Anda di halaman 1dari 15

BAB VI

PERENCANAAN TPA
6.1

Sistem Pengolahan Lahan Padat di TPA


Pembuangan sampah ke area landfillmempunyai beberapa tipe sistem

pengolahan sampah yaitu:


6.1.1

Open Dumping
Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan

sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan


terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Akan
tetapi masih ada Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan
sumber daya (manusia, dana, dll). Cara ini tidak direkomendasikan

lagi

mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan lingkungan yang dapat


ditmbulkannya seperti :

Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll.


Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan.
Polusi udara akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul.
Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor

6.1.2

Controlled Landfill
Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara

periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk
mengurangi

potensi

gangguan

lingkungan

yang

ditimbulkan.

Dalam

operasionalnya juga dilakukan perataan lahan dan pemadatan sampah untuk


meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.
Metode controlled landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang dan kecil.
Untuk dapat melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas,
diantaranya :

Saluran drainase untuk mengendalikan air hujan


Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan
Pos pengendalian operasional
Fasilitas pengendalian gas metan

Alat berat

6.1.2

Sanitary Landfill
Meode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional

dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potesi gangguan yang
timbul dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana
dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini
baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan. Berdasarkan peletakkan
sampah dibedakan menjadi :

Mengupas lahan secara bertahap


Pengupasan membentuk parit-parit tempat penimbunan sampah dikenal
sebagai metode trench. Metode ini digunakan pada area yang memiliki muka
air tanah yang dalam. Area yang digunakan digali dan dilapisi dengan bahan
yang biasanya terbuat dari membran sintesis, tanah liat dengan pemeabilitas
yang rendah (low permeability clay), atau kombinasi keduanya, untuk
membatasi pergerakan leachate dan gasnya.

Menimbun sampah di atas lahan


Untuk daerah yang datar, dengan muka air tanah tinggi dilakukan dengan cara
menimbun sampah di atas lahan. Cara ini dikenal sebagai metode rea. Sampah
dibuang menyebar memanjang pada permukaan tanah, dan tiap lapis dalam
proses pengisian (biasanya per 1 hari), lapisan dipadatkan, dan ditutup dengan
material penutup setebal 15-30 cm. Luas area penyebaran bervariasi
tergantung pada volume timbulan sampah dan luas lahan yang tersedia.

6.1.3

Improved Santitary Landfill


Improved Santitary Landfill merupak pengembangan dari sistem sanitary

landfill, dilengkapi dengan instalasi perpipaan sehingga air sampah atau Leachate
dapat dialirkan dan ditampung untuk diolah sehingga tidak mencemari
lingkungan, bila air sampah yang telah diolah tersebut akan dibuang keperairan
umum, maka harus memenuhi peraturan yang telah ditentukan oleh Pemerintah
RI. Mengenai buangan air limbah pada Improved Sanitary Landfill juga

dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan Gas yang dihasilkan oleh proses


dekomposisi sampah di landfill.
1.1 Perencanaan Sistem Pengolahan Limbah Padat di TPA Kecamatan
Pontianak Selatan
1.2 Analisis Kapasitas dan Ketersediaan Lahan TPA
Kebutuhan luas lahan di TPA bergantung pada jumlah timbulan limbah
padat yang masuk dan tinggi sel yang direncanakan. Perhitungan awal kebutuhan
lahan TPA per tahun dihitung dengan persamaan:
V 360
L=
0,70 1,15 .............................................................................(6.1.)
T
dimana: L = Luas lahan yang dibutuhkan setiap tahun (m2)
V = Volume limbah padat yang telah dikompaksi (m3/hari)
V = AE, dimana
A = Volume sampah yang akan dibuang (m3/hari)
E = Faktor kompaksi (kg/m3), rata-rata 600 kg/m3
T = Ketinggian timbunan yang direncanakan (m)
Sedangkan kebutuhan luas lahan TPA dihitung dengan persamaan:
H=L I J .................................................................................................(6.2.)
dimana: H
L
I
J

= Luas total lahan (m2)


= Luas lahan setahun
= Umur lahan (Tahun)
= Ratio luas lahantotal dengan luas lahan efektif (1,2)
Tabel 6.1 Total Volume Sampah yang Tereduksi :

No

Tahun

Total Volume
Sampah
(m3/hari)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027

415,78
417,44
419,11
420,78
422,44
424,11
425,77
427,44
429,10
430,77
432,44

Reduksi
Sumber 10%
(M3/hari)
41,58
41,74
41,91
42,08
42,24
42,41
42,58
42,74
42,91
43,08
43,24

Volume
Sampah
Tereduksi
(m3/hari)
374,20
375,70
377,20
378,70
380,20
381,70
383,19
384,69
386,19
387,69
389,19

12
13
14
15
16
17
18
19
20

2028
2029
2030
2031
2033
2034
2035
2036
2037
Total
Rata-rata

434,28
435,65
437,31
438,98
440,64
442,31
443,98
441,34
443,00
8622,67
431,13

43,43
43,56
43,73
43,90
44,06
44,23
44,40
44,13
44,30
862,27
43,11

390,85
392,08
393,58
395,08
396,58
398,08
399,58
397,21
398,70
7760,40
388,02

Hasil analisis
Dari tabel diatas diketehaui jumlah timbunan sampah sebelum
dilakukan reduksi pada tahun 2037 sebesar 443,00 m3/hari setelah dilakukan
reduksi sebesar 10% sampah berkurang menjadi 398,70 m 3/hari. Timbulan
sampah Kecamatan Pontianak Selatan dilakukan reduksi dari sumber sebesar 10%
agar dapat mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPST. Berikut merupakan
salah satu contoh perhitungan reduksi sumber dan volume sampah tereduksi pada
tahun 2037 :
Reduksi Sumber

Total volume sampah


0,1

443,00
0,1

= 44,30 m3/hari
Volume Sampah Tereduksi
= Total volume sampah Reduksi sumber
= 443,00 44,30
= 398,70 m3/hari
Setelah dilakukan reduksi pada sumber selanjutnya dilakukan reduksi kembali di
TPST, volume sampah hasil reduksi dari sumber diambil 50% untuk dilakukan
proses reduksi di TPST. Komposisi sampah organik direduksi sebesar 76,30% dan
komposisi anorganik sebesar 23,70%. Reduksi sampah organik dilakukan dengan
kompos sebesar 80% sehingga sisa residunya sebesar 20%, sedangkan anorganik
dilakukan reduksi dengan mendaur ulang sampah sebesar 55% sehingga sisa
reduksinya sebesar 45%. Berikut merupakan tabel reduksi sampah di TPST pada
Kecamatan Pontianak Selatan.
Tabel 6.2 Reduksi sampah di TPST Kecamatan Pontiank Selatan

N
o

Tahun

Volume
Sampah
(m3/hari
)

2017

374,20

2018

375,70

2019

377,20

2020

378,70

2021

380,20

2022

381,70

2023

383,19

2024

384,69

2025

386,19

10

2026

387,69

11

2027

389,19

12

2028

390,85

13

2029

392,08

14

2030

393,58

15

2031

395,08

16

2033

396,58

17

2034

398,08

18

2035

399,58

19

2036

397,21

20

2037

398,70

Total

7760,40

Rata-rata

388,02

volume sampah di TPST (m3/hari)

Organik (m3/hari)

Total
50%
187,1
0
187,8
5
188,6
0
189,3
5
190,1
0
190,8
5
191,6
0
192,3
5
193,1
0
193,8
5
194,6
0
195,4
3
196,0
4
196,7
9
197,5
4
198,2
9
199,0
4
199,7
9
198,6
0
199,3
5
3880,
20
194,0
1

Ano

Organik
76,30%

Anorganik
23,70%

Kompos
80%

Residu
20%

Dau
5

142,76

44,40

114,21

28,55

143,33

44,58

114,66

28,67

143,90

44,75

115,12

28,78

144,47

44,93

115,58

28,89

145,04

45,11

116,04

29,01

145,62

45,29

116,49

29,12

146,19

45,47

116,95

29,24

146,76

45,64

117,41

29,35

147,33

45,82

117,87

29,47

147,90

46,00

118,32

29,58

148,48

46,18

118,78

29,70

149,11

46,37

119,29

29,82

149,58

46,52

119,66

29,92

150,15

46,70

120,12

30,03

150,72

46,88

120,58

30,14

151,30

47,05

121,04

30,26

151,87

47,23

121,49

30,37

152,44

47,41

121,95

30,49

151,53

47,13

121,23

30,31

152,11

47,31

121,68

30,42

2960,59

920,77

2368,47

592,12

50

148,03

46,04

118,42

29,61

Tabel 6.3
Volume Sampah
(m3/hari)
No

Luas (m3)

Tahun
Tanpa
Reduksi

Reduksi

Tanpa
Reduksi

2017

415,78

160,79

3909,31

2018

417,44

161,44

3924,97

2019

419,11

162,08

3940,63

2020

420,78

162,72

3956,30

2021

422,44

163,37

3971,96

2022

424,11

164,01

3987,62

2023

425,77

164,66

4003,28

2024

427,44

165,30

4018,95

2025

429,10

165,94

4034,60

10

2026

430,77

166,59

4050,27

11

2027

432,44

167,23

4065,93

12

2028

434,28

167,95

4083,29

13

2029

435,65

168,47

4096,12

14

2030

437,31

169,12

4111,79

15

2031

438,98

169,76

4127,45

16

2033

440,64

170,41

4143,11

17

2034

442,31

171,05

4158,77

18

2035

443,98

171,70

4174,44

Reduks
i
1511,8
2
1517,8
8
1523,9
3
1529,9
9
1536,0
5
1542,1
1
1548,1
6
1554,2
2
1560,2
8
1566,3
3
1572,3
9
1579,1
0
1584,0
7
1590,1
2
1596,1
8
1602,2
4
1608,2
9
1614,3

Luas
(ha)
Tanpa
Reduk
si

Total
Reduk
si

0,39

0,15

0,39

0,15

0,39

0,15

0,40

0,15

0,40

0,15

0,40

0,15

0,40

0,15

0,40

0,16

0,40

0,16

0,41

0,16

0,41

0,16

0,41

0,16

0,41

0,16

0,41

0,16

0,41

0,16

0,41

0,16

0,42

0,16

0,42

0,16

19

2036

441,34

170,68

4149,65

20

2037

443,00

171,32

4165,31

Total

8622,67

3334,59

81073,75

Rata-rata

821,21

317,58

7721,31

5
1604,7
7
1610,8
2
31353,
10
2986,0
1

0,41

0,16

0,42

0,16

8,11

3,14

0,77

0,30

Tabel diatas dapat diketahui volume sampah pada tahun 2037 sebelum
dilakukan reduksi volume sampahnya mencampai 4165,31 m3/hari dan setelah
dilakukan reduksi di sumber dan TPST volume sampah berkurang menjadi
1610,82 m3/hari. Rata-rata sampah yang dihasilkan setiap tahun sebesar 2986,01
m3/hari. Dari total resuduksi yang telah dapat sehingga dapat diketahui luas
kebutuhan lahan yang digunakan untuk timbunan sampah yaitu sebesar 3,14 ha.
1.3 Analisis Pemilihan Lokasi TPA
Berdasarkan SNI03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA
Limbah Padat diketahui adanya syarat-syarat dalam pemilihan lokasi TPA.
Pemilihan lokasi TPA limbah padat harus mengikuti

persyaratan

hukum,

ketentuan perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, analisis


mengenai dampaklingkungan, ketertiban umum, kebersihan kota/lingkungan,
peraturan daerah tentang pengelolaan sampah dan perencanaan tata ruang kota
serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Ketentuan-ketentuan dalam pemilihan lokasi TPA menurut SNI03-32411994 adalah sebagai berikut:
Pemilihan lokasi TPA sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. TPA sampah tidak boleh berlokasi didanau, sungai dan laut;
2. Disusun berdasarkan 3 tahapan,yaitu:
a. Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta
yang berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang
terbagi menjadi beberapa zona kelayakan;
b. Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan
satu atau dua lokasiterbaik diantara beberapa lokasiyang dipilih
dari zona-zona kelayakan pada tahap regional;
c. Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih
oleh Instansi yang berwenang;

3. Dalam hal suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional,


pemilihan lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan skema
pemilihan lokasi TPA sampah ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kriteria pemilihan lokasi TPA sampah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Kriteria regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan
zona layak atau zona tidak layak sebagai berikut:
a. Kondisi geologi.
tidak berlokasi di zonaHolocenefault;
tidak boleh dizonabahaya geologi;
b. Kondisi hidrogeologi.
tidak boleh mempunyai muka air tanah kurang dari 3 meter;
tidak boleh kelulusan tanah lebih besar dari 10-6cm/det;
jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari100

meter dihilir aliran;


dalam hal tidak ada zona yang memenuhi kriteria-kriteria

tersebut di atas, maka harus diadakan masukan teknologi;


c. Kemiringan zona harus kurang dari 20%;
d. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter
untuk penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari1.500 meter
untuk jenis lain;
e. Tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir
dengan periode ulang 25 tahun;
2. Kriteria penyisih yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi
terbaik yaitu terdiri dari kriteria regional ditambah dengan kriteria
berikut:
a. Iklim:
hujan : intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik;
angin : arah angin dominan tidak menuju ke pemukiman
dinilai makin baik;
b. Utilitas : tersedia lebih lengkap dinilai makin baik;
c. Lingkungan biologis:
habitat
: kurang bervariasi, dinilai makin baik;
daya dukung : kurang menunjang kehidupan flora dan fauna,
dinilai makin baik;
d. Kondisi tanah
produktifitas tanah
: tidak produk dinilai lebihtinggi;
kapasitas dan umur
: dapat menampung bahanlebih

banyak dan lebihlama dinilai


lebih baik;
ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang
cukup, dinilai lebih baik;
status tanah
: makin bervariasi dinilai tidak
baik;
e. Demografi
: kepadatan penduduk lebihrendah, dinilai
makin baik;
f. Batas administasi : dalam batas administrasi dinilai semakin
baik;
g. Kebisingan
: semakin banyak zona penyanga dinilai
semakin baik;
h. Bau
: semakin banyak zona penyanga dinilai
semakin baik;
i. Estetika
: semakin tidak terlihat dari luar dinilai
semakin baik;
j. Ekonomi
: semakin kecil biaya satuan pengelolaan
sampah(per m3/ton) dinilai semakin baik;
Parameter dan bobot penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Parameter Penyisih
N
o
I
1

Parameter
Umum
Batas administrasi
o dalam batas administrasi
o di luar batas administrasi tetapi dalam satu sistem

Bobo

Nila

10
5

pengelolaan TPA sampah terpadu


o di luar batas administrasi dan di luar pengelolaan TPA

N
o
3

sampah terpadu
o di luar batas administrasi
Pemilik hak atas tanah
o pemerintah daerah/pusat
o pribadi (satu)
o swasta/perusahaan (satu)
o lebih dari satu pemilik hak dan atau status kepemilikan
Parameter
o organisasi sosial/agama
Kapasitas lahan
o 10 tahun
o 5 tahun-10 tahun
o 3 tahun-5 tahun

1
1
3

10
7
5
3

Bobot Nilai
1
5

10
8
5

II
1

o Kurang dari 3 tahun


Jumlah Pemilik Tanah
o Satu (1) kk
o 2-3 kk
o 4-5 kk
o 6-10 kk
o Lebih dari 10 kk
Partisipasi Masyarakat
o Spontan
o Digerakkan
o Negosiasi
Lingkungan Fisik
Tanah (di atas muka air tanah)
o Harga kelulusan <10-9 cm/det
o Harga kelulusan 10-9 cm/det-10-6 cm/det
o Harga kelulusan >10-9 cm/det Tolak (kecuali ada
masukan teknologi)
Air tanah
o 10 m dengan kelulusan <10-6 cm/det
o >10 m dengan kelulusan <10-6 cm/det
o 10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det-10-4 cm/det
o <10 m dengan kelulusan 10-6 cm/det-10-4 cm/det
Sistem aliran air tanah
o discharge area/lokal
o recharge area dan discharge area lokal

Parameter

o
4

o recharge area regional dan local


Kaitan dengan pemanfaatan air tanah
o kemungkinan pemanfaatan rendah dengan batas

1
3

10
8
5
3
1

10
5
1

10
7

10
8
3
1

10
5

Bobot Nilai
1
3

hidrolis
o diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan batas

hidrolis
o diproyeksikan untuk dimanfaatkan tanpa batas hidrolis
Bahaya banjir
o tidak ada bahaya banjir
o kemungkinan banjir >25 tahunan
o kemungkinan banjir <25 tahunan Tolak (kecuali ada
masukan teknologi)
Tanah penutup

10
5
1

10
5

o tanah penutup cukup


o tanah penutup cukup sampai umur pakai
o tanah penutup tidak ada
7 Intensitas hujan
o di bawah 500 mm per tahun
o antara 500 mm sampai 100 mm per tahun
o di atas 1000 mm per tahun
8 Jalan menuju lokasi
o datar dengan kondisi baik
o datar dengan kondisi buruk
o naik/turun
9 Transport sampah (satu jalan)
o kurang dari 15 menit dari centroid sampah
o antara 16 menit-30 menit dari centroid sampah
o antara 31 menit-60 menit dari centroid sampah
o lebih dari 60 menit dari centroid sampah
10 Jalan masuk
o Truk sampah tidak melalui pemukiman
N
o

Parameter

10
5
1

10
5
1

10
5
1

10
8
5
1

10

Bobot Nilai

o Truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan

sedang ( 300 jiwa/ha


o Truk sampah melalui daerah pemukiman
11

12

berkepadatan tinggi ( 300 jiwa/ha)


Lalu lintas
o Terletak 500 m dari jalan umum
o Terletak < 500 m pada lalu lintas rendah
o Terletak < 500 m pada lalu lintas sedang
o Terletak pada lalu lintas tinggi
Tata guna tanah
o Mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna

1
3
10
8
5
1
5
10

tanah sekitar
o Mempunyai dampak sedang terhadap tata guna

tanah sekitar
o Mempunyai dampak besar terhadap tata guna
13

tanah sekitar
Pertanian
o Berlokasi di lahan tidak produktif
o Tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar

1
3
10
5

o Terhadap pengaruh negatif terhadap pertanian

14

sekitar
o Berlokasi di tanah pertanian produktif
Daerah lindung/cagar alam
o Tidak ada daerah lindung/cagar alam di sekitarnya
o Terdapat daerah lindung/cagar alam di sekitar yang

1
1
2
10
1

tidak terkena dampak negatif


o Terdapat daerah lindung/cagar alam di sekitarnya
15

16

17

terkena dampak negatif


Biologis
o Nilai habitat yang rendah
o Nilai habitat yang tinggi
o Habitat kritis
Kebisingan, dan bau
o Terdapat zona penyangga
o Terdapat zona penyangga yang terbatas
o Tidak terdapat zona penyangga
Estetika
o Operasi perlindungan tidak terlihat dari luar
o Operasi perlindungan sedikit terlihat dari luar
o Operasi perlindungan terlihat dari luar

1
3
10
5
1
2
10
5
1
3
10
5
1

Catatan:
Lokasi dengan jumlah angka tertinggi dari perkalian Antara bobot dan nilai merupakan pilihan
pertama, sedangkan lokasi dengan angka-angka lebih rendah merupakan alternatif yang
dipertimbangkan.

3. Kriteria penetapan yaitu kriteria yang digunakan Instansi yang


berwenang untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai
dengan kebijakan Instansi yang berwenang setempat dan ketentuan
yang berlaku;
1.4 Analisis Debit Lindi
Lindi merupakan air yang berasal dari tumpukan sampah yang telah lama dan
apabila hujan akan menghasilkan jumlah air lindi yang meningkat. Air lindi
dapat merembes ke dalam tanah dan bercampur dengan air tanah, ataupun
mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai.
Kemampuan leachate mencemari air permukaan/air tanah dipengaruhi oleh
kondisi geologi (type tanah dan jenis batuan) serta kondisi hidrologi

(kedalaman dan pergerakan air tanah, jumlah curah hujan serta pengendalian
aliran permukaan) dimana lokasi TPA berada (Maramis, 2008). Berikut
merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung debit lindi.
D = 0,278 C.I.A .................................................................................(6.3)
Dimana :
D = debit lindi (m3detik)
C = angka pengairan
I = intensitas hujan maksimum (mm/jam)
A = luas daerah aliran (km2)
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghitung intensitas curah
hujan maksimum yaitu analisa frekuensi, dalam analisa frekuensi terdapat
beberapa jenis distribusi frekuensi antara lain :
- Distribusi Normal
- Log Normal
- Person Tipe II
- Distribusi Gumbel.
Untuk mempermudah penyelesaian maka terlebih dahulu dilakukan uji
statistik dari ke empat metode distribusi tersebut, dimana tiap metode
memiliki besaran statistik yang berbeda-beda. Besaran statistik ini
biasanya digunakan untuk menguji apakah data yang dimiliki sesuai
dengan metode tertentu yang akan digunakan untuk perhitungan
sselanjutnya. Berikut tabel parameter pemilihan distribusi curah hujan.
Tabel 6. Parameter Pemilihan Distribusi Curah Hujan
JENIS
SEBARAN
NORMAL

KRITERIA
Cs 0
Ck 3

GUMBEL

Cs 1.1396
Ck 5.4002

LOG
PEARSON
LOG
NORMAL

Cs 0
Cs 3CV+CV2 =
4.142944611
Ck = 45.0526666

HASIL
Cs =
1,572168
Ck =
3,74466509
Cs
=1,572168
Ck =
3,74466509
Cs =
1,572168
Cs =
1,572168
Ck
=3,744665
09

KETERANGAN
TIDAK
MEMENUHI
TIDAK
MEMENUHI
MEMENUHI
TIDAK
MEMENUHI

Berdasarkan tabel diatas metode yang digunakan untuk perhitungan


selanjutnya adalah metode log person karena berdasarkan kriteria yang sesuai

yaitu Cs 0. Sedangkan pada metode yang lainnya hasil yang didapatkan tidak
memenuhi kriteria dari masing-masing metode.
Perhitungan intensitas curah hujan menggunakan beberapa rumus empiris
dalam hdrologi. Intensitas curah hujan pada kasus ini menggunakan rumus
Mononobe dengan tetapan 0,4 (daerah Kalimantan).
R 24 24 m
I=
( ) ..............................................................................................
24 t
(6.4)
Dimana :
I

= intensitas hujan (mm/jam)

R24 = curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm/jam)


t

= lama hujan (jam)


Berikut merupakan tabel hasil perhitungan intensitas curah hujan dan debit

lindi TPA Kecamatan Pontianak Selatan.


Tabel 6. Intensitas Curah Hujan dan Debit Lindi

No

Tahu
n

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

10

2026

Luas
Lahan
(m2)
1511,8
2
1517,8
8
1523,9
3
1529,9
9
1536,0
5
1542,1
1
1548,1
6
1554,2
2
1560,2
8
1566,3
3

Intens
itas
Hujan
(m/har
i)

Debit
(m3/h
ari)

0,13

15,298

0,13

15,360

0,13

15,421

0,13

15,482

0,13

15,544

0,13

15,605

0,13

15,666

0,13

15,727

0,13

15,789

0,13

15,850

11

2027

12

2028

13

2029

14

2030

15

2031

16

2032

17

2033

18

2034

19

2035

20

2036

TOTAL
RATA-RATA

1572,3
9
1579,1
0
1584,0
7
1590,1
2
1596,1
8
1602,2
4
1608,2
9
1614,3
5
1604,7
7
1610,8
2
31353,
1
1567,6
55

0,13

15,911

0,13

15,979

0,13

16,029

0,13

16,091

0,13

16,152

0,13

16,213

0,13

16,275

0,13

16,336

0,13

16,239

0,13

16,300

2,6

317,26
8

0,13

15,863

Dari tabel diatas diketahui debit lindi yang dihasilkan sebesar 317,268
m3/hari dengan total intensitas sebesar 2,6 m3/hari.
2.6 Analisis Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dapat mendukung keberlangsungan TPA adalah
sebagai berikut :
1. Fasilitas umum
Terdiri dari : jalan masuk, kantor/pos jaga, saluran drainase dan pagar
2. Fasilitas perlindungan lingkungan
Terdiri dari : lapisan kedap air, pengumpul lindi, pengolahan lindi,
ventilasi gas, daerah penyangga dan tanah penutup
3. Fasilitas penunjang
Terdiri dari : air bersih, jembatan timbang dan bengkel
4. Fasilitas operasional
Terdiri dari : alat besar dan truk pengangkut tanah
2.7
[

Anda mungkin juga menyukai