Anda di halaman 1dari 3

Baik, untuk yang terakhir.

Silahkan, pak guru di depan sana mempersilahkan Dan


untuk memperkenalkan dirinya. Entah siapa nama guru tersebut.
Tanpa meninggalkan bangkunya, Dan berdiri dan memperkenalkan dirinya, Namaku
Alam Dan, tanggal lahir 29 Februari 2148, tempat tinggal di no. 001, blok F, pulau Baru. Hobi
melihat film dan bermain game. Sekian, salam kenal dan mohon kerjasamanya. Dan duduk
kembali, tidak menghiraukan sekelilingnya.
Orang-orang disekitarnya memperhatikan sambil berbisik-bisik. Hoi-hoi, apa dia serius?
Dia tidak produktif, kata seseorang. ...ssst, jangan keras-keras. Hobi macam apa itu? Ini
jaman apa? Apakah dia yakin? seluruh kelas menjadi ramai. Berdengungan kata-kata mengejek
dan kritikan di sana-sini. Dan hanya terdiam, ketenangannya sungguh luar biasa. Orang ini acuh,
kemungkinan beberapa orang akan memberi cap seperti itu. Lagaknya sok dan sombong,
ketidaksukaan manusia kepada sikapnya akan memberi pikiran seperti itu. Semakin parah,
bahkan ada yang menyebutnya tidak berguna, sia-sia, tidak diperlukan, dan umpatan lainnya.
Pikiran Dan hanya simpel dan enteng sebenarnya, Apa yang harus aku lakukan jika
seperti ini? Pertanyaan tersebut selalu melayang di kepalanya. Memutari setiap sudut otaknya,
hipotalamus? Ah, bahkan untuk menghafalkan nama-nama aneh seperti itu dianggap Dan sebagai
kesia-siaan yang sebenarnya. Aku? Berfikir? Beradaptasi? Sama atau berbeda? Pertanyaanpertanyaan ini kemudian memecahkan masalahnya setiap hari. Munculah jawaban yang selalu
dipakainya menghadapi tatapan orang-orang, yaitu tetap tenang. Jawaban ini mungkin terlalu
diandalkannya hingga mengubah raut wajahnya tanpa ekspresi. Kemudian malah memunculkan
masalah baru yang tidak terpikirkan. Semua orang menjauhinya, Dan menjadi sosok individual
di eranya.
Aku pulang, katanya sambil masuk ke rumahnya. Kalimat yang tidak pernah dijawab
oleh siapapun. Rumahnya tidak besar dan hanya terdiri dari tiga lantai. Basemen, lantai utama,
dan loteng tempat kamarnya berada. Dan berjalan langsung menuju kamarnya. Memanjat tangga
kecil lalu sampailah ia di istana pribadinya. Kamarnya bisa dibilang bersih dan rapi daripada
kamar-kamar remaja seumurannya. Barang-barangnya sedikit, tidak ada barang khusus untuk
pekerjaan atau eksperimen, inilah sebabnya kamarnya terlihat bersih dan rapi.
Hmm, kurasa aku perlu menata ulang kamar ini, Dan bergumam, menjadi sok
perspektif. Dia mengarahkan kedua tangannya lurus ke depan lalu menggunakan telunjuk dan
jempolnya menjadi kotak bidang pandang. Matanya menyipit sebelah, memungkinkan dirinya

untuk memfokuskan diri. Puas dengan konsep yang ada dalam pikirannya, Dan mulai menata
ulang kamarnya.
Baiklah, selesai, ucapnya setelah 30 detik. Proses pemidahan kasur telah selesai.
Kamarnya serasa baru dan lebih longgar dari sebelumnya. Selayaknya orang yang habis bekerja
keras, dia merentangkan tangannya ke atas. Menarik otot-ototnya untuk melemaskannya. Rasa
lelah pun hilang dalam sekejap. Ia menjadi sosok Dan yang seperti biasanya, tetap dalam mode
tanpa ekspresi.
Sejenak ia memeriksa kembali setiap bagian kamarnya. Satu kasur tanpa keranjang, satu
almari pakaian, satu meja dengan penayang disana. Dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tidak ada yang kurang ataupun lebih. Saat berbalik untuk menuju pintu, pandangan Dan
menangkap bayang-bayang perempuan di tempat mula-mula kasurnya berada. Hantu ya?
reponnya datar. Akhirnya ia membalikkan badannya lagi untuk memastikan. Bayang-bayang itu
masih ada di sana. Oh, bukan. Itu adalah sebuah hologram yang terpancar dari sebuah papan
tipis di lantai.
Dan mendekatinya lalu duduk disebelahnya sambil mengamati. Ia tidak merasa mengenal
bayangan yang ditampilkan. Anak perempuan yang digambarkan hanya diam. Dan mengulurkan
tangannya, menyentuhnya, memastikan bahwa itu adalah hologram.
Ini bukan hologram, Dan tersentak dan menarik tangannya. Rasa penasaran dan curiga
melintas dibenaknya, Mungkinkah ini tinggalan Kakak? Eksperimennya saat masih di sini kalau
tidak salah berhubungan dengan hal semacam ini? Beberapa detik selanjutnya digunakan Dan
untuk mengamati papan pipih seukuran buku tulis yang memancarkan bayangan itu. Janganjangan anak ini pacarnya Kakak? Dia lolicon? Dan kembali menatap bayangan itu. Mana
tombol on/off-nya? lanjutnya mengamati lalu mencoba untuk menyentuh papan itu.
Saat disentuhnya, bayangan yang ditampilkan tadi menghilang tanpa suara. Heh?
Rusak? Dan terkejut. Dia menggenggam papan itu lalu mencoba untuk menggoyanggoyangkannya. Berharap bayangan tadi muncul kembali. Sialnya, harapan itu tidak terwujud.
Dan beranggapan kemungkinan sumber daya papan tersebut habis. Ia tidak tahu harus mengisi
dengan cara apa. Tampaknya tidak ada lubang untuk charger ataupun panel surya pada papan
tersebut. Aneh, dari ukurannya yang kecil, tidak mungkin juga jika papan ini butuh reaktan
nuklir. Merasa tidak mendapat ide, Dan memutuskan untuk menangguhkan hal ini. Ia meletakkan

papan itu di meja lalu pergi meninggalkan loteng. Perutnya telah memberi kode keras untuknya.
Seperti biasanya, untuk makan malam ia akan mencari di luar.
Lampu indikator merah dari papan yang Dan letakkan berkedap-kedip. Benda ini masih
hidup dan Dan tidak menyadari hal ini. Semakin lama frekuensi kedipannya semakin cepat.
Papan bergetar layaknya handphone jaman 2000-an. Getaran itu membuatnya terjatuh ke lantai
loteng. Tiada akhir, tidak berhenti, malah semakin menjadi-jadi, papan lalu melayang di udara
sekitar 10 cm dari lantai. Berotasi hingga membuatnya berdesing lalu muncul cahaya dari
permukaan atas. Cahayanya putih dan perlahan semakin besar intensitasnya. Hal ini membuat
seluruh ruangan menjadi tampak kaku dan kosong. Dalam sekejap cahaya itu hilang dan tanpa
memakan waktu yang lama papan itu jatuh tertarik oleh gravitasi bumi. Posisi papan telah stabil
kemudian bersamaan dengan bunyi do rendah, munculah lingkaran hitam yang tegak tepat di atas
papan tadi.
Page|1: Dan-prolog

Anda mungkin juga menyukai