LAPORAN KASUS
TOPIK : MOLA HIDATIDOSA
Penulis :
Tiara Hana Keisha 030.10.266
David Sethia Perdana 030.11.064
Pembimbing :
dr. H. M. Soleh, Sp.OG
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena atas karunia-Nya laporan kasus dengan topik Mola Hidatidosa dapat
selesai dengan semestinya. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik departemen Ilmu
Penyakit Dalam periode 28 Desember 2015 6 Maret 2016.
Laporan kasus ini membahas ilustrasi kasus yang mencakup identitas
pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, resume,
tatalaksana, dan tindak lanjut (follow-up) pasien. Di Bab berikutnya akan dibahas
penyakit yang berkaitan dengan laporan kasus.
Seperti pepatah tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, bahkan jauh dari sempurna. Kritik
dan saran sangat diharapkan penulis guna menyempurnakan tulisan ini pada
kesempatan-kesempatan berikutnya. Penulis menaruh harapan besar agar tulisan
ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang membutuhkannya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscariage, early pregnancy loss. Perdarahan
yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih rua terutama setelah melewati
trimester III disebut perdarahan antepartum.
Salah satu bentuk komplikasi perdarahan pada kehamilan muda adalah mola
hidatidosa. Mola hidatidosa termasuk dalam kelompok penyakit trofoblas
gestasional, yang merupakan kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal
yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih,
dengan ukuran bervariasi.
Dari sudut pandang klinis, penyakit trofoblas diakui sebagai keganasan
ginekologi, namun memiliki prognosis yang umumnya baik. Hal ini dikarenakan
perkembangan trofoblas sangat sensitif terhadap agen kemoterapi tertentu, seperti
metrotreksat dan daktinomisin. Namun dapat dijumpai juga beberapa di antaranya
berkembang jadi suatu keganasan penyakit trofoblas, seperti koriokarsinoma.
Di dalam laporan kasus ini akan dibahas mengenai contoh ilustrasi kasus
mengenai mola hidatidosa, yang kemudian akan dibahas dalam tinjauan pustaka
pada bab berikutnya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah, maka diperoleh
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini yakni meliputi :
Manfaat Penulisan
BAB 2
ILUSTRASI KASUS
2.1
Identitas Pasien
Nama
: Ny. Via
No. RM
: 00637998
Usia
: 23 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Klari, Karawang
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
Masuk RS
: 22 Juni 2016
2.2
Anamnesis
: tenang
Labia Minora
: tenang
Uretra
: tenang
Vulva
: tenang
Introitus vagina
: fluksus (-)
Inspekulo
Dinding vagina
: tampak licin
Portio
: tampak licin
: menutup
Kelenjar Bartholini
Dinding vagina
: teraba licin
Portio
Corpus uteri
Parametrium
: teraba lemas
Adneksa
Cavum doughlas
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
(dilaporkan tanggal 17 Mei 2016)
5
Pemeriksaan
Hematologi
CBC
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Hemostasis
Masa perdarahan (BT)
Masa pembekuan (CT)
Kimia Darah
Gula Darah Sewaktu
Imunologi
HBs Ag
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
11,5
34
370
6,86
4,14
82
28
34
12,6
12,0 16,0
35,0 47,0
150 440
3,80 10,60
3,60 5,80
80 100
26 34
35 36
12,0 14,8
g/dl
%
ribu/uL
ribu/uL
juta/uL
fL
pg
g/dL
%
2
11
1-6
2 11
detik
detik
75
< 140
mg/dL
Non-reaktif
Non-reaktif
Pemeriksaan
USG Transabdominal
Deskripsi
Tampak lesi hiperekoik di endometrium dengan multipel lesi
anekoik dalam berbagai ukuran yang membentuk gambaran
snow storm / honey comb appearance. Tak tampak kantung
gestasi ataupun mudigah.
Kesan
Mola hidatidosa
Diagnosis
Mola hidatidosa pada G1, hamil 5 minggu
Tatalaksana
Observasi
keadaan
umum,
tanda-tanda
vital,
perdarahan
pervaginam
Mengatasi mual : Inj. Ondancentron 3 x 8 mg IV
Tegakkan diagnosis dan tatalaksana :
6
Cek EKG
Subjective (S)
Nyeri perut kanan bawah (+), mual (+), muntah (-)
Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100 / 80 mmHg; Frekuensi Nadi : 81 kali per
menit; Suhu : 37,5 oC; Pernapasan : 20 kali per menit
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (+)/(+)
Abdomen : nyeri tekan kuadran kanan bawah (+), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)
Laboratorium darah
(dilaporkan tanggal 18 Mei 2016 jam 09:21 WIB)
Pemeriksaan
Hematologi
CBC
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Kimia Klinik
SGOT / AST
SGPT / ALT
Ureum Darah
Creatinine Darah
Natrium (Darah)
Kalium (Darah)
Klorida (Darah)
Endokrinologi
-hCG
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
EKG
10,7
31
314
5,81
3,79
82
28
35
12,9
12,0 16,0
35,0 47,0
150 440
3,80 10,60
3,60 5,80
80 100
26 34
35 36
12,0 14,8
g/dl
%
ribu/uL
ribu/uL
juta/uL
fL
pg
g/dL
%
14,9
15,4
6,1
0,52
135
4,3
107
s/d 31
s/d 31
15,0 50,0
0,50 0,90
135 145
3,5 5,6
98 108
ng/L
ng/L
mg/dL
mg/dL
mmol/L
mmol/L
mmol/L
>225.000,00
<5
mIU/L
(18 M
Kesan :
Jantung dan paru-paru saat ini tak tampak adanya kelainan
Deskripsi :
Tampak lesi hiperekoik di endometrium dengan multipel lesi
anekoik dalam berbagai ukuran yang membentuk gambaran
snow storm / honey comb appearance.
Kesan :
Mola hidatidosa
Assessment (A)
Mola hidatidosa pada G1, hamil 5 minggu
Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Inj. Ondancentron 3 x 8 mg IV
C. Jumat, 19 Mei 2016
Subjective (S)
9
Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90/ 60 mmHg; Frekuensi Nadi : 80 kali per
menit; Suhu : 36,2 oC; Pernapasan : 18 kali per menit
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-)
Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)
Laboratorium darah
Sesuai hasil sebelumnya
Assessment (A)
Mola hidatidosa pada G1, hamil 5 minggu
Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Inj. Ondancentron 3 x 8 mg IV
- Pasang LS
- Rencana kuretase hari ini
Laporan tindakan kuretase
Tanggal operasi : 19 Mei 2016
Jam operasi dimulai : 21.30 WIB
Jam operasi selesai : 22.00 WIB
Lama operasi : 30 menit
Nama ahli bedah : dr. David MA, Sp.OG
Jenis anestesi : TIVA
Diagnosa praoperasi : Mola hidatidosa pada G1P0, hamil 5 minggu
10
Identifikasi portio
Jaringan dikirim ke PA
Tindakan selesai
Subjective (S)
Mual-mual (+), perdarahan pervaginam (+) ganti perban 1 kali, pusing
(-), mual (-).
Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/ 60 mmHg; Frekuensi Nadi : 80 kali per
menit; Suhu : 36,2 oC; Pernapasan : 18 kali per menit
11
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-)
Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)
Laboratorium darah
Sesuai hasil sebelumnya
Assessment (A)
P0A1, post kuretase a/i mola hidatidosa, perawatan hari ke 1
Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Pronalges 3 x 100 mg supp
- Hemobion 1 x 1 p.o
- Metergin tab 3 x 1 p.o
- Cefadroxil 2 x 500 mg p.o
- USG konfirmasi : hasil baik
- Boleh pulang
2.2.3 Riwayat penyakit dahulu (di luar kehamilan)
Riwayat usus buntu (appendisitis) sebelumnya disangkal
Riwayat batu ginjal disangkal
Riwayat batu saluran kemih disangkal
Riwayat penyakit saluran cerna kronik disangkal
Riwayat kencing manis (DM tipe 2) disangkal
Riwayat darah tinggi (hipertensi) disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
12
Status Praesens
Status Generalis
Keadaan Umum
13
Kesadaran
: Compos mentis
Kesan sakit
Kesan gizi
: Cukup
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah
: 110 / 70 mmHg
Denyut Nadi
Suhu
: 36,2 oC
Pernapasan
Data Antropometri
Berat badan
: tidak dikaji
Panjang badan
: tidak dikaji
Kepala : normocephali
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Toraks
Jantung : S1-2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara napas vesikuler (+)/(+) simetris, ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Abdomen : datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+)
Hepar : hepatomegali (-)
Limpa : splenomegali (-)
Genitalia : Status ginekologis
Anus dan rektum : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas atas : akral hangat (+)/(+), oedem (-)/(-)
Ekstremitas bawah : akral hangat (+)/(+), oedem (-)/(-)
2.3.2 Status Ginekologis
Inspeksi
Labia Mayora
: tenang
Labia Minora
: tenang
14
Uretra
: tenang
Vulva
: tenang
Introitus vagina
Inspekulo
Dinding vagina
: tampak licin
Portio
: tampak licin
: menutup
Kelenjar Bartholini
Dinding vagina
: teraba licin
Portio
2.4
Corpus uteri
Parametrium
: teraba lemas
Adneksa
Cavum doughlas
15
Pemeriksaan
Hematologi
CBC
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Hemostasis
Masa perdarahan (BT)
Masa pembekuan (CT)
Kimia Darah
Gula Darah Sewaktu
Imunologi
HBs Ag
Endokrinologi
-hCG
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
10,7
33,4
465
9,76
3,97
82
28
34
13,3
12,0 16,0
35,0 47,0
150 440
3,80 10,60
3,60 5,80
80 100
26 34
35 36
12,0 14,8
g/dl
%
ribu/uL
ribu/uL
juta/uL
fL
pg
g/dL
%
2
11
1-6
2 11
detik
detik
75
< 140
mg/dL
Non-reaktif
Non-reaktif
833,93
<5
2.4.2
Pemeriksaan
Radiologi:
USG
mIU/L
Deskripsi :
Tampak lesi hiperekoik di endometrium dengan batas tegas
16
Kesan :
Dibandingkan dengan USG sebelumnya: sisa mola hidatidosa
2.5
Diagnosa Kerja
Penatalaksanaan
Subjective (S)
Bercak-bercak perdarahan (+), nyeri perut (-)
Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg;
Frekuensi Nadi : 88 kali per menit;
Suhu : 36,5 oC;
Pernapasan : 20 kali per menit
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-)
Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)
Assessment (A)
P0A1, post kuretase a/i mola hidatidosa hari ke 20 dengan sisa mola
17
Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Pemasangan laminaria
- Pro kuretase ke II atas indikasi sisa mola hidatidosa
2.7.2
Subjective (S)
Nyeri perut (+), mual (+), muntah (-), perdarahan (-)
Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100 / 60 mmHg;
Frekuensi Nadi : 60 kali per menit;
Suhu : 36,2 oC;
Pernapasan : 18 kali per menit
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-)
Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)
Assessment (A)
P0A1, post kuretase a/i mola hidatidosa hari ke 20 dengan sisa mola
Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Pro kuretase ke II atas indikasi sisa mola hidatidosa hari ini
Laporan tindakan kuretase
Tanggal operasi : 23 Juni 2016
Jam operasi dimulai : 12.50 WIB
18
Subjective (S)
Nyeri post kuretase VAS 2-3, perdarahan pervaginam (-), demam (-)
Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
19
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90 / 60 mmHg;
Frekuensi Nadi : 72 kali per menit;
Suhu : 36,6 oC;
Pernapasan : 18 kali per menit
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-)
Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)
Assessment (A)
P0A1, post kuretase ke-2 a/i mola hidatidosa, hari ke-1
Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Cefadroxil 2 x 500 mg p.o
- Asam mefenamat 3 x 500 mg p.o
- SF 1x1 p.o
- Vitamin A 2 x 1 p.o
- Cek -hCG
- Boleh pulang
2.8
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
20
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Trofoblas Gestasional
2.1.1. Definisi
Penyakit trophoblas gestasional adalah salah satu istilah yang digunakan untuk
mengelompokkan jenis tumor yang berasal dari proliferasi trofoblas abnormal.1,2
Trofoblas adalah jaringan yang pertama kali mengalami diferensiasi pada masa
embrional dini kemudian berkembang menjadi jaringan ekstraembrionik dan
membentuk plasenta yang merupakan interfase janin - maternal. Penyakit
trofoblas dapat berupa tumor atau keadaan yang merupakan predisposisi
terjadinya tumor.1,2,3 Trofoblas memproduksi hormone hCG dan hormone hCG ini
berguna sebagai diagnosis, tatalaksana, dan prognosis.2
2.1.2. Epidemiologi Penyakit Trofoblas Gestasional
21
Insiden PTG di negara miskin lebih tinggi dibanding negara- maju. Dilaporkan
bahwa insidennya adalah 1 dari 90 kehamilan.lT Prognosis NTG adalah baik dan
pasien dengan metastasis jauh sekalipun dapat disembuhkan dengan baik. Fungsi
fertilitas bisa dipertahankan dan dapat diharapkan hasil luaran yang baik pada
kehamilan selanjutnya.4
2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor faktor yang dapat
menyebabkan antara lain(1,2,3,4,5,6,7) :
1.Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari Tropoblast
3. keadaan sosioekonomi yang rendah
4. paritas tinggi
5. kekurangan protein, defisiensi vitamin A
6. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas
7. Ras Asia, Hispanik dan India
8. Faktor umur. Mola biasanya menyerang wanita-wanita dengan umur produktif.
Umur 36-40 tahun memiliki resiko dua kali lipat terjadinya mola, sedangkan di
atas umur 40 tahun memiliki risiko sepuluh kali lipat terjadinya mola
9. Memiliki riwayat keluarga mola hidatidosa
10. Memiliki riwayat penyakit mola parsial
2.1.3. Klasifikasi PTG
Klasifikasi PTG dibuat oleh World Heabh Organization Scientific Group on
Gestational Trophoblastic Disease pada tahun 1983, kemudian diperbarui oleh
International Federation of Gynecolog and Obstetrics (FIGO Oncology
Committee) pada tahun 2002 dan disempurnakan oleh American College of
Obstetrics and Gynecologt pada tahun 2004 sebagai berikut1,2,3,4
Lesi molar
. Mola hidatidosa
22
- Komplit
- Parsial
. Mola invasif
Lesi nonmolar (Neoplasia Trofoblastik Gestasional = NTG)
. Koriokarsinoma
. Placenal site trophoblastik tumor
. Tumor trofoblastik epiteloid
2.2 Mola Hidatidosa
2.2.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah termasuk penyakit trofoblas gestasional. Mola ditandai
dengan adanya suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik.2,3 Molahidatidosa terdiri dari: molahidatidosa komplit dan
molahidatidosa parsial; perbedaan antara keduanya adalah berdasarkan morfologi,
gambaran klinikopatologi, dan sitogenetik.1,2,3
2.2.2
Epidemiologi
kehamilan;
Soetomo(Surabaya)
1:80
Persalinan;
Djamhoer
23
2.2.3 Patologi
Secara makroskopik, mola hidatiosa mudah dikenal yaitu berupa gelembunggelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi
dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm. Gambaran histopatologik yang khas
dari mola hidatidosa iala edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada
vili/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas.2,7
Pada konsepsi normal, setiap janin mengandung 46 pasang kromosom, dimana ibu
dan ayah masing-masing menyumbang 23 kromosom.
24
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel jernih. Ukuran
vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter
dan sering berkelompok kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan
Histologik ditandai oleh: 2,3,4
-Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus
-Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
-Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
-Tidak adanya janin dan amnion.
2.2.3.2. Mola Hidatidosa Parsial
Pada mola hidatidosa parsial dua sperma membuahi sel telur menciptakan 69
kromosom pada konsepsi normal. Hal ini disebut triploid. Dengan materi genetic
yang terlalu banyak kehamilan akan berkembang secara abnormal dengan
plasenta tumbuh melampaui janin. Janin dapat terbentuk pada kehamilan ini akan
25
tetapi janin tumbuh secara abnormal dan tidak dapat bertahan hidup. Fetus yang
tumbuh akan mengalami restriksi pertumbuhan, kongenital anomaly multiple, atau
keduanya.
Pada mola hidatidosa ditandai dengan perubahan hidatidosa bersifat fokal dan
kurang berkembang, danmungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi
perkembangan hidatidosayang berlangsung lambat pada sebagian villi yang
biasanya avaskular,sementara villi villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi
janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena.2,3,4
2.2 4. Gejala klinis1,2,3,4,5,6
a. Amenorrhoe dan tanda tanda kehamilan
b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Merupakan gejala
utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa
minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi
besi.
c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
d. Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun ballotement
e. Hiperemesis, Pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke 24
Hal ini disebabkan oleh karena plasenta pada kehamilan menghasilkan antiangiogenik yang lebih banyak dari kehamilan biasa.2,3,9
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti
h. Tirotoksikosis
Hipertiroid pada mola hidatidosa dapat disebabkan oleh peningkatan produksi
hormone tirotropin oleh jaringan mola dan sebagai efek dari peningkatan
hormone estrogen. Kadar T4 plasma yang meningkat pada mola hidatidosa
disebabkan oleh peningkatan kadar hormone hCG
sehingga terjadi
dihubungkan
dengan
abortus
atau
kehamilan
nirmudigah.
27
Gambar 2. Gambar USG transvaginal dengan tanpa pencitraan Doppler (A) dan dengan
pencitraan Doppler berwarna (B) pada kasus PTG
Evaluasi
a. Perbaiki keadaan umum.
b. - Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
Vakum kuretase dianjutkan dengan kuretase menggunakan sendok kuret
biasa yang tumpul, tindakan kuret cukup dilakukan 1 kali sja asal
bersih. Kuret keua hanya dilakukan bila ada indikasi. Sebelum tindakan
28
Pengawasan Lanjutan
- Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi
oral, pil, atau pantang berkala
- Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :10
Setiap minggu pada Triwulan pertama
Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3
bulan.
- Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
- Keadaan Serviks
- Uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium
Reaksi biologis dan imunologis:
-
kalau
hasil reaksi
titer
masih
positif dicurigai
keganasan.
Kemoterapi
Indikasi pemberian kemoterapi pascaevakuasi mola:11
o Pola kadar hCG mengalami regresi abnormal (peningkatan kadar
hCG > 10% atau kadar hCG menetap tiga kali dalam pemeriksaan
dua minggu)
o Terjadi rebound hCG
o Diagnosis
histologi
koriokarsinoma
atau
placental
site
trophoblastic tumor
o Terdapat metastasis
o Kadar hCG tinggi (> 20.000 mlU/ml selama lebih dari empat
minggu pascaevakuasi)
o Kadar hCG meningkat secara menetap enam bulan pascaevakuasi.
Pengobatan sitostatiska bisa dengan menggunakan:4,12
o a) methotrexate: 0,4 mg/kgBB secara IV selama 5 hari atau
o b) dactinomycin 9-13 g/kgBB secara IV selama 5 hari
2.3.Mola Invasif
Mola invasif adalah NTG dengan geiala adanya vili korialis disertai pertumbuhan
berlebihan dan invasi sel-sel trofoblas. Jaringan mola invasif melakukan penetrasi
jauh ke dalam miometrium, kadang-kadang melibatkan peritoneum, parametrium
di sekitarnya, atau dinding vagina. Mola invasif menginvasi secara lokal tetapi
memiliki kecenderungan besar untuk metastase jauh yang merupakan ciri
koriokarsinoma. Mola invasif terjadi pada sekitar 15% pasien pascaevakuasi
molahidatidosa komplit.2,3,4
Gejala yang timbul berupa perdarahan pervaginam ireguler, kista teka lutein,
subinvolusi uterus, atau pembesaran uterus asimetrik. Tumor trofoblas dapat
menyebabkan perforasi miometrium dan menyebabkan perdarahan intraperitoneal
atau erosi ke dalam pembuluh darah uterus sehingga menyebabkan perdarahan
30
pervaginam. Tumor besar dan nekrotik dapat melibatkan dinding uterus dan
merupakan nidus untuk terjadinya
infeksi. Pasien juga dapat mengeluh nyeri dan adanya pembengkakan pada
abdomen bagian bawah.2,3,4
Diagnosis mola invasif ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG dan kadar BhCG. Pada pemeriksaan serial hCG urin atau senrm, kadarnya menetap atau
meningkat dalam beberapa minggu pascaevakuasi molahidatidosa komplit atau
parsial. Mola invasif dapat dibedakan dari koriokarsinoma dengan ditemukannya
vili korialis pada pemeriksaan histologi. 2,3,4
Gambar 3. USG transvaginal tanpa (A) dan dengan (B) pencitraan Doppler berrwarna pada
kasus PTG dengan invasi jauh ke miometrium (panah)
2.4. Koriokarsinoma
Koriokarsinoma merupakan tumor ganas yang terdiri dari lapisan-lapisan sel
sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas dengan perdarahan, nekrosis, dan invasi
pembuluh darah yang jelas.2,3,4 Tumor ini digolongkan sebagai karsinoma epitel
korionik tetapi pola pertumbuhan dan metastasisnya bersifat seperti sarkoma.2,3,4
Metastasis seringkali terjadi pada tahap dini dan hematogen karena afinitas sel-sel
trofoblas terhadap pembuluh darah. Tempat metastasis paling sering adalah paruparu (sekitar 75%) danvagina (sekitar 50%). Kista teka lutein ovarium dapat
ditemukan pada sepertiga kasus.3,4 Metastasis pada paru-paru memberikan empat
gambaran khas: pola alveoler atau "badai salju", densitas bulat, efusi pleura, serta
31
diagnosis
neoplasia trofoblastik
gestasional
pascamolahidatidosa
Stadium
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
Variabel
Deskripsi
Penyakit terbatas pada uterus
NTG meluas keluar dari uterus tetapi terbatas pada organ genitalia
(adneksa, vagina, ligamentum latum)
NTG meluas ke paru-paru dengan atau tanpa melibatkan saluran
genitalia
Semua tempat metastase lainnya
Skor faktor risiko menurut FIGO
0
1
2
4
40
> 40
Mola hidatidosa
Abortus
Aterm
-
Usia (tahun)
Kehamilan
aterm
sebelumnya
Interval sejak indeks <4
4-6
7-12
> 12
kehamilan (bulan)
Kadar hCG sebelum < 103
103 - 104
104 - 105
> 105
terapi (mIU/mL)
Ukuran tumor terbesar 3-4 cm
5 cm
(termasuk uterus)
Tempat metastasis
Lien/ginjal
Saluran GI
Otak/hepar
Jumlah metastasis yang 0
1-4
5-8
>8
teridentifikasi
Kegagalan kemoterapi Obat tunggal
2 obat atau
sebelumnya
lebih
FIGO = lnternational Federation of Gynecology and Obstetrics, GI : gartrointestinal (Sumber :
Leiser AL, Agbajanian C. Evaluation and management of gestational tropboblastic disease.
Community oncology. 2006: 3(3): 152-6)
Syok hipovolemik
Anemia
Infeksi sekunder
Perforasi
Keganasan
Emboli paru
2.8. Prognosis1,2,3,4
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah
jantung atau tirotoksikosis. Di Negara maju kematian karena mola hamper tidak
34
ada lagi. Akan tetapi, di Negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar
antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali
setelah jaringannya dikeluarkan tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian
menderita degenerasi keganasan menjadi koriokrsinoma. Presentase keganasan
yang dilaporkan oleh beberapa klinik berkisar antara 5,56%,
BAB 3
RESUME
Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah atau urin, baik secara bioasay,
immunoasay, maupun radioimmunoassay.
Peninggian hCG, terutama dari hari ke-100, sangat sugestif. Bila belum jelas
dapat dilakukan pemeriksaan USG, di mana kasus mola menunjukkan gambaran
yang khas, yaitu berupa badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti
sarang lebah (honey comb). Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat
keluarnya gelembung mola. Namun, bila kita menunggu sampai gelembung mola
keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran gelembung umumnya disertai
perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun. Terbaik ialah bila
dapat mendiagnosis mola sebelum keluar.
Tatalaksana mola hidatidosa secara umum meliputi perbaikan keadaan umum,
pengeluaran jaringan mola, dan tindak lanjut (follow up). Perbaikan keadaan
umum antara lain meliputi pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok
atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia
atau tirotoksikosis. Pengeluaran jaringan mola dapat dilakukan 2 cara, yakni
vakum kuretase dan histerektomi. Sesudah itu perlu dilakukan follow-up
mengingat adanya kemungkinan keganasan. Tes hCG harus mencapai nilai normal
8 minggu sesudah evakuasi. Lama pengawasan berkisar satu tahun.
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah
jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian karena mola hampir tidak
ada lagi. Akan tetapi, di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar
antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali
setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang
kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.
36
DAFTAR PUSTAKA
1.
38