Anda di halaman 1dari 29

KOPERASI DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koperasi adalah lembaga usaha yang dinilai cocok untuk memberdayakan
rakyat kecil. Nilai-nilai koperasi juga mulia seperti keadilan, kebersamaan,
kekeluargaan, dan kesejehateraan bersama. Ini artinya koperasi merupakan badan
usaha yang menjunjung tinggi pemerataan kesejahteraan ekonomi diantara sesama
anggota koperasi.
Secara konsepsional, Koperasi sebagai Badan Usaha yang menampung
pengusaha ekonomi lemah, memiliki beberapa potensi keunggulan untuk ikut serta
memecahkan persoalan social-ekonomi masyarakat. Peran Koperasi sebagai upaya
menuju demokrasi ekonomi secara kontitusional tercantum dalam Pasal 33 UUD
1945. Namun dalam perjalanannya, pengembangan koperasi dengan berbagai
kebijakan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia,
keberadaannya masih belum memenuhi kondisi sebagaimana yang diharapkan
masyarakat.
Perkembangan koperasi di Indonesia yang sangat tidak membahagiakan di
Indonesia belakangan ini justru diwarnai dengan perkembangan koperasi dengan
sistem syariah Koperasi syariah justru berkembang ditengah ribuan koperasi di
Indonesiayang terhenti usahanya. Sebab hingga kini ternyata sudah ada 3000
koperasi syariah di Indonesia yang mampu menghidupi 920 ribu unit usaha kecil
Mungkin fenomena itu menjadi sesuatu yang mencengangkan, Sebab ditengah
pesimisme masyarakat terhadap kemampuan koperasi koperasi syariah justru mulai
menunjukkan eksistensinya meskipun belum banyak dikenal masyarakat luas.
Ditengah perkembangan masyarakat muslim yang mulai sadar dan
membutuhkan pengelolaan syariah nampaknya menjadi lahan subur bagi koperasi
syariah untuk tumbuh dan berkembang Sehingga koperasi syariah di Indonesia
dapat secara bersama-sama menjadi tulang pungung pembangunan masyarakat
Indonesia, khususnya masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah.

SISTEM EKONOMI ISLAM


Ilmu ekonomi lahir sebagai sebuah disiplin ilmiah setelah berpisahnya
aktifitas produksi dan konsumsi. Ekonomi merupakan aktifitas yang boleh dikatakan
sama halnya dengan keberadaan manusia di muka bumi ini, sehingga kemudian
timbul motif ekonomi,yaitu keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya
A.

Jenis-jenis Sistem Ekonomi

Prinsip ekonomi adalah langkah yang dilakukan manusia dalam memenuhi


kebutuhannya dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Sedangkan sistem ekonomi ada berbagai macam, di antaranya:
a)

a. Sistem Ekonomi Kapitalis

Prinsip ekonomi kapitalis adalah:


1.

Kebebasan memiliki harta secara persendirian

2.

Kebebasan ekonomi dan persaingan bebas.

3.

Ketidaksamaan ekonomi.

b)

b. Sistem Ekonomi Komunis

Prinsip ekonomi komunis adalah:


1.

Hak milik atas alat-alat produksi oleh negara

2.

Proses ekonomi berjalan atas dasar rencana yang telah dibuat

3.
Perencanaan ekonomi sebagai rencana / dalam proses ekonomi yang harus
dilalui.
c)

c. Sistem Ekonomi Sosialis

Prinsip ekonomi sosialis adalah:


1.
Hak milik atas alat-alat produksi oleh koperasi-koperasi serikat pekerja, badan
hukum dan masyarakat yang lain. Pemerintah menguasai alat-alat produk yang
vital.
2.

Proses ekonomi berjalan atas dasar mekanisme pasar.

3.
Perencanaan ekonomi sebagai pengaruh dan pendorong dengan usaha
menyesuaikan kebutuhan individual dengan kebutuhan masyarakat.

B.

Sistem dan Prinsip Ekonomi Islam

Sistem kapitalis yang saat ini banyak dipergunakan telah menunjukkan


kegagalan dengan mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi. Sistem ekonomi Islam
sebagai pilihan alternatif mulai digali untuk diterapkan sebagai sistem
perekonomian yang baru. Bagaimanakah sistem ekonomi Islam itu? Sistem ekonomi
Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan sistem ekonomi yang lain,
dimana dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai moral dan nilai ibadah dalam
setiap kegiatannya.
Prinsip ekonomi Islam adalah:
1.

Kebebasan individu

2.

Hak terhadap harta

3.

Ketidaksamaan ekonomi dalam batasan

4.

Kesamaan sosial

5.

Keselamatan sosial

6.

Larangan menumpuk kekayaan

7.

Larangan terhadap institusi anti-sosial

8.

Kebajikan individu dalam masyarakat

C.

Konsep Ekonomi Islam

Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim
(kapitalis dan komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara
keduanya (kebendaan dan rohaniah). Keberhasilan sistem ekonomi Islam
tergantung kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di antara
keperluan kebendaan dan keperluan rohani / etika yang diperlukan manusia.
Sumber pedoman ekonomi Islam adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul, yaitu dalam:
1.

Qs.al-Ahzab:72 (Manusia sebagai makhluk pengemban amanat Allah)

2.

Qs.Hud:61 (Untuk memakmurkan kehidupan di bumi)

3.
bumi).

Qs.al-Baqarah:30 (Tentang kedudukan terhormat sebagai khalifah Allah di

Hal-hal yang tidak secara jelas diatur dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut
diperoleh ketentuannya dengan jalan ijtihad.
D.

Dasar-Dasar Ekomoni Islam

1.
Bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera baik di dunia dan di
akhirat,tercapainya pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani maupun
rohani secara seimbang, baik perorangan maupun masyarakat. Dan untuk itu alat
pemuas dicapai secara optimal dengan pengorbanan tanpa pemborosan dan
kelestarian alam tetap terjaga.
2.
Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal
dan dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula.
3.

Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlentar.

4.
Dalam harta benda itu terdapat hak untuk orang miskin yang selalu
meminta, oleh karena itu harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rizki.
5.

Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat.

6.

Perniagaan diperkenankan, akan tetapi riba dilarang.

7.
Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama dan yang
menjadi ukuran perbedaan adalah prestasi kerja.
Kemudian landasan nilai yang menjadi tumpuan tegaknya sistem ekonomi Islam
adalah sebagai berikut:
1.
Nilai dasar sistem ekonomi Islam adalah hakikat pemilikan adalah
kemanfaatan, bukan penguasaan, keseimbangan ragam aspek dalam diri manusia,
dan keadilan antar sesama manusia.
2.
Nilai instrumental sistem ekonomi Islam adalah kewajiban zakat, larangan
riba, kerjasama ekonomi, jaminan sosial, dan peranan negara.
3.

Nilai filosofis sistem ekonomi Islam adalah bersifat terikat dan dinamik.

4.
Nilai normatif sistem ekonomi Islam adalah landasan aqidah, akhlaq,
syari'ah, Al-Qur'anul Karim, dan Ijtihad (Ra'yu), meliputi qiyas, masalah mursalah,
istihsan, istishab, dan urf.

KOPERASI
A.

Pengertian Koperasi

Koperasi adalah merupakan singkatan dari kata ko / co dan operasi / operation.


Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi
kesejahteraan bersama. Berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1967,
koperasiindonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan
beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata
susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi
bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya.
Koperasi dalam arti yang sesungguhnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25
tahun 1992 tentang perkoperasian bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Jatidiri koperasi yang sesungguhnya adalah koperasi didirikan karena ada
kepentingan bersama anggota untuk mengangkat dari jerat dan belenggu
kemiskinan, hidup bergotongroyong, kebersamaan, kekeluargaan sudah menjadi
budaya bangsa Indonesia.
Landasan koperasi Indonesia yang melandasi aktifitas koprasi di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1.

Landasan Idiil, yaitu Pancasila

2.

Landasan Mental, yaitu setia kawan dan kesadaran diri sendiri.

3.

Landasan Struktural dan gerak, yaitu UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1

B.

Fungsi dan Peran Koperasi


Fungsi Koperasi adalah sebagai berikut:

1.

Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian Indonesia

2.

Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi Indonesia

3.

Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara Indonesia

4.
Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan
koperasi

Peran Koperasi adalah sebagai berikut:


1.

Meningkatkan tarah hidup sederhana masyarakat Indonesia

2.

Mengembangkan demokrasi ekonomi di Indonesia

3.
Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara
menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada
Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan
peran koperasi sebagai berikut:
1.
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2.
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya

C.

Nilai-Nilai Koperasi

Dalam pernyataan Aliansi Koperasi Sedunia, tahun 1995, tentang Jatidiri koperasi,
Nilai-nilai Koperasi dirumuskan sebagai berikut:
1.
Nilai-nilai organisasi yang meliputi menolong diri sendiri, tanggung jawab
sendiri, demokratis, persamaan, keadilan, dan kesetiakawanan.

2.
Nilai-nilai etis yang meliputi kejujuran, tanggung jawab sosial, dan
kepedulian terhadap orang lain.

KOPERASI DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM


A.

A. Koperasi Melalui Pendekatan Sistem Syariah

Sistem ekonomi Islam yang integral dan merupakan suatu kumpulan dari barangbarang atau bagian-bagian yang bekerja secara bersama-sama. Sebagai suatu
keseluruhan. Bagian dari nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam yang mengatur bidang
perekonomian umat yang tidak terpisahkan dari aspek-aspek lain dari keseluruhan
ajaran islam yang komprehensif dan integral.
B.

B. Tujuan Sistem Koperasi Syariah

Tujuan dari sistem koperasi syariah adalah sebagai berikut :


1.

Mensejahterakan ekonomi anggota sesuai norma dan moral Islam.

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
dibumi, dan jangalah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena
sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu (Q.S Al Baqarah : 168)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan
makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezkikan
kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allahyang kamu beriman kepada-Nya.(Q.S AL
Maidah : 87-88)
2.

Persaudaraan dan Keadilan Bersama

Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki serta
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah maha mengetahui lagi maha mengenal Q.S Al Hujarat (49) : 13)

3.
Distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata dan Agama Islam mentolerir
kesenjangan kekayaan dan penghasilan karena manusia tidak sama dalam
halkarakter, kemampuan, kesungguhan dan bakat. Perbedaan diatas tersebut
merupakan penyebab perbedaan dalam pendapatan dan kekayaan. Hal ini dapat
terlihat pada Al Quran :
Dan Allah melebihklan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezki,
tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan rezki
mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan)
rezki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?

(Q.S An Nahl (16) : 71)

Kami telah menetukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan


dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebaian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang
lain. Dan Rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (Q.S Az
Zukhruf (43) :32)
4.
Kebebasan pribadi dalam kemaslahatan sosial yang didasarkan pada
pengertian bahwa manusia diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah.
Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang
berbuat kebaikan, mak sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
kokoh. Dan hanya kepada Allah lah kesudahan segala urusan. (Q.S Lukman (31) :
22)
C.

Kaidah Ushul Fiqih Yang Dipakai

1.
Kemaslahatan masyarakat lebih besar harus didahulukan dari pada
kemaslahatan individu yang lebih sempit.

2.
Meskipun menghilangkan bahaya kesukaran dan mendorong
kemaslahatan kedua-duanya merupakan tujuan pokok syariah, namun yang
pertama harus lebih didahulukan.
3.
Kerugian yang lebih besar tidak dapat ditimpakan untuk menghindari kerugian
yang lebih sempit atau kemaslahatan yang lebih besar tidak dapat dikorbankan
untuk mendapatkan kemaslahatan yang lebih kecil.

D.

Karakteristik Koperasi Syariah

1.

Mengakui hak milik individu terhadap modal usaha

2.

Tiadanya transaksi berbasis bunga (riba)

3.

Berfungsinya institusi zakat

4.

Mengakui mekanisme pasar

5.

Mengakui motif mencari keuntungan

6.

Mengakui kebebasan berusaha

7.

Mengakui adanya hak bersama

E.

Sistem Ekonomi Syariah

Akhir-akhir ini semakin luas dibahas sistem Ekonomi Syariah yang dianggap lebih
adil dibanding sistem ekonomi yang berlaku sekarang khususnya sejak 1966 (Orde
Baru) yang berciri kapitalistik dan bersifat makin liberal, yang setelah kebablasan
kemudian meledak dalam bentuk bom waktu berupa krismon tahun 1997. Krismon
yang menghancurkan sektor perbankan modern kini tidak saja telah menciutkan
jumlah bank menjadi kurang dari separo, dari 240 menjadi kurang dari 100 buah,
tetapi juga sangat mengurangi peran bank dalam perekonomian nasional.
Sistem Ekonomi Pancasila yang bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia (sila ke-5) jelas berorientasi pada etika (Ketuhanan Yang
Maha Esa), dan kemanusiaan, dengan cara-caranasionalistik dan kerakyatan
(demokrasi). Secara utuh Pancasila berarti gotong-royong, sehingga sistem
ekonominya bersifat kooperatif/ kekeluargaan/ tolong-menolong.
Jika suatu masyarakat/negara/bangsa, warganya merasa sistem ekonominya
berkembang ke arah yang timpang dan tidak adil, maka aturan mainnya harus

dikoreksi agar menjadi lebih adil sehingga mampu membawa perekonomian ke arah
keadilan ekonomi dan sekaligus keadilan sosial.
Prinsip profit-sharing atau bagi-bagi keuntungan dan resiko yang jelas
merupakan ajaran Sistem Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Pancasila
sebenarnya sudah diterapkan di sejumlah negara maju (welfare state) yang merasa
bahwa penerapan prinsip profit-sharing danemployee participation lebih menjamin
ketentraman dan ketenangan usaha dan tentu saja menjamin keberlanjutan suatu
usaha.
Berdasarkan penelitian 303 perusahaan di Inggris, alasan perusahaan mengadakan
aturan pembagian laba dan pemilikan saham oleh buruh/karyawan ada 5 yaitu :
1.

Komitmen moral (moral commitment);

2.

Penahanan staf (staff retention);

3.

Keterlibatan buruh/karyawan (employee involvement);

4.
Perbaikan kinerja hubungan industrial (improved industrial relations
performance);
5.
Perlindungan dari pengambilalihan oleh perusahaan lain (protection against
takeover).
Bisa dibuktikan bahwa ke-5 alasan yang disebut di sini diputuskan
manajemen perusahaan karena memang benar-benar dialami banyak perusahaan
lebih-lebih pada perusahaan keuangan yang bersaing dengan ketat satu sama lain,
dan ada kebiasaan terjadinya mobilitas tinggi dari staf yang berkualitas. Tanpa
kecuali hampir semua cara ditempuh perusahaan untuk meningkatkan kesadaran
ikut memiliki perusahaan bagi buruh/ karyawan yang selanjutnya diharapkan dapat
meningkatkan semangat bekerja yang pada gilirannya berakibat meningkatkan
keuntungan perusahaan. Dalam perusahaan yang berbentuk koperasi, sejak awal
anggota koperasi adalah juga pemilik perusahaan yang disamping dapat
memperoleh manfaat langsung dalam berbisnis dengan koperasi juga pada akhir
tahun masih dapat menerima sisa hasil usaha (yang sering dikacaukan dengan
keuntungan). Inilah rahasia berkoperasi yang biasanya tidak ditonjolkan pengurus
karena praktek-praktek manajemen koperasi sering bertentangan dengan teori
koperasi yang harus bersifat profit-sharing. Artinya perusahaan koperasi sering
berubah menjadi koperasi pengurus bukan koperasi anggota. Profit-sharing
dansharing ownership sangat sejalan dengan aturan main Sistem Ekonomi Pancasila
yang bertujuan menghindarkan ketimpangan ekonomi dan sosial dan berusaha
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Ekonomi Pancasila adalah ajaran ekonomi baru yang agamis sekaligus
manusiawi, nasionalistik, dan demokratis, untuk menantang kerakusan ajaran
Neoliberal yang semakin rakus. Bahwa Depdiknas melalui Dirjen Pendidikan Tinggi

memberikan dukungan kuat pada Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PUSTEP) UGM
untuk mengembangkan ajaran-ajaran ekonomi Pancasila, membuktikan kebenaran
perjuangan moral ini. Ajaran ekonomi Pancasila jelas paralel dengan ajaran Ekonomi
Syariah atau ekonomi Islami karena keduanya menekankan pada ajaran moralspiritual untuk membendung ajaran agama ekonomi kapitalis Neoliberal.
Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi yang lain
adalah ssumsi dasar / norma pokok maupun aturan main dalam proses ataupun
interaksi kegiatan ekonomi yang diberlakukan. Dalam sistem ekonomi Islam asumsi
dasarnya adalah syari'ah Islam, diberlakukan secara menyeluruh baik terhadap
individu, keluarga, kelompok masyarakat, usahawan maupun penguasa/pemerintah
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk keperluan jasmaniah maupun
rohaniah.
Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan di dunia dan di akhirat
selaku khalifatullah dengan jalan beribadah dalam arti yang luas. Berbicara tentang
sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi kapitalis tidak bisa dilepaskan dari
perbedaan pendapat mengenai halal-haramnya bunga yang oleh sebagian ulama
dianggap sebagai riba yang diharamkan oleh al-Qur'an. Manfaat uang dalam
berbagai fungsi baik sebagai alat penukar, alat penyimpan kekayaan dan
pendukung peralihan dari sistem barter ke sistem perekonomian uang, oleh para
penulis Islam telah diakui, tetapi riba mereka sepakati sebagai konsep yang harus
dihindari dalam perekonomian. Sistem bunga dalam perbankan (rente stelsel) mulai
diyakini oleh sebagian ahli sebagai faktor yang mengakibatkan semakin buruknya
situasi perekonomian dan sistem bunga sebagai faktor penggerak investasi dan
tabungan dalam perekonomian Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara
terbaik mengatasi lemahnya ekonomi rakyat.

F.

Mekanisme Harga dalam Ekonomi Islam

Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah pertemuan antara permintaan


dan penawaran. Dalam pengertian ini, pasar bersifat interaktif, bukan fisik. Adapun
mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat harga berdasarkan kekuatan
permintaan dan penawaran. Pertemuan antara permintaan (demand) dan
penawaran (supply) dinamakan equilibrium price (harga keseimbangan). Ibnu

Taimiyah juga memiliki pandangan tentang pasar bebas, dimana suatu harga
dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Ia mengatakan; naik
turunnya harga tak selalu berkait dengan pengusahaan (zulm) yang dilakukan oleh
seseorang. Sesekali alasannya adalah karena adanya kekurangan dalam produk
atau penurunan impor dari barang-barang yang diminta. Jadi, jika kebutuhan
terhadap jumlah barang meningkat, sementara kemampuan menyediakan
menurun, harga akan turun. Kelangkaan dan kelimpahan tak semesti diakibatkan
oleh perbuatan seseorang. Bias saja berkaitan dengan sebab yang tidak melibatkan
ketidakadilan. Atau sesekali, bias juga disebabkan oleh ketidakadialan. Maha besar
Allah, yang mencptakan kemauan pada hati manusia.
Dari pernyataan di atas terdapat indikasi kenaikan harga yang terjadi
disebabkan oleh perbuatan ketidakadilan para penjual. Perbuatan ini disebut
manipulasi yang mendorong terjadinya ketidaksempurnaan pasar. Tetapi
pernyataan ini tidakl bisa dismakan dalam segala kondisi, karena bisa saja alasna
naik dan turunnya harga disebabkan oleh kekuatan. Ungkapan Ibnu taimiyah
tersebut juga menggambarkan secara eksplisit bahwa penawaran bisa datang dari
produksi domestic dan impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai
peningkatan dan penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan, sedang
permintaan sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan. Besar kecilnya kenaikan
harga tergantung pada besarnya perubahan penawaran dan permintaan. Bila
seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan, kenaikan harga yang terjadi
merupakan kehendak natural (ilahiyah).
Dalam bukunya, Majmu Fatawa, Ibnu Taimiyah mengemukakan beberapa factor
yang mempengaruhi fluktuasi permintaan dan konsekuensinya terhadap harga:
1.
Kebutuhan manusia sangat beragam dan bervariasi satu sama lain.
Kebutuhan tersebut berbeda-bada, tergantung pada kelimpahan atau kelangkaan
dari barang-barang yang dibutuhkan itu. Suatu barang kan lebih dibutuhkan pada
saat terjadinya kelangkaan ketimbang pada saat melimpahnya persediaan.
2.
Harga suatu barang beragam tergantung pada tingginya jumlah orangorang yang melakukan permintaan. Jika jumlah manusia yang membutuhkan
sebuah barang sangat banyak, maka hargapun akan bergerak naik terutama jika
jumlah barang hanya sedikit.
3.
Harga barang juga diengaruhi oleh besar atau kecilnya kebutuhan terhadap
brang dan tingkat ukurannya. Jika kebutuhan sangat besar dan kuat, maka
hargapun akan melambung hingga tingkat yang paling maksimal, ketimbang jika
kebutuhan itu kecil dan lemah.
4.
Tujuan dari kontrak adalah adanya timbul balik kepemilikan oleh kedua
belah pihak yang melakukan transaksi. Jika sipembayar mampu melakukan
pembayaran dan mampu memenuhi janjinya, tujuan dari transaksi itu mampu
diwujudkan dengannya.

5.

Aplikasi yang sama berlaku bagi seseorang yang meminjam atau menyewa.

Menunjukan betapa ibnu taimiyah menghargai mekanisme harga. Oleh sebab


itu, Ibnu Taimiyah sangat setuju apabila pemerintah tidak mengintervensi harga
selama mekanisme pasar itu terjadi dimana kurva supply dandemand bertemu
tanpa ada campur tangan. Atau dengan kata lain terjadi perubahan harga karena
perubahan genuine supply dan genuine demand. Namun jika peribhan harga tidak
disebabkan oleh genuine supply dan genuine demandmaka pemerintah harus
melakukan market intervention.
Sedangkan Ibnu khaldun secara khusus memberikan ulasan tentang harga
dalam bukunya Al-Muqaddimah pada satu bab berjudul Harga-Harga di kota. Ia
membagi jenis barang menjadi dua; barang kebutuhan pokok menjadi prioritas.
Karena permintaan akan bahan itu sangat besar, tak seorangpun melalaikan bahan
makanannya sendiri atau bahan makanan keluarganya, baik bulanan atau tahunan,
sehingga usaha untuk mendapatkannya dilakukan oleh seluruh penduduk kota, atau
oleh sebagian besar dari pada mereka, baik di dalam kota itu sendiri maupun di
daerah sekitarnya. Ini tidak dapat dipungkiri. Masing-masing orang yang berusaha
untuk mendapatkan makanan untuk dirinya sendiri memiliki surplus besar melebihi
kebutuhan diri dan keluarganya. Surplus ini dapat mencukupi kebutuhan sebagian
besar penduduk kota itu. Tidak dapat diragukan, penduduk kota itu memiliki
makanan lebih dari kebutuhan mereka. Akibatnya, harga makanan seringkali
menjadi murah.
Adapun faktor-faktor yang menentukan panawaran menurut Ibnu Khaldun adalah:
1.

Permintaan.

2.

Tingkat keuntungan relatif.

3.

Tingkat usaha manusia.

4.
Besarnya tenaga buruh termasuk ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki.
5.

Ketenangan dan keamanan.

6.

Kemampuan teknit serta perkembangan masyarakat secara keseluruhan.

Faktor-faktor yang menentukan permintaan menurut Ibnu Khaldun adalah:


pendapatan, jumlah penduduk, kebiasaan dan adapt istiadat masyarakat, serta
pembangunan dan kemakmuran masyarakat secara umum.
Dalam konsep ekonomi islam, penentuan harga dilakukan oleh kekuatankekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran. Dalam
konsep islam, pertemuan permintaan dengan penawaran tersebut haruslah terjadi
secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk melakukan

transaksi pada tingkat harga tersebut. Keadaan rela sama rela merupakan kebalikan
dari keadaan aniaya, yaitu keadaan salah satu pihak yang merasa senang di atas
kesedihan pihak lain. Dalam hal harga, para ahli fiqih merumuskannya sebagai the
price of the equivalent. Konsep the price of the equivalent ini mempunyai implikasi
penting dalam ilmu ekonomi, yaitu keadaan pasar yang kompetitif.
Dalam konsep islam, monopoli, duopoly, oligopoly, dalam artian hanya ada
satu penjual, dua penjual, atau beberapa penjual tidak dilarang keberadaannya,
selama mereka tidak mengambil keuntungan di atas keuntungan normal. Ini
merupakan konsekuensi dari konsep the price of the equivalent. Produsen yang
beroperasi dengan positif profit akan mengundang produsen lain untuk masuk
kedalam bisnis tersebut, sehingga kurva supply bergeser ke kanan, jumlah output
yang ditawarkan bertambah, dan harga akan turun.
Produsen baru akan terus memasuki bisnis tersebut sampai dengan harga
turun sedemikian sehingga economic profit nihil. Pada keadaan ini produsen yang
telah ada di asar tidak mempunyai insentif untuk keluar dari pasar, dan produsen
yang belum masuk ke pasar tidak mempunyai intensif untuk masuk kepasar.
Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil. Setiap
bentuk tindakan yang dapat menimbulkan ketidakadilan dilarang. Kecurangankecurangan tersebut dapat berupa contoh sebagaiberikut:
1.
Talaqqi rukban dilarang karena padagang yang menyongsong di pinggir kota
mendapat keuntungan dari ketidaktahuan penjual dari kampung akan harga yang
berlaku di kota.
2.
Usaha mencegah masuknya pedagang desa ke kota ini (entry barrier) akan
menimbulkan pasar yang kompetitif.
3.
Tindakan mengurangi timbangan dilarang karena barang dijual dengan harga
yang sama untuk jumlah yang lebih sedikit.
4.
Menyembunyikan cacat barang dilarang karena penjual mendapatkan harga
yang baik untuk kualitas yang buruk.
5.
Menukar kurma kering dengan kurma basah dilarang, karena takaran kurma
basah ketika kering bisa jadi tidak sama dengan kurma kering yang ditakar.
6.
Menukar satu takar kurma bagus dengan dua takar kurma kualitas sedang
dilarang, karena setiap kualitas kurma mempunyai harga pasarnya. Rasulullah
menyuruh menjual kurma yang satu, kemudian membeli kurma yang lain dengan
uang.
7.
Transaksi Najasy dilarang karena si penjual menyuruh orzng lain memuji
barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik.

8.
Ikhtikar dilarang, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal
dengan menjual lebih sedikat barang untuk harga yang lebih tinggi.
9.

Ghaban faa-hisy (besar) dilarang, yaitu menjual diatas harga pasar.

Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi


dan peran koperasi sebagai berikut:

Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi


anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan


manusia dan masyarakat.

Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan


perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya.

Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional,


yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.

Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para


pelajar bangsa.
Sedangkan menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi,
yaitu:

Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.

Pengelolaan dilakukan secara demokratis.

Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota tersebut dalam
koperasi).

Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.

Kemandirian.

Pendidikan perkoprasian.

kerjasama antar koperasi.

Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan
usahanya koperasi memerlukan modal. Adapun modal koperasi terdiri atas modal
sendiri dan modal pinjaman.
Modal sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut:

Simpanan Pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota
kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat
diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap anggota.

Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan


oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, misalnya tiap
bulan dengan jumlah simpanan yang sama untuk setiap bulannya. Simpanan wajib
tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota
koperasi.

Simpanan khusus/lain-lain misalnya:Simpanan sukarela (simpanan yang


dapat diambil kapan saja), Simpanan Qurba, dan Deposito Berjangka.

Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa
Hasil usaha, yang dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri, pembagian
kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan untuk menutup
kerugian koperasi bila diperlukan.

Hibah

Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan
uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak
mengikat.
adapun modal pinjaman koperasi berasal dari pihak-pihak sebagai berikut:

Anggota dan calon anggota

Koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian


kerjasama antar koperasi


Bank dan Lembaga keuangan bukan banklembaga keuangan lainnya yang
dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perudang-undangan yang berlaku

Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya yang dilakukan berdasarkan


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sumber lain yang sah

Koperasi secara umum dapat dikelompokkan menjadi koperasi konsumen,


koperasi produsen dan koperasi kredit (jasa keuangan). Koperasi dapat pula
dikelompokkan berdasarkan sektor usahanya.

Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Konsumen

Koperasi Produsen

Koperasi Pemasaran

Koperasi Jasa

Koperasi Fungsional

Mekanisme pendirian koperasi terdiri dari beberapa tahap. Pertama adalah


pengumpulan anggota, karena untuk menjalankan koperasi membutuhkan minimal
20 anggota. Kedua, Para anggota tersebut akan mengadakan rapat anggota, untuk
melakukan pemilihan pengurus koperasi ( ketua, sekertaris, dan bendahara ).
Setelah itu, koperasi tersebut harus merencanakan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga koperasi itu. Lalu meminta perizinan dari negara. Barulah bisa
menjalankan koperasi dengan baik dan benar.
Pengurus koperasi dipilih dari kalangan dan oleh anggota dalam suatu rapat
anggota. Ada kalanya rapat anggota tersebut tidak berhasil memilih seluruh
anggota Pengurus dari kalangan anggota sendiri. Hal demikian umpamanya terjadi
jika calon-calon yang berasal dari kalangan-kalangan anggota sendiri tidak memiliki
kesanggupan yang diperlukan untuk memimpin koperasi yang bersangkupan,
sedangkan ternyata bahwa yang dapat memenuhi syarat-syarat ialahmereka yang
bukan anggota atau belum anggota koperasi (mungkin sudah turut dilayani oleh
koperasi akan tetapi resminya belum meminta menjadi anggota).
Dalam hal dapatlah diterima pengecualian itu dimana yang bukan anggota dapat
dipilih menjadi anggota pengurus koperasi.
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada
umumnya merupakan hasil dari usaha yang tidak sepontan dan tidak dilakukan oleh
orang-orang yang sangat kaya. Mereka mempersatukan diri untuk memperkaya
dirinya sendiri, seraya ikut mengembangkan kesejahteraan masyarakat di

sekitarnya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam


lapangan ekonomi dan sosial yang di timbulkan oleh sistem kapitalisme demikian
memuncaknya. Beberapa orang yang penghidupannya sederhana dengan
kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi
yang sama, secara sepontan mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri
dan manusia sesamanya.
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di
Purwokerto mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negri (priyayi) Ia terdorong
oleh keinginanya untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena
terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi.
Maksud Patih tersebut untuk mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman. Ia
dibantu oleh seorang asisten Residen Belanda (Pamong Praja Belanda) AssistenResiden itu sewaktu cuti berhasil mengunjungi Jerman dan menganjurkan akan
mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan,
Tabungan dan Pertanian. Selain pegawai negeri juga para petani perlu dibantu
karena mereka makin menderita karena tekanan para pengijon (pelepan uang). Ia
juga menganjurkan mengubah Bank tersebut menjadi koperasi. Di samping itu ia
pun mendirikan lumbung-lumbung desa yang menganjurkan para petani
menyimpan pada pada musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi
pada musim paceklik. Ia pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi
Koperasi Kredit Padi. Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain.
Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan
Koperasi tetapi Pemerintah Belanda membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank
bank Desa , rumah gadai dan Centrale Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyat
Indonesia (BRI). Semua itu adalah badan usaha Pemerntah dan dipimpin oleh orangorang Pemerintah.
Pada zaman Belanda pembentuk koperasi belum dapat terlaksana, karena:

Belum ada instansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang


memberikan penerangan dan penyuluhan tentang koperasi.

Belum ada Undang-Undang yang mengatur kehidupan koperasi.

Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena


pertimbangan politik, khawatir koperasi itu akan digunakan oleh kaum politik untuk
tujuan yang membahayakan pemerintah jajahan itu.
Koperasi menjamur kembali, tetapi pada tahun 1933 keluar UU yang mirip UU
no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya. Pada tahun
1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi kumiyai.
Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis dan menjadi
alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Setelah
Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia

mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya Hari ini kemudian


ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.
B.

Koperasi dalam Perspektif Islam

Koperasi (Sirkah Taawuniyah) dalam Pandangan Islam .Sirkah berarti ikhtilath


(percampuran). Para fuqaha mendefinisikan sebagai: Akad antara orang-orang yang
berserikat dalam hal modal dan keuntungan. Definisi ini dari mazhab Hanafi. Di
dalam Kitabullah, Allah berfirman yang artinya:Maka mereka bersekutu dalam
yang sepertiga.
(Q. S. 4: 12)
Dan sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal shaleh; dan amat sedikitlah mereka itu.
(Q. S. 38: 24)
Di dalam As-Sunnah, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: Allah SWT berfirman:
Aku ini Ketiga dari dua orang yang berserikat, selama salah seorang mereka tidak
mengkhianati temannya. Apabila salah seorang telah berkhianat terhadap
temannya Aku keluar dari antara mereka.
(HR. Abu Daud dari Abu Hurairah)
Dari segi etimologi kata koperasi berasal dan bahasa Inggris, yaitu cooperation
yang artinya bekerja sama. Sedangkan dari segi terminologi, koperasi ialah suatu
perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
yang bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota atas dasar sukarela secara kekeluargaan.
Koperasi dari segi bidang usahanya ada yang hanya menjalankan satu bidang
usaha saja, misalnya bidang konsumsi, bidang kiedit atau bidang produksi. Ini
disebut koperasi berusaha tunggal (single purpose). Ada pula koperasi yang
meluaskan usahanya dalam berbagai bidang, disebut koperasi serba usaha
(multipurpose), misalnya pembelian dan penjualan.
Dari pengertian koperasi di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa yaag
mendasari gagasan koperasi sesungguhnya adalah kerja sama, gotong-royong dan
demokrasi ekonomi menuju kesejahteraan umum. Keja sama dan gotong-royong ini
sekurang-kurangnya dilihat dari dua segi. Pertama, modal awal koperasi
dikumpulkan dari semua anggota-anggotanya. Mengenai keanggotaan dalam
koperasi berlaku asas satu anggota, satu suara. Karena itu besarnya modal yang
dimiliki anggota, tidak menyebabkan anggota itu lebih tinggi kedudukannya dari
anggota yang lebih kecil modalnya. Kedua, permodalan itu sendiri tidak merupakan
satu-satunya ukuran dalam pembagian sisa hasil usaha. Modal dalam koperasi

diberi bunga terbatas dalam jumlah yang sesuai dengan keputusan rapat anggota.
Sisa hasil usaha koperasi sebagian Uesar dibagikan kepada anggota berdasarkan
besar kecilnya peranan anggota dalam pemanfaatan jasa koperasi. Misalnya, dalam
koperasi konsumsi, semakin banyak membeli, seorang anggota akan mendapatkan
semakin banyak keuntungan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih merangsang peran
anggota dalam perkoperasian itu. Karena itu dikatakan bahwa koperasi adalah
perkumpulan orang, bukan perkumpulan modal. Sebagai badan usaha, koperasi
tidak semata-mata mencari keuntungan akan tetapi lebih dari itu, koperasi bercitacita memupuk kerja sama dan mempererat persaudaraan di antara sesama
anggotanya.
Sebagian ulama menganggap koperasi (Syirkah Taawuniyah) sebagai akad
mudharabah, yakni suatu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, di satu
pihak menyediakan modal usaha, sedangkan pihak lain melakukan usaha atas
dasar profit sharing (membagi keuntungan) menurut perjanjian, dan di antara
syarat sah mudharabah itu ialah menetapkan keuntungan setiap tahun dengan
persentasi tetap, misalnya 1% setahun kepada salah satu pihak dari mudharabah
tersebut. Karena itu, apabila koperasi itu termasuk mudharabah atau qiradh,
dengan ketentuan tersebut di atas (menetapkan persentase keuntungan tertentu
kepada salah satu pihak dari mudharabah), maka akad mudharabah itu tidak sah
(batal), dan seluruh keuntungan usaha jatuh kepada pemilik modal, sedangkan
pelaksana usaha mendapat upah yang sepadan atau pantas.
Mahmud Syaltut tidak setuju dengan pendapat tersebut, sebab Syirkah
Taawuniyah tidak mengandung unsur mudharabah yang dinimuskan oleh fuqaha.
Sebab Syirkah Taawuniyah, modal usahanya adalah dari sejumlah anggota
pemegang saham, dan usaha koperasi itu dikelola oleh pengurus dan karyawan
yang dibayar oleh koperasi menurut kedudukan dan fungsinya masing-masing.
Kalau pemegang saham turut mengelola usaha koperasi itu, maka ia berhak
mendapat gaji sesuai dengan sistem penggajian yang balaku. Menurut Muhammad
Syaltut, koperasi merupakan syirkah baru yang diciptakan oleh para ahli ekonomi
yang dimungkinkan banyak sekali manfaatnya, yaitu membari keuntungan kepada
para anggota pemilik saham, membori lapangan kerja kepada para karyawannya,
memberi bantuan keuangan dan sebagian hasil koperasi untuk mendirikan tempat
ibadah, sekolah dan sebagainya.
Dengan demikian jelas, bahwa dalam koperasi ini tidak ada unsur kezaliman dan
pemerasan (eksploitasi oleh manusia yang kuat/kaya atas manusia yang
lemah/miskin). Pengelolaannya demokratis dan terbuka (open management) serta
membagi keuntungan dan kerugian kepada para anggota menurut ketentuan yang
berlaku yang telah diketahui oleh seluruh anggota pemegang saham.
Oleh sebab itu koperasi itu dapat dibenarkan oleh Islam. Menurut Sayyid Sabiq,
Syirkah itu ada empat macam, yaitu:

1.

Syirkah Inan

Syirkah Inan, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dalam
permodalan untuk melakukan suatu usaha bersama dengan cara membagi untung
atau rugi sesuai dengan jumlah modal masing-masing.
2.

Syirkah Mufawadhah

Syirkah Mufawadhah, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk
melakukan suatu usaha dengan persyaratan sebagai berikut:Modalnya harus sama
banyak. Bila ada di antara anggota persyarikatan modalnya lebih besar, maka
syirkah itu tidak sah. Mempunyai wewenang untuk bertindak, yang ada kaitannya
dengan hukum. Dengan demikian, anak-anak yang belum dewasa belum bisa
menjadi anggota persyarikatan. Satu agama, sesama muslim. Tidak sah bersyarikat
dengan non muslim. Masing-masing anggota mempunyai hak untuk bertindak atas
nama syirkah (kerja sama).
3.

Syirkah Wujuh

Syirkah Wujuh, yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membeli
sesuatu tanpa modal, tetapi hanya modal kepercayaan dan keuntungan dibagi
antara sesama mereka.
4.

Syirkah Abdan

Syirkah Abdan, yaitu karja sama antara dua orang atau lebih untuk
melakukan suatu usaha atau pekerjaan. Hasilnya dibagi antara sesama mereka
berdasarkan perjanjian seperti pemborong bangunan, instalasi listrik dan lainnya.
Mazhab Hanafiah menyetujui (membolehkan) keempat macam Syirkah tersebut.
Sementara mazhab Syafiiah melarang Syirkah Abdan, Mufawadhah, Wujuh dan
membolehkan Syirkah Inan. Tiga macam dilarang dan hanya satu macam saja yang
dibolehkan.
Mazhab Malikiah membolehkan Syirkah Abdan, Syirkah Inan, dan Syirkah
Mufawadhah dan melarang Syirkah Wujuh.
Mazhab Hanabilah membolehkan Syirkah Inan, Wujuh dan Abdan, dan melarang
Syirkah Mufawadhah. Selain Imam Mujtahid yang empat itu, masih ada lagi
pendapat ulama-ulama lainnya sebagaimana terlihat pada uraian berikutnya.
Mengenai status hukum berkoperasi bagi urnmat Islam juga didasarkan pada
kenyataan, bahwa koperasi merupakan lembaga ekonomi yang dibangun oleh
pemikiran barat, terlepas dari ajaran dan kultur Islam. Artinya, bahwa Al-Quran dan
hadis tidak menyebutkan, dan tidak pula dilakukan orang pada zaman Nabi.
Kehadirannya di beberapa negara Islam mengundang para ahli untuk menyoroti
kedudukan hukumnya dalam Islam.

Khalid Abdurrahman Ahmad, panulis Al-Tafkir Al-Iqrishadi Fi Al-Islam


(pemikiran-pemikiran ekonomi Islam), Penulis Timur Tengah ini berpendapat, haram
bagi ummat Islam berkoperasi. Sebagai konsekuensinya, penulis ini juga
mengharamkan harta yang diperoleh dari koperasi. Argumentasinya dalam
mengharamkan koperasi, ialah pertama disebabkan karena prinsip-prinsip
keorganisasian yang tidak memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan syariah. Di
antara yang dipersoalkan adalah persyaratan anggota yang harus terdiri dari satu
jenis golongan saja yang dianggap akan membentuk kelompok-kelompok yang
eksklusif. Argumen kedua adalah mengenai ketentuan-ketentuan pembagian
keuntungan. Koperasi mengenal pembagian keuntungan yang dilihat dari segi
pembelian atau penjualan anggota di koperasinya. Cara ini dianggap menyimpang
dari ajaran Islam, karena menurut bentuk kerja sama dalam Islam hanya mengenal
pembagian keuntungan atas dasar modal, atas dasar jerih payah atau atas dasar
keduanya.
Argumen selanjutnya adalah didasarkan pada penilaiannya mengenai tujuan
utama pembentukan koperasi dengan persyaratan anggota dan golongan ekonomi
lemah yang dianggapnya hanya bermaksud untuk menenteramkan mereka dan
membatasi keinginannya serta untuk mempermainkan mereka dengan ucapanucapan atau teori-teori yang utopis (angan-angan/khayalan).
Pendapat tersebut belum menjadi kesepakatan/ijma para ulama. Sebagai
bagian bahasan yang bermaksud membuka spektrum hukum berkoporasi, maka
selain melihat segi-segi etis hukum berkoperasi dapat dipertimbangkan dari kaidah
penetapan hukum, ushul al-fiqh yang lain. Telah diketahui bahwa hukum Islam
mengizinkan kepentingan masyarakat atau kesejahleraan bersama melalui prinsip
ishtishlah atau al-maslahah. Ini berarti bahwa ekonomi Islam harus memberi
prioritas pada kesejahleraan rakyat bersama yang merupakan kepentingan
masyarakat. Dengan menyoroti fungsi koperasi di antaranya:
1. Sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan
rakyat dan
2. Alat pendemokrasian ekonomi nasional.
Dengan demikian bahwa prinsip ishtishlah dipenuhi di sini dipenuhi oleh koperasi.
Demikian juga halnya, jika dilihat dari prinsip istihsan (metode preferensi).
Menyoroti koperasi menurut metode ini paling tidak dapat dilihat pada tingkat
makro maupun mikro. Tingkat makro berarti mempertimbangkan koperasi sebagai
sistem ekonomi yang lebih dekat dengan Islam dibanding kapitalisme dan
sosialisme. Pada tingkat mikro berarti dengan melihat terpenuhi prinsip hubungan
sosial secara saling menyukai yang dicerninkan pada prinsip keanggotaan terbuka
dan sukarela, prinsip mementingkan pelayanan anggota dan prinsip solidaritas.

Dengan pendekatan kaidah ishtishlah dan istihsan di atas, ada


kecenderungan dibolehkannya kegiatan koperasi. Juga telah disebutkan banyak
segi-segi falsafah, etis dan manajerial yang menunjukkan keselarasan,
kesesuaiandan kebaikan koperasi dalam pandangan Islam. Secara keseluruhan hal
ini telah memberi jalan ke arah istimbath hukum terhadap koperasi. Hasil istimbath
ini tidak sampai kepada wajib, juga tidak sampai kepada haram, sebagaimana
dikemukakan oleh Khalid Abdurrahman Ahmad.
Jika demikian halnya, lantas bagaimana hukum berkoperasi? Kembali pada
sifat koperasi sebagai praktek muamalah, maka dapat ditetapkan hukum koperasi
adalah sesuai dengan ciri dan sifat-sifat koperasi itu sendiri dalam menjalankan
roda kegiatannya. Karena dalam kenyataannya, koperasi itu berbeda-beda
substansi model pergerakannya. Misalnya koperasi simpan pinjam berbeda dengan
koperasi yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan dan jasa lainnya.
Koperasi simpan pinjam bahkan banyak yang lebih tinggi bunga yang ditetapkannya
bagi para peminjam daripada bunga yang ditetapkan oleh bank-bank konvensional.
Tentunya hal seperti ini tidak diragukan lagi adalah termasuk riba yang diharamkan.
Adapun koperasi semacam kumpulan orang yang mengusahakan modal
bersama untuk suatu usaha perdagangan atau jasa yang dikelola bersama dan hasil
keuntungan dibagi bersama, selagi perdagangan atau jasa itu layak dan tidak
berlebihan di dalam mengambil keuntungan, maka dibolehkan, apalagi jika
keberadaan koperasi itu memudahkan dan meringankan bagi kepentingan
masyarakat yang bersangkutan.
C.

Koperasi Syariah

Koperasi syariah adalah koperasi yang didirikan berdasarkan landasan hukum Islam.
Tujuan dai koperasi syariah adalah meningkatkan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan
perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Adapun fungsi
dan peran koperasi syariah antara lain :

Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada


khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan
sosial ekonominya;

Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih


amanah, professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam
menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam;

Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional


yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi;


Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana,
sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta;

Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama


melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif;

Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja;

Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.

Sedangkan landasan dari koperasi syariah adalah :

Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan.

Koperasi syariah berlandaskan syariah islam yaitu al-quran dan as-sunnah


dengan saling tolong menolong (taawun) dan saling menguatkan (takaful).
Prinsip ekonomi dalam Islam diterapkan dalam koperasi syariah karena koperasi
syariah berdasarkan hukum Islam dan beberapa alasan yakni kekayaan adalah
amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak, manusia
diberi kebebasan bermuamalah selama bersama dengan ketentuan syariah dan
manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi serta menjunjung
tinggi keadian serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana
ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok orang saja. Adapun prinsip syariah
dalam koperasi syariah antara lain :

Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka.

Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan secara konsisten


dan konsekuen (istiqomah).

Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional.

Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sesuai dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota.

Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas dan profesional


menurut sistem bagi hasil.

Jujur, amanah dan mandiri.

Mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya ekonomi, dan sumber


daya informasi secara optimal.

Menjalin dan menguatkan kerjasama antar anggota, antar koperasi, serta


dengan dan atau lembaga lainnya.

Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan
bermanfaat (thayyib) serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil dan tanpa
riba, judi atau pun ketidakjelasan (ghoro). Untuk menjalankan fungsi perannya,
koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam sertifikasi usaha
koperasi.
Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus sesuai dengan fatwa dan
ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Usaha-usaha yang
diselenggarakan koperasi syariah harus tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Membentuk koperasi memang diperlukan keberanian dan kesamaan visi dan misi di
dalam intern pendiri. Selain itu, mendirikan koperasi syariah memerlukan
perencanaan yang cukup bagus agar tidak berhenti di tengah jalan. Adapun agar
diakui keabsahannya, hendaklah koperasi syariah disahkan oleh notaries.
Untuk mendirikan koperasi syariah, kita perlu memiliki modal awal. Modal Awal
koperasi bersumber dari dana usaha. Dana-dana ini dapat bersumber dari dan
diusahakan oleh koperasi syariah, misalkan dari Modal Sendiri, Modal Penyertaan
dan Dana Amanah.
Modal Sendiri didapat dari simpanan pokok, simpanan wajib, cadangan, Hibah, dan
Donasi, sedangkan Modal Penyerta didapat dari Anggota, koperasi lain, bank,
penerbitan obligasi dan surat utang serta sumber lainnya yang sah. Adapun Dana
Amanah dapat berupa simpanan sukarela anggota, dana amanah perorangan atau
lembaga.

PENUTUP
A.

Kesimpulan

Perekonomian sebagai salah satu sendi kehidupan yang penting bagi manusia, oleh
al-Qur'an telah diatur sedemikian rupa. Riba secara tegas telah dilarang karena
merupakan salah satu sumber labilitas perekonomian dunia. Al-Qur'an
menggambarkannya sebagai orang yang tidak dapat berdiri tegak melainkan secara
limbung bagai orang yang kemasukan syaithan. Hal terpenting dari semua itu
adalah bahwa kita harus dapat mengembalikan fungsi asli uang yaitu sebagai alat
tukar atau jual-beli. Memperlakukan uang sebagai komoditi dengan cara memungut
bunga adalah sebuah dosa besar, dan orang-orang yang tetap mengambil riba
setelah tiba larangan Allah, diancam akan dimasukkan ke neraka (Qs.alBaqarah:275). Berdirinya banyak koperasi syariah di Indonesia merupakan salah
satu contoh tantangan untuk membuktikan suatu pendapat bahwa konsepsi Islam
dalam bidang moneter dapat menjadi konsep alternatif yang memberi keuntungan
kepada semua pihak karena sistem dan mekanisme harga yang digunakan
berdasarkan keuntungan bersama.

B.

Saran

Sistem ekonomi islam dapat diterapkan dalam usaha apapun karena sifatnya yang
lebih menguntungkan. Penulis menyarankan agar koperasi syariah lebih
memasyarakat, dalam arti terdapat di daerah-daerah yang lebih terjangkau oleh
masyarakat, mengingat lembaga ini mengayomi masyarakat kelas menengah ke
bawah, sehingga masyarakat lebih merasakan manfaatnya.

DAFTAR PUSTAKA

An-Nabhani, Taqiyuddin. 2000, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Perspektif


Islam, Surabaya: Risalah Gusti.

http://sitinur87.wordpress.com/

http://syariahmuhammadiyahkediri.blogspot.com/2009/04/aplikasi-akad-syariahdalam-bisnis-al.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/posisi-dan-peran-koperasi-dalamsistem-ekonomi-indonesia/

http://blog.re.or.id/koperasi-sirkah-ta-awuniyah-dalam-pandangan-islam.htm

Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE

Simbolon, Sahat. 2007. Teori Ekonomi Mikro Edisi 1. Medan: USU Press.

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KOPERASI DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM

DISUSUN OLEH : ERZA HASAN


Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Nama Dosen : Dr. H. Abdul Wahid, M.A

FAKULTAS MANAJEMEN ( MD-2 )

STIE TRI DHARMA NUSANTARA


MAKASSAR
2014 / 2015

Anda mungkin juga menyukai