebaiknya dilakukan secara simultan oleh juru
sapu, yaitu menyapu sampah di jalan, mengumpulkannya dalam wadah serta mengangkutnya
ke tempat penampungan sementara dengan menggunakan gerobak tangan. Untuk
memudahkan pengawasan dan untuk menjaga kebersihan kawasan, penyapuan jalan
dilakukan dengan pembagian kelompok kerja (shift).
Pola Pengumpulan Sampah
Bersama dengan kegiatan pewadahan, maka pengumpulan sampah merupakan kegiatan awal
dalam rangkaian pengelolaan sampah. Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian
adalah:

Pengumpulan sampah harus memperhatikan:


o Keseimbangan pembebanan tugas.
o Optimasi penggunaan alat, waktu, dan petugas.
o Minimasi jarak operasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengumpulan sampah:


o Jumlah sampah terangkut.
o Jumlah penduduk.
o Luas daerah operasi.
o Kepadatan penduduk dan tingkat penyebaran rumah.
o Panjang dan lebar jalan.
o Kondisi sarana penghubung (jalan, gang).
o Jarak titik pengumpulan dengan lokasi.

Jenis/pola pengumpulan sampah dapat dibagi menjadi:

o Individual langsung.
o Individual tidak langsung.
o Komunal langsung.
o Komunal tidak langsung.
o Penyapuan jalan dan taman.
Pola pengumpulan sampah terdiri atas:
Pola individual langsung oleh truk pengangkut menuju ke pemrosesan:

Bila kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 5%), hanya alat pengumpul mesin
yang dapat beroperasi, sedang alat pengumpul non-mesin akan sulit beroperasi.

Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.

Kondisi dan jumlah alat memadai.

Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari.

Biasanya daerah layanan adalah pertokoan, kawasan pemukiman yang tersusun rapi,
daerah elite, dan jalan protokol.

Layanan dapat pula diterapkan pada daerah gang. Petugas pengangkut tidak masuk ke
gang, hanya akan memberi tanda bila sarana pengangkut ini datang, misal dengan
bunyi-bunyian.

Pola individual tidak langsung, dengan menggunakan pengumpul sejenis gerobak sampah,
dapat diterapkan bila:

Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia. Lahan ini dapat difungsikan sebagai tempat
pemerosesan sampah skala kawasan

Kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%), dapat digunakan alat pengumpul nonmesin (gerobak, becak).

Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.

Lebar jalan atau gang cukup lebar untuk dapat dilalui alat pengumpul tanpa
mengganggu pemakai jalan lainnya.

Terdapat organisasi pengelola pengumpulan sampah, dengan sistem pengendaliannya.

Pola komunal langsung oleh truk pengangkut dilakukan, bila :

Alat angkut terbatas

Kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah.

Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual (kondisi daerah


berbukit, gang/jalan sempit).

Peran serta masyarakat tinggi.

Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah
dijangkau oleh alat pengangkut (truk).

Pemukiman tidak teratur.

Pola komunal tidak langsung, dengan persyaratan sebagai berikut :

Peran serta masyarakat tinggi.

Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah
dijangkau alat pengumpul.

Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia. Lahan ini dapat difungsikan sebagai tempat
pemerosesan sampah skala kawasan

Bagi kondisi topografi yang relatif datar (rata-rata < 5%), dapat digunakan alat
pengumpul non mesin (gerobak, becak) dan bagi kondisi topografi > 5% dapat
digunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil beroda dan karung.

Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan
lainnya.

Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah.

Pola penyapuan jalan, dengan persyaratan sebagai berikut :

Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan
(diperkeras, tanah, lapangan rumput, dan lain-lain).

Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada fungsi dan
nilai daerah yang dilayani.

Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan untuk


kemudian diangkut ke pemrosesan akhir.

Pengendalian personel dan peralatan harus baik.

Perencanaan operasional pengumpulan harus memperhatikan:

Ritasi antara 1 4 rit per hari.

Periodisasi: untuk sampah mudah membusuk maksimal 3 hari sekali namun sebaiknya
setiap hari, tergantung dari kapasitas kerja, desain peralatan, kualitas kerja, serta
kondisi komposisi sampah. Semakin besar persentase sampah organik, periodisasi
pelayanan semakin sering. Untuk sampah kering, periode pengumpulannya dapat
dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali. Sedang sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan
yang berlaku.

Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap.

Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan perlu dipindahkan secara periodik.

Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah terangkut,


jarak tempuh, kondisi daerah, dan jenis sampah yang akan diangkut.

Beberapa Kriteria yang Berlaku di Indonesia


Berdasarkan pedoman dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, maka:

Kriteria alat pengumpul (ukuran/ kapasitas, jenis):


o Sesuai dengan kondisi jalan.
o Bila tidak bermesin disesuaikan dengan kapasitas tenaga kerja maksimal yaitu
1,5 m3, dan hanya untuk daerah datar.
o Bermesin untuk daerah yang berbukit.

Frekuensi pengumpulan ditentukan menurut lokasi pelayanan/ pemukiman,pasar, dan


lain-lain, pada umumnya 2-4 kali sehari.

Jadwal pengumpulan adalah di saat tidak mengganggu aktivitas masyarakat terpadat,


sebelum jam 7.00, jam 10.0015.00, atau sesudah jam 17.00.

Periodisasi pengumpulan 1 hari, 2 hari, atau maksimal 3 hari sekali, tergantung dari
beberapa kondisi seperti:
o Komposisi sampah (semakin besar persentase organiknya, semakin kecil
periodisasi pelayanan, contoh: untuk pasar 0,5-1 hari, tetapi perkantoran 3
hari).
o Kapasitas kerja.
o Desain peralatannya.
o Kualitas pelayanan yang diinginkan.

Pengumpulan secara terpisah


o Pemisahan dengan warna gerobak, misalnya sampah organik warna hijau.
o Diatur dengan jadwal dan periode pengumpulan.
o Himbauan bahwa sampah non organik hanya dikeluarkan pada hari tertentu
(misalnya setiap hari sabtu).
o Gerobak dengan 2 kontainer terpisah.
o Pengumpulan sampah organik dilaksanakan 1-2 hari sekali, sampah non
organik dilaksanakan 4-8 hari sekali.

Pengumpulan langsung
o Pengumpulan langsung dilakukan di daerah pemukiman teratur dengan lebar
jalan memadai untuk dilalui truk.
o Pengumpulan langsung menggunakan truk dengan kapasitas 6-10 m3.
o Pengumpulan langsung mengumpulkan sampah dari wadah sampah individual
atau wadah sampah komunal dengan kapasitas 120-500 liter.
o Untuk meningkatkan efisiensi pengumpulan, truk dapat dilengkapi dengan alat
pengangkat wadah sampah otomatis (lifting unit ).
o Dilaksanakan untuk titik komunal, dan daerah protokol, serta sumber sampah
besar, seperti: pasar, pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, rumah susun,
hotel, dan restoran besar, serta sumber sampah > 1 m3.

Rasio tenaga pengumpulan terhadap jumlah penduduk/volume sampah


o Pengumpulan dengan menggunakan gerobak, 2 petugas dengan 1 gerobak
kapasitas 1 m3, satu hari 2 trip, melayani 1000 penduduk untuk radius
pelayanan tidak lebih dari 1000 meter.
o Pengumpulan langsung dengan menggunakan truk kapasitas 6 m3, 1 truk
dengan crew 2 orang dengan wadah sampah berupa tong atau kontainer
maksimum 120 liter dapat melayani 10.000 penduduk.

Penyapuan/ Kebersihan jalan merupakan tanggung jawab pemilik atau pengguna


persil, termasuk saluran air hujan, tidak terkecuali perkantoran (pemerintah/non
pemerintah), bangunan besar, rumah sakit, pusat ibadah, dan sebagainya.

Klasifikasi jalan menurut kerawanan sampah.


o Jalan pusat kota area perbelanjaan.

o Jalan di area pasar, jalan utama pusat kota.


o Jalan pinggir kota pusat perbelanjaan. Jalan kolektor pusat kota.
o Jalan pemukiman pendapatan rendah.
o Jalan pemukiman pendapatan tinggi.

Rasio kebutuhan personil penyapuan/panjang jalan = 1 orang petugas untuk 1 km


jalan
Klasifikasi Jalan Menurut Frekuensi Penyapuan

Pemindahan Sampah
Pemindahan sampah merupakan tahapan untuk memindahkan sampah hasil pengumpulan ke
dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pemrosesan atau ke pembuangan akhir.
Lokasi pemindahan sampah hendaknya memudahkan bagi sarana pengumpul dan pengangkut
sampah untuk masuk dan keluar dari lokasi pemindahan, dan tidak jauh dari sumber sampah.
Pemerosesan sampah atau pemilahan sampah dapat dilakuykan di lokasi ini, sehingga sarana
ini dapat berfungsi sebagai lokasi pemerosesan tingkat kawasan. Pemindahan sampah
dilakukan oleh petugas kebersihan, yang dapat dilakukan secara manual atau mekanik, atau
kombinasi misalnya pengisian kontainer dilakukan secara manual oleh petugas pengumpul,
sedangkan pengangkutan kontainer ke atas truk dilakukan secara mekanis (load haul).
Berdasarkan pedoman dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, maka:

Kriteria Titik Komunal untuk lokasi pengumpulan (1m3, 6m3, 10m3)


o Dikosongkan setiap hari minimal dengan frekuensi 1 kali.
o Untuk memaksimalkan kebersihan lokasi transfer, perlu ada penjadwalan
pengisian dan pengosongan.
o Mudah dijangkau, tidak mengganggu arus lalu lintas, atau kenyamanan
pejalan kaki.

o Terisolasi, tetap bersih.


o Pembongkaran titik pemindahan sebaiknya memperhatikan kaidah isolasi
pencemaran dan diatur jadwalnya yang tidak mengganggu kenyamanan dan
kesehatan masyarakat pemakai jalan dan sekitarnya

Kriteria tipe tempat penampungan sementara (tipe landasan kontainer, tipe transfer
dipo):
o Pelataran berdinding: Ukuran panjang dan lebar dibuat sedemikian rupa
sehingga memudahkan keluar masuk dan pemuatan truk. Bila pemuatan tidak
langsung dilakukan dari gerobak maka harus tersedia tempat khusus
penimbunan sampah sementara. Dinding dibuat cukup tinggi sehingga dapat
berfungsi sebagai isolator terhadap daerah sekitarnya. Isolasi bertujuan
menghilangkan kesan kotor dari kerja pemindahan.
o Kontainer muat-hela: Berupa kontainer yang umumnya bervolume 8-10 m3.
Gerobak langsung menumpahkan muatannya ke dalam kontainer ini. Setelah
penuh maka kontainer ini akan dibawa ke lokasi pembuangan akhir. Metode
ini membutuhkan biaya modal yang cukup besar karena dibutuhkan truk
dengan tipe khusus (load hauled truck).

Pengumpulan Sampah di Negara Maju


Terminologi pengumpulan (collection) sampah di negara maju adalah mengumpulkan
sampah dari beragam sumber sampah, kemudian membawanya ke tempat pemindahan atau
ke tempat pemerosesan. Dibedakan antara sistem pengelolaan untuk:
1. Sampah tidak dipilah (commingled wastes )
2. Sampah dipilah
Berdasarkan jenis permukiman yang biasa digunakan, maka pengumpulan sampah juga
mempertimbangkan jenis bangunan yang akan dilayani, yaitu:
1. Rumah tinggal yang tidak bertingkat
2. Apartemen sampai tingkat menengah (sampai 7 tingkat)
3. Apartemen bertingkat tinggal lebih dari 7 tingkat
Tipe Pemindahan (Transfer)

Sampah yang berasal dari masing-masing penghuni rumah tinggal biasa sampai rumah
tinggal berbentuk apartemen tingkat menengah, biasanya dibawa sendiri oleh penghuni ke
kontainer yang lebih besar di lantai dasar. Sedang bila berbentuk apartemen tinggi, maka
mekanisme transfer sampah ke kontainer pengumpul di btingkat dasar dapat berupa:

Sampah dikumpulkan di tiap tingkat, lalu kontainer berisi sampah dari tiap tingkat
dibawa ke kontainer pengumpul di lantai dasar.

Sampah, biasanya telah terbungkus plastik, dijatuhkan melalui sistem yang berada
disetiap tingkat, menuju kontainer pengumpul di lantai dasar

Sistem pelayanan yang sering dijumpai, khususnya bila sampah berasal dari
apartemen bertingkat,, adalah secara langsung-individual (door-to-door), yang dikenal
sebagai sistem curb. Dengan cara ini, penghuni atau penanggung jawab apartemen
membawa wadah sampah yang penuh ke pinggir jalan di depan apartemen atau
rumahnya, dan membawa kembali ke halaman apartemen atau rumahnya bila telah
diambil sampahnya oleh petugas. Untuk itu perlu kepastian dan kejelasan jadwal
pengumpulan. Sistem pemindahan dari kontainer ke truk pengumpul sebaiknya
mekanis, sehingga tumpahan sampah dapat dihindari. Bila bersifat mekanis, maka
kontainer di setiap rumah harus standar. Terdapat variasi pelayanan yang mirip
dengan sistem komunal yang biasa diterapkan di Indonesia. Dalam kompleks
apartemen yang luas, yang terdiri dari beberapa apartemen tingkat tinggi, sampah dari
masing-masing apartemen disalurkan melalui sistem pneumatis menuju ke tempat
penampungan komunal, atau menuju tempat pemerosesan komunal.

Bila pengelolaan sampah di daerah tersebut telah mengenal sistem pemilahan berdasarkan
jenis sampahnya, maka tata-cara pengumpulan yang sering dijumpai adalah:

Pengumpulan sampah dilakukan dengan dengan sistem curb, dengan menggunakan


kendaraan pengumpul yang berbeda, atau kendaraan yang sama tetapi dengan jadwal
pengumpulan yang berbeda

Pengumpulan sampah terdaur-ulang, biasanya sampah kering, dengan sistem curb,


dan pengumpulan sampahnya dilakukan oleh organisasi kemanusiaan yang khusus
mengumpulkan bahan -bahan tidak terpakai seperti baju bekas, kertas bekas, dsb.

Barang-barang yang tidak terpakai lagi, seperti kasur, mebel, TV, kulkas, limbah B3,
dsb dibawa secara sendiri oleh penghasil ke lokasi penampungan sementara, dan
dimasukkan sendiri ke masing-masing kontainer terpisah atau ruangan khusus bila
limbah berbahaya, yang telah tersedia di lokasi tersebut. Seseorang yang berminat
dengan barang bekas tersebut secara gratis dapat mengambilnya untuk digunakan
kembali. Barang-barang tersebut sesuai jadwal yang ditentukan kemudian diangkut ke
tempat pemerosesan lebih lanjut sesuai jenisnya oleh pengelola sampah kota.

Sumber:
Diktat Pengelolaan Sampah TL-3104 (2008)
Enri Damanhuri Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB

Anda mungkin juga menyukai