Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Gangguan kepribadian histrionik merupakan gangguan kepribadian yang

ditandai dengan perilaku yang bersemangat dan emosional serta terlalu peduli
dengan penampilannya. Orang dengan kepribadian histrionik biasanya juga tidak
dapat mempertahankan hubungan jangka panjang dengan pasangannya.1
Orang yang mengalami gangguan kepribadian histrionik sangat senang
apabila mereka menjadi pusat perhatian dan juga terlalu peduli dengan
penampilan fisik mereka. Selain itu, mereka cenderung dinilai sebagai orang yang
suka menggoda, menuntut penghiburan, pujian, dan penerimaan dari orang lain.
Orang dengan kepribadian histrionik akan marah apabila mereka tidak
mendapatkan perhatian dan pujian dari orang lain dan akan bereaksi berlebihan
dengan cara menangis atau pingsan.2
Gangguan kepribadian histrionik hampir sama dengan gangguan
kepribadian ambang yaitu memiliki pergantian emosi secara cepat dan
menunjukkan hubungan yang tidak stabil. Orang dengan kepribadian ambang
sering menghilangkan diri dalam usaha untuk memperoleh perhatian orang lain
sedangkan orang dengan gangguan kepribadian histrionik biasanya ingin menjadi
pusat perhatian.3 Orang dengan gangguan kepribadian ambang bergantung pada
orang lain karena akan keragu-raguan atas dirinya dan untuk memenuhi
kebutuhannya, tetapi orang-orang dengan gangguan kepribadian histrionik hanya
ingin perhatian dari orang lain saja.4
Prevalensi gangguan kepribadian histrionik diperkirakan 2-3% pada
populasi secara umum. Angka kejadian dari gangguan kepribadian histrionik
jauh lebih tinggi dibandingkan gangguan kepribadian lainnya dalam kedokteran
jiwa maupun umum karena pasien tersebut secara aktif mencari pengobatan
kepada dokter. Gangguan kepribadian histrionik cenderung lebih sering terjadi
pada perempuan.5

Ciri-ciri gangguan kepribadian histrionik antara lain ekspresi emosi yang


dibuat-buat, bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh
keadaan, keadaan afektif yang dangkal dan labil, terus menerus mencari
kegairahan, penghargaan, dari orang lain dan aktivitas dimana pasien manjadi
pusat perhatian, penampilan atau perilaku menggoda yang tidak memadai, terlalu
peduli dengan daya tarik fisik. Untuk mendiagnosis apakah seseorang terkena
gangguan kepribadian atau tidak yaitu terdapat paling sedikit tiga ciri-ciri di atas.6
1.2.

Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:

Mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, gambaran klinis, diagnosis,

diagnosis banding, terapi dan prognosis dari gangguan kepribadian histrionik


Sebagai tugas makalah untuk melengkapi kepaniteraan klinik di Departemen
Psikiatri.

1.3.

Manfaat Pembuatan Makalah


Manfaat pembuatan makalah ini diharapkan dapat mengembangkan

kemampuan penulis maupun pembaca untuk lebih memahami serta menambah


wawasan tentang gangguan kepribadian histrionik.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Gangguan kepribadian histrionik merupakan gangguan kepribadian yang
ditandai dengan perilaku yang bersemangat dan emosi yang dibuat-buat serta
terlalu peduli dengan penampilannya untuk mendapatkan perhatian orang lain.1

2.2. Etiologi
Etiologi gangguan kepribadian histrionik belum dipahami dengan baik.
Beberapa peneliti berspekulasi bahwa masalah yang sering terjadi dalam
hubungan orang tua dan anak dapat menyebabkan anak merasa memiliki harga
diri yang rendah. Perilaku dramatis dan cara-cara lain yang berlebihan untuk
mengesankan orang lain mungkin berhubungan dengan konsep diri individu
bahwa ia tidak layak mendapatkan perhatian tanpa perilaku khusus. Ada juga
hubungan dari riwayat gangguan kepribadian pada keluarga yaitu yang
mempunyai gangguan kepribadian histrionik dan ambang.5

2.3.

Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang utama dari gangguan kepribadian histrionik adalah

sengaja menggunakan ekspresi berlebihan dan emosionalitas yang dibuat-buat


untuk menarik perhatian, menghindari tanggung jawab yang tidak menyenangkan
baginya, dan mengendalikan orang lain. Orang dengan gangguan histrionik
tersebut akan merasa baik ketika mereka menjadi pusat perhatian dan akan
menjadi kecewa apabila tidak mendapat perhatian dari yang lainnya. Emosi
mereka labil dan mereka mungkin akan

menunjukkannya dengan amarah,

tangisan yang meledak, atau tuduhan yang dramatis. Hal-hal ini sering digunakan
mereka untuk mendapatkan reaksi dari orang disekitar mereka, seperti rasa
bersalah, simpati atau penerimaan. Orang dengan gangguan ini cukup peduli

dengan penampilan fisik serta daya tarik mereka sehingga akan berpakaian dan
berperilaku dengan cara yang menggoda. Anamnesa yang dilakukan pada pasien
didominasi oleh obrolan yang menggoda dan diselingi dengan cerita yang
dramatis tentang kehidupan pasien.5
Orang dengan gangguan kepribadian histrionik mengungkapkan pola
hubungan yang tidak berhasil dengan pasangannya bahkan sering berpindahpindah dari satu hubungan ke hubungan yang lain.5 Hal ini disebabkan karena
mereka selalu mencari kesenangan-kesenangan yang baru terhadap hubungan
dengan pasangan mereka sehingga tidak dapat bertahan lama dengan

satu

pasangan saja. Orang dengan gangguan kepribadian histrionik juga dapat hadir
dengean gangguan somatoform seperti somatisasi atau gangguan konversi.7
2.4.

Diagnosis
Pedoman diagnostik untuk gangguan kepribadian histrionik yaitu dengan

ciri-ciri:6
a) ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatization), seperti bersandiwara
(theatricality), yang dibesar-besarkan (exaggerated);
b) bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan;
c) keadaan afektif yang dangkal dan labil;
d) terus menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan (appreciation)
dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian;
e) penampilan atau perilaku merangsang (seductive) yang tidak memadai;
f) terlalu peduli dengan daya tarik fisik.
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas untuk
menegakkan apakah mengalami gangguan kepribadian histrionik atau tidak.
Apabil kurang dari tiga maka disebut ciri-ciri kepribadian histrionik.
Kriteria diagnositk lainnya yaitu menurut DSM-IV dimana didapati lima
atau lebih dari hal-hal dibawah ini:7
1) tidak merasa nyaman pada situasi dimana ia bukan merupakan pusat
perhatian
2) interaksi dengan orang lain terkadang bersifat menggoda yang tidak sesuai
atau berperilaku provokatif
3) menunjukkan emosi yang cepat berubah dan ekspresi yang dangkal

4) secara konsisten menggunakan daya tarik fisik untuk menarik perhatian


5) mempunyai gaya bicara yang berlebihan dan kurang mendetail
6) menunjukkan emosi yang dibuat-buat, seperti bersandiwara, dan dibesarbesarkan
7) bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan
8) mempertimbangkan hubungan untuk lebih intim daripada sebenarnya
2.5.

Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian lainnya mungkin memiliki gejala yang hampir

sama dengan gangguan kepribadian histrionik. Oleh karena itu, penting untuk
membedakan gangguan kepribadian ini dengan yang lainnya berdasarkan
karakteristik gangguan masing-masing. 7
Gangguan kepribadian ambang juga bisa ditandai dengan mencari
perhatian, perilaku manipulatif, dan pergeseran emosi yang cepat, tetapi dapat
dibedakan dengan perilaku yang merugikan diri sendiri, gangguan marah pada
hubungan yang sudah dekat, dan perasaan kronis atas kekosongan yang dalam dan
gangguan identitas. 7
Individu dengan gangguan kepribadian anti sosial dan gangguan
kepribadian histrionik mempunyai kecenderungan yang impulsif, afek yang
dangkal, selalu mencari kegembiraan, sembrono, menggoda, dan manipulatif, tapi
orang dengan gangguan kepribadian histrionik cenderung lebih berlebihan dalam
menyampaikan emosi mereka dan hal ini tidak khas pada gangguan kepribadian
anti sosial. Individu dengan gangguan kepribadian histrionik secara manipulatif
ingin mendapatkan perhatian dari orang lain, sedangkan orang-orang dengan
gangguan

kepribadian

antisosial

secara

manipulatif

ingin

mendapatkan

keuntungan, kekuasaan, atau gratifikasi lainnya. 7


Individu dengan gangguan kepribadian narsistik juga mendambakan
perhatian dari orang lain tetapi mereka biasanya hanya ingin pujian untuk
superioritas mereka, sedangkan individu dengan gangguan kepribadian histrionik
bersedia dilihat sebagai sosok individu yang rapuh apabila hal ini dapat membuat
orang lain memberikan perhatian kepada mereka. Selain itu, individu dengan
gangguan kepribadian narsistik juga mempunyai ciri-ciri membesar-besarkan
5

keintiman hubungan mereka dengan orang lain, tetapi mereka lebih cenderung
untuk menekankan status penting atau kekayaan dari teman-teman mereka. 7
Dalam gangguan kepribadian dependen, mereka akan terlalu tergantung
pada orang lain untuk mendapatkan pujian dan bimbingan, tetapi tidak secara
berlebihan seperti individu dengan gangguan kepribadian histrionik yang terlalu
emosional. 7
Banyak orang mungkin mempunyai ciri-ciri kepribadian histrionik ketika
ciri-ciri ini bersifat fleksibel, maladaptif

dan menetap yang menyebabkan

gangguan fungsional yang signifikan atau distress subjektif apakah mereka


merupakan gangguan kepribadian histrionik atau tidak.7
2.6.

Terapi

- Psikoterapi
Mengingat tingkat tampilan emosional yang mencirikan gangguan
kepribadian histrionik memiliki insight yang rendah, dan teknik yang paling
sering psikoterapi gunakan adalah berorientasi pada insight. Gejolak hubungan
dengan pasien mungkin akan terulang dalam hubungan terapi, karena perilaku
provokatif sangat kuat untuk kebutuhan mencari perhatian. Identifikasi perasaan
pasien yang sebenarnya dilahirkan dalam hubungan terapi dan kualitas
mengabadikan diri dari emosi ini merupakan strategi yang penting. Fokus pada
hubungan antara pikiran dan perasaan juga dapat meningkatkan kapasitas pasien
untuk refleksi dan untuk mengurangi kemungkinan perilaku pasien yang
impulsif.5

- Pendekatan sosial
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik bisa mendapatkan
keuntungan tertentu dari terapi kelompok, terutama dari kelompok-kelompok
yang terdiri dari pasien yang sama. Kelompok tersebut memberikan pasien berupa
cerminan perilaku mereka sendiri.. Selain itu, pasien ini memiliki kebutuhan yang

cukup untuk penerimaan dari orang lain yang berasal dari anggota-anggota lain
karena akan lebih sedikit kemungkinan untuk ditolak oleh anggota lain tersebut.5
- Psikofarmaka
Tidak ada bukti bahwa pengobatan farmakologis efektif untuk gangguan
kepribadian histrionik. Pasien dengan gangguan ini sering hadir dengan gangguan
depresi mayor. Maka kebutuhan obat antidepressant harus dievaluasi secara hatihati untuk menentukan apakah gejala tersebut hanya sebagai cara untuk
mendapatkan perhatian medis oleh pasien atau tidak. Apabila benar pasien
mengalami gangguan depresi maka antidepressant yang dianjurkan yaitu obat
golongan MAOI.5
2.7.

Prognosis
Prognosis untuk gangguan kepribadian histrionik relatif baik. Pasien ini

cenderung cukup efektif dalam konteks sosial, yang dapat memungkinkan mereka
menjadi manfaat yang baik bagi pengaruh sosial.5

BAB 3
KESIMPULAN

Gangguan kepribadian histrionik merupakan gangguan kepribadian yang


ditandai dengan perilaku yang bersemangat dan emosi yang dibuat-buat serta
terlalu peduli dengan penampilannya untuk mendapatkan perhatian orang lain.
Kriteria diagnosis untuk gangguan kepribadian histrionik terdapat paling
sedikit tiga ciri-ciri yang terdiri dari: ekspresi emosi yang dibuat-buat, bersifat
sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan, keadaan afektif
yang dangkal dan labil, terus menerus mencari kegairahan, penghargaan, dari
orang lain dan aktivitas dimana pasien manjadi pusat perhatian, penampilan atau
perilaku menggoda yang tidak memadai, terlalu peduli dengan daya tarik fisik.
Terapi gangguan kepribadian histrionik dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu secara psikoterapi, pendekatan sosial dan psikofarmaka.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock B., Sadock V. 2015. Synopsis of Psychiatry Kaplan & Sadock
Eleventh Edition. New York: Lippincot William Wilkins. Hal 751-752.

2. Halgin R., Whitbourne S. 2009. Abnormal Psychology: Clinical Perspectives


on Psychological Disorders. New York: McGraw-Hill. Hal 321-322.
3. Wiramihardja S. 2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika
Aditama. Hal 121-123.
4. Nolen-Hoeksema S. 2007. Abnormal Psychology

4th Ed. New York:

McGraw-Hill. Hal 444-445.


5. Ebert M., Loosen P., Nurcombe B. 2000. Current Diagnosis & Treatment in
Psychiatry. Singapore: McGraw-Hill. Hal 477-479.
6. Maslim R. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. Hal
104.
7. American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of

Mental

Disorders

Fourth

Edition.

Arlington:

American

Psychiatric

Publishing. Hal 711-714

Anda mungkin juga menyukai