Anda di halaman 1dari 14

Caca's Blog

Selasa, 06 September 2011

PEMBINAAN PROFESIONALISME TENAGA KEPENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Yang dimaksud tenaga kependidikan di sekolah adalah guru mata pelajaran, guru
pembimbing, tata usaha, laboran, teknisi, dan pustakawan. Tidak dapat diragukan bahwa untuk
mengembangkan sekolah diperlukan tenaga kependidikan yang profesional. Hasil-hasil
penelitian menunjukkan profesionalisme tenaga kependidikan merupakan salah satu syarat
utama keberhasilan pengembangan sekolah. Namun demikian, semua orang menyadari bahwa
tingkat profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah pada umumnya masih rendah. Apalagi
jika diingat bahwa perkembangan iptek, termasuk teknologi pembelajaran, sangat cepat,
sehingga tenaga kependidikan ditantang untuk dapat mengikuti dan menerapkannya dalam
pembelajaran di kelas.
Jadi salah satu masalah pokok yang dihadapi kepala sekolah, adalah bagaimana cara
membina dan menumbuhkan profesionalisme tenaga kependidikan disekolah yang dipimpinnya,
agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, kemudian
menerapkanya dalam rangka pengembangan sekolah. Dikaitkan dengan hak mereka, pasal 30
ayat 2 undang-undang no.2 tahun 1989 menyatakan bahwa tenaga kependidikan berhak
memperoleh pembinaan karier yang sesuai dengan prestasi kerjanya. Sedangkan pasal 31 ayat 4,
menyatakan bahwa tenaga kependidikan berkewajiban meningkatkan kemampuan profesional
sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta perkembangan
bangs. Jadi pembinaan profesionalisme tenaga kependidikan (dengan harapan kariernya
meningkat) sesuai dengan kebutuhan sekolah dan sekaligus sesuai dengan hak yang diterima
mereka.
Profesional artinya mamu bekerja dengan baik, sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan
norma yang berlaku. Oleh karena itu menjadi profesiona, paling tidak tenaga kependidikan harus
memiliki dua syarat, yaitu : (1) memili kemampuan yang baik, dalam aspek teori maupun
praktis, sesuai dengan tugas yang diemban, sesuai dengan norma yang berlaku. Dengan demikian
pembinaan profesionalisme tenaga kependidikan harus mencakup dua aspek besaritu, yaitu
kemampuan, teritis dan praktis sesuai dengan tuntutan pekerjaan, dan motivasi kerja.
B. Prinsip-prinsip Pembinaan
Sebelum membahas bagaimana cara membina profesinalisme tenaga kependidikan, ada
baiknya diketahui prinsip-prinsip dasarnya, karena banyak menjadi salah pengertian/salah
konsep di masyarakat.
1. Pembinaan tenaga kependidikan merupakan bagian dari program pengembangan sekolah

Pembinaan tenaga kependidikan bukan kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi harus merupakan
bagian integral dari upaya pengembangan sekolah sebagai konsekwensinya pembinaan tenaga
kependidikan harus sesuai dengan tujuan, target, dan tahap pengembangan sekolah. Sebagai
contoh, jika dalam pembiaan tenaga kependidikan terdapat pengiriman guru atau tata usaha
untuk mengikuti pelatihan, jenis dan materi pelatihan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan
dan upaya pengembangan sekolah. Jika ada dua tawaran pelatihan dan sekolah harus memilih,
maka criteria pemilihan harus didasarkan kesesuaian dengan program pengembangan sekolah.
Karena merupakan bagian integral dari program pengembangan sekolah, maka program
pembinaan tenaga kependidikan disusun berdasarkan tujuan dan target-target dari program
pengembangan sekolah yang telah ditetapkan. Misalnya dalam program pengembangan sekolah
ditargetkan selama dua tahun, daya serap mata pelajaran Matematika mencapai 80%.
Berdasarkan target tersebut, program pembinaan tenaga kependidikan perlu diarahkan untuk
melakukan analisis dan upaya untuk meningkatkan kinerja gurunya, misalnya melalui pelatihan,
mendorong untuk melakukan tes dianostik sehingga diketahui kesulitan yang di alami siswa dan
kemudian dilakukan upaya untuk mengatasinya.
2. Tujuan pembinaan tenaga kependidikan adalah meningkatkan mutu kinerja yang
bersangkutan.
Tujuan pembinaan tenaga kependidikan bukan sekedar meingkatkan kemampuan dan
keterampilan yang bersangkutan, tetapi yang pokok adalah meningkatkan kinerja. Oleh karena
itu, berhasil tidaknya pembinaan tenaga kependidikan harus diukur dari kinerja yang
bersangkutan dan bukan dari tambahan pengetahuan dan atau keterampilan. Sebagai contoh, jika
guru mengikuti program pembinaan melalui serangkaian kegiatan MGMP, maka hasilnya harus
dilihat dari peningkatan mutu kegiatan pembelajaran yang dibina dan hasil belajar siswanya. Jika
tata usaha mengikuti program pembinaan melalui pelatihan administrasi sekolah, maka hasil
harus dilihat. Apakah setelah itu adminitsrasi sekolah menjadi yang menjadi tanggung jawabnya
menjadi lebih rapih, arsip/dokumen dapat dicari dengan cepat, seterusnya. Jika kepala sekolah
mengikuti pelatihan manajemen, maka hasilnya harus dilihat dari peningkatan manajemen
sekolah.
Jadi hasil program pembinaan tenaga kependidikan diukur dari keberhasilan yang bersangkutan
dalam menerapkan teori dan praktek yang diperoeh ke dalam tugas-tugasnya di sekolah, dan
bukan sekedar meningkatkan kemampuan yang bersangkutan. Sebagai contoh, dari evaluasi
antara nasional diketahui bahwa program pembinaan guru melalui MGMP berhasil menaikkan
kemampuan guru, tetapi belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa, program tersebut mencapai tujuan pokoknya, yaitu meningkatkan
kinerja guru dikelas yang salah satu tolak ukurnya adalah peningkatan hasil belajar siswa.
3. Pembinaan profesionalisme tenaga kependidikan adalah program jangka panjang dan
berkesinambungan
Seperti halnya program kependidikan pada umumnya, pembinaan tenaga kependidikan
memerlukan waktu lama sampai hasilnya signifikan dan menetap. Berbagai hasil studi
menunjukkan bahwa program pengembangan tenaga kependidikan yang berjangka pendek dan

tidak di tindak lanjuti dengan program berikutnya dan atau program pendukung, akan hilang dan
kinerja yang bersangkutan kembali seperti sebelum ada program pembinaan dilakukan. Mengapa
demikian, karena pembinaan profesionalisme tenaga kependidikan pada dasarnya lebih
merupakan pengubahan sikap dan perilaku, sehingga memerlukan serangkaian program yang
berkesinambungan
Sebagai contoh, program pembinaan tenaga pustakawan sekolah dengan mengirim mereka ke
suatu pelatihan, maka pembinaan harus terus dilanjutkan setelah yang bersangkutan pulang
kembali ke sekolah. Misalnya dengan meminta guru, staff tata usaha dan siswa untuk
mendukung program tersebut, memberi dukungan moral, supervise, dan member reward jika
telah menunjukan hasil yang positif. Dukungan semacam itu bukan semata-mata pemberian
fasilitas agar program yang disusun berhasil, tetapi memberikan kepecayaan diri bahwa dia
mampu melaksanakan, dan pada akhirnya membutuhkan motivasi kerja.
Perlu dicatat, bahwa penumbuhan kepercayaan diri dan motivasi semacam itu sangat penting dan
bukan menjadi kunci keberhasilan pembinaan tenaga kependidikan. Dengan kepercayaan diri
dan motivasi kerja yang baik, yang bersangkutan akan berusaha meningkatkan pengetahuan dan
upaya lain guna mewujudkan program kerjanya, yang tidak lain adalah bagian dari program
sekolah. Hanya saja perlu dicatat, bahwa penumbuhan rasa percaya diri dan motivasi kerja perlu
waktu cukup lama, sehingga pimpinan harus telaten membinanya.
Seringkali pelatihan harus dirancang secara bertahap. Misalnya pelatihan guru fisika harus
dilakukan beberapa tahap, sehingga semestinya sekoah mengirim orang yang sama untuk
mengikuti pelatihan tersebut. Mengingat kesempatan semacam itu biasanya sangat terbatas,
maka setelah pulang yang bersangkutan diminta untuk mendieminasikan kepada rekan yang lain,
baik lewat pertemuan formal maupun tidak formal.
4. Pelatihan bukan satu-satunya pilihan dalam pembinaan profesionalisme tenaga
kependidikan.
Saat ini banyak orang menafsirkan bahkan satu-satunya cara peningkatan profesionalisme
sumberdaya manusia, termasuk tenaga kependidikan, adalah melalui kependidikan atau
pelatihan. Penafsiran semacam itu kurang tepat bahkan menyesatkan. Seakan-akan ketika di
sekolah atau sedang bekerja tidak perlu ada upaya pembinaan tenaga kependidikan. Bahkan
beberapa studi menunjukkan bahwa program kependidikan atau pelatihan guru baru dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Jika ketika yang bersangkutan pulang diberi dukungan untuk
menerapkan hasilnya dikelas.
Pembinaan tenaga kependidikan seharusnya dilakukan terus menerus, misalnya pertemuan
profesi (MGMP, MGP, MKKTU, MKKS dan sebagainya), mendorong dan member kesempatan
kepada guru/staf untuk mengajukan gagasan untuk meningkatkan keinerja sekolah, supervisi
yang baik member reward bagi berprestasi dan sebagainya. Prinsipnya pengembangan tenaga
kependidikan di sekolah, mencakup berbagai upaya yang dapat meningkatkan kinerja mereka.
C. Cara-cara Pembinaan Profesionalisme
Sebagaimana dijelaskan di depan bahwa pembinaan tenaga kependidikan bertujuan untuk
meningkatkan kinerja mereka dan harus dilakukan secara terus menerus, sepanjang yang
bersangkutan masih bekerja. Disamping itu, pembinaan harus sesuai arahnya, harus sesuai

dengan tugas/fungsi yang bersangkutan dalam program sekolah. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk maksud itu, antara lain :
1. Mengirim untuk mengikuti program pendidikan atau pelatihan.
Harus diakui bahwa secara umum kemampuan tenaga kependidikan di Indonesia masih rendah,
sehingga salah satu langkah pembinaannya adalah mengirim untuk mengikuti program
pendidikan dan atau pelatihan. Pendidikan atau pelatihan dapat menyangkut peningkatan atau
pendalaman materi dan atau strategi pembelajaran, termasuk cara mengevaluasinya.
Program pendidikan sebaiknya diarahkan bagi mereka yang belum memiliki tingkat pendidikan
yang dipersyaratkan, misalnya masih banyak guru SMA yang berlatar pendidikan D2 atau D3,
sehingga perlu didorong untuk mengikuti pendidikan S-1.
Perlu diingatkan bahwa program S-1 yang diambil harus diarahkan sesuai bidang studi/mata
pelajaran yang dibina di sekolah. Hal itu perlu ditekankan, karena masih banyak guru yang
mengikuti pendidikan tetapi tidak sesuai dengan bidang studi yang dibina sehingga kemanfaatan
terhadap peningkatan pembelajaran disekolah kurang optimal.
Mengingat jumlah guru yang belum memenuhi persyaratan pendidikan masih cukup banyak,
sementara kemampuan pemerintah sangat terbatas, maka pola mengikuti pendidikan secara
swadana perlu terus dikembangkan. Saat ini cukup banyak tenaga kependidikan yang mengikuti
pendidikan dengan biaya sendiri. Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana mendukung keinginan
semacam itu, dengan cara mengatur waktu bekerjasama dengan penugasan lain, agar yang
bersangkutan dapat mengikuti pendidikan dengan baik.
Program pelatihan sebenarnya cukup banyak tersedia bagi tenaga kependidikan. Disamping yang
disediakan (dibiayai) oleh Ditjen Dikdasmen, banyak pelatihan yang dilaksanakan oleh
perguruan tinggi sebagai kegiatan pengabdian pada masyarakat, oleh lembaga-lembaga
pelatihan, dan oleh lembaga masyarakat. Yang penting dilakukan oleh pimpinan adalah
mencarikan peluang, sehingga guru / staf dapat mengikuti pelatihan. Seperti halnya pendidikan
pengiriman tenaga kependidikan kepelatihan harus sesuai dengan bidan tugasnya di sekolah.
Setelah staf selesai mengikuti pendidikan dan atau pelatihan, masih diperlukan tindak lanjut di
sekolah, agar mencapai tujuan pokoknya, yaitu meningkatkan kinerja yang bersangkutan.
Pertama mendisminasikan dan keterampilan yang diperoleh kepada teman lain. Kegiatan
disminasi bertujuan agar hasil pendidikan atau pelatihan tertular kepada rekan sejawat, sehingga
menimbulkan manfaat berantai, sekaligus menciptakan kesatuan bahasa untuk penerapannya.
Kedua mendorong yang bersangkutan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut
di dalam pelaksanaan tugasnya. Dorongan dapat diwujudkan dalam penugasan kepada yang
bersangkutan untuk menyusun rencana penerapan, sekaligus penyediaan sarana yang diperlukan.
Sekolah seharusnya memiliki program pengiriman staf untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan, baik untuk jangka menengah maupun tahunan, yang dijabarkan dari pengembangan
program sekolah. Dalam program tersebut harus tercantum, program pendidikan dan pelatihan
apa yang bersangkutan berangkat mengikuti pendidikan atau pelatihan diluar sekolah. Agar tidak
banyak mengganggu jalannya program sekolah, sebaiknya program pelatihan sedapat mungkin
diletakkan pada sehari-hari libur atau sehari-hari tidak efektif.
2. Mengikuti Pertemuan Profesi Secara Reguler

Pertemuan profesi, seperti MGMP, MGP, MKKS dan sejenisnya merupakan wahana yang sangat
baik untuk pendiseminasikan pengetahuan, keterampilan, atau hasil-hasil penelitian, antara rekan
seprofesi. Misalnya dalam perteuan MGMP seorang guru yang baru mengikuti suatu pelatihan
dapat mendiseminasikan hasil pelatihan yang diikuti. Demikian juga, kepala sekolah yang
melakukan penelitian tentang cara pembinaan staf yang efektif, dapat mendiskusikan hasil
pertemuan MKKS. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu mendorong tenaga pendidik yang
berada di bawah pembinaannya untuk secara regular mengikuti profesi. Misalnya, selama ini
Kanwil sudah menetapkan hari-hari pertemuan MGMP, sehingga pada hari itu guru bersangkutan
perlu dibebaskan dari jam mengajar dan kegiatan rutin lain.
Fungsi pertemuan MGMP, MKKS, MGP dan sejenisnya adalah sebagai wahana tukar menukar
pengalaman. Oleh karena itu, agar pertemuan dapat efektif, perlu ada penjadwalan acara yang
rapid an setiap peserta mensiapkan materi pertemuan dengan baik. Sebagai pimpinan kepala
sekolah perlu meningkatkan guru dan staf yang akan mengikuti pertemuan profesi untuk
mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Sebagai contoh guru dapat mempersiapkan bahan dan data
tentang yang terjadi disekolah untuk dicarikan pemecahannya bersama di forum MGMP/MGP.
Sebaiknya, jika guru memiliki pengalaman tertentu, misalnya menemukan cara yang efektif
untuk menyampaikan pokok bahasan selama itu dianggap sukar, perlu menyiapkan naskah yang
singkat untuk diseminasikan kepada rekan sejawat.
Forum MGMP juga sangat efektif untuk menyusun pokok-pokok program tahunan, program
semesteran, dan rencana pengajaran. Hal itu didasarkan pada pemikiran bahwa sekolah
menggunakan kurikulum yang sama, sehingga secara garis besar program penerapannya mirip.
Garis besar program tersebut , selanjutnya dijabarkan oleh masinh-masing guru, sesuai dengan
kondisi sekolahnya. Kepala sekolah perlu mengingatkan guru akan pemanfaatan forum MGMP
tersebut, sehingga pekerjaan guru dapat efisien.
Sebagai pertemuan pembinaan tenaga kependidikan, mengirim guru / staf mengikuti pertemuan
profesi adalah untuk meningkatkan kinerjanya, kepala sekolah perlu memantau dan mendorong
guru / staf yang bersangkutan untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam pertemuan
profesi tersebu guna meningkatkan kinerjanya. Hal itu dapat dilakukan secara periodic, meminta
laporan hasil pertemuan (lisan dan tulisan) dan bagaimana penerapannya di sekolah. Dengan cara
itu, diharapkan manfaat pertemuan profesi betul-betul dapat sampai pada peningkatan kinerjanya
yang bersangkutan.
Pertemuan profesi juga dapat difungsikan untuk memotivasi tenaga kependidikan agar mampu
memprestasikan karyawan/temuannya. Tentu karya atau temuan yang pantas dapat
dipresentasikan adalah yang baik kualitasnya. Dengan kata lain, mendorong tenaga kependidikan
untuk mampu mempresentasikan karya dipertemun profesi, berarti mendorong mereka
berkarya/bekerja dengan baik. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu mendorong dan memberikan
penghargaan kepada guru/staff yang mempresentasikan karyanya dalam forum pertemuan
profesi.
3. Menyediakan Sarana/prasarana untuk Belajar Sendiri
Tenaga kependidikan selalu dituntut untuk meningkatkan pengetahuannya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu mereka memerlukan sarana,

khususnya bahan bacaan dapat dilakukan disela-sela tugas sehari-hari, tanpa harus meningkatkan
tugas pokok.
Harus diakui bahwa untuk dapat membeli buku, majalah/jurnal, dan makalah secara periodic
diperlukan untuk dana yang cukup besar. Namun demikian, mengingat pentingnya dalam
mendukung pembinaan profesionalisme tenaga kependidikan, tetapkan dianjurkan, khususnya
bagi sekolah yang memiliki cukup anggaran. Disamping itu, sekolah perlu mencari kiat-kiat
untuk dapat menyediakan sumber bacaan tanpa harus membeli. Misalnya bekerjasama dengan
perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan daerah, dan perpustakaan lain yang dekat.
Peminjaman dapat dilakukan secara periodic, sehingga guru dan staf dapat membacanya di
sekolah.
Bagi sekolah yang berada diperkotaan atau memeiliki siswa yang berasal dari kalangan terdidik,
sekolah perlu bekerjasama dengan orang tua siswa/BP3 dalam memperoleh bahan bacaan bagi
guru. Misalnya dengan menghimbau kepada orang tua siswa yag memiliki buku atau majalah
atau bahan bacaan lain yang sesuai dapat meminjamkan kepada sekolah.
Bahan bacaan yang disebutkan diatas, sebaiknya ditempatkan diperpustakaan sekolah dan guru
meminjamkan atau membaca diruang baca, sesuai dengan aturan yang berlaku. Mengapa?
Dengan cara itu, menumbuhkan motivasi siswa membaca dan memanfaatkan sumber bacaan
yang ada diperpustkaan.

4. Mendorong untuk Mengajukan, Membuat, dan Melaksanakan gagasannya dalam Rangka


Meningkatkan Kinerja Sekolah
Seperti disebutkan terdahulu bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh tenaga
kependidikan dari berbagai kesempatan, akhirnya hrus diimplementasikan dalam tugas seharihari guna meningkatkan kinerjanya. Seringkali hal semacam itu merupakan sesuatu yang berbeda
dengan apa yang selama ini telah dilaksankan. Oleh karena itu, diperlukan kemauan dan
keberanian dari yang bersangkutan untuk mencoba sesuatu yang baru dan lain dari biasanya.
Kemauan diperlukan, karena penyempurnaan semacam itu seringkali memerlukan kerja lebih
repot dibanding sebelumnya. Keberanian diperlukan, karena hal semacam itu seringkali
ditentang atau paling tidak mendapat hambatan dari rekan sejawat atau pihak yang lain kurang
setuju.
Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi disekolah pelu member dukungan agar tenaga
kependidikan di sekolah berani dan mau mengimplementasikan gagasan, hasil penelitian,
maupun pertemuan profesi. Untuk maksud itu, kepala sekolah perlu mendorong setiap guru dan
staf untuk mengajukan gagasan dan program yang terkait dengan tugasnya maupun
pengembangan sekolah. Gagasan semacam itu harus selalau ditanggapi secara positif,
selanjutnya dibahas kemungkinan dan kelayakannya untuk diterapkan. Jika memang layak,
maka yang bersangkutan (mungkin dibantu rekan lain) diminta untuk menyusun program
pelaksanaan dan selanjutnya melaksanakannya.

Dengan dorongan semecam itu, secara terus menerus dan disertai dukungan sarana yang
diperlukan untuk melaksanakan program yang diajukan, secara bertahap guru dan staf sekolah
akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
5. Melaksanakan Supervisi dan Memberikan Reward Bagi Mereka yang Berprestasi.
Ketika guru dan staf melaksanakan tugasnya, secara periodik kepala sekolah perlu melakukan
supervise, dengan tujuan membantu jika mereka mengalami kesulitan, membentuk jika yang
bersangkutan melakukan kesalahan. Supervise seharusnya dilakukan secara terjadwal.
Sebagai pemimpin, kepala sekolah perlu memberikan reward (penghargaan) kepada setiap staf
yang telah melakukan tuganya dengan baik. Penghargaan dapat diberikan berupa piagam, surat
ucapan terimakasih, mengumumkan dalam suatu acara tertentu, bahkan meminta yang
bersangkutan menceritakan pengalamannya sehingga dapat mengerjakan tugasnya dengan
sukses. Reward semacam itu akan lebih mendorong yang bersangkutan untuk lebih giat bekerja,
dan sekaligus merangsang rekan lain untuk menirunya.
Keberhasilan staf dalam mengerjakan tugas juga perlu dikaitkan dengan pembinaan karier yang
bersangkutan. Artinya staf yang berprestasi tentunya harus memperoleh peningkatan karier lebih
baik disbanding mereka yang biasa saja. Dengan demikian, mereka dapat merasakan manfaat
pribadi dari jerih payah dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
BAB II
PERBAIKAN KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN
A. Fungsi dan Peranan
Dalam analisis masukan, proses hasil dan fungsi dalam pendidikan, faktor guru berperan
sangat penting sebagai masukan maupun keterlibatannya dalam proses untuk mencapai hasil
pendidikan. Dengan menggunakan model tersebut, hasil pendidikan dikategorikan menjadi dua
yaitu dalam pengertian out put dan out come. Hasil pendidikan dalam pengertian out put
biasanya dalam bentuk prestasi akademik dan perubahan tingkah laku dan keterampilan setelah
mereka terjun dalam kehidupan social masyarakat.
Berkenaan dengan kedua pengertian hasil tersebut guru mempunyai fungsi ganda yaitu :
1. Mengantar anak didik mampu mencapai prestasi akademik dan keterampilan yang tinggi, serta
berperilaku ang baik. Dalam melakukan fungsinya yang pertama guru berperan sebagai
transformator ilmu pengetahuan dan nilai yang berlaku. Dalam melaksanakan peranannya
sebagai transformator guru senantiasa merujuk kepada kurikulum yang berlaku (kurikulum
KTSP).
2. Sedang dalam melakukan fungsi yang kedua guru berperan sebagai tauladan (rolel model) bagi
siswa. Sedangkan dalam melakukan peranannya sebagai suri tauladan dimaksudkan untuk
membentuk kepribadian peserta didik. Ada dua prasyarat yang perlu untuk dipertimbangkan
dalam melakukan peranan ini. Pertama adalah guru hendaknya mempunyai pengetahuan tentang
pertumbuhan anak (Ilmu Jiwa Anak). Sedangkan prasyarat yang kedua adalah guru hendaknya
juga mempunyai perilaku yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai panutan bagi siswa dalam
perilaku sehari-hari.
B. Profesional

1. Guru yang Profesional


Guru yang profesional memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tidak dimiliki orang
awam. Dengan pengetahuan dan keterampilan ini guru dapat melaksanakan fungsi khusus yaitu
membuat dan melaksanakan keputusan-keputusan dalam membelajarkan peserta didik dengan
hasil paling efektif dan efisien. Guru sebagai profesi bilamana memiliki persyaratan-persyaratan
tertentu, ini berarti guru yang profesional harus memiliki :
a. Tiga dimensi kompetisi sebagai uatu kesatuan yang organis, harmonis dan dinamis :
1) Kompetisi profesional, ia menguasai kurikulum yang berlaku dan memiliki pengetahuan yang
luas dan mendalam mengenai bidang studi yang akan disampaikan kepada peserta didik serta
penugasan metodologinya, memiliki pengetahuan keterampilan (know how) yang vital bagi guru
(mampu memilih dan menggunakan sebagai strategi yang dalam proses pembelajaran).
2) Kompetisi Persenoal, artinya memiliki kepribadian yang mantap, memiliki komitmen dan
kedisiplinan yang kuat terhadap tugas kewajiban-kewajibannya sehingga maupun mnjadi sumber
inspirasi, khususnya bagi peserta didik, umumnya bagi sesame manusia memiliki kepriadian
yang patut diteladani, sehingga mampu melaksanakan kepemimpinan ing ngarso ing tulodo, ing
madyo mangun karso dan tut wuri handayani.
3) Kompetensi social untuk mengetahui hak-hak siswa, orang tua, dan masyarakat dan guru
menunjukkan kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap peserta didiknya, sesama guru,
pemimpinnya, dan dengan masyarakat luas. Ketiga kompetensi tersebut pada hakekatnya
mempunyai kaitan terpadu dalam diri guru atau kesatuan yang organis, harmonis yang
perwujudannya Nampak dalam diri guru.
b. Kemampuan memberikan yang ebaik-baiknya (to serve the common good) disertai dedikasi
yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan insani, yang mengutamakan nilai kemanusiaan dari
pada nilai materil.
2. Guru dalam Proses Beajar Mengajar
Agar mutu pendidikan dapat tercapai, maka seorang guru yang profesional harus memiliki
5 kemampuan dasar (kompetensi), yaitu :
a. Guru harus menguasai kurikulum GBPP. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai
kedudukan yang cukup sentraldalam kesluruhan kegiatan pendidikan menentukan elaksanaan
dan hasil pendidikan. Untuk meningkatkan aktivitas, kecakapan, kesungguhan dan ketekunan,
gur dituntut memiliki berbagai kemampuan atau kualifikasi profesional meliputi tugas mendidik
(untuk mengmbangkan kepribadian siswa), mengajar (untuk mengembangkan kemampuan
berpikir), dan melatih (untuk mengembangkan keterampilan siswa).
b. Guru harus sebagai menguasi materi setiap mata pelajaran. Guru tidak hanya dituntut untuk
menyampaikan bahan bakar saja, tetapi lebih dari itu, dia harus merasa yakin bahwa apa yang da
usahakan untuk disampaikan kepada anak didik harus telah dikuasau dan dihayati secara
memadai dan mendalam. Dalam melaksanakan tugasnya guru harus dapat memadukan yang
memadai dari unsur logika, etika, dan estetika yang luhur.

c.

Guru harus menguasai multi metode, multi media, dan evaluasi. Guru dituntut untuk menguasai
metode dalam mengajar serta cara mengevaluasinya. Kadar keaktifan murid harus selalu
diupayakan tercipta dan berjalan terus dengan menggunakan ramuan metode/media belajar
mengajar. Tugas pokok seanjutnya buku hanya memberikan ilmu pengetahuan, melainkan
menyiapkan situasi yang dapat mengiringi siswa untuk mengamati, mengadakan eksperimen,
serta menemukan fakta dan konsep sendiri, maka media pendidikan dan alat peraga sangat
membantu dalam proses belajar mengajar. Dan metode yang paling bak adalah yang sesuai
dengan materi yang disiapkan dan metode yang sudah dikuasai olh guru itu sendiri, untuk
mengimrovisasi sesuai dengan kondisi lapangan dan tidak terpaku pada kebijaksanaan yang
dibakukan. Sedangan yang terkait dengan evaluasi, maka secara teori dan praktek guru harus
dapat melaksanakannya. Realita di lapangan menunjukkan bahwa tes obyektif digunakan oleh
hamper selurh guru sebagai alat evaluasi dan melupakan tes uraian. Dalam menyusun tes
obyektif harus memperhatikan dampak-dampak negatf, sehingga siswa mampu menghindari
unsur tebakan.

d. Guru harus komitmen terhadap pelaksanaan tugas. Pelaksanaan tugas selaku seorang guru harus
didukung oleh suatu peranan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya. Seorang guru
hars bangga akan tugasnya yaitu mempersiapkan hari depan bangsa, tentunya dituntut untuk
melengkapi diri dengan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugasnya. Secara
filosofis pusat interaksi pedagogis terletak pada sikap guru yang bertolak tiga azas pokok yaitu
asih, asah dan asuh.
e. Guru harus disiplin dalam arti luas. Penerapan disilplin yang baik dan kuat dalam proses
pendidikan akan menghasilkn sikap mental, watak, dan kepribadian yang kuat. Semua ini akan
berhasil apabila guru mampu mendisiplinkan diri dalam tugas, dan kewajibannya sebelum
mendisiplinkan anak didiknya. Oleh karena itu, perlu peninkatan mutu pendidikan yang
didukung oleh kehadiran guru yang berkualitas, berdedikasi, dan berdisiplin. Tidak mudah untuk
meminta izin tanpa alas an yang kuat.
C. Program Peningkatan Kinerja
Dengan memperhatikan permasalahan yang guru, dan tantangan yang dihadapi dunia
pendidikan untuk menyongsong masa depan, berikut ini beberapa pembinaan dunia pendidikan
untuk memperbaiki kinerja guru.
1. Sesuai dengan pencanangan Presiden R.I. tentang Gerakan Displin Nasional (GDN), maka
pelaksanaa budaya tertib budaya kerja dan budaya bersih, dilaksanakan oleh dan ditindak lanjuti
oleh GDS, yaitu budaya bersih, tertib, dan etos belajar di sekolah.
2. Agar dapat mengikuti perkembangan iptek dan tuntutan zaman guru harus selalu ditingkatkan
pengetahuan dan keterampilannya, dengan melalui berbagai cara terutama melalui penataran.
Penataran guru harus didasarkan atas kebutuhan nyat masing-masing guru.
3. Bentuk pembinaan dalam rangka peningkatan kempuan guru tidaklah harus berbetuk penataran
yang tersentralisir (misalnya penataran dipusat/propinsi), tetapi kit dapat memnfaatkan bentuk-

bentuk kegiatan yang selama ini dinilai cukup efektif dan efisien, seperti kegiatan PKG, LKG,
MGMP, MGP dan sejenisnya.
4. Penilaian terhadap kmampuan dan kinerja guru perlu dilakukan dengan intensif serta sistematik
dan bekerja dengan tujuan agar guru selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilnanya.
Dan dikaitkan dengan penilaian angka kredit jabatan fungsional guru, sehingga tujuan
profesional maupun kesejahteraan dapat tercapai. Dalam hal ini pembinaan guru dalam bentuk
supervise oleh pengawas sekolah dan kepala sekolah, hendaknya ditekankan pada aspek sikap
profesional, teknis edukatif, dan aspek administratif.
5. Program pendidikan dan latihan bagu guru untuk menguasai media pendidikan dan alat peraga
guna mengintensifkan kegiatan proses belajar mengajar.
6. Untuk menerbitkan penyebaran guru agar lebih merata di semua sekolah sesuai kebutuhan, perlu
dibuat peraturan tentang mutasi guru. Mutasi guru atas permintaan sendiri mnimal 5 tahun
sedang mutasi kerja karena kebutuhan pemerintah disesuaikan dengan kebutuhan pemenuhan
guru.
7. Program penyetaraan D3 untu guru SLTP terus dilaksanakan dan setelah lulus didorong untuk
melanjutkan S1, sedangkan penerimaan guru SMU yang baru diharapkan dari S1.
D. Merintis Kemandirian
Sekolah merupakan suatu system dimana sekolah memiliki peran sentral dalam
peningkatan mutu sekolah. Kepala sekolah yang berkualitas dalam melaksanakan fungsi
administratif, edukatif, superivisi, dan manajerial dapat mengembangkan mutu guru, laboran,
pustakawan, dan staf kependidikan lainnya. Selain kepemimpinan dan pengalaman, kepala
sekolah perlu memiliki visi kemandirian. Kemandirian berangkat dari pengenalan kapasitas yang
dimiliki oleh kepala sekolah itu sendiri. Aspek psikologi, seperti kepercayaan diri, visi inovatif
dalam dunia sekolah, motiasi berprestasi dan komitmen terhadap kesuksesan harus terbangun
dengan kuat bagi kepala sekolah.
Kemandirian berarti self-self. Kepala sekolah harus mampu menolong dirnya sendiri dalam
mengembangkan kualitas guru dan tenaga administrasi lainnya. Kemandirian dalam arti awali
dengan kemampuan kepala sekolah untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan, lalu
berusaha memanfaatkan segala sumber daya dan menciptakan sumber dana bagi pengembangan
sekolah itu sendiri. Sehingga keduanya, kebutuhan sumber daya dan dana, akan secara
pendidikan terumuskan dalam program kerja kepala sekolah.
Kemandirian memberi peluang bagi tumbuhnya keswadayaan. Dalam batas-batas yang
dibenarkan oleh undang-undang, kepala sekolah harus merintis sikap kreatif dalam membiayai
kegiatan dan program yang direncanakan disekolahnya. Hambatan-hamabatan birokrasi dan
ketergantungan dengan dana dari lembaga diatasnya di usahakan dikurangi dengan
kebijaksanaan tingkat sekolah. Untuk bisa melakukan keswadayaan tersebut, kepala sekolah
harus berani, cermat dan teliti. Pada masa mendatang, pengalaman keguruan seorang kepala
sekolah masih diperlukan. Tetapi, sikap futuristik dan orientasi pada perkembangan ilmu

1.
2.
3.
4.

5.

pengetahuan dan teknologi lebih diperlukan bagi jabatan kepala sekolah. Untuk
meningkatkanmutu kepala sekolah dapat dilakukan dalam bentuk dan jenis kegiatan sebagai
berikut :
Sosialisasikan tugas tambahan guru sebagai kepala sekolah sebagai jabatan profesi.
Kembangkan criteria calon kepala sekolah, misalnya dengan action research mempunyai visi dan
komitmen ke masa depan.
Teruskan program LKKS, MKKS untuk kepala sekolah yang ada.
Kembangkan komunikasi dialog dan evaluasi terpadu sehingga kepala sekolah, guru, orang tua
siswa dan (siswa jika perlu) termasuk pengawas sekolah pendidikan dan pelatihan secara
bersama-sama saling mengevaluasi kinerjanya.
Teruskan program seleksi dan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah.
BAB III
PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIBIDANG PEMBELAJARAN

A. Pembinaan Kemampuan dan Keterampilan


1. Pembinaan dalam Pendalaman Materi
Yang dimaksud dengan pendalaman materi adalah usaha guru melalui musyawarah guru
mata pelajaan sejenis untuk lebih menigkatkan penguasaan terhadap materi esensial (utama) baik
menyangkut konsepsi tujuan akademis, maupun para nara sumber. Pendalaman materi ini lebih
diutamakan pada materi-materi utama yang dianggap sulit dicerna atau dikuasai baik dilihat dari
segi guru maupun segi siswa.
Tujuan :
Mendorong agar guru senantiasa memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan dalam untuk
menambah kepercayaan diri melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Guru sekolah menengah
adalah guru mata pelajaran,yaitu yang mengajarkan khusus satu mata pelajaran, atau lebih sesuai
dengan latar belakang pendidikannya. Bahan pengajaran yang disajikan kepada siswa, harus
mengacu pada materi dan strategi yang terdapat dalam kurikulum, khususnya GBPP mata
pelajarannya harus melebihi dari sekedar yang tercantum dalam GBPP. Guru-guru diwajibkan
menambah wawasan keilmuannya, agar apa yang diajarkan kepada siswa selalu sesuai dengan
perkembangan ilmu. Bahkan guru dianjurkan untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya melalui
berbagai cara yang dapat dibenarkan oleh peraturan.
Cara-cara tersebut antara lain melalui :
1) Mengikuti program Universitas Terbuka
2) Mengikuti kegiatan MGMP
3) Pertemuan-pertemuan dalam asosiasi yang lain dan
4) Banyak membaca buku
5) Lain-lainnya relevan
Pendalaman materi oleh guru berfungsi untuk :
Meningkatkan kepercayaan dii akan kemampuan profesionalnya sehingga tidak ragu lagi dalam
kegiatan belajar mengajar.
2. Pembuatan Perangkat Kegiatan Belajar Mengajar

a)
b)
c)
d)

Perangkat-perangkat kegiatan belajar mengajar yang harus dibuat da memiliki guru


Analisis Materi Pelajaran (AMP)
Program tahunan dan program semesteran
Lembar Kerja Siswa
Satuan Pelajaran
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
(PKBM) yang dicetak oleh Direktorat Pendidika Menengah Umum.

B. Pembinaan dalam Penilaian


Tujuan :
Tujuan dalam pembinaan dalam penilaian ialah agar guru mampu dan terampil membuat alat
penilaian, pensekoran dan pengolahan hasil penilaian. Kegiatan guru dalam proses belajar
mengajar adalah menyampaikan atau menyajikan bahan pelajran kepada siswa. Sedangkan
kegiatan siswa adalah diharapkan menyerap atau memahami sejauh mungkin apa yang disajikan
oleh guru.
Untuk dapat mengetahui sejauhmana proses belajar mengajar dan bagaimana hasil yang
diperoleh guru melakukan penliaian.
Kegiatan penilaian itu, dapat dibagi atas tiga bagian yaitu :
Merencanakan penilaian
Membuat alat penilaian
Pengolahan hasil penilaian
Tindak lanjut
Pembinaan dalam analisis belajar
Agar guru mampu mengetahui ketuntasan belajar siswa, melaksanakan program satuan pelajaran
berikutnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru harus mengetahui dan memahami jenis
penilaian, pengolahan nda kegunaannya.
C. Pembinaan dalam Mendayagunakan Alat Pendidikan
1. Tujuan pembinaan dalam mendayagunakan alat pendidikan adalah :
Memperoleh dan memperluas wawasan terhadap konsepsi tijauan akademis dan penerapannya,
sehingga dapat dimanfaatan untuk melaksanakan analisis materi pelajaran (AMP).
Kriteria materi yang esensial :
1) Materi tersebut merupakan konsep dasar
2) Materi tersebut merupakan prasyarat untuk materi berikutnya
3) Materi tersebut memiliki aplikasi tinggi
4) Mater tersebut menunjang pencapaian tujuan
5) Materi tersebut sesuai dengan tuntutan dunia kinerja
2. Tujuan :
Agar guru terampil dalam menggunakan berbagai metode yang sesuai untuk mengajukan
pokok/sub pokok bahasan tertentu. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar :

1) Perencanaan pengajaran dalam arti yang luas berlangsung sejak seorang guru meneliti GBPP,
kemudian menganalisis materi danmerumuskan tujuan-tujuan pengajaran (kegiatan ini
dinamakan Analisis Materi Pengajaran atau AMP). Selanjutnya disusun program pengajaran satu
semester. Kegiatan berikutnya yaitu merencanakan proses belajar mengajar dikelas yang lebih
dikenal dngan Program Satuan Pelajaran (PSP). Penyusunan AMP menitikberatkan pada
penjabaran materi esensial, tidak banyak tergantung pada kemampuan guru, kemampuan siswa,
dan fasilitas (variabel pengajaran). Demikian juga penyusunan PSP lebih menitikberatkan pada
pendistribusian waktu serta urutan esensial, juga tidak banyak tergantung pada variabel
pengajaran. Sedangkan penyusunan PSP lebih menitikberatkan pada belajar mengajar karena itu
sangat bergantung pada variabel-variabel pengajaran. Dengan pertimbangan itu, seyogyanya
MGMP membantu guru dalam mengembangkan AMP dan selengkapnya untuk kemudian
didiskusikan oleh peserta. Sedangkan penyusunan PSP sewajarnya diserahkan kepada guru-guru,
karena guru-guru tersebut yang lebih tahu variabel-variabel pengajaran di kelasnya. Namun
demikian, MGMP dapat membantu guru dalam penyusunan PSP dengan memberikan kerangka
perencanaan dan pedoman pendiskusiannya. Yang penting diingat oleh guru adalah bahwa
perencanaan pengajaran itu penting sekali, karena dengan perencanaan itu proses belajar
mengajar dapat lebih efektif, efisien dan terarah. Efektif dalam pencapaian hasil belajar, efisien
dalam penggunaan waktu, tenaga, dana, serta terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Namun
perlu diingat juga bahwa bagusnya perencanaan, jika dalam pelaksanaannya ditemui hambatanhambatan, guru segera tanggap bahwa rencana itu disempurnakan.
D. Pembelajaran Angka Kredit
Pembinaan peroleh angka kredit bagi guru bertujuan agar guru dapat memahami dan
memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh angka kredit sebaik-baiknya untuk kenaikan
pangkat dan menduduki pangkat/jabatan maksimal sebagai pegawai negeri sipil.
Kenaikkan pangkat dan menduduki pangkat/jabatan maksimal bagi pegawa negeri
pemangku jabatan fungsional, telah ditetapkan dalam pasal 12 no.3 tahun 1980.
Dengan dikeluarkan/diterbitkannya PP tersebut, merupakan kesempatan yang baik bagi guru
untuk mengacu diri mengembangkan profesi dan meningkatkn prestasi.
a. Mengenai teknis pelaksanaan dan penerapannya telah diatur dalam Surat Keputusan Menteri
Pendayagunaa Aparatur Negara Nomor 26 tahun 1989, tangal 2 Mei 1989 dan keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Negara nomor 0433/1993, nomor
25 tahun1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,
antara lain yang dinilai :
1) Unsur utama meliputi pendidikan proses belajar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan serta
pengembangan profesi.
2) Unsur penunjang yaitu menunjang proses belajar mengajar atau bimbingan penyuluhan meliputi
kegiatan :
Pengabdian pada masyarakat
Pendukung pendidikan

b. Kewajiban jam mengajar dan bonus mengajar guru wajib mnegajar 24 jam pelajaran setiap
minggu, sedangkan sebagai kepala sekolah diwajibkan mengajar minimal 6 jam setiap minggu,
apabila guru mengajar lebih dari 24 jam setiap minggu maka yang bersangkutan diberi bonus
angka kredit.
c. Angka kredit komulatif minimal
1) Sekurang-kurangnya 70% angka kredit berasal dari unsur utama
2) Sebanyak-banyaknya 30% angka kredit dari unsur penunjang
Berdasarkan ketentuan perolehan angka kredit komulatif, guru harus mengutamakan kepentingan
dinas.

BAB IV
PENUTUP
Demikian beberapa pokok pikiran Pembinaan Profesionalisme Tenaga Kependidikan
yang mungkin dapat diterapkan di lingkungan guru-guru SMP/SMA.
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas
profesionalisme tenaga kependidikan yang ada didalamnya. Itu semua didalamnya sangat
mendukung sekolah dalam melaksanakan program-program yang telah direncanakan dan
merupakan suatu kekerasan bahwa dengan tenaga kependidikan yang profesional diharapkan
sekolah dapat berhasil mencapa tujuannya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di masyarakat, sementara kualitas profesionalisme tenaga kependidikan tersebut hanya
dapat dicapai manakala dibarengi dengan kemampuan kepala sekolah dalam mengenal
karakteristik individu dan berusaha memilih, menerapkan teknik atau gaya yang sesuai dengan
urutan situasi yang dihadapi oleh sekolah.

Anda mungkin juga menyukai