Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
Pada tahun 1882, Morris memperkenalkan istilah lawn tennis
elbow yang merujuk pada suatu sindroma pada siku yang
ditemukan pada para pemain tenis, istilah itu kemudian disingkat
menjadi tennis elbow. Namun menurut data epidemiologi terbaru,
para penderita

penyakit ini mayoritas justru berasal dari orang-

orang yang bukan pemain tenis.1,2,3


Tennis elbow merupakan salah satu jenis overuse syndrome dan
kondisi

ini

timbul

sebagai

akibat

dari

ekstensi

pergelangan

tangan(wrist) yang berlebihan. Hal ini sering ditemukan pada orangorang yang terbiasa melakukan repetisi supinasi dan pronasi lengan
bawah ketika sendi siku sedang dalam keadaan ekstensi (seperti
gerakan pemain tenis yang melakukan pukulan backhand). 2,3,4
Dulu, tennis elbow dikenal juga dengan istilah epikondilitis
lateral, karena ada dugaan bahwa inflamasi memainkan peranan
penting

dalam

timbulnya

gejala.

Namun

penelitian

terbaru

menunjukkan bahwa penggunaan istilah tersebut kurang tepat,


karena secara umum, ketika dilakukan pemeriksaan mikroskopik
tendon, tidak ditemukan adanya tanda-tanda inflamasi, namun
yang ada justru degenerasi angiofibroblast, hiperplasia vaskuler,
dan kolagen-kolagen yang tersusun secara tidak beraturan. 3
Tendon relatif hipovaskuler pada daerah proksimal hingga pada
daerah insersi tendon. Hipovaskularitas ini kemungkinan besar
menjadi predisposisi degenerasi tendon hipoksik, yang berimplikasi
pada etiologi tendinopati. Patologi primer tersering kelainan ini

adalah tendinosis pada tendon extensor carpi radialis brevis (ECRB)


1-2 cm dari arah distal perlekatannya pada epikondilus lateral.

Insiden kelainan ini pada populasi umum antara 1-3%. Tennis elbow lebih sering
terjadi pada usia lebih dari 35 tahun, paling banyak ditemukan pada usia 40-50
tahun,dan tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki.5
Prinsip penatalaksanaan pada tennis elbow yaitu mengatasi inflamasi,
mempercepat penyembuhan, mengurangi gerakan, memperbaiki fleksibilitas,
kekuatan, dan ketahanan jaringan lunak dengan cara tidak melakukan aktivitas yang
memprovokasi , analgetik, modalitas fisik, dan pembidaian. 5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Tennis elbow atau epikondilitis lateral, suatu kondisi nyeri pada siku karena
penggunaan yang berlebihan (overuse) M. Extensor carpi radialis brevis melalui
trauma repetitif yang menyebabkan tendinosis primer ECRB, dengan atau tanpa
meilibatkan extensor digitorum communis. pada pemain tenis atau olahraga raket
lainnya. Namun beberapa olahraga dan kegiatan lainnya juga beresiko. Otot lengan
bawah dan tendon rusak akibat penggunaan yang berlebihan dan gerakan yang
berulang ulang. Hal ini meningkatkan nyeri dan nyeri tekan pada elbow lateral.6

Gambar 1. Os humerus

II. ETIOLOGI
A. Overuse
Penelitian terbaru menunjukkan tennis elbow sering disebabkan kerusakan
pada otot lengan bawah. Otot ekstensor carpi radialis brevis (ECRB) membantu
menstabilkan pergelangan tangan ketika siku lurus. Ketika ECRB lemah akibat
penggunaan yang berlebihan, microscopic tears terbentuk pada tendon . Pada
pemain tennis, ekstensi pergelangan tangan (forehand dan satu dua tangan
backhand) merupakan faktor predisposisi.6
B. Aktivitas
Tidak selamanya hanya atlet yang bisa terkena tennis elbow. Aktivitas yang
berulang-ulang menggunakan otot lengan bawah seperti pelukis, tukang kayu,
koki, bermain biola, mengangkat tas yang berat, memalu atau
memutar sekrup, memotong kabel, gerakan repetitif, Pitching,
mengunci

siku

ketika

menjabat

tangan,

dalam

posisi

ekstensi,

mendayung,

mengetik Aktivitas berulang dan angkat berat

menyebabkan cedera. 6
C. Usia
Tennis elbow rentan pada usia antara 30 dan 50 tahun, namun setiap orang
bisa jika memiliki faktor resiko. 6
D. tidak diketahui

Epikondilitis lateral dapat terjadi tanpa cedera repetitif.


III. EPIDEMIOLOGI
Insidensi tennis elbow bervariasi mulai dari 1% hingga 3%
dari populasi umum dan kelainan ini dapat ditemukan pada 50%
pemain tenis. Meskipun begitu, jumlah pemain tenis yang terkena
penyakit ini hanya sekitar 5% dari jumlah semua pasien tennis
elbow.

Oleh

karena

itu

penggunaan

istilah

tennis

elbow

sebenarnya kurang tepat, sebab mayoritas penderitanya justru


bukan pemain tenis. 3
Jumlah pasien tennis elbow para pria dan wanita sama
banyaknya. Kelainan ini sering ditemukan pada orang-orang
berkulit putih, pada tangan yang dominan, dan insidensinya
meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan populasi
puncak pada usia 30 hingga 50 tahun, serta usia rata-rata
penderitanya adalah 42 tahun.3
IV. ANATOMI LATERAL ELBOW
Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang
humerus, ulna dan radius yang saling berhubungan dalam satu
rongga sendi yang bersama-sama. (6) (7)
Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan
yakni fleksi/ekstensi dan rotasi berupa pronasi dan supinasi.
Gerakan fleksi dan ekstensi terjadi antara tulang humerus dan
lengan bawah (radius dan ulna), pronasidan supinasi terjadi
karena radius berputar pada tulang ulna, sementara itu radius
juga berputar pada boros bujurnya sendiri. Sendi radioulnar
proksimal dibentuk oleh caput radius dan incisura radialisulna

dan merupakan bagian dari sendi siku. Sendi radioulnar distal


terletak dekat pergelangan tangan. 7
Sendi siku sangat stabil karena diperkuat oleh simpai sendi
yaitu

ligamentcollateral

medial

dan

lateral.

Ligamentum

annulare radii menstabilkan terutama caput radius. Otot-otot


yang berfungsi

pada gerakan sendi siku ialah brachioradialis,

biceps brachii, M. triceps brachii, pronator teres dan supinator.


Selain otot di atas, dari siku juga berasal sejumlah otot yang
berfungsi untuk pergelangan tangan seperti otot ekstensor carpi
radialis longus yang berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi
sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar
saraf servikal 6 - 7, otot ekstensor carpi radialis brevis, berfungsi
sebagai

penggerak

utama

ekstensi

dan

abduksi

sendi

pergelangan tangan diper sarafi oleh saraf radialis akar saraf


servikal 6 servikal 7. (11)
Tabel 1: Anatomi otot-otot yang menyusun Lateral Compartement of
the Elbow 7
Otot

Extensor
carpi radialis
longus

ECRB

Fungsi
Origo
Insersio
Sendi siku : fleksi,
Aspek distal dari lateral Aspek dorsal dari
pronasi/ supinasi
supra-condylar
ridge basis
tulang
Sendi pergelangan
humerus
metakarpal
tangan
:
fleksi
Dan
septum kedua
dorsal dan abduksi
intermuscular lateral
radial
Sendi pergelangan
Aspek dorsal dari
tangan

fleksi epikondilus

lateral basis

dorsal dan abduksi humeri, lig anular radii


radial

tulang

metakarpal III

Sendi siku :
Ekstensi
Extensor

Sendi pergelangan

digitorum

tangan

communis

dorsal

fleksor

epikondilus
humeri:

lig.

lateral
Collateral Dorsum

jari

radiale dan anular radii, kedua-jari kelima


fascia antebrachii

Metacarpophalang
V
Sendi

siku

Ekstensi

:
sendi

Extensor carpi pergelangan


Ulnaris

tangan
dorsal

:
,

fleksi
abduksi

ulnar

Caput

humeral:i

epikondilus

lateral

humerus, lig. Collateral


radial
caput

ulnaris:

2/3

proximal facies posterior

Aspek ulnar dari


basis

tulang

metakarpal
kelima

ulna, fascia antebrachii

Sendi

siku

ekstensi
Sendi pergelangan epikondilus
Extensor digiti tangan
Minimi

dorsal

:
,

fleksi humerus, lig. Collateral Area


abduksi radial

ulnar
Sendi

lateral

dan

lig.

dorsal jari

Anular kelima

radii, fascia antebrachii


MCP

V:

ekstensi
Aspek
Anconeus

Supinator

Sendi
ekstensi
Sendi
supinasi

siku

posterior Facies

: epikondilus

posterior

lateral ulna

teoat

humerus, lig. Collateral disebelah


radial
radioulnar: Caput

olecranon
humeri: Facies
anterior

epikondilus lateral; caput radii


ulnaris:

distal

aspek

diantara

lateral tuberositas

radii

olecranon (krista musculi


supinator

ulnae,

Collateral

radial

anular radii

lig. dan

insisi

dan Pronator teres

M.

(a)

(b)
Gambar 2: Gambar otot-otot pada aspek (a) lateral (b) posterior (a)
superficial, (b)media, (c) profundaDikutip dari kepustakaan (7).
Extensor carpi radialis brevis (ECRB), extensor digitorum
communis, dan extensor carpi ulnaris bergabung membentuk
suatu tendon yang kuat, diskret, serta melekat pada aspek
anterior epikondilus lateral dan pada crista suprakondilar lateral,
dekat dengan origo brachioradialis dan extensor carpi radialis
longus. Epikondilus lateral juga merupakan tempat perlekatan
extensor digiti minimi dan supinator, yang bergabung bersama
dengan ECRB, extensor digitorum communis, dan extensor carpi
ulnaris. ECRB terletak pada aspek anterior dan profunda tendon
communis dan memiliki insersi pada basis tulang metacarpal
ketiga. Bagian bawah ECRB bersentuhan langsung dengan
capitellum dan bagian lateralnya senantiasa bergesekan dengan
capitellum selama proses ekstensi dan fleksi elbow. Robekan dan
abrasi repetitif akibat pergesekan tersebut kemungkinan besar

memainkan peranan penting dalam patofisiologi epikondilitis. Lesi


primer yang paling sering kali menimbulkan epikondilitis adalah
lesi yang terletak pada ECRB, lalu extensor digitorum communis,
dan sisanya adalah otot-otot lain dan tendon pada kompartemen
lateral. Lokasi origo dan insersio serta fungsi otot dan tendon
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 (11).

Gambar 3: Anatomi ligamentum elbow dari aspek anterior, medial,


lateral. AL= annular ligament, LUCL= lateral ulnar collateral
ligament, RCL= radial collateral ligament. Dikutip dari kepustakaan
(7)
Epikondilitis

lateral

berhubungan

erat

dengan

cedera

kapsuler, penebalan serta robekan pada lateral ulnar collateral


ligament (LUCL) dan radial collateral ligament (RCL). Kompleks
lateral collateral ligament terdiri atas RCL, ligamen annular,
ligamen accessory lateral collateral, dan LUCL (Gambar 2). RCL

berasal dari epikondilus lateral bagian anterior dan bergabung


dengan fiber ligamentum annular dan fascia otot supinator.
Ligamentum

annular,

stabilisator

utama

sendi

proximal

radioulnar, melancip di bagian distal dan mengelilingi caput radial


yang

berbentuk

ligamentum

ini

corong.
dapat

Gangguan

menyebabkan

atau

robekan

instabilitas

pada

radioulnar.

Ligamentum accessory lateral collateral membantu menstabilkan


ligamentum annular namun ligamentum ini tidak selalu bisa
ditemukan.

Fiber

ligamentum

accesory

berasal

dari

krista

supinator, di sepanjang aspek lateral ulna. LUCL berkontribusi


dalam memberikan konstrain ligamentum guna melawan stres
varus.

LUCL

berasal

dari

epikondilus

lateral

sebagai

persambungan dari RCL, namun LUCL berjalan di sepanjang


aspek lateral dan posterior radius lalu masuk ke tuberkel krista
supinator

ulna.

Gangguan

pada

LUCL

akan

menyebabkan

instabilitas rotasi posterolateral elbow. (7)


V. PATOGENESIS
Selain akibat cedera stres repetitif, tennis elbow juga dapat
terjadi karena trauma langsung. Kondisi ini sering ditemukan
pada para pemain tenis, terutama pada mereka yang tidak
profesional, dan belum memiliki teknik bermain tenis yang baik.
Epikondilitis lateral terjadi karena kontraksi repetitif pada otototot ekstensor lengan bawah, terutama pada origo ECRB, yang
mengakibatkan robekan mikro lalu degenerasi tendon, perbaikan
yang imatur, hingga

menimbulkan tendinosis. Selain gaya

mekanik yang mengakibatkan stres varus berlebihan pada ECRB,


posisi anatomi tendon ECRB yang langsung berhimpitan dengan

aspek lateral capitellum menyebabkan tendon tersebut mudah


mengalami abrasi berulang selama proses ekstensi elbow.
Hipovaskularitas permukaan bawah tendon juga berkontribusi
dalam proses degenerasi dan tendinosis.

2,3,7

Pada pemeriksaan umum, tendon yang mengalami tennis


elbow akan berwarna abu-abu dan rapuh. Awalnya, banyak yang
menduga bahwa epikondilitis terjadi karena adanya proses
inflamasi yang melibatkan bursa humeral radial, synovium, dan
ligamentum annular. Pada tahun 1979, Nirschl dan Pettrone
menemukan adanya disorganisasi arsitektur kolagen normal
akibat invasi fibroblast yang berhubungan erat dengan respon
reparatif vaskuler yang imatur, yang disebut juga dengan istilah
hiperplasia

angiofibroplastik.

Proses

itu

kemudian dikenal

dengan nama tendinosis angiofibroplastik karena tidak ada satu


pun sel radang yang teridentifikasi. Karena inflamasi bukanlah
faktor yang signifikan dalam epikondilitis, maka istilah tendinosis
merupakan istilah yang paling tepat untuk menggambarkan
tennis elbow. 3

Gambar 4: A. Gambaran histologis tendinosis angiofibroplastic


(

angiofibroblastic

tendinosis)

pada

tennis

elbow,

terjadi

disorganisasi kolagen normal akibat invasi fibroblast.

B. Tendon

normal.
VI. MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS
Anamnesis
Dari anamnesis, dapat diketahui bahwa pasien tennis elbow
datang ke dokter karena keluhan utama nyeri di daerah lateral
elbow, yang menjalar ke regio ekstensor. Pada umumnya mereka
berusia antara 20-50 tahun, dan mayoritas berusia di atas 30
tahun. Pasien sering kali melaporkan bahwa onset timbulnya
nyeri sulit diketahui, namun hal itu berhubungan erat dengan
riwayat penggunaan tangan secara berlebihan (pada tangan
dominan) tanpa adanya trauma spesifik. 2,3,7
Onset gejala biasanya timbul dalam 24-72 jam setelah
melakukan

aktivitas

berulang-ulang.

ekstensi

Manifestasi

pergelangan

gejala

terlambat

adanya robekan mikroskopik pada tendon.

tangan

secara

timbul

karena

2,3,7

Pasien mengeluhkan nyeri pada lateral elbow yang akan


semakin memburuk ketika pasien beraktivitas dan membaik
setelah pasien beristirahat. Pasien juga merasakan kondisi yang
mengganggu saat melakukan aktivitas tertentu seperti ketika
pasien melakukan pukulan backhand tenis atau menggunakan
obeng secara berlebihan.3
Nyeri biasanya bersifat tajam, intermiten, dan menjalar ke
bawah melalui aspek posterior lengan bawah. Terkadang, pasien
dapat menentukan lokasi nyerinya di sekitar 1,5 cm dari distal
origo ECRB. Nyeri yang dialami oleh pasien bervariasi, mulai dari
yang paling ringan (seperti rasa mengganggu ketika melakukan

aktivitas berat seperti bermain tennis atau menggunakan alat


tangan secara berulang-ulang), atau nyeri berat yang terpicu oleh
aktivitas sederhana seperti hendak mengambil dan memegang
gelas kopi. Secara umum, pasien tennis elbow akan mengeluhkan
penurunan kekuatan ketika melakukan gerakan menggenggam,
supinasi, dan ekstensi pergelangan tangan.3
Sekitar sepertiga kasus tennis elbow berhubungan dengan
aktivitas

hidup

sehari-hari.

Sehingga

menanyakan

riwayat

pekerjaan dan aktivitas sehari-hari merupakan salah satu hal


yang penting dalam menegakkan diagnosis. Selain tennis,
aktivitas lain juga dapat menimbulkan tennis elbow.

Aktivitas-

aktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. (5)


Tabel 2: Aktivitas yang berhubungan dengan epikondilitis lateral (5)
Kegiatan
Olahraga
Bermusik

atau

Gerakkan
Bermain biola

Bisnis

Mengangkat tas yang berat

Pertukangan

Memalu atau memutar sekrup

Perlistrikan

Memotong kabel

Mekanik

Gerakan repetitif

Bisbol

Pitching

Olahraga raket

Pukulan backhand

Angkat Berat

Mengunci siku ketika dalam posisi

Berlayar

ekstensi

Politik

Mendayung

Sekretariat

Menjabat tangan
Mengetik

Pemeriksaan Fisis
Inspeksi
Pada inspeksi, sulit untuk menegakkan diagnosis tennis elbow
karena biasanya tidak ditemukan adanya hematoma maupun
edema pada lateral elbow. Namun pada pasien tennis elbow yang
sudah

kronik,

dapat

ditemukan

atrofi

otot-otot

ekstensor.

Meskipun tidak mungkin menegakkan diagnosis tennis elbow


hanya

dengan

inspeksi,

kita

tidak

boleh

mengabaikan

pemeriksaan ini sebab jika kita menemukan adanya eritema,


pembengkakan atau pun lesi lain pada elbow, maka hal tersebut
justru akan menyingkirkan diagnosis tennis elbow.

2,3,7

Palpasi
Dari palpasi, ada beberapa jenis pemeriksaan provokatif yang dapat
dilakukan antara lain:3,9
1. Penekanan pada lateral elbow.
Nyeri maksimal dapat timbul ketika dilakukan penekanan pada
daerah sekitar 1-2 cm dari distal origo ECRB di epikondilus lateral.
Apabila tanda ini tidak ditemukan, maka kita dapat menyingkirkan
diagnosis tennis elbow.

Gambar 5
2. Tes Maudsley
Pasien diminta untuk melakukan ekstensi jari ketiga (jari tengah)
tangan

lalu

mempalpasi

pemeriksa
epikondilus

menahan
lateral.

ekstensi

Hal

itu

tersebut

akan

sambil

menimbulkan

ketegangan pada otot extensor digitorum dan tendon. Hasil positif


terjadi apabila pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral. Bila
positif, berarti pasien menderita tennis elbow.

Gambar 6
3. Tes Mill
Pemeriksa meminta pasien agar memfleksikan elbow dan
pergelangan tangan, sambil memperhatikan tiap nyeri yang timbul

pada epikondilus lateral. Hasil positif bila pasien merasakan nyeri


pada epikondilus lateral.

Gambar 7
4. Tes Cozen
Pemeriksa menstabilisasi elbow dengan cara meletakkan ibu jari
pada epikondilus lateral. Lalu pasien diminta untuk mengepalkan
tangan sambil mempronasikan lengan bawah secara radial lalu
pasien mengekstensikan pergelangan tangan sambil melawan
tahanan yang diberikan oleh pemeriksa. Atau pemeriksa dapat
memfleksikan dan mengekstensikan lengan bawah pasien secara
pasif. Semua tindakan itu akan menimbulkan nyeri apabila pasoen
menderita tennis elbow.

Gambar 8
5. Tes Mengangkat Kursi (Chair Test)
Pasien diminta untuk mengangkat sebuah kursi dengan bahu diadduksi, kemudian elbow diekstensi, dan pergelangan tangan
dipronasi. Tindakan seperti itu akan mempresipitasi nyeri Jika
pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral, berarti chair test
positif dan itu salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa pasien
mengalami tennis elbow. 9
Selain tes-tes di atas, kita juga harus melakukan pemeriksaan
ROM pada bahu, siku, dan pergelangan tangan. Pemeriksaan ROM
(range of movements) dan uji krepitus sendi radiohumeral dilakukan
untuk mengeksklusi bursitis, osteokondritis, atau PIN entrapment. 2,9
berarti chair test positif dan itu salah satu indikasi yang
menunjukkan bahwa pasien mengalami tennis elbow. 9

Selain tes-tes di atas, kita juga harus melakukan pemeriksaan


ROM pada bahu, siku, dan pergelangan tangan. Pemeriksaan ROM
(range of movements) dan uji krepitus sendi radiohumeral dilakukan
untuk mengeksklusi bursitis, osteokondritis, atau PIN entrapment. 2,9

Gambar 9: USG longitudinal pada tendon extensor communis pasien


tennis elbow, tanda panah yang atas menunjukkan tendon yang
mengalami

kalsifikasi,

menunjukkan

sedangkan

iregularitas

tulang

tanda
yang

panah

dekat

yang

bawah

dengan

tendon

extensor communis. Dikutip dari kepustakaan (10)

Gambar 10: USG longitudinal pada tendon extensor communis


pasien tennis elbow, tanda bintang menunjukkan tendon yang
terlepas dari tulang yang disertai dengan cairan peritendinosus,
sedangkan tanda panah menunjukkan enterofit pada tulang. Dikutip
dari kepustakaan (10)

3. MRI
Posis pasien dan pemelihan sekuensi yang tepat merupakan
hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis tennis elbow
dengan menggunakan MRI. Apabila digunakan dengan tepat, maka
MRI memiliki sensitivitas sekitar 90-100% dalam mendiagnosis
tennis elbow. (7) (11)
Pasien yang akan menjalani pemeriksaan MRI sebaiknya
berbaring

dengan

tangan

terabduksi,

elbow

di-ekstensi,

dan

pergelangan tangan di-supinasi. (6) (11)


Abnormalitas tendon dan ligamen sebaiknya diperiksa dengan
menggunakan densitas proton weighted dan T2-weighted fast SE
image (dengan atau tanpa saturasi lemak). (7)
Dengan pemeriksaan MRI, kita dapat melihat penebalan serta
robekan fokal pada tendon.

(7)

Gambar 11: MRI tennis elbow. (a) tanda panah menunjukkan


robekan full-thickness dan retraksi ECRB yang disertai dengan
edema. (b) tanda panah menunjukkan cairan peritendinosus pada
origo ECRB. Dikutip dari kepustakaan (7).
4.Elektromiograf

Eletromiografi dapat membantu kita dalam membedakan


sindrom radial tunnel dengan epikondiliitis lateral. Pada sindrom
radial tunnel, terjadi penurunan implus elektromiografi.

(2)

VII. DIAGNOSIS BANDING


Adapun diagnosis banding tennis elbow adalah:
-

Sindrom radial tunnel


Penyakit ini ditandai oleh adanya nyeri dan kelemahan pada
sisi lateral siku setelah pasien melakukan aktivitas berupa
ekstensi siku atau rotasi lengan bawah secara berlebihan.
Gejalanya sangat mirip dengan epikondilitis lateral, hanya saja
area nyeri pada sindrom radial tunnel adalah sekitar empat jari ke
arah distal epikondilus lateral. Untuk benar-benar menyingkirkan
diagnosis, kita dapat melakukan pemeriksaan elektromiografi. (3)

Bursitis olekranon
Pada bursitis olekranon, biasanya gejala diawali oleh adanya
riwayat trauma, perdarahan, sepsis atau riwayat rematik. Pada
pemeriksaan fisis, kita dapat menemukan adanya efusi sendi siku
dan eritema pada kulit siku, pada epikondilitis lateral kita tidak
akan menemukan adanya tanda-tanda eritema. Pada bursitis
olekranon, nyeri dapat timbul ketika dilakukan penekanan pada
olekranon sedangkan pada epikondilitis lateral, nyeri timbul saat
dilakukan penekanan pada epikondilus lateral. 3,7
Epikondilitis medial (golfer elbow)
Pasien epikondilitis medial biasanya memiliki riwayat aktivitas
sering melakukan gerakan fleksi seperti bermain golf. Nyeri siku
yang timbul pada epikondilitis medial dipresipitasi oleh gerakan
fleksi dan supinasi, berbeda dengan tennis elbow yang justru
dipicu oleh gerakan ekstensi dan pronasi. 3,7
Penyakit-penyakit intra-artikuler seperti
osteokondritis

dissecan

pada

capitelum.

artritis,

dan

Penyakit-penyakit

artikuler biasanya ditandai oleh gejala kontraktur fleksi (pasien


sulit melakukan ekstensi baik secara aktif maupun pasif) dan
nyeri sering kali timbul di akhir gerakan ekstensi. Berbeda
dengan epikondilitis lateral, di mana tidak ada keterbatasan
gerakan fleksi.

3,7

VIII. PENATALAKSANAAN
Ada banyak pilihan penatalaksanaan untuk mengatasi tennis
elbow,

namun

hingga

saat

ini

belum

ada

satu

pun

penatalaksanaan yang benar-benar efektif dalam mengatasi


kelainan tersebut. Namun secara umum, terapi untuk tennis

elbow dibagi menjadi 2 yakni terapi konservatif dan pembedahan.


2,3,7,8,11,12

Untuk penatalaksanaan awal, biasanya terapi konservatif


menjadi pilihan utama, sambil terus melakukan observasi. Namun
bila kondisi pasien tidak mengalami perbaikan setelah menjalani
terapi konservatif selama 6 hingga 9 bulan, maka sebaiknya
pasien segera dirujuk untuk menjalani pemeriksaan radiologis
dan terapi pembedahan.

2,7

Terapi Fase Akut


Untuk

tennis

elbow

fase

akut,

maka

kita

harus

memberlakukan regimen R.I.C.E seperti halnya cedera jaringan


lunak lainnya.

2,3,7,12

Hal tersebut melibatkan prosedur: Rest (istirahat), Ice (es),


Compression (kompres, Elevation (elevasi)

Gambar 12: Prosedur RICE untuk epikondilitis lateral. Dikutip dari


kepustakaan (12).
Bila terapi tersebut tidak berhasil, maka kita dapat melanjutkannya
dengan:

Terapi Konservatif
Terapi konservatif yang dapat diberikan pada pasien tennis
elbow antara lain:
1. NSAID (Non-steroidal anti-inflammatory drugs)
NSAID dapat digunakan sebagai analgesia untuk pasien tennis
elbow. Ada banyak pilihan NSAID yang dapat digunakan yakni
diclofenac, naproxen, ibuprofen, dan inhibitor siklooksigenase.
Obat-obatan tersebut dapat digunakan secara topikal, maupun
sistemik. Meskipun memiliki banyak golongan, namun secara
umum, profil khasiat NSAID hampir sama.
NSAID

dapat

menghambat

2,3,7,12

inflamasi

dengan

cara

menghambat sintesis prostaglandin. Meskipun tennis elbow


bukanlah suatu proses inflamasi, namun berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa penggunaan NSAID dapat mengurangi
gejala tennis elbow. Namun penggunaan NSAID dalam jangka
panjang tidak dianjurkan karena adanya efek samping pada
traktus gastrointestinal dan ginjal.8,13
2. Kortikosteroid
Jenis kortikosteroid yang digunakan untuk terapi tennis elbow
sebaiknya yang memiliki efek anti-inflamasi yang kuat seperti
triamcinolone dan betamethasone. Dan pemberiannya harus
dilakukan secara intra-artrikuler untuk mengurangi efek sistemik.
3,13,14

Gambar 13:Injeksi kortikosteroid pada epikondilus lateral. Dikutip


dari kepustakaan

Triamcinolone

dan

betametahsone

dapat

menurunkan

inflamasi dengan cara menekan migrasi leukosit polimorfonuklear


dan memperbaiki permeabilitas kapiler. Banyak dokter yang lebih
suka menggunakan betamethasone karena agen ini
mengalami

kristalisasi

ketika

dicampurkan

dengan

tidak
sediaan

anestetik yang bebas paraben. (3)


Terapi ini terkadang juga dikombinasikan dengan anestetik
lokal; salah satu kombinasi yang sering digunakan adalah 0,5 cc
Xylocaine 2% dan 0,5 cc methylprednisolone. (5)

3. Vasodilator
Vasodilator dapat diberikan pada pasien tennis elbow karena
agen ini dapat menstimulasi sintesis kolagen dan membantu
proses penyembuhan. Selain itu vasodilator dapat mengurangi
gejala nyeri. Vasodilator yang dianjurkan adalah nitrogliserin
transdermal.

Obat

ini

dapat

menyebabkan

relaksasi

otot

pembuluh darah dengan cara menstimulasi produksi guanosine


monofosfat intraseluler. 3,12
4. Botulinum
Botulinum telah terbukti dapat menurunkan gejala nyeri
dengan

cara

memblokade

pelepasan

asetilkolin,

sehingga

menimbulkan denervasi kimiawi pada sistem saraf simpatetik dan


perifer. Namun penggunaan botulinum harus dilakukan secara
hati-hati

karena

efek

sampingnya

kelumpuhan pada otot-otot pernapasan. (3)

dapat

menimbulkan

5. Terapi Fisik
Banyak ahli yang menyarankan terapi fisik untuk pasienpasien tennis elbow dengan cara memberikan stressing pada
insersi ECRB melalui latihan gerakan eksentrik dan konsentrik.
Diharapkan dengan terapi ini maka akan terbentuk jaringan
kolagen yang padat pada area insersi ECRB, sehingga rasa nyeri
akan tereliminasi. (3)

Gambar 14: Latihan fleksi elbow 90

(kontraksi konsentrik pada

otot-otot extensor pergelangan tangan). Dikutip dari kepustakaan


(9)

Gambar 15: Latihan ekstensi elbow 180 (kontraksi eksentrik pada


otot-otot pergelangan tangan). Dikutip dari kepustakaan (9)
Terapi fisik seperti ini murah dan cukup efektif dalam
mengatasi gejala tennis elbow. Namun sebelum melakukan
gerakan-gerakan seperti itu, kita harus memberikan memberikan
konseling pada pasien mengenai adanya efek eksarsebasi nyeri
ketika sedang melakukan latihan. (24)
6. Penggunaan Ortosis atau Bebat Counterforce (Counterforce
bracing)
Penggunaan bebat counterforce dilakukan untuk mengurangi
gaya tension (tegangan) pada tendon ekstensor pergelangan
tangan, dan ortotik jenis ini lebih unggul dalam mengatasi tennis
elbow jika dibandingkan dengan bebat biasa. Bebat ini harus
diletakan kira-kira 10 cm di arah distal sendi elbow. Penggunaan
bebat counterforce selama tiga minggu pada epikondilitis lateral,
dapat

menurunkan

nyeri

dan

meningkatkan

kekuatan

genggaman. Namun beberapa ahli menganggap bahwa terapi ini


tidak memberikan manfaat sama sekali dalam mengatasi tennis

elbow. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa terapi ini masih


kurang superior jika dibandingkan dengan terapi NSAID topikal
dan injeksi kortikosteroid. 3,12

Gambar 19
Terapi Pembedahan
Jika semua terapi konservatif gagal dalam mengatasi tennis
elbow, maka kita harus melakukan pemeriksaan radiologis guna
menyingkirkan
menyertai

kemungkinan

tennis

elbow

adanya

dan

kelainan

lain

mempertimbangkan

yang
terapi

pembedahan.
Ada dua jenis pembedahan untuk mengatasi tennis elbow,
yakni operasi terbuka dan operasi dengan bantuan arthroskopi.
2,3,12

Operasi Terbuka
Operasi

terbuka

merupakan

jenis

pendekatan

yang

paling

sering

digunakan

untuk

mengatasi

tennis

elbow. Ada beberapa


teknik

operasi

terbuka yang dapat


dilakukan

untuk

mengatasi

tennis

elbow yakni: 12
- teknik

ablasi

origo

ekstensor communis,
- teknik melepaskan aponeurosis ekstensor dari epikondilus
lateral (Hohmann),
- reseksi ligamentum orbikularis (Bosworth),
- denervasi sendi radiohumeral (Kaplan)
- prosedur Nirschl
Prosedur Nirschl
Prosedur Nirschl yang dimodifikasi merupakan salah satu
metode yang paling sering digunakan. Teknik ini memang tidak
bisa mengeksplorasi sendi radiohumeral, namun perdarahan
pada teknik ini lebih minimal, prosedurnya lebih singkat, dan
biayanya lebih murah.
Prinsip utama prosedur Nirschl adalah memperpanjang
origo muskulofascial pada pergelangan tangan dan ekstensor
jari tangan. Prosedur ini diawali dengan memisahkan ekstensor
digitorum

brevis

dan

extensor

carpi

radialis

untuk

memudahkan akses ke ECRB. Bagian ECRB yang mengalami


degenerasi dan sisi ekstensor digitorum brevis yang ada di

dekatnya dieksisi. ECRB yang telah dipotong tidak perlu


disambung
perlekatan

kembali
fascia

karena

yang

ada

struktur
di

ini

dekatnya

didukung

oleh

sehingga

bisa

mencegah retraksi distal. Lalu kita membuat lubang di


epikondilus, dan semua traksi spur disingkirkan. Kemudian
ekstensor

carpi

radialis

longus

dan

extensor

digitorum

communis diperbaiki, setelah itu luka ditutup. (6

Gambar 20. Foto intraoperatif prosedur Nirschl. Tanda panah


menunjukkan adanya robekan pada origo ECRB. Diskolorisasi
abu-abu keputihan pada tendon mengndikasikan adanya
degenasi
Operasi dengan Bantuan Artroskopi
Artroskopi dapat menjadi salah satu pilihan utama untuk
mengatasi tennis elbow. Keunggulan terapi ini adalah insisi
yang dilakukan jauh lebih kecil dan perdarahannya lebih
minimal jika dibandingkan dengan prosedur terbuka.
Teknik ini menyerupai prosedur terbuka hanya saja kita bisa
memperoleh visualisasi yang lebih baik hingga mencapai
ruangan intra-artikuler, yang tidak mungkin bisa tercapai
dengan prosedur terbuka. Hanya saja kendala operasi ini

adalah biaya instrumennya yang sangat mahal, sehingga sulit


digunakan secara luas.
Komplikasi yang dapat Terjadi Selama Operasi
Ada sejumlah komplikasi yang harus dipertimbangkan
apabila kita akan melakukan terapi pembedahan pada pasien,
di antaranya adalah: (8)

infeksi
kerusakan saraf dan pembuluh darah
memperpanjang masa rehabilitasi
penurunan kekuatan lengan
penurunan fleksibilitas

Rehabilitasi
Setelah menjalani pembedahan, terutama operasi terbuka,
tangan

yang

dioperasi

harus

diimobilisasi

dengan

menggunakan bebat. Setelah 1 minggu, bebat dan jahitan


dapat dilepaskan. 3
Jika bebat telah dilepaskan, maka kita harus segera
memulai latihan fisik dengan melakukan gerakan peregangan
siku dan mengembalikan fleksibilitas siku. Latihan penguatan
siku dapat dimulai dalam 2 bulan setelah pembedahan.
Sedangkan untuk latihan atletik yang jauh lebih berat,
biasanya akan dimulai dalam 4 hingga 6,minggu setelah
operasi.

American Family Physician (AFP) merekomendasikan suatu


alur penatalaksanaan untuk mengatasi tennis elbow. Bila
anamnesis dan pemeriksaan fisis sudah konsisten dengan
diagnosis epikondilitis lateral, maka pendekatan terapi yang
pertama kali dianjurkan adalah pengendalian inflamasi dengan
memberikan NSAID topikal atau oral, modifikasi gaya hidup,
koreksi biomekanik dan implementasi latihan fisik. Untuk

melakukan

hal

tersebut,

kita

penggunaan bebat counterforce. 12

dapat

mempertimbangkan

Gambar 21. Algoritma tatalaksana Tennis Elbow

Jika gejala tennis elbow tidak mengalami perbaikan, maka


kita dapat melanjutkan terapi fisik yang lebih lanjut dan
mempertimbangkan injeksi kortikosteroid selama latihan fisik
berlangsung.

Selama

latihan

fisik

ini,

kita

juga

dapat

menggunakan strategi terapi kontemporer berupa penggunaan


nitrogliserin topikal dan akupuntur. Apabila gejala tennis elbow
masih tetap bertahan, maka kita harus segera merujuk pasien
ke dokter ahli bedah ortopedi untuk mendapat penanganan
yang lebih lanjut.

3,12

IX. PROGNOSIS
Angka kesembuhan pasien dari penyakit ini cukup tinggi,
sekitar 95%, meskipun tanpa terapi pembedahan. Meskipun
begitu, epikondilitis lateral memiliki potensi menjadi masalah
kronik terutama jika tidak tertangani dengan baik. Untuk
menurunkan resiko kronik, maka pasien dianjurkan menjalani
modifikasi aktivitas dan koreksi biomekanik. 12
X. KOMPLIKASI
Komplikasi
terapinya,

pada

baik

pembedahan.

itu

penyakit
terapi

Penggunaan

ini

berkaitan

konservatif
obat-obatan

erat

maupun
NSAID

dengan
terapi
dan

kortikosteroid dalam jangka panjang dapat mengakibatkan


gangguan hati, ginja dan traktus gastrointestinal. Sedangkan
komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan antara lain
infeksi, penurunan ROM, serta kekakuan. (3)

DAFTAR PUSTAKA
1. Tegner WS. Tennis Elbow. London: The London Hospital; 1959.
2. Flatt AE. Tennis elbow. Proc (Bayl Univ Med Cent). 2008
October; 21(4).
3. Walrod BJ. Medscape. [Online].; 2016 [cited 2012 July 29.
Available

from:

http://emedicine.medscape.com/article/96969-overview .
4. Eygendaal D, Rahussen FTG, Diercks RL. Biomechanics of the
elbow joint in tennis players and relation to pathology. British
Journal Sports Medicine. 2007 July; 41(11).
5. Tandiyo
DK.
Penatalaksanaan
Kedokteran

Fisik

dan

Rehabilitasi Tennis Elbow. CDK-216/vol.41. no 5 th. 2014


6. Surgeons AAOS. Prthoinfo. 2015. http://www.aaos.org/ .
7. Walz DM, Newman JS, Konin GP, Ross G. Epicondylitis: Pathogenesis, Imaging, and Treatment. RSNA. 2010 February;
30(1): p. 167-184.
8. Smedt TD, Jong Ad, Leemput WV, Lieven D, Glabbeek FV.
Lateral

epicondylitis

in

tennis:

update

on

aetiology,

biomechanics and treatment. British Sport Medicine. 2007


June; 41.
9. Saroj g, Aseer AL, Sai V. Diagnostic Accuracy Of Provocative
Test in Lateral Epicondylitis. 2014. Vol 2(6):815-23
10 Levin D, Nazarian LN, Miller TT, OKane PL, Feld RI, Parker L, et
.

al. Lateral Epicondylitis of the Elbow: US Findings. Radiology.

2005 October; 237(230-234).


11 Patten RM. Overuse Syndromes and Injuries Involving the
.

Elbow: MR Imaging Findings. AJR. 1995 November; 164(1205-

1211).
12 Johnson
.

GW, Cadwallader

K, Scheffel

SB,

Epperly

TD.

Treatment of Lateral Epicondylitis. American Academy of

Family Physicians. 2007 September; 15(76).


13 Hay EM, Paterson SM, Lewis M, Hosie G, Croft P. Pragmatic
.

randomised controlled trial of local corticosteroid injection


and naproxen for treatment of lateral epicondylitis of elbow in

primary care. BMJ. 1999 October; 319(10).


14 Dooley
P,
Martin
R.
Corticosteroid
.

injections

and

arthrocentesis. Canadian Family Physician. 2002 February;


48(285-292).

Anda mungkin juga menyukai