STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Status Pernikahan
Agama
Alamat
Ny.C
Perempuan
51 tahun
SMA
Ibu Rumah Tangga
Menikah
Islam
Tegal Tong RT 17 RW 06
Kecamatan Citangkil
Desa Kebon Sari
Tanggal Masuk RS
No. CM
II.
09 April 2013
929820
ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis hari Selasa pada tanggal 9 April 2013 pukul 10.30 WIB
di poli syaraf RSUD Cilegon.
Keluhan utama
Kedua jari tangan dan kaki terasa baal dan kesemutan sejak 2 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan
Pusing berputar,penglihatan berkunang-kunang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli syaraf RSUD Cilegon dengan keluhan kedua jari tangan dan
kaki terasa baal dan kesemutan sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri (-), riwayat jatuh (-),
riwayat perdarahan (-), demam (-), mual (-), muntah (-), batuk (-).Pasien juga
merasakan pusing berputar,lemas dan penglihatannya seperti berkunang-kunang
apabila terlalu banyak fikiran.Awalnya pasien mengeluh kesemutan pada jari-jari
kaki,kemudian semakin lama ke seluruh bagian kaki dan tangan,sehingga tidak kuat
untuk berjalan.Pasien mengaku nafsu makan baik.dan BAK dan BAB lancar tidak ada
kelainan
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat DM tak terkontrol sejak tahun 2011 dan debridement
ulkus DM pedis sinistra
1
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 9 April 2013 pada pukul 10.30 WIB.
A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
:
Tekanan Darah
Denyut Nadi
Suhu
Pernafasan
: 120/80 mmHg
: 80 kali per menit,reguler
: 36C
: 20 kali per menit,teratur
KEPALA
Bentuk
: Normosefali
Mata
Hidung
Leher
THORAX
Jantung
Paru
ABDOMEN
EKSTREMITAS
B. STATUS NEUROLOGIS
GCS : E4 V5 M5
Rangsang selaput otak :
Kaku kuduk : (-)
Laseque
: (-)
Kernig
: (-)
Saraf Cranial
1. N.I (Olfactorius)
Tidak dilakukan
2. N.II (Opticus)
Kanan
Tajam Penglihatan
Lapang Pandang
Pengenalan Warna
Fundus okuli
(+)
(+)
Kiri
(+)
(+)
Keterangan
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
3. N.III (Oculomotorius)
Ptosis
Pupil
Bentuk
Ukuran
Gerak Bola Mata
Refleks Pupil
Langsung
Tidak langsung
Kanan
(-)
Kiri
(-)
Keterangan
Normal
Bulat
3mm
(+)
Bulat
3mm
(+)
Normal
Normal
Normal
(+)
(+)
(+)
(+)
Normal
Normal
Kiri
(+)
Keterangan
Normal
4. N.IV (Trokhlearis)
Kanan
(+)
5. N.V (Trigeminus)
3
Motorik
Sensibilitas
Refleks Kornea
Kanan
Kiri
Keterangan
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Baik
Baik
Baik
6. N.VI ( Abduscens)
Kanan
(+)
(-)
(-)
Kiri
(+)
(-)
(-)
Keterangan
Normal
Normal
Normal
Kanan
Kiri
Keterangan
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Simetris
Normal
Normal
Simetris
Normal
Normal
7. N.VII (Facialis)
Motorik
-sudut mulut
-mengerutkan dahi
-mengangkat alis
-lipatan nasolabial
-meringis
-mulut mencucu
8. N. VIII ( Akustikus)
Kanan
Kiri
Keterangan
Tidak dilakukan
Pendengaran
9. N.IX (Glossofaringeus)
Arcus Faring
Daya Perasa
Refleks Muntah
Kanan
Dbn
Kiri
Dbn
Keterangan
Normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kanan
Kiri
Keterangan
Normal
Normal
Bicara
Menelan
Mengangkat Bahu
Memalingkan Kepala
Kanan
(+)
(+)
Kiri
(+)
Keterangan
Normal
Normal
(+)
Kiri
Keterangan
Simetris
Jelas
Pergerakan lidah
Artikulasi
Sistem Motorik
Tonus
Kekuatan
normal
3333
hipotoni
3333
3333
3333
Sistem Sensorik
Raba
Nyeri
Kanan
Kiri
Keterangan
+
+
+
+
Suhu
lutut
Baik
Refleks
5
Fisiologis
Biseps
Triseps
KPR
APR
Patologis
Babinski
Chaddock
Hoffman-Tromner
Schaefer
Oppenheim
Gordon
Kanan
Kiri
Keterangan
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Normal
Fungsi koordinasi
Kanan
Kiri
Keterangan
Tidak dapat dilakukan
Tidak dapat dilakukan
Tidak dapat dilakukan
Tidak dapat dilakukan
Tidak dapat dilakukan
Sistem otonom
Miksi
Defekasi
IV.
: Lancar,tidak nyeri
: Lancar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
Tanggal : 1 April 2013
Pemeriksaan Darah
Hb
: 12,8 g/dl
Ht
: 36,3 %
Leukosit
: 5.580/mm3
Trombosit
: 236.000/mm3
GDS
: 185 mg/dl
SGOT
: 18 u/L
SGPT
: 21 u/L
V.
RESUME
Pasien perempuan,usia 51 tahun datang ke poli syaraf RSUD Cilegon dengan
keluhan kedua jari tangan dan kaki terasa baal dan kesemutan sejak 2 bulan yang
lalu. Nyeri (-), riwayat jatuh (-), riwayat perdarahan (-), demam (-), mual (-), muntah
(-), batuk (-).Pasien juga merasakan pusing berputar,lemas dan penglihatannya seperti
berkunang-kunang apabila terlalu banyak fikiran.Awalnya pasien mengeluh
kesemutan pada jari-jari kaki,kemudian semakin lama ke seluruh bagian kaki dan
tangan,sehingga tidak kuat untuk berjalan.pasien mengaku nafsu makan baik.dan
BAK dan BAB lancar,tidak ada kelainan.Pasien memiliki riwayat DM tak terkontrol
sejak tahun 2011 dan debridement ulkus DM pedis sinistra
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien sakit sedang, kesadaran
composmentis. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit,regular,frekuensi nafas
20x/menit,teratur,suhu 36C. Status generalis dalam batas normal. Pada status
neurologis, ditemukan keadaan pasien sebagai berikut :
GCS
: E4 V5 M5
Pupil
: bulat isokor, 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+
TRM
: Kaku kuduk (-)
Nervus cranialis : baik
Motorik
: 3333
3333
3333
3333
Refleks fisiologis : Ekstremitas atas - biseps : +/+
- Triseps: +/+
Ekstremitas bawah - patella : +/+
VI.
VII.
Achilles : +/+
(Pada daerah ujung jari tangan hingga siku dan jari kaki hingga batas lutut)
SSO
: BAB dan BAK baik
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Klinis
: Neuropati Diabetika
Diagnosis Topis
: Neuropati Perifer
Diagnosis Etiologis
:Neuropati diabetika e.c Diabetes Melitus II
PENATALAKSANAAN
Usulan pemeriksaan penunjang :ENMG (ElektroNeuroMiografi)
7
Non-medikamentosa
Medikamentosa
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Sanationam
Ad Fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
BAB II
PENDAHULUAN
1. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Neuropati diabetik (ND) merupakan salah satu komplikasi kronis paling sering
ditemukan pada diabetes melitus. Resiko yang dihadapi pasien diabetes melitus dengan neuropati
diabetik antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi
jari/kaki.
Neuropati diabetika adalah suatu gangguan pada syaraf perifer, otonom dan syaraf cranial
yang ada hubunganya dengan diabetes melitus.Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan
mikrovaskuler yang disebabkan oleh diabetes yang meliputi pembuluh darah yang kecil-kecil
yang memperdarahi syaraf(vasa nervorum). Gangguan neuropati ini termasuk manifestasi
somatik dan atau otonom dari sistem saraf perifer.
2. Epidemiologi
Angka kejadian dan derajat keparahan ND juga bervariasi sesuai dengan usia,
lama menderita DM, kendali glikemik, juga fluktuasi kadar glukosa darah sejak diketahui
DM. Pada suatu penelitian besar, neuropati simtomatis ditemukan pada 28,50% dari
6.500 pasien DM. Pada studi Rochester, walaupun neuropati simtomatis ditemukan hanya
pada l3% pasien DM, ternyata lebih dari setengahnya ditemukan neuropati dengan
pemeriksaan klinis. Studi lain melaporkan kelainan kecepatan hantar saraf sudah didapati
pada 15,2% pasien DM baru, sementara tanda klinis neuropati hanya dijumpai pada
2,3%.
Neuropati diabetik terjadi pada sekitar 50% penderita DM. Kelainan ini dapat
ditemukan pada penderita diabetes tipe I yang telah menderita DM tipe I lebih dari 5
tahun, dan pada seluruh penderita diabetes tipe II (yang umum terjadi di masyarakat
adalah diabetes tipe II). Neuropati diabetik pada DM tipe II ini seringkali terjadi lebih
dini dalam perjalanan penyakit.
3. Etiologi
-sekitar 20-30 % DM tipe 2
-DM tipe 1 setelah 10 tahun onset penyakit
-Merokok
-usia > 40 tahun
-riwayat kontrol kadar gula darah yang buruk
-lamanya menderita diabetes
-hipertensi
-dislipidemia
Kerusakan syaraf utamanya akibat ekspose Gula Darah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
4.
Faktor metabolik
Neurovaskular
Autoimun
Kerusakan mekanik
Genetik
Faktor pola hidup
Klasifikasi
Banyak klasifikasi dari Neurophaty Diabetik yang telah dikemukakan, tetapi untuk
mencapai pendekatan secara klinis, keterlibatan pengertian neurophaty dapat digunakan untuk
menambah diagnosis dan perawatan dari berbagai macam. Dalam sistem seperti ini, manifestasi
Neurophaty Diabetik dibagi kedalam 2 (dua) kategori, somatic dan visceral:
11
penderita
merasakan
kepala
yang
enteng
atau
malahan
12
13
14
5. Patogenesis
Proses kejadian ND atau neuropaty diabetik berawal dari hiperglikemia berkepanjangan
yang berakibat terjadinya peningkatan aktivitas jalur poliol, sintesis advance glycosilation end
products (AGEs), pembentukan radikal bebas dan aktivasi protein kinase C (PKC). Aktivasi
berbagai jalur tersebut berujung pada kurangnya vasodilatasi, sehingga aliran darah ke saraf
menurun dan bersama rendahnya mioinositol dalam sel terjadilah ND atau neuropaty diabetik.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa kejadian ND atau neuropaty diabetik berhubungan
sangat kuat dengan lama dan beratnya DM.
Dasar patofisiologi penyebab neuropati pada diabetes belum dimengerti seluruhnya &
banyak hipotesis dan pada saat ini dianggap suatu proses yang multifaktorial. Berikut ini
beberapa teori yang banyak diterima yaitu:
a. Teori Metabolik: teori ini mengemukakan, bahwa hiperglikemia menyebabkan kadar
glucose intra seluler yang meningkat, sehingga terjadi kejenuhan (saturation) dari jalur
glikolitik yang biasa digunakan (normal usedglycolitic pathway). Glukosa yang
berlebihan dialirkan ke jalur poliol dan diubah menjadi sorbitol dan fruktosa oleh enzim
15
ini memperbaiki survival dari faktor-faktor simpatetik dan small fiber, yang berasal dari
neural crest di sistem saraf perifer.
f. Iskemia syaraf/hipoksia: terjadinya mikro-angiopati yang menyebabkan hipoksia
merupakan faktor penting dalam patogenesis neuropati diabetika yang telah dibuktikan
dengan adanya lesi multifokal pada serabut saraf n.suralis.
17
6. Manifestasi klinis
Neuropati diabetika bisa timbul dalam berbagai bentuk gejala sensorik, motorik dan
otonom, harus dibuat daftar terstruktur untuk anamnesa.
a. Gejala sensorik bisa merupakan gejala negatif atau positif, difus atau lokal. Gejala
sensorik yang negatif adalah rasa tebal, baal, gangguan berupa sarung tangan/kaus kaki
(glove and stocking), seperti berjalan diatas tongkat jangkungan dan kehilangan
keseimbangan terutama bila mata ditutup dan luka luka yang tidak merasa sakit. Gejala
sensorik positif adalah rasa seperti terbakar, nyeri yang menusuk, rasa seperti kesetrum,
rasa kencang dan hipersensitif terhadap rasa halus.
b. Gejala motorik dapat menyebabkan kelemahan yang distal, proksimal atau fokal. Gejala
motorik distal termasuk gangguan koordinasi halus dari otot-otot tangan, tak dapat
membuka kaleng atau memutar kunci, memuku-mukul kaki dan lecetnya jari-jari kaki.
Gejala gangguan proksimal adalah gangguan menaiki tangga, kesukaran bangun dari
posisi duduk atau berbaring, jatuh karena lemasnya lutut dan kesukaran mengangkat
lengan di atas pundak.
18
c. Gejala otonom dapat berupa gangguan sudo motorik (kulit kering, keringat yang kurang,
keringat berlebihan pada area tertentu), gangguan pupil (gangguan pada saat gelap,
sensitif terhadap cahaya yang terang), gangguan kardiovaskuler (kepala terasa enteng
pada posisi tertentu, pingsan), gastrointestinal (diare nokturnal, konstipasi, memuntahkan
makanan yang telah dimakan), gangguan miksi (urgensi, inkontinensia, menetes) dan
gangguan seksual (impotensi dalam ereksi dan gangguan ejakulasi pada pria) dan tidak
bisa mencapai klimaks seksual pada wanita).
Kriteria Diagnosa neuropati Diabetik :
Minimal didapat kelainan melalui pemeriksaan di bawah ini :
1.Gejala klinis
2.Pemeriksaan klinis
3.Pemeriksaan Elektrodiagnostik
4.Test sensoris kuantitatif (suhu dan vibrasi)
5.Test fungsi otonom
1 Gejala Klinis
Berdasarkan anamnesa :
a.Sensorik : rasa baal, rasa panas, rasa terbakar, rasa kesemutan, rasa kesetrum,
Alodonia,gambaran seperti sarung tangan/kaos kaki
b.Keluhan motorik : tungkai / lengan kurang kuat, sering jatuh,sulit naik tangga,
sulit bangkit dari kursi.
19
c.Keluhan otonom :
- gangguan berkeringat
- gangguan/disfungsi seksual : gangguan ereksi, sulit orgasme
- diarrhea
- sulit adaptasi dalam gelap dan terang
2
- Gangguan vibrasi.
Pemeriksaan elektrodiagnostik
ENMG (Elektroneuromiografi) meliputi kecepatan hantar saraf
motorik/sensorik (KHSM/KHSS)
Tes Sensoris kuantitatif : untuk vibrasi dan suhu dikenal dengan
Quantitative Sensoric testing (QST).
QST adalah tehnik untuk mengukur intensitas rangsangan yang diperlukan untuk
memberi persepsi sensorik khas dimana sifat fisik serta intensitas diketahui secara tepat.
1. Tes Fungsi Otonom
a.CARDIOVASKULER
- Evaluasi hipotensi ortostatik dengan postural blood pressure
testing
- Resting heart rate
- Valsava manouver
- R - R variation (beat to beat heart rate variation)
b.Eye
- Dark-adapted pupil size after total parasimpathetic testing
c.Sudomotor
- Thermoregulatory sweat test (semikuantitatif)
Penderita dibedaki dengan bedak indikator yang menjadi ungu
bila basah
20
- Potensial kulit
Potensial kulit dapat direkam dengan alat EMG terutama dari
telapak tangan dan telapak kaki
- Sweat imprint quantitation
Rangsangan kulit dengan pilocarpin, diperhatikan tetesan
keringat baik diameter
maupun distribusinya.
- Quantitative Sudomotor Axon reflex test (QSART)
Mengukur respons keringat setelah dirangsang dengan
transcutaneus iontoforesis dari asetil kholin.
2. Diagnosis
Polineuropati
sensori-motor
simetris
distal
(distal
symmetrical
sensorymotor
polyneuropathy/DPN) merupakan jenis kelainan ND yang paling sering terjadi. DPN ditandai
dengan berkurangnya fungsi sensorik secara progresif dan fungsi motorik (jarang) yang
berlangsung pada bagian distal yang berkembang kearah proksimal. Diagnosis neuropati perifer
diabetic dalam praktek sehari-hari, sangat bergantung pada ketelitian pengambilan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Hanya dengan jawaban tidak ada keluhan neuropati saja tidak cukup
untuk mengeluarkan kemungkinan adanya neuropati.
Pada evaluasi tahunan, perlu dilakukan pengkajian terhadap:
1. Reflex motorik
2. Fungsi serabut saraf besar dengan tes kuantifikasi sensasi kulit seperti tes rasa getar
(biotesiometer), dan rasa tekan (estesiometer filament mono semmes- Weintein)
3. Fungsi serabut saraf kecil dengan tes sensasi tubuh
4. Untuk mengetahui dengan lebih awal adanya gangguan hantar saraf dapat dikerjakan
elektromiografi
21
3.
4.
Skor DNS
Ya = 1, Tidak = 0
Diagnosis Neuropati
Diabetik 1
Pemeriksaan Fisik
1) Reflek motorik
2) Fungsi serabut saraf besar degan tes kuantifikasi sensasi kulit : tes rasa getar
(biotesiometer) & rasa tekan (estesiometer dengan filament mono Semmers-Weinstein)
3) Fungsi serabut saraf kecil dgn tes sensasi suhu
4) Elektromiografi
5) Uji komponen parasimpatis:
a. Tes respons denyut jantung maneuver valsava
b. Variasi denyut jantung (interval RR) selama napas dalam
6) Uji komponen simpatis diabetic autonomic neuropatic (DAN) dilakukan dengan :
a. Respon tekanan darah terhadap berdiri (penurunan sistolik)
b. Respon tekanan darah terhadap genggaman (peningkatan diastolic)
Skor diabetic neurophaty examination (DNE)
No
1
2
3
4.
5
6
Jenis pemeriksaan
Kekuatan otot quadriceps
femoris (ekstensi sendi lutut)
Kekuatan otot tibialis anterior
(dorsofleksi kaki)
Refleks tendo achiles
Sensitivitas jari telunjuk
tangan(thdp tusukan jarum)
Sensitivitas ibu jari kaki
(thdp sentuhan raba)
Sensitivitas ibu jari kaki
(persepsi getar dengan garpu
tala)
Hasil
pemeriksaan
Keterangan
Kekuatan 0-5
Kekuatan 0-5
Kekuatan 0-5
N//N//N//22
7
8
Skor :
0normal
N//N//-
Diagnosis skor
>3
Pemeriksaan Penunjang:
1) Pemeriksaan laboratorium: Harus diperiksa laboratorium dan menyingkirkan kausakausa lain dari neuropati. Semua haril-hasil harus normal kecuali gula darah dan HbA1c
pada diabetes yang tidak terkontrol dengan baik atau yang belum diketahui (undiagnosed
diabetes). Eritrosit, leukosit, & diff, Elektrolit, gula darah puasa dan HbA1c walaupun
belum ada korelasi yang langsung antara beratnya peninggian HbA1c dengan beratnya
neuropati diabetika, vitamin B-12 dan kadar asam folat, thyroid-stimulating hormone dan
tiroksin, LED.
2) Pemeriksaan imaging: MRI servikal, torakal atau lumbal untuk menyingkirkan kausa
secunder dari neuropati, CT mielogram adalah suatu pemeriksaan alternatif untuk
menyingkirkan kompresi dan keadaan patologis lain di kanalis spinalis pada
radikulopleksopati lumbosacral dan neuropati torakoabdominal, imaging otak untuk
menyingkirkan aneurisma intracranial, lesi compresi dan infark pada kelumpuhan
n.okulomotorius.
3) Pemeriksaan elektrofisiologi: EMG (elektromiograf) dan kecepatan daya hantar saraf
(KHS/NCV).
3. Penatalaksanaan
Strategi pengelolaan pasien DM dengan keluhan neuropati diabetic dibagi menjadi 3
bagian:
1. Diagnosis sedini mungkin
2. Kendali glikemik dan perawatan kaki
3. Pengendalian keluhan neuropati/ nyeri neuropati diabetik setelah strategi kedua
dikerjakan
Terapi Medikamentosa:
23
Edukasi
1) Perbaikan total sangat jarang sehingga edukasi tentang pengelolaan rasa nyeri sangat
penting
24
2) Pemeriksaan kaki setiap kontrol dan evaluasi teratur terhadap kemungkinan Neuropati
Diabetik pd pasien DM.
8.PROGNOSIS
Tipe diabetes mellitus yang diberikan akan mempengaruhi diagnosis neuropati
diabetika.Pada NIDDM prognosis tentu lebih baik daripada tipe IDDM.Lama dan beratnya DM
serta lama dan beratnya keluhan neuropati yang di alami,dan apakah sudah mengenai saraf
otonom ,semuanya akan menentukan prognosis neuropatik diabetik.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simandibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid III. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 2009
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB, PERKENI. 2006
3. Hastuti T. Uji Reabilitas Skor DNE untuk menentukan Diagnosis Klinis Neuropti Diabetika.
Yogyakarta; Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
2003.
4. Meliala, L; Andradi, S. ; Purba, J.S.; Anggraini, H : Nyeri Neuropati Diabetik dalam :
Penuntun Praktis Penanganan Nyeri Neuropatik. Pokdi Nyeri PERDOSSI, 2000.
5. http://www.news-medical.net/health/Diabetic-Neuropathy-Symptoms-%28Indonesian
%29.aspx
6. http://www.news-medical.net/health/Diabetic-Neuropathy-Treatments-%28Indonesian
%29.aspx
7. http://www.scribd.com/doc/62313954/Diabetik-Neuropati
8. http://www.scribd.com/doc/61592341/Diabetik-Neuropati-Patogenesis
9. http://www.scribd.com/doc/92620463/TERAPI-NEUROPATIA-DIABETIK
10. http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp032966
26