PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koperasi adalah lembaga usaha yang dinilai cocok untuk memberdayakan
rakyat kecil. Nilai-nilai koperasi juga mulia seperti keadilan, kebersamaan,
kekeluargaan, dan kesejehateraan bersama. Ini artinya koperasi merupakan badan
usaha yang menjunjung tinggi pemerataan kesejahteraan ekonomi diantara sesama
anggota koperasi.
Secara konsepsional, Koperasi sebagai Badan Usaha yang menampung
pengusaha ekonomi lemah, memiliki beberapa potensi keunggulan untuk ikut serta
memecahkan persoalan social-ekonomi masyarakat. Peran Koperasi sebagai upaya
menuju demokrasi ekonomi secara kontitusional tercantum dalam Pasal 33 UUD
1945. Namun dalam perjalanannya, pengembangan koperasi dengan berbagai
kebijakan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia,
keberadaannya masih belum memenuhi kondisi sebagaimana yang diharapkan
masyarakat.
Perkembangan koperasi di Indonesia yang sangat tidak membahagiakan di
Indonesia belakangan ini justru diwarnai dengan perkembangan koperasi dengan
sistem syariah Koperasi syariah justru berkembang ditengah ribuan koperasi di
Indonesiayang terhenti usahanya. Sebab hingga kini ternyata sudah ada 3000
koperasi syariah di Indonesia yang mampu menghidupi 920 ribu unit usaha kecil
Mungkin fenomena itu menjadi sesuatu yang mencengangkan, Sebab ditengah
pesimisme masyarakat terhadap kemampuan koperasi koperasi syariah justru mulai
menunjukkan eksistensinya meskipun belum banyak dikenal masyarakat luas.
Ditengah perkembangan masyarakat muslim yang mulai sadar dan
membutuhkan pengelolaan syariah nampaknya menjadi lahan subur bagi koperasi
syariah untuk tumbuh dan berkembang Sehingga koperasi syariah di Indonesia
dapat secara bersama-sama menjadi tulang pungung pembangunan masyarakat
Indonesia, khususnya masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah.
2.
3.
Ketidaksamaan ekonomi.
b)
2.
3.
Perencanaan ekonomi sebagai rencana / dalam proses ekonomi yang harus
dilalui.
c)
3.
Perencanaan ekonomi sebagai pengaruh dan pendorong dengan usaha
menyesuaikan kebutuhan individual dengan kebutuhan masyarakat.
B.
Kebebasan individu
2.
3.
4.
Kesamaan sosial
5.
Keselamatan sosial
6.
7.
8.
C.
Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim
(kapitalis dan komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara
keduanya (kebendaan dan rohaniah). Keberhasilan sistem ekonomi Islam
tergantung kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di antara
keperluan kebendaan dan keperluan rohani / etika yang diperlukan manusia.
Sumber pedoman ekonomi Islam adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul, yaitu dalam:
1.
2.
3.
bumi).
Hal-hal yang tidak secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut
diperoleh ketentuannya dengan jalan ijtihad.
D.
1.
Bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera baik di dunia dan di
akhirat,tercapainya pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani maupun
rohani secara seimbang, baik perorangan maupun masyarakat. Dan untuk itu alat
pemuas dicapai secara optimal dengan pengorbanan tanpa pemborosan dan
kelestarian alam tetap terjaga.
2.
Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal
dan dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula.
3.
4.
Dalam harta benda itu terdapat hak untuk orang miskin yang selalu
meminta, oleh karena itu harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rizki.
5.
6.
7.
Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama dan yang
menjadi ukuran perbedaan adalah prestasi kerja.
Kemudian landasan nilai yang menjadi tumpuan tegaknya sistem ekonomi Islam
adalah sebagai berikut:
1.
Nilai dasar sistem ekonomi Islam adalah hakikat pemilikan adalah
kemanfaatan, bukan penguasaan, keseimbangan ragam aspek dalam diri manusia,
dan keadilan antar sesama manusia.
2.
Nilai instrumental sistem ekonomi Islam adalah kewajiban zakat, larangan
riba, kerjasama ekonomi, jaminan sosial, dan peranan negara.
3.
Nilai filosofis sistem ekonomi Islam adalah bersifat terikat dan dinamik.
4.
Nilai normatif sistem ekonomi Islam adalah landasan aqidah, akhlaq,
syari'ah, Al-Qur'anul Karim, dan Ijtihad (Ra'yu), meliputi qiyas, masalah mursalah,
istihsan, istishab, dan urf.
KOPERASI
A.
Pengertian Koperasi
2.
3.
B.
1.
2.
3.
4.
Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan
koperasi
2.
3.
Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara
menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan
peran koperasi sebagai berikut:
1.
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2.
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya
C.
Nilai-Nilai Koperasi
Dalam pernyataan Aliansi Koperasi Sedunia, tahun 1995, tentang Jatidiri koperasi,
Nilai-nilai Koperasi dirumuskan sebagai berikut:
1.
Nilai-nilai organisasi yang meliputi menolong diri sendiri, tanggung jawab
sendiri, demokratis, persamaan, keadilan, dan kesetiakawanan.
2.
Nilai-nilai etis yang meliputi kejujuran, tanggung jawab sosial, dan
kepedulian terhadap orang lain.
Sistem ekonomi Islam yang integral dan merupakan suatu kumpulan dari barangbarang atau bagian-bagian yang bekerja secara bersama-sama. Sebagai suatu
keseluruhan. Bagian dari nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam yang mengatur bidang
perekonomian umat yang tidak terpisahkan dari aspek-aspek lain dari keseluruhan
ajaran islam yang komprehensif dan integral.
B.
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
dibumi, dan jangalah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena
sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu (Q.S Al Baqarah : 168)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan
makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan
kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allahyang kamu beriman kepada-Nya.(Q.S AL
Maidah : 87-88)
2.
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki serta
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah maha mengetahui lagi maha mengenal Q.S Al Hujarat (49) : 13)
3.
Distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata dan Agama Islam mentolerir
kesenjangan kekayaan dan penghasilan karena manusia tidak sama dalam
halkarakter, kemampuan, kesungguhan dan bakat. Perbedaan diatas tersebut
merupakan penyebab perbedaan dalam pendapatan dan kekayaan. Hal ini dapat
terlihat pada Al Quran :
Dan Allah melebihklan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezki,
tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki
mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan)
rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?
1.
Kemaslahatan masyarakat lebih besar harus didahulukan dari pada
kemaslahatan individu yang lebih sempit.
2.
Meskipun menghilangkan bahaya kesukaran dan mendorong
kemaslahatan kedua-duanya merupakan tujuan pokok syariah, namun yang
pertama harus lebih didahulukan.
3.
Kerugian yang lebih besar tidak dapat ditimpakan untuk menghindari kerugian
yang lebih sempit atau kemaslahatan yang lebih besar tidak dapat dikorbankan
untuk mendapatkan kemaslahatan yang lebih kecil.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
E.
Akhir-akhir ini semakin luas dibahas sistem Ekonomi Syariah yang dianggap lebih
adil dibanding sistem ekonomi yang berlaku sekarang khususnya sejak 1966 (Orde
Baru) yang berciri kapitalistik dan bersifat makin liberal, yang setelah kebablasan
kemudian meledak dalam bentuk bom waktu berupa krismon tahun 1997. Krismon
yang menghancurkan sektor perbankan modern kini tidak saja telah menciutkan
jumlah bank menjadi kurang dari separo, dari 240 menjadi kurang dari 100 buah,
tetapi juga sangat mengurangi peran bank dalam perekonomian nasional.
Sistem Ekonomi Pancasila yang bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia (sila ke-5) jelas berorientasi pada etika (Ketuhanan Yang
Maha Esa), dan kemanusiaan, dengan cara-caranasionalistik dan kerakyatan
(demokrasi). Secara utuh Pancasila berarti gotong-royong, sehingga sistem
ekonominya bersifat kooperatif/ kekeluargaan/ tolong-menolong.
Jika suatu masyarakat/negara/bangsa, warganya merasa sistem ekonominya
berkembang ke arah yang timpang dan tidak adil, maka aturan mainnya harus
dikoreksi agar menjadi lebih adil sehingga mampu membawa perekonomian ke arah
keadilan ekonomi dan sekaligus keadilan sosial.
Prinsip profit-sharing atau bagi-bagi keuntungan dan resiko yang jelas
merupakan ajaran Sistem Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Pancasila
sebenarnya sudah diterapkan di sejumlah negara maju (welfare state) yang merasa
bahwa penerapan prinsip profit-sharing danemployee participation lebih menjamin
ketentraman dan ketenangan usaha dan tentu saja menjamin keberlanjutan suatu
usaha.
Berdasarkan penelitian 303 perusahaan di Inggris, alasan perusahaan mengadakan
aturan pembagian laba dan pemilikan saham oleh buruh/karyawan ada 5 yaitu :
1.
2.
3.
4.
Perbaikan kinerja hubungan industrial (improved industrial relations
performance);
5.
Perlindungan dari pengambilalihan oleh perusahaan lain (protection against
takeover).
Bisa dibuktikan bahwa ke-5 alasan yang disebut di sini diputuskan
manajemen perusahaan karena memang benar-benar dialami banyak perusahaan
lebih-lebih pada perusahaan keuangan yang bersaing dengan ketat satu sama lain,
dan ada kebiasaan terjadinya mobilitas tinggi dari staf yang berkualitas. Tanpa
kecuali hampir semua cara ditempuh perusahaan untuk meningkatkan kesadaran
ikut memiliki perusahaan bagi buruh/ karyawan yang selanjutnya diharapkan dapat
meningkatkan semangat bekerja yang pada gilirannya berakibat meningkatkan
keuntungan perusahaan. Dalam perusahaan yang berbentuk koperasi, sejak awal
anggota koperasi adalah juga pemilik perusahaan yang disamping dapat
memperoleh manfaat langsung dalam berbisnis dengan koperasi juga pada akhir
tahun masih dapat menerima sisa hasil usaha (yang sering dikacaukan dengan
keuntungan). Inilah rahasia berkoperasi yang biasanya tidak ditonjolkan pengurus
karena praktek-praktek manajemen koperasi sering bertentangan dengan teori
koperasi yang harus bersifat profit-sharing. Artinya perusahaan koperasi sering
berubah menjadi koperasi pengurus bukan koperasi anggota. Profit-sharing
dansharing ownership sangat sejalan dengan aturan main Sistem Ekonomi Pancasila
yang bertujuan menghindarkan ketimpangan ekonomi dan sosial dan berusaha
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Ekonomi Pancasila adalah ajaran ekonomi baru yang agamis sekaligus
manusiawi, nasionalistik, dan demokratis, untuk menantang kerakusan ajaran
Neoliberal yang semakin rakus. Bahwa Depdiknas melalui Dirjen Pendidikan Tinggi
memberikan dukungan kuat pada Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PUSTEP) UGM
untuk mengembangkan ajaran-ajaran ekonomi Pancasila, membuktikan kebenaran
perjuangan moral ini. Ajaran ekonomi Pancasila jelas paralel dengan ajaran Ekonomi
Syariah atau ekonomi Islami karena keduanya menekankan pada ajaran moralspiritual untuk membendung ajaran agama ekonomi kapitalis Neoliberal.
Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lain
adalah ssumsi dasar / norma pokok maupun aturan main dalam proses ataupun
interaksi kegiatan ekonomi yang diberlakukan. Dalam sistem ekonomi Islam asumsi
dasarnya adalah syari'ah Islam, diberlakukan secara menyeluruh baik terhadap
individu, keluarga, kelompok masyarakat, usahawan maupun penguasa/pemerintah
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk keperluan jasmaniah maupun
rohaniah.
Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan di dunia dan di akhirat
selaku khalifatullah dengan jalan beribadah dalam arti yang luas. Berbicara tentang
sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi kapitalis tidak bisa dilepaskan dari
perbedaan pendapat mengenai halal-haramnya bunga yang oleh sebagian ulama
dianggap sebagai riba yang diharamkan oleh al-Qur'an. Manfaat uang dalam
berbagai fungsi baik sebagai alat penukar, alat penyimpan kekayaan dan
pendukung peralihan dari sistem barter ke sistem perekonomian uang, oleh para
penulis Islam telah diakui, tetapi riba mereka sepakati sebagai konsep yang harus
dihindari dalam perekonomian. Sistem bunga dalam perbankan (rente stelsel) mulai
diyakini oleh sebagian ahli sebagai faktor yang mengakibatkan semakin buruknya
situasi perekonomian dan sistem bunga sebagai faktor penggerak investasi dan
tabungan dalam perekonomian Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara
terbaik mengatasi lemahnya ekonomi rakyat.
F.
Taimiyah juga memiliki pandangan tentang pasar bebas, dimana suatu harga
dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Ia mengatakan; naik
turunnya harga tak selalu berkait dengan pengusahaan (zulm) yang dilakukan oleh
seseorang. Sesekali alasannya adalah karena adanya kekurangan dalam produk
atau penurunan impor dari barang-barang yang diminta. Jadi, jika kebutuhan
terhadap jumlah barang meningkat, sementara kemampuan menyediakan
menurun, harga akan turun. Kelangkaan dan kelimpahan tak semesti diakibatkan
oleh perbuatan seseorang. Bias saja berkaitan dengan sebab yang tidak melibatkan
ketidakadilan. Atau sesekali, bias juga disebabkan oleh ketidakadialan. Maha besar
Allah, yang mencptakan kemauan pada hati manusia.
Dari pernyataan di atas terdapat indikasi kenaikan harga yang terjadi
disebabkan oleh perbuatan ketidakadilan para penjual. Perbuatan ini disebut
manipulasi yang mendorong terjadinya ketidaksempurnaan pasar. Tetapi
pernyataan ini tidakl bisa dismakan dalam segala kondisi, karena bisa saja alasna
naik dan turunnya harga disebabkan oleh kekuatan. Ungkapan Ibnu taimiyah
tersebut juga menggambarkan secara eksplisit bahwa penawaran bisa datang dari
produksi domestic dan impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai
peningkatan dan penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan, sedang
permintaan sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan. Besar kecilnya kenaikan
harga tergantung pada besarnya perubahan penawaran dan permintaan. Bila
seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan, kenaikan harga yang terjadi
merupakan kehendak natural (ilahiyah).
Dalam bukunya, Majmu Fatawa, Ibnu Taimiyah mengemukakan beberapa factor
yang mempengaruhi fluktuasi permintaan dan konsekuensinya terhadap harga:
1.
Kebutuhan manusia sangat beragam dan bervariasi satu sama lain.
Kebutuhan tersebut berbeda-bada, tergantung pada kelimpahan atau kelangkaan
dari barang-barang yang dibutuhkan itu. Suatu barang kan lebih dibutuhkan pada
saat terjadinya kelangkaan ketimbang pada saat melimpahnya persediaan.
2.
Harga suatu barang beragam tergantung pada tingginya jumlah orangorang yang melakukan permintaan. Jika jumlah manusia yang membutuhkan
sebuah barang sangat banyak, maka hargapun akan bergerak naik terutama jika
jumlah barang hanya sedikit.
3.
Harga barang juga diengaruhi oleh besar atau kecilnya kebutuhan terhadap
brang dan tingkat ukurannya. Jika kebutuhan sangat besar dan kuat, maka
hargapun akan melambung hingga tingkat yang paling maksimal, ketimbang jika
kebutuhan itu kecil dan lemah.
4.
Tujuan dari kontrak adalah adanya timbul balik kepemilikan oleh kedua
belah pihak yang melakukan transaksi. Jika sipembayar mampu melakukan
pembayaran dan mampu memenuhi janjinya, tujuan dari transaksi itu mampu
diwujudkan dengannya.
5.
Aplikasi yang sama berlaku bagi seseorang yang meminjam atau menyewa.
Permintaan.
2.
3.
4.
Besarnya tenaga buruh termasuk ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki.
5.
6.
transaksi pada tingkat harga tersebut. Keadaan rela sama rela merupakan kebalikan
dari keadaan aniaya, yaitu keadaan salah satu pihak yang merasa senang di atas
kesedihan pihak lain. Dalam hal harga, para ahli fiqih merumuskannya sebagai the
price of the equivalent. Konsep the price of the equivalent ini mempunyai implikasi
penting dalam ilmu ekonomi, yaitu keadaan pasar yang kompetitif.
Dalam konsep islam, monopoli, duopoly, oligopoly, dalam artian hanya ada
satu penjual, dua penjual, atau beberapa penjual tidak dilarang keberadaannya,
selama mereka tidak mengambil keuntungan di atas keuntungan normal. Ini
merupakan konsekuensi dari konsep the price of the equivalent. Produsen yang
beroperasi dengan positif profit akan mengundang produsen lain untuk masuk
kedalam bisnis tersebut, sehingga kurva supply bergeser ke kanan, jumlah output
yang ditawarkan bertambah, dan harga akan turun.
Produsen baru akan terus memasuki bisnis tersebut sampai dengan harga
turun sedemikian sehingga economic profit nihil. Pada keadaan ini produsen yang
telah ada di asar tidak mempunyai insentif untuk keluar dari pasar, dan produsen
yang belum masuk ke pasar tidak mempunyai intensif untuk masuk kepasar.
Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil. Setiap
bentuk tindakan yang dapat menimbulkan ketidakadilan dilarang. Kecurangankecurangan tersebut dapat berupa contoh sebagaiberikut:
1.
Talaqqi rukban dilarang karena padagang yang menyongsong di pinggir kota
mendapat keuntungan dari ketidaktahuan penjual dari kampung akan harga yang
berlaku di kota.
2.
Usaha mencegah masuknya pedagang desa ke kota ini (entry barrier) akan
menimbulkan pasar yang kompetitif.
3.
Tindakan mengurangi timbangan dilarang karena barang dijual dengan harga
yang sama untuk jumlah yang lebih sedikit.
4.
Menyembunyikan cacat barang dilarang karena penjual mendapatkan harga
yang baik untuk kualitas yang buruk.
5.
Menukar kurma kering dengan kurma basah dilarang, karena takaran kurma
basah ketika kering bisa jadi tidak sama dengan kurma kering yang ditakar.
6.
Menukar satu takar kurma bagus dengan dua takar kurma kualitas sedang
dilarang, karena setiap kualitas kurma mempunyai harga pasarnya. Rasulullah
menyuruh menjual kurma yang satu, kemudian membeli kurma yang lain dengan
uang.
7.
Transaksi Najasy dilarang karena si penjual menyuruh orzng lain memuji
barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik.
8.
Ikhtikar dilarang, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal
dengan menjual lebih sedikat barang untuk harga yang lebih tinggi.
9.
Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota tersebut dalam
koperasi).
Kemandirian.
Pendidikan perkoprasian.
Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan
usahanya koperasi memerlukan modal. Adapun modal koperasi terdiri atas modal
sendiri dan modal pinjaman.
Modal sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut:
Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota
kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat
diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap anggota.
Simpanan Wajib
Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa
Hasil usaha, yang dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri, pembagian
kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan untuk menutup
kerugian koperasi bila diperlukan.
Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan
uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak
mengikat.
adapun modal pinjaman koperasi berasal dari pihak-pihak sebagai berikut:
Bank dan Lembaga keuangan bukan banklembaga keuangan lainnya yang
dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perudang-undangan yang berlaku
Koperasi Konsumen
Koperasi Produsen
Koperasi Pemasaran
Koperasi Jasa
Koperasi Fungsional
diberi bunga terbatas dalam jumlah yang sesuai dengan keputusan rapat anggota.
Sisa hasil usaha koperasi sebagian Uesar dibagikan kepada anggota berdasarkan
besar kecilnya peranan anggota dalam pemanfaatan jasa koperasi. Misalnya, dalam
koperasi konsumsi, semakin banyak membeli, seorang anggota akan mendapatkan
semakin banyak keuntungan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih merangsang peran
anggota dalam perkoperasian itu. Karena itu dikatakan bahwa koperasi adalah
perkumpulan orang, bukan perkumpulan modal. Sebagai badan usaha, koperasi
tidak semata-mata mencari keuntungan akan tetapi lebih dari itu, koperasi bercitacita memupuk kerja sama dan mempererat persaudaraan di antara sesama
anggotanya.
Sebagian ulama menganggap koperasi (Syirkah Taawuniyah) sebagai akad
mudharabah, yakni suatu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, di satu
pihak menyediakan modal usaha, sedangkan pihak lain melakukan usaha atas
dasar profit sharing (membagi keuntungan) menurut perjanjian, dan di antara
syarat sah mudharabah itu ialah menetapkan keuntungan setiap tahun dengan
persentasi tetap, misalnya 1% setahun kepada salah satu pihak dari mudharabah
tersebut. Karena itu, apabila koperasi itu termasuk mudharabah atau qiradh,
dengan ketentuan tersebut di atas (menetapkan persentase keuntungan tertentu
kepada salah satu pihak dari mudharabah), maka akad mudharabah itu tidak sah
(batal), dan seluruh keuntungan usaha jatuh kepada pemilik modal, sedangkan
pelaksana usaha mendapat upah yang sepadan atau pantas.
Mahmud Syaltut tidak setuju dengan pendapat tersebut, sebab Syirkah
Taawuniyah tidak mengandung unsur mudharabah yang dinimuskan oleh fuqaha.
Sebab Syirkah Taawuniyah, modal usahanya adalah dari sejumlah anggota
pemegang saham, dan usaha koperasi itu dikelola oleh pengurus dan karyawan
yang dibayar oleh koperasi menurut kedudukan dan fungsinya masing-masing.
Kalau pemegang saham turut mengelola usaha koperasi itu, maka ia berhak
mendapat gaji sesuai dengan sistem penggajian yang balaku. Menurut Muhammad
Syaltut, koperasi merupakan syirkah baru yang diciptakan oleh para ahli ekonomi
yang dimungkinkan banyak sekali manfaatnya, yaitu membari keuntungan kepada
para anggota pemilik saham, membori lapangan kerja kepada para karyawannya,
memberi bantuan keuangan dan sebagian hasil koperasi untuk mendirikan tempat
ibadah, sekolah dan sebagainya.
Dengan demikian jelas, bahwa dalam koperasi ini tidak ada unsur kezaliman dan
pemerasan (eksploitasi oleh manusia yang kuat/kaya atas manusia yang
lemah/miskin). Pengelolaannya demokratis dan terbuka (open management) serta
membagi keuntungan dan kerugian kepada para anggota menurut ketentuan yang
berlaku yang telah diketahui oleh seluruh anggota pemegang saham.
Oleh sebab itu koperasi itu dapat dibenarkan oleh Islam. Menurut Sayyid Sabiq,
Syirkah itu ada empat macam, yaitu:
1.
Syirkah Inan
Syirkah Inan, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dalam
permodalan untuk melakukan suatu usaha bersama dengan cara membagi untung
atau rugi sesuai dengan jumlah modal masing-masing.
2.
Syirkah Mufawadhah
Syirkah Mufawadhah, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk
melakukan suatu usaha dengan persyaratan sebagai berikut:Modalnya harus sama
banyak. Bila ada di antara anggota persyarikatan modalnya lebih besar, maka
syirkah itu tidak sah. Mempunyai wewenang untuk bertindak, yang ada kaitannya
dengan hukum. Dengan demikian, anak-anak yang belum dewasa belum bisa
menjadi anggota persyarikatan. Satu agama, sesama muslim. Tidak sah bersyarikat
dengan non muslim. Masing-masing anggota mempunyai hak untuk bertindak atas
nama syirkah (kerja sama).
3.
Syirkah Wujuh
Syirkah Wujuh, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membeli
sesuatu tanpa modal, tetapi hanya modal kepercayaan dan keuntungan dibagi
antara sesama mereka.
4.
Syirkah Abdan
Syirkah Abdan, yaitu karja sama antara dua orang atau lebih untuk
melakukan suatu usaha atau pekerjaan. Hasilnya dibagi antara sesama mereka
berdasarkan perjanjian seperti pemborong bangunan, instalasi listrik dan lainnya.
Mazhab Hanafiah menyetujui (membolehkan) keempat macam Syirkah tersebut.
Sementara mazhab Syafiiah melarang Syirkah Abdan, Mufawadhah, Wujuh dan
membolehkan Syirkah Inan. Tiga macam dilarang dan hanya satu macam saja yang
dibolehkan.
Mazhab Malikiah membolehkan Syirkah Abdan, Syirkah Inan, dan Syirkah
Mufawadhah dan melarang Syirkah Wujuh.
Mazhab Hanabilah membolehkan Syirkah Inan, Wujuh dan Abdan, dan melarang
Syirkah Mufawadhah. Selain Imam Mujtahid yang empat itu, masih ada lagi
pendapat ulama-ulama lainnya sebagaimana terlihat pada uraian berikutnya.
Mengenai status hukum berkoperasi bagi urnmat Islam juga didasarkan pada
kenyataan, bahwa koperasi merupakan lembaga ekonomi yang dibangun oleh
pemikiran barat, terlepas dari ajaran dan kultur Islam. Artinya, bahwa Al-Quran dan
hadis tidak menyebutkan, dan tidak pula dilakukan orang pada zaman Nabi.
Kehadirannya di beberapa negara Islam mengundang para ahli untuk menyoroti
kedudukan hukumnya dalam Islam.
Koperasi Syariah
Koperasi syariah adalah koperasi yang didirikan berdasarkan landasan hukum Islam.
Tujuan dai koperasi syariah adalah meningkatkan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan
perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Adapun fungsi
dan peran koperasi syariah antara lain :
Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana,
sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta;
Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sesuai dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota.
Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan
bermanfaat (thayyib) serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil dan tanpa
riba, judi atau pun ketidakjelasan (ghoro). Untuk menjalankan fungsi perannya,
koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam sertifikasi usaha
koperasi.
Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus sesuai dengan fatwa dan
ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Usaha-usaha yang
diselenggarakan koperasi syariah harus tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Membentuk koperasi memang diperlukan keberanian dan kesamaan visi dan misi di
dalam intern pendiri. Selain itu, mendirikan koperasi syariah memerlukan
perencanaan yang cukup bagus agar tidak berhenti di tengah jalan. Adapun agar
diakui keabsahannya, hendaklah koperasi syariah disahkan oleh notaries.
Untuk mendirikan koperasi syariah, kita perlu memiliki modal awal. Modal Awal
koperasi bersumber dari dana usaha. Dana-dana ini dapat bersumber dari dan
diusahakan oleh koperasi syariah, misalkan dari Modal Sendiri, Modal Penyertaan
dan Dana Amanah.
Modal Sendiri didapat dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, Hibah, dan
Donasi, sedangkan Modal Penyerta didapat dari Anggota, koperasi lain, bank,
penerbitan obligasi dan surat utang serta sumber lainnya yang sah. Adapun Dana
Amanah dapat berupa simpanan sukarela anggota, dana amanah perorangan atau
lembaga.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perekonomian sebagai salah satu sendi kehidupan yang penting bagi manusia, oleh
al-Qur'an telah diatur sedemikian rupa. Riba secara tegas telah dilarang karena
merupakan salah satu sumber labilitas perekonomian dunia. Al-Qur'an
menggambarkannya sebagai orang yang tidak dapat berdiri tegak melainkan secara
limbung bagai orang yang kemasukan syaithan. Hal terpenting dari semua itu
adalah bahwa kita harus dapat mengembalikan fungsi asli uang yaitu sebagai alat
tukar atau jual-beli. Memperlakukan uang sebagai komoditi dengan cara memungut
bunga adalah sebuah dosa besar, dan orang-orang yang tetap mengambil riba
setelah tiba larangan Allah, diancam akan dimasukkan ke neraka (Qs.alBaqarah:275). Berdirinya banyak koperasi syariah di Indonesia merupakan salah
satu contoh tantangan untuk membuktikan suatu pendapat bahwa konsepsi Islam
dalam bidang moneter dapat menjadi konsep alternatif yang memberi keuntungan
kepada semua pihak karena sistem dan mekanisme harga yang digunakan
berdasarkan keuntungan bersama.
B.
Saran
Sistem ekonomi islam dapat diterapkan dalam usaha apapun karena sifatnya yang
lebih menguntungkan. Penulis menyarankan agar koperasi syariah lebih
memasyarakat, dalam arti terdapat di daerah-daerah yang lebih terjangkau oleh
masyarakat, mengingat lembaga ini mengayomi masyarakat kelas menengah ke
bawah, sehingga masyarakat lebih merasakan manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://sitinur87.wordpress.com/
http://syariahmuhammadiyahkediri.blogspot.com/2009/04/aplikasi-akad-syariahdalam-bisnis-al.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/posisi-dan-peran-koperasi-dalamsistem-ekonomi-indonesia/
http://blog.re.or.id/koperasi-sirkah-ta-awuniyah-dalam-pandangan-islam.htm
Simbolon, Sahat. 2007. Teori Ekonomi Mikro Edisi 1. Medan: USU Press.