Anda di halaman 1dari 2

1

BAB I
PENDAHULUAN
Vitamin D merupakan salah satu jenis vitamin larut lemak yang banyak
ditemukan pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk
olahannya, seperti keju. Selain itu, vitamin D juga dihasilkan dari paparan sinar UV
yang menstimulasi pembentukan vitamin D dikulit. Vitamin D berperan penting
dalam metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Vitamin D juga terlibat dalam
mengatur sistem kekebalan tubuh dan sel, di mana vitamin D dapat membantu
mencegah kanker dan berbagai penyakit lain.1
Di dalam tubuh, vitamin D tidak langsung dalam keadaan aktif sehingga
vitamin D tersebut harus dimodifikasi secara kimia (mengalami hidroksilasi)
sebanyak dua kali. Proses hidroksilasi pertama terjadi dalam mikrosom hati, ujung
rantai-samping membentuk 25hidroksi-vitamin D (25(OH)D). Senyawa ini masih
belum berupa metabolit aktif. Senyawa 25(OH)D harus mempunyai gugus hidroksil
ketiga (OH),

reaksi penambahan gugus hidroksil ini dilakukan oleh enzim 1-

hidroksilase di dalam ginjal membentuk 1,25-dihidroksi vitamin D (1,25(OH)2D)


yang juga disebut kalsitriol. Aktivitas enzim 1-hidroksilase renal dikontrol dengan
ketat sehingga kecepatan produksi 1,25(OH)2D baru meningkat ketika terjadi
penurunan kadar kalsium plasma atau kenaikan kadar hormon paratiroid. Vitamin D
yang dikonsumsi kemudian akan dicerna, diserap, dan diangkut dari usus halus
bagian proksimal dalam kilomikron.1
Defisiensi vitamin D dapat terjadi ketika asupan tidak adekuat dibanding
kebutuhan yang diperlukan, tidak terpaparnya sinar matahari, kerusakan hati dan
ginjal yang menyebabkan vitamin D tidak dapat dibentuk menjadi metabolit aktif,
dan absorbsi vitamin D yang tidak adekuat pada saluran pencernaan.2
Pada anak-anak, defisiensi vitamin D dapat menyebabkan ricektsia.
Penelitian yang dilakukan di Indonesia pada anak usia 1 sampai 12,9 tahun
menunjukkan bahwa 45% anak mengalami insufisiensi vitamin D. Pada penelitian

yang dilakukan di empat negara, Indonesia menduduki peringkat ke empat, dengan


rerata vitamin D hanya 52,7 nmol/l.3
Pada orang dewasa defisiensi vitamin D dapat memicu osteoporosis melalui
proses demineralisasi matriks kolagen tanpa adanya proses remineralisasi yang
seimbang. Disamping itu, kekurangan vitamin D berdampak negatif pada kekuatan
otot karena mempengaruhi maturasi sel dan adanya reseptor vitamin D pada sel otot
yang membutuhkan vitamin D untuk aksi optimal. Beberapa studi mendukung
hipotesis bahwa defisiensi vitamin D menyebabkan gangguan neuromuskuler,
mempengaruhi keseimbangan dan fungsi kontrol postur pada lansia. Kedua faktor ini
(osteoporosis dan gangguan neuromuskuler) meningkatkan risiko jatuh dan fraktur
terkait jatuh, meliputi fraktur tulang pinggul dan fraktur nonvertebral.2
Dari beberapa penilitian seperti yang dilansir Journal New England Medicine,
dilaporkan di dalam jaringan dan sel tubuh sangat banyak mengandung reseptor
reseptor vitamin D yang sangat berperan dalam sirkulasi vitamin D dan 25 hidroksi D
(bentuk vitamin D tidak aktif), sebelum menjadi bentuk 1,25 dehidroksi D, suatu
bentuk aktif dari vitamin D.2 Hal yang penting dipahami adalah perlunya konsumsi
Vitamin D dari diet untuk kesehatan tubuh kita, dengan tercukupinya intake (asupan)
vitamin D, maka risiko terjadi penyakit-penyakit seperti kelainan tulang, gagal
pertumbuhan, autoimun, dan penyakit-penyakit kronis lainnya dapat ditekan.

Anda mungkin juga menyukai