Anda di halaman 1dari 3

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antiinflamasi dibagi menjadi dua

golongan utama (Katzung, 2002) yaitu:


1. Golongan steroid
Antiinflamasi golongan steroid adrenal bekerja dengan menghambat enzim
fosfolipase A2 secara tidak langsung dengan menginduksi sintesis protein G
(Campbell, 1991). Efek antiinflamasi steroid adrenal berhubungan dengan
kemampuannya untuk merangsang biosintesis protein lipomodulin, yang dapat
menghambat kerja enzimatik fosfolipase A2 sehingga mencegah pelepasan
mediator peradangan, yaitu asam arakhidonat dan metabolitnya seperti
prostaglandin, leukotrien, tromboksan dan prostasiklin. Steroid adrenal dapat
memblok jalur siklooksigenase dan lipooksigenase, sedangkan AINS hanya
memblok alur siklooksigenase. Hal ini dapat menjelaskan mengapa steroid adrenal
mempunyai aktivitas antiinflamasi yang lebih besar dibanding AINS. Steroid
adrenal akan membahayakan jika tidak sesuai dengan indikasi dan arahan
penggunaannya. Penggunaan jangka panjang menyebabkan efek samping cukup
berat seperti hipokalemia, tukak lambung, penekanan pertumbuhan, osteoporosis,
muka bulat, penekanan sekresi kortikotropin, atropi kulit, memperberat penyakit
diabetes melitus, mudah terkena infeksi, glaukoma, hipertensi, gangguan
menstruasi, dan perubahan mental atau tingkah laku. Penghentian pengobatan
secara tiba-tiba menyebabkan ketidakcukupan adrenal yang akut dan
menimbulkan gejala seperti otot menjadi lemah, nyeri otot, demam, perubahan
mental, mual, hipoglikemia, hipotensi, dehidrasi dan bahkan kadang-kadang
menyebabkan kematian. Oleh karena itu, penghentian glukokortikoida harus
dilakukan dengan mengurangi dosis secara bertahap (Siswandono dan Bambang,
1995).
2. Golongan non-steroid (AINS)
AINS merupakan kelompok obat-obat yang bekerja dengan cara menghambat
aktivitas enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi
prostaglandin terganggu. Obat-obat ini juga dikenal sebagai penghambat
prostaglandin, mempunyai efek analgesik dan antipiretik yang berbeda-beda
terutama digunakan sebagai antiinflamasi untuk meredakan peradangan dan nyeri.
Efek antipiretik golongan obat ini tidak sekuat efek antiinflamasinya. Kecuali
aspirin, penggunaan preparat-preparat AINS tidak dianjurkan untuk meredakan

sakit kepala ringan dan demam. AINS lebih sesuai digunakan untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri dan kekakuan sendi (Kee dan Evelyn, 1996).
Obat-obat AINS bekerja dengan cara menstabilkan membran lisosomal,
menghambat pembebasan dan aktivitas mediator peradangan (histamin, serotonin,
enzim lisosomal dan enzim lainnya), menghambat migrasi sel ke tempat
peradangan, menghambat proliferasi seluler, menetralisasi radikal oksigen dan
menekan rasa nyeri (Noer, 1996).
Banyak substansi endogen yang dikeluarkan yang telah dikenal sebagai mediator
peradangan di antaranya adalah histamin, bradikinin, kalidin, serotonin,
prostaglandin, dan leukotrien. Histamin merupakan mediator pertama yang
dilepaskan dari sekian banyak mediator lain dan segera muncul dalam beberapa
detik setelah diinduksi yang berperan meningkatan permeabilitas kapiler. Histamin
merupakan produk dekarboksilasi asam amino histidin yang terdapat dalam semua
jaringan tubuh. Konsentrasi tertinggi terdapat dalam paru, kulit, dan saluran cerna
terutama pada sel mast, sedangkan leukosit basofil adalah dalam bentuk tak aktif
secara biologik dan disimpan terikat pada heparin dan protein basa. Histamin akan
dibebaskan dari sel tersebut pada reaksi hipersensitivitas, kerusakan sel (misalnya
pada luka) serta akibat senyawa kimia pembebas histamin (Mutschler, 1999).
Bradikinin dan kalidin adalah mediator radang yang secara lokal menimbulkan
rasa nyeri, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler dan berperan
meningkatkan potensi prostaglandin (Mansjoer, 1999).
Serotonin (5-hidroksitriptamin, 5-HT) berasal dari asam amino esensial triptamin
melalui hidroksilasi dan dekarboksilasi, terdapat dalam platelet darah, mukosa
usus dan di beberapa bagian otak dengan konsentrasi tinggi. Serotonin disimpan
dalam granula, terikat dengan ATP serta protein dan dibebaskan jika sel
dirangsang melalui eksositosis dan mengaktifkan reseptor spesifik. Pada
trombosit, serotonin berfungsi meningkatkan agregasi dan mempercepat
penggumpalan darah sehingga mempercepat hemostasis (Mutschler, 1999).
Asam arakhidonat merupakan prekursor sejumlah besar mediator radang.
Senyawa ini merupakan komponen utama lipid seluler dan hanya terdapat dalam
keadaan bebas dengan jumlah kecil, sebagian besar berada dalam bentuk
fosfolipid membran sel. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu
rangsangan kimiawi, fisis atau mekanis, maka enzim fosfolipase A2 akan
diaktivasi untuk mengubah fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Asam lemak

C20ini selanjutnya akan diubah menjadi senyawa mediator melalui dua alur utama
yaitu alur siklooksigenase dan alur lipooksigenase.
Pada alur siklooksigenase, sebagian asam arakhidonat akan diubah oleh enzim
siklooksigenase menjadi endoperoksida dan seterusnya menjadi prostaglandin
(PG), prostasiklin dan tromboksan, dan sebagian lagi asam arakhidonat akan
diubah oleh enzim lipooksigenase menjadi asam hidroperoksida dan seterusnya
menjadi leukotrien yang disebut juga Slow Reacting Substances of Anaphylaxis
(SRSA). Baik prostaglandin mau pun leukotrien, bertanggung jawab bagi sebagian
besar gejala peradangan.

Anda mungkin juga menyukai