Anda di halaman 1dari 41

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN OBSTETRI-GINEKOLOGI

PERIODE: 16 MEI 2016 31 JULI 2016


RS PENDIDIKAN : RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

LAPORAN KASUS
TOPIK : MOLA HIDATIDOSA

Penulis :
Tiara Hana Keisha 030.10.266
David Sethia Perdana 030.11.064

Pembimbing :
dr. H. M. Soleh, Sp.OG

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan kasus dengan topik :


MOLA HIDATIDOSA

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing sebagai syarat


untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam
di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal
periode 16 Mei 2016 31 Juli 2016

Pada Hari ................, Tanggal ......................................... 20...

Jakarta, Juli 2016


Pembimbing,

(dr. H. M. Soleh, Sp.OG)

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena atas karunia-Nya laporan kasus dengan topik Mola Hidatidosa dapat
selesai dengan semestinya. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik departemen Ilmu
Penyakit Dalam periode 28 Desember 2015 6 Maret 2016.
Laporan kasus ini membahas ilustrasi kasus yang mencakup identitas
pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, resume,
tatalaksana, dan tindak lanjut (follow-up) pasien. Di Bab berikutnya akan dibahas
penyakit yang berkaitan dengan laporan kasus.
Seperti pepatah tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa
tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, bahkan jauh dari sempurna. Kritik
dan saran sangat diharapkan penulis guna menyempurnakan tulisan ini pada
kesempatan-kesempatan berikutnya. Penulis menaruh harapan besar agar tulisan
ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang membutuhkannya.

Jakarta, Juli 2016


Penulis,

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.

Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscariage, early pregnancy loss. Perdarahan
yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih rua terutama setelah melewati
trimester III disebut perdarahan antepartum.
Salah satu bentuk komplikasi perdarahan pada kehamilan muda adalah mola
hidatidosa. Mola hidatidosa termasuk dalam kelompok penyakit trofoblas
gestasional, yang merupakan kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal
yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih,
dengan ukuran bervariasi.
Dari sudut pandang klinis, penyakit trofoblas diakui sebagai keganasan
ginekologi, namun memiliki prognosis yang umumnya baik. Hal ini dikarenakan
perkembangan trofoblas sangat sensitif terhadap agen kemoterapi tertentu, seperti
metrotreksat dan daktinomisin. Namun dapat dijumpai juga beberapa di antaranya
berkembang jadi suatu keganasan penyakit trofoblas, seperti koriokarsinoma.
Di dalam laporan kasus ini akan dibahas mengenai contoh ilustrasi kasus
mengenai mola hidatidosa, yang kemudian akan dibahas dalam tinjauan pustaka
pada bab berikutnya.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah, maka diperoleh

rumusan masalah-masalah yang akan disinggung sebagai berikut.


Apa yang dimaksud dengan mola hidatidosa?

Apa sebab dan faktor risiko dari mola hidatidossa?


Bagaimanakah patofisiologi dari mola hidatidosa?
Bagaimanakah tatalaksana untuk mola hidatidosa?
1.3

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini yakni meliputi :

untuk memahami batasan definisi mola hidatidosa


untuk mengetahui sebab dan faktor risiko dari mola hiddatidosa
untuk mengetahui perjalanan penyakit mola hidatidosa
untuk mengetahui tatalaksaana molahidatidosa
1.4

Manfaat Penulisan

Manfaat untuk ilmu pengetahuan


Tulisan ini diharapkan dapat melengkapi referensi kepustakaan dan
memperluas khazanah ilmu pengetahuan yang telah ada.
Manfaat untuk profesi
Tulisan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dan
pertimbangan untuk kalangan mahasiswa/i kedokteran, profesi medis, atau pun
profesi lainnya yang berkaitan dengan ilmu kesehatan pada umumnya yang ingin
mengembangkan tulisan-tulisan yang telah ada.
Manfaat untuk masyarakat
Tulisan ini diharapkan dapat memperluas wawasan masyarakat yang ingin
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan mola hidatidosa

BAB 2
ILUSTRASI KASUS

2.1

Identitas Pasien

Nama

: Ny. Via

No. RM

: 00637998

Usia

: 23 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Klari, Karawang

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Menikah

Masuk RS

: 22 Juni 2016

Dokter penanggung jawab

: dr. David Malisa Allorante, Sp.OG

2.2

Anamnesis

Dilakukan secara autoanamnesis di Poliklinik Ginekologi RSUD Karawang pada


hari Rabu, 22 Juni 2016 jam 10.00 WIB.
2.2.1 Keluhan Utama
Perdarahan melalui jalan lahir sejak 1 minggu SMRS
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli ginekologi dengan keluhan perdarahan pervaginam di luar
haid sejak 1 minggu SMRS. Darah keluar sedikit-sedikit dengan warna
kehitaman. Pasien mengeluh rasa mual, tapi tidak sampai muntah-muntah.
Perdarahan pervaginam tidak disertai nyeri perut. Riwayat keputihan disangkal.
Pasien pernah berobat ke rumah sakit sebelumnya dan didiagnosis mola
hidatidosa. Awalnya pasien datang ke Kamar Bersalin (VK) tanggal 7 Mei 2016
jam 22.35 WIB, dirujuk dari RS Intan Barokah karena mola hidatidosa, dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit.

A. Selasa, 17 Mei 2016


Keluhan utama
Pasien dirujuk dari RS, mengaku hamil 4 minggu, datang dengan nyeri
perut kanan bawah sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat kehamilan sekarang
Pasien G1P0A0 merasa hamil 4 minggu
Haid Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 14 April 2016
Taksiran Partus (TP) : 21 Januari 2017
Perkiraan usia kehamilan : 4-5 minggu
Antenatal Care (ANC) : Pasien sudah melakukan kontrol
kehamilan 1 kali saat usia kehamilan menginjak 1 bulan dan
sudah pernah USG kehamilan 1 kali sejak 1 hari SMRS. Pasien
sudah melakukan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sebanyak 1 kali
Perjalanan Penyakit
Nyeri perut kanan bawah saat itu muncul 3 minggu SMRS, bersifat
hilang timbul, tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi dan aktivitas,
tidak menyebar ke seluruh perut, nyeri memang berawal dari perut
kanan bawah. Disertai mual-mual sejak 1 bulan terakhir. Riwayat
demam disangkal, riwayat gangguan BAK (nyeri saat berkemih, sering
berkemih, kencing disertai darah) disangkal, gangguan BAB (mencretmencret, BAB berdarah) disangkal. Perdarahan pada jalan lahir di luar
siklus haid disangkal. Riwayat keluar gumpalan seperti daging
disangkal. Riwayat keputihan disangkal. Riwayat penurunan berat
badan drastis disangkal.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kompos mentis, tampak lemah
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90 / 70 mmHg; Frekuensi Nadi : 75 kali per
menit; Suhu : 36,7 oC; Pernapasan : 18 kali per menit
Status generalis

Mata : konjungtiva anemis (+)/(+)


Abdomen : nyeri tekan (+) posisi kuadran kanan bawah, bising
usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi
Labia Mayora

: tenang

Labia Minora

: tenang

Uretra

: tenang

Vulva

: tenang

Introitus vagina

: perdarahan aktif (-)

Kelainan yang tampak

: fluksus (-)

Inspekulo
Dinding vagina

: tampak licin

Portio

: tampak licin

Ostium Uteri Eksternum

: menutup

Kelainan yang tampak

: fluor (-), fluksus (-)

Vaginal Toucher (VT)


Vulva

: massa (-), nyeri tekan (-)

Kelenjar Bartholini

: massa (-), nyeri tekan (-)

Dinding vagina

: teraba licin

Portio

: teraba licin, kenyal, tak berbenjolbenjol, nyeri goyang (-)

Corpus uteri

: teraba membesar seukuran telur bebek

Parametrium

: teraba lemas

Adneksa

: tak teraba massa

Cavum doughlas

: tak teraba menonjol, nyeri tekan (-)

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
(dilaporkan tanggal 17 Mei 2016)
5

Pemeriksaan
Hematologi
CBC
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Hemostasis
Masa perdarahan (BT)
Masa pembekuan (CT)
Kimia Darah
Gula Darah Sewaktu
Imunologi
HBs Ag

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

11,5
34
370
6,86
4,14
82
28
34
12,6

12,0 16,0
35,0 47,0
150 440
3,80 10,60
3,60 5,80
80 100
26 34
35 36
12,0 14,8

g/dl
%
ribu/uL
ribu/uL
juta/uL
fL
pg
g/dL
%

2
11

1-6
2 11

detik
detik

75

< 140

mg/dL

Non-reaktif

Non-reaktif

Pemeriksaan

USG Transabdominal
Deskripsi
Tampak lesi hiperekoik di endometrium dengan multipel lesi
anekoik dalam berbagai ukuran yang membentuk gambaran
snow storm / honey comb appearance. Tak tampak kantung
gestasi ataupun mudigah.
Kesan
Mola hidatidosa
Diagnosis
Mola hidatidosa pada G1, hamil 5 minggu
Tatalaksana
Observasi

keadaan

umum,

tanda-tanda

vital,

perdarahan

pervaginam
Mengatasi mual : Inj. Ondancentron 3 x 8 mg IV
Tegakkan diagnosis dan tatalaksana :
6

Cek EKG

Cek foto toraks PA

Cek darah perifer lengkap, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT,


elektrolit darah

Cek TSH, FT4, FT3

Cek -hCG kuantitatif

Cek USG konfirmasi besok

Rencana kuretase --> rawat ruangan

B. Kamis, 18 Mei 2016

Subjective (S)
Nyeri perut kanan bawah (+), mual (+), muntah (-)

Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100 / 80 mmHg; Frekuensi Nadi : 81 kali per
menit; Suhu : 37,5 oC; Pernapasan : 20 kali per menit
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (+)/(+)
Abdomen : nyeri tekan kuadran kanan bawah (+), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)
Laboratorium darah
(dilaporkan tanggal 18 Mei 2016 jam 09:21 WIB)

Pemeriksaan
Hematologi
CBC
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Kimia Klinik
SGOT / AST
SGPT / ALT
Ureum Darah
Creatinine Darah
Natrium (Darah)
Kalium (Darah)
Klorida (Darah)
Endokrinologi
-hCG

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

EKG
10,7
31
314
5,81
3,79
82
28
35
12,9

12,0 16,0
35,0 47,0
150 440
3,80 10,60
3,60 5,80
80 100
26 34
35 36
12,0 14,8

g/dl
%
ribu/uL
ribu/uL
juta/uL
fL
pg
g/dL
%

14,9
15,4
6,1
0,52
135
4,3
107

s/d 31
s/d 31
15,0 50,0
0,50 0,90
135 145
3,5 5,6
98 108

ng/L
ng/L
mg/dL
mg/dL
mmol/L
mmol/L
mmol/L

>225.000,00

<5

mIU/L

(18 M

EKG (18 Mei 2016)


Kesan : irama sinus normal
Foto toraks PA (18 Mei 2016)
Deskripsi :

Jantung kesan normal, aorta baik

Paru-paru baik, tak tampak bercak infiltrat, fibrosis, ataupun


kalsifikasi

Sinus kostofrenikus kanan-kiri tajam


8

Tulang dan jaringan lunak, dinding dada baik

Kesan :
Jantung dan paru-paru saat ini tak tampak adanya kelainan

USG transabdominal konfirmasi (oleh dr. Budiyanto, Sp.OG)

Deskripsi :
Tampak lesi hiperekoik di endometrium dengan multipel lesi
anekoik dalam berbagai ukuran yang membentuk gambaran
snow storm / honey comb appearance.
Kesan :
Mola hidatidosa

Assessment (A)
Mola hidatidosa pada G1, hamil 5 minggu

Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Inj. Ondancentron 3 x 8 mg IV
C. Jumat, 19 Mei 2016

Subjective (S)
9

Mual-mual (+), perdarahan pervaginam (-)

Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90/ 60 mmHg; Frekuensi Nadi : 80 kali per
menit; Suhu : 36,2 oC; Pernapasan : 18 kali per menit
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-)
Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)
Laboratorium darah
Sesuai hasil sebelumnya

Assessment (A)
Mola hidatidosa pada G1, hamil 5 minggu

Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Inj. Ondancentron 3 x 8 mg IV
- Pasang LS
- Rencana kuretase hari ini
Laporan tindakan kuretase
Tanggal operasi : 19 Mei 2016
Jam operasi dimulai : 21.30 WIB
Jam operasi selesai : 22.00 WIB
Lama operasi : 30 menit
Nama ahli bedah : dr. David MA, Sp.OG
Jenis anestesi : TIVA
Diagnosa praoperasi : Mola hidatidosa pada G1P0, hamil 5 minggu

10

Diagnosa pascaoperasi : Post kuretase hisap pada P0A1 a/i mola


hidatidosa
Tindakan : kuret hisap
Deskripsi :

Pasien telentang dalam posisi litotomi dalam TIVA

Dipasang Folley Catheter

A dan antisepsis lapangan operasi

Dipasang infus oksitosin 20 IU dalam RL 500 cc (dalam 30 menit)

Dipasang spekulum sims atas dan bawah

Identifikasi portio

Portio dijepit dengan tenakulum

Dilakukan sondase, didapat uterus antefleksi, panjang 14 cm

Dilakukan kuret hisap, didapatkan +/- 20 cc jaringan mola

Dilanjutkan kuret tajam, secara sistematis

Jaringan dikirim ke PA

Tindakan selesai

Instruksi pasca kuretase :


- Pronalges 3 x 100 mg supp
- Hemobion 1 x 1 p.o
- Metergin tab 3 x 1 p.o
- Cefadroxil 2 x 500 mg p.o
C. Sabtu, 20 Mei 2016

Subjective (S)
Mual-mual (+), perdarahan pervaginam (+) ganti perban 1 kali, pusing
(-), mual (-).

Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/ 60 mmHg; Frekuensi Nadi : 80 kali per
menit; Suhu : 36,2 oC; Pernapasan : 18 kali per menit

11

Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-)
Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)
Laboratorium darah
Sesuai hasil sebelumnya

Assessment (A)
P0A1, post kuretase a/i mola hidatidosa, perawatan hari ke 1

Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Pronalges 3 x 100 mg supp
- Hemobion 1 x 1 p.o
- Metergin tab 3 x 1 p.o
- Cefadroxil 2 x 500 mg p.o
- USG konfirmasi : hasil baik
- Boleh pulang
2.2.3 Riwayat penyakit dahulu (di luar kehamilan)
Riwayat usus buntu (appendisitis) sebelumnya disangkal
Riwayat batu ginjal disangkal
Riwayat batu saluran kemih disangkal
Riwayat penyakit saluran cerna kronik disangkal
Riwayat kencing manis (DM tipe 2) disangkal
Riwayat darah tinggi (hipertensi) disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal

12

Riwayat alergi obat-obatan disangkal


2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi disangkal, riwayat diabetes mellitus disangkal, riwayat
asma disangkal, riwayat alergi disangkal.
2.2.5 Riwayat Trauma
Riwayat trauma di daerah perut kanan bawah disangkal
2.2.6 Riwayat Operasi
Pasien pernah menjalani operasi apapun sebelumya
2.2.7 Riwayat menstruasi
Menarche : usia 13 tahun
Siklus : rutin (4 minggu sekali)
Lama menstruasi : 5-6 hari per siklus
Perkiraan jumlah perdarahan : 2-3 kali ganti pembalut
Dismenorrheae (+)
2.2.8 Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali usia 21 tahun
2.2.9 Riwayat Obstetri
G1P0A0. Anak pertama : hamil saat ini
2.2.10 Riwayat Kontrasepsi
Belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun
2.2.11 Riwayat Sosial Ekonomi
Istri : ibu rumah tangga
Suami : karyawan
2.3
2.3.1

Status Praesens
Status Generalis

Keadaan Umum
13

Kesadaran

: Compos mentis

Kesan sakit

: Tampak sakit sedang

Kesan gizi

: Cukup

Kelainan yang tampak

: lemah (+), pucat (-), ikterik (-), dispnoe (-)

Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah

: 110 / 70 mmHg

Denyut Nadi

: Frekuensi: 60 kali / menit, isi cukup, teratur, ekual

Suhu

: 36,2 oC

Pernapasan

: 18 kali / menit, teratur, tipe abdominotorakal

Data Antropometri
Berat badan

: tidak dikaji

Panjang badan

: tidak dikaji

Kepala : normocephali
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Toraks
Jantung : S1-2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : suara napas vesikuler (+)/(+) simetris, ronkhi (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Abdomen : datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+)
Hepar : hepatomegali (-)
Limpa : splenomegali (-)
Genitalia : Status ginekologis
Anus dan rektum : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas atas : akral hangat (+)/(+), oedem (-)/(-)
Ekstremitas bawah : akral hangat (+)/(+), oedem (-)/(-)
2.3.2 Status Ginekologis
Inspeksi
Labia Mayora

: tenang

Labia Minora

: tenang

14

Uretra

: tenang

Vulva

: tenang

Introitus vagina

: perdarahan aktif (-)

Kelainan yang tampak

: bercak darah (+), fluksus (-)

Inspekulo
Dinding vagina

: tampak licin

Portio

: tampak licin

Ostium Uteri Eksternum

: menutup

Kelainan yang tampak

: fluor (-), fluksus (-)

Vaginal Toucher (VT)


Vulva

: massa (-), nyeri tekan (-)

Kelenjar Bartholini

: massa (-), nyeri tekan (-)

Dinding vagina

: teraba licin

Portio

: teraba licin, kenyal, tak berbenjol-benjol, nyeri


goyang (-)

2.4

Corpus uteri

: teraba membesar seukuran telur bebek

Parametrium

: teraba lemas

Adneksa

: tak teraba massa

Cavum doughlas

: tak teraba menonjol, nyeri tekan (-)

Pemeriksaan Penunjang (Data sekunder)

2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium Darah (Data sekunder)

15

Pemeriksaan
Hematologi
CBC
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Hemostasis
Masa perdarahan (BT)
Masa pembekuan (CT)
Kimia Darah
Gula Darah Sewaktu
Imunologi
HBs Ag
Endokrinologi
-hCG

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

10,7
33,4
465
9,76
3,97
82
28
34
13,3

12,0 16,0
35,0 47,0
150 440
3,80 10,60
3,60 5,80
80 100
26 34
35 36
12,0 14,8

g/dl
%
ribu/uL
ribu/uL
juta/uL
fL
pg
g/dL
%

2
11

1-6
2 11

detik
detik

75

< 140

mg/dL

Non-reaktif

Non-reaktif

833,93

<5

2.4.2
Pemeriksaan
Radiologi:
USG

mIU/L

Transabdominal (22 Juni 2016)

Deskripsi :
Tampak lesi hiperekoik di endometrium dengan batas tegas
16

Kesan :
Dibandingkan dengan USG sebelumnya: sisa mola hidatidosa
2.5

Diagnosa Kerja

Sisa mola hidatidosa


2.6

Penatalaksanaan

Pro kuretase ke-2 --> rawat ruangan


Pasang Laminaria
2.7
2.7.1

Tindak lanjut (Follow-up)


Rabu, 22 Juni 2016

Subjective (S)
Bercak-bercak perdarahan (+), nyeri perut (-)

Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg;
Frekuensi Nadi : 88 kali per menit;
Suhu : 36,5 oC;
Pernapasan : 20 kali per menit
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-)
Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)

Assessment (A)
P0A1, post kuretase a/i mola hidatidosa hari ke 20 dengan sisa mola
17

Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Pemasangan laminaria
- Pro kuretase ke II atas indikasi sisa mola hidatidosa
2.7.2

Kamis, 23 Juni 2016

Subjective (S)
Nyeri perut (+), mual (+), muntah (-), perdarahan (-)

Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100 / 60 mmHg;
Frekuensi Nadi : 60 kali per menit;
Suhu : 36,2 oC;
Pernapasan : 18 kali per menit
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-)
Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)

Assessment (A)
P0A1, post kuretase a/i mola hidatidosa hari ke 20 dengan sisa mola

Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Pro kuretase ke II atas indikasi sisa mola hidatidosa hari ini
Laporan tindakan kuretase
Tanggal operasi : 23 Juni 2016
Jam operasi dimulai : 12.50 WIB

18

Jam operasi selesai : 13.10 WIB


Lama operasi : 20 menit
Nama ahli bedah : dr. David MA, Sp.OG
Jenis anestesi : TIVA
Diagnosa praoperasi : Sisa mola hidatidosa
Diagnosa pascaoperasi : P1A0, post kuretase pada a/i sisa mola hidatidosa
Tindakan : kuretase
Deskripsi :
Pasien telentang dalam posisi litotomi dalam TIVA
A dan antisepsis daerah denitalia eksterna dan sekitarnya
Kandung kemih dikosongkan
Dipasang spekulum sims atas dan bawah
Identifikasi portio
Portio dijepit dengan tenakulum arah jam 12
Dilakukan sondase, +/- 9 cm, uterus retrofleksi
Dilakukan kuretase secara sistematis, didapatkan jaringan +/- 5 cc
Dipastikan tidak ada perdarahan
Tindakan selesai
Instruksi pasca kuretase :
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, perdarahan
- Cefadroxil 2 x 500 mg p.o
- Asam mefenamat 3 x 500 mg p.o
- SF 1 x 1 p.o
- Cek -hCG kuantitatif
- Cek DPL post kuretase
2.7.3

Jumat, 24 Juni 2016

Subjective (S)
Nyeri post kuretase VAS 2-3, perdarahan pervaginam (-), demam (-)

Objective (O)
Keadaan umum : kompos mentis
19

Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90 / 60 mmHg;
Frekuensi Nadi : 72 kali per menit;
Suhu : 36,6 oC;
Pernapasan : 18 kali per menit
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis (-)/(-)
Abdomen : nyeri tekan (-), bising usus (+)
Ekstremitas atas dan bawah : CRT < 2 detik (+)/(+)
Lain-lain dalam batas normal
Status ginekologis
Inspeksi : Vulva / uretra tenang, perdarahan aktif (-)

Assessment (A)
P0A1, post kuretase ke-2 a/i mola hidatidosa, hari ke-1

Planning (P)
- Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital
- Cefadroxil 2 x 500 mg p.o
- Asam mefenamat 3 x 500 mg p.o
- SF 1x1 p.o
- Vitamin A 2 x 1 p.o
- Cek -hCG
- Boleh pulang
2.8

Prognosis

Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad malam

20

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Trofoblas Gestasional
2.1.1. Definisi
Penyakit trophoblas gestasional adalah salah satu istilah yang digunakan untuk
mengelompokkan jenis tumor yang berasal dari proliferasi trofoblas abnormal.1,2
Trofoblas adalah jaringan yang pertama kali mengalami diferensiasi pada masa
embrional dini kemudian berkembang menjadi jaringan ekstraembrionik dan
membentuk plasenta yang merupakan interfase janin - maternal. Penyakit
trofoblas dapat berupa tumor atau keadaan yang merupakan predisposisi
terjadinya tumor.1,2,3 Trofoblas memproduksi hormone hCG dan hormone hCG ini
berguna sebagai diagnosis, tatalaksana, dan prognosis.2
2.1.2. Epidemiologi Penyakit Trofoblas Gestasional
21

Insiden PTG di negara miskin lebih tinggi dibanding negara- maju. Dilaporkan
bahwa insidennya adalah 1 dari 90 kehamilan.lT Prognosis NTG adalah baik dan
pasien dengan metastasis jauh sekalipun dapat disembuhkan dengan baik. Fungsi
fertilitas bisa dipertahankan dan dapat diharapkan hasil luaran yang baik pada
kehamilan selanjutnya.4
2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor faktor yang dapat
menyebabkan antara lain(1,2,3,4,5,6,7) :
1.Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari Tropoblast
3. keadaan sosioekonomi yang rendah
4. paritas tinggi
5. kekurangan protein, defisiensi vitamin A
6. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas
7. Ras Asia, Hispanik dan India
8. Faktor umur. Mola biasanya menyerang wanita-wanita dengan umur produktif.
Umur 36-40 tahun memiliki resiko dua kali lipat terjadinya mola, sedangkan di
atas umur 40 tahun memiliki risiko sepuluh kali lipat terjadinya mola
9. Memiliki riwayat keluarga mola hidatidosa
10. Memiliki riwayat penyakit mola parsial
2.1.3. Klasifikasi PTG
Klasifikasi PTG dibuat oleh World Heabh Organization Scientific Group on
Gestational Trophoblastic Disease pada tahun 1983, kemudian diperbarui oleh
International Federation of Gynecolog and Obstetrics (FIGO Oncology
Committee) pada tahun 2002 dan disempurnakan oleh American College of
Obstetrics and Gynecologt pada tahun 2004 sebagai berikut1,2,3,4
Lesi molar
. Mola hidatidosa
22

- Komplit
- Parsial
. Mola invasif
Lesi nonmolar (Neoplasia Trofoblastik Gestasional = NTG)
. Koriokarsinoma
. Placenal site trophoblastik tumor
. Tumor trofoblastik epiteloid
2.2 Mola Hidatidosa
2.2.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah termasuk penyakit trofoblas gestasional. Mola ditandai
dengan adanya suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik.2,3 Molahidatidosa terdiri dari: molahidatidosa komplit dan
molahidatidosa parsial; perbedaan antara keduanya adalah berdasarkan morfologi,
gambaran klinikopatologi, dan sitogenetik.1,2,3
2.2.2

Epidemiologi

Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin


dibandingkan dengan negara negara barat.2,3,4,5,6 Dinegara negara barat
dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan . dinegara negara berkembang 1:100 atau
600 kehamilan. Di Asia, insiden molahidatidosa komplit tertinggi adalah di
Indonesia yaitu 1 dari 77 kehamilan dan 1 dari 57 persalinan. 2 Soejoenoes dkk
(1967) melaporkan 1:85 kehamilan, Rs Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31
Persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat A.siregar (Medan) tahun 1982 : 11 16 per
1000

kehamilan;

Soetomo(Surabaya)

1:80

Persalinan;

Djamhoer

Martaadisoebrata (Bandung) : 9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih


sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan
meningkatkan paritas kemungkinan menderita mola lebih besar.2

23

2.2.3 Patologi
Secara makroskopik, mola hidatiosa mudah dikenal yaitu berupa gelembunggelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi
dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm. Gambaran histopatologik yang khas
dari mola hidatidosa iala edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada
vili/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas.2,7
Pada konsepsi normal, setiap janin mengandung 46 pasang kromosom, dimana ibu
dan ayah masing-masing menyumbang 23 kromosom.

2.2.3.1 Mola hidatidosa Komplit


Suatu Mola Hidatidosa Komplit ketika satu atau dua sperma membuahi sel telur
yang tidak memiliki materi genetic. 2,3,4 Bahkan jika kromosom ayah
dilipatgandakan untuk menyusun 46 kromosom materi genetic yang ada terlalu
sedikit. Biasanya sel telur yang dibuahi mati pada saat itu juga. Tetapi pada kasus
yang jarang, sel tersebut terimplantasi pada uterus. Namun dalam kasus ini, janin
tidak berkembang hanya trofoblas yang mengisi uterus.

24

Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel jernih. Ukuran
vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter
dan sering berkelompok kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan
Histologik ditandai oleh: 2,3,4
-Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus
-Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
-Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
-Tidak adanya janin dan amnion.
2.2.3.2. Mola Hidatidosa Parsial

Pada mola hidatidosa parsial dua sperma membuahi sel telur menciptakan 69
kromosom pada konsepsi normal. Hal ini disebut triploid. Dengan materi genetic
yang terlalu banyak kehamilan akan berkembang secara abnormal dengan
plasenta tumbuh melampaui janin. Janin dapat terbentuk pada kehamilan ini akan

25

tetapi janin tumbuh secara abnormal dan tidak dapat bertahan hidup. Fetus yang
tumbuh akan mengalami restriksi pertumbuhan, kongenital anomaly multiple, atau
keduanya.
Pada mola hidatidosa ditandai dengan perubahan hidatidosa bersifat fokal dan
kurang berkembang, danmungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi
perkembangan hidatidosayang berlangsung lambat pada sebagian villi yang
biasanya avaskular,sementara villi villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi
janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena.2,3,4
2.2 4. Gejala klinis1,2,3,4,5,6
a. Amenorrhoe dan tanda tanda kehamilan
b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Merupakan gejala
utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa
minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi
besi.
c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
d. Tidak dirasakan tanda tanda adanya gerakan janin maupun ballotement
e. Hiperemesis, Pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke 24
Hal ini disebabkan oleh karena plasenta pada kehamilan menghasilkan antiangiogenik yang lebih banyak dari kehamilan biasa.2,3,9
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti
h. Tirotoksikosis
Hipertiroid pada mola hidatidosa dapat disebabkan oleh peningkatan produksi
hormone tirotropin oleh jaringan mola dan sebagai efek dari peningkatan
hormone estrogen. Kadar T4 plasma yang meningkat pada mola hidatidosa
disebabkan oleh peningkatan kadar hormone hCG

sehingga terjadi

peningkatan ikatan molekul hCG pada tempat reseptor TSH yang


menyebabkan terjadinya hiperfungsi dari kelenjar tiroid sehingga terjadi
peningkatan hormone T4 serum. Keadaan hipertiroid ini ditandai oleh
26

takikardia, kulit hangat, tremor, peningkatan kadar T4 dan T3 bebas.2,3


2.2.5. Diagnostik
1.Klinis
a.Berdasarkan anamnesis
b.Pemeriksaan fisik
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut
muka mola (mola face)
Palpasi :
- Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
- Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Pemeriksaan dalam :
- Memastikan besarnya uterus
- Uterus terasa lembek
- Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
2.Laboratorium
Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi
3.Radiologik
-Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin
-USG : Diagnosis ultrasonografi (USG) kehamilan dini molahidatidosa komplit
seringkali

dihubungkan

dengan

abortus

atau

kehamilan

nirmudigah.

Molahidatidosa komplit dapat berhubungan dengan kelainan USG plasenta.


Namun, USG memiliki keterbatasan dalam memprediksi molahidatidosa parsial.
Pada kehamilan ganda dengan janin yang dapat hidup dan suatu kehamilan mola,
maka kehamilan tersebut dianjurkan untuk diteruskan. (RCOG: III-C).(21) Tidak
ditemukannya pewarnaan p57kip2 dapat membedakan antara molahidatidosa
komplit dan sisa kehamilan.2,3,4,5,6

27

Gambar 2. Gambar USG transvaginal dengan tanpa pencitraan Doppler (A) dan dengan
pencitraan Doppler berwarna (B) pada kasus PTG

Mola hidatidosa komplit menunjukkan gambaran pola vesikuler oleh karena


pembengkakan dari vili korionik. Vili korionik pada trimester I Mola hidatiosa
komplit cenderung lebih kecil dan lebih sedikit kavitasi. Akan tetapi mayoritas
dari mola hidatidosa komplit pada trimester I tetap menunjukkan gambaran USG
yang khas (pola snow storm) yaitu pola kompleks, ekogenik massa intrauterine
yang mengandung banyak ruang kista kecil. Temuan ang bermakna untuk mola
hidatidosa parsial adalah ruang kistik pada plasenta dan rasio transversal dengan
anteroposterior dari kantung kehamilan >1,52,3,4,5,6
4.Uji Sonde (cara Acosta-sison)
Tidak rutin dikerjakan. Biasanya dilakukan sebagai tindakan awal curretage.
5.Histopatologik
Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke Lab. Patologi Anatomi
2.2.6. Penatalaksanaan1,2,3,4

Evaluasi
a. Perbaiki keadaan umum.
b. - Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
Vakum kuretase dianjutkan dengan kuretase menggunakan sendok kuret
biasa yang tumpul, tindakan kuret cukup dilakukan 1 kali sja asal
bersih. Kuret keua hanya dilakukan bila ada indikasi. Sebelum tindakan

28

kuret sebaiknya disediakan darah untuk menjaga bila terjadi perdarahan


yang banyak.
- Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam
kemudian dilakukan kuret.
c. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan
umum penderita.
d. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan.
e. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30
tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi
pusat atau lebih.

Pengawasan Lanjutan
- Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi
oral, pil, atau pantang berkala
- Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :10
Setiap minggu pada Triwulan pertama
Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3
bulan.
- Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
- Keadaan Serviks
- Uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium
Reaksi biologis dan imunologis:
-

1x seminggu sampai hasil negatif

1x 2 minggu selama triwulan selanjutnya

1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya

1x 3 bulan selama tahun berikutnya


29

kalau

hasil reaksi

titer

masih

positif dicurigai

keganasan.

Kemoterapi
Indikasi pemberian kemoterapi pascaevakuasi mola:11
o Pola kadar hCG mengalami regresi abnormal (peningkatan kadar
hCG > 10% atau kadar hCG menetap tiga kali dalam pemeriksaan
dua minggu)
o Terjadi rebound hCG
o Diagnosis

histologi

koriokarsinoma

atau

placental

site

trophoblastic tumor
o Terdapat metastasis
o Kadar hCG tinggi (> 20.000 mlU/ml selama lebih dari empat
minggu pascaevakuasi)
o Kadar hCG meningkat secara menetap enam bulan pascaevakuasi.
Pengobatan sitostatiska bisa dengan menggunakan:4,12
o a) methotrexate: 0,4 mg/kgBB secara IV selama 5 hari atau
o b) dactinomycin 9-13 g/kgBB secara IV selama 5 hari

2.3.Mola Invasif
Mola invasif adalah NTG dengan geiala adanya vili korialis disertai pertumbuhan
berlebihan dan invasi sel-sel trofoblas. Jaringan mola invasif melakukan penetrasi
jauh ke dalam miometrium, kadang-kadang melibatkan peritoneum, parametrium
di sekitarnya, atau dinding vagina. Mola invasif menginvasi secara lokal tetapi
memiliki kecenderungan besar untuk metastase jauh yang merupakan ciri
koriokarsinoma. Mola invasif terjadi pada sekitar 15% pasien pascaevakuasi
molahidatidosa komplit.2,3,4
Gejala yang timbul berupa perdarahan pervaginam ireguler, kista teka lutein,
subinvolusi uterus, atau pembesaran uterus asimetrik. Tumor trofoblas dapat
menyebabkan perforasi miometrium dan menyebabkan perdarahan intraperitoneal
atau erosi ke dalam pembuluh darah uterus sehingga menyebabkan perdarahan
30

pervaginam. Tumor besar dan nekrotik dapat melibatkan dinding uterus dan
merupakan nidus untuk terjadinya
infeksi. Pasien juga dapat mengeluh nyeri dan adanya pembengkakan pada
abdomen bagian bawah.2,3,4
Diagnosis mola invasif ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG dan kadar BhCG. Pada pemeriksaan serial hCG urin atau senrm, kadarnya menetap atau
meningkat dalam beberapa minggu pascaevakuasi molahidatidosa komplit atau
parsial. Mola invasif dapat dibedakan dari koriokarsinoma dengan ditemukannya
vili korialis pada pemeriksaan histologi. 2,3,4

Gambar 3. USG transvaginal tanpa (A) dan dengan (B) pencitraan Doppler berrwarna pada
kasus PTG dengan invasi jauh ke miometrium (panah)

2.4. Koriokarsinoma
Koriokarsinoma merupakan tumor ganas yang terdiri dari lapisan-lapisan sel
sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas dengan perdarahan, nekrosis, dan invasi
pembuluh darah yang jelas.2,3,4 Tumor ini digolongkan sebagai karsinoma epitel
korionik tetapi pola pertumbuhan dan metastasisnya bersifat seperti sarkoma.2,3,4
Metastasis seringkali terjadi pada tahap dini dan hematogen karena afinitas sel-sel
trofoblas terhadap pembuluh darah. Tempat metastasis paling sering adalah paruparu (sekitar 75%) danvagina (sekitar 50%). Kista teka lutein ovarium dapat
ditemukan pada sepertiga kasus.3,4 Metastasis pada paru-paru memberikan empat
gambaran khas: pola alveoler atau "badai salju", densitas bulat, efusi pleura, serta

31

emboli akibat oklusi arteri pulmoner dan dapat menyebabkan hipertensi


pulmoner.2,3,4
Kriteria

diagnosis

neoplasia trofoblastik

gestasional

pascamolahidatidosa

berdasarkan FIGO Council 2000:4,10


Peningkatan kadar hCG > 10% pada tiga kali pemeriksaan dalam waktu 2
minggu (hari 1, 7, dan 14).
Kadar hCG menetap (t 10%) pada empat kali pemeriksaan yang dilakukan
dalam
waktu 3 minggu (hari 1, 7, 14, dan 21).
Kadar hCG menetap dalam waktu > 6 bulan pascaevakuasi mola.
Diagnosis histologi koriokarsinoma

Stadium
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
Variabel

Deskripsi
Penyakit terbatas pada uterus
NTG meluas keluar dari uterus tetapi terbatas pada organ genitalia
(adneksa, vagina, ligamentum latum)
NTG meluas ke paru-paru dengan atau tanpa melibatkan saluran
genitalia
Semua tempat metastase lainnya
Skor faktor risiko menurut FIGO
0
1
2
4
40
> 40
Mola hidatidosa
Abortus
Aterm
-

Usia (tahun)
Kehamilan
aterm
sebelumnya
Interval sejak indeks <4
4-6
7-12
> 12
kehamilan (bulan)
Kadar hCG sebelum < 103
103 - 104
104 - 105
> 105
terapi (mIU/mL)
Ukuran tumor terbesar 3-4 cm
5 cm
(termasuk uterus)
Tempat metastasis
Lien/ginjal
Saluran GI
Otak/hepar
Jumlah metastasis yang 0
1-4
5-8
>8
teridentifikasi
Kegagalan kemoterapi Obat tunggal
2 obat atau
sebelumnya
lebih
FIGO = lnternational Federation of Gynecology and Obstetrics, GI : gartrointestinal (Sumber :
Leiser AL, Agbajanian C. Evaluation and management of gestational tropboblastic disease.
Community oncology. 2006: 3(3): 152-6)

Pasien dengan neoplasia trofoblastik gestasional menetap ditangani di pusat


rujukan dengan kemoterapi yang sesuai (RCOG: III - sangat direkomendasikan
berdasarkan pemeriksaan klinil dari kelompok pembuat pedornan). Pasien risiko
32

rendah, baik i.rr[rn penyakit metastasis maupun non-metastasis ditangani dengan


pemberian kemoterapi tunggal: merotreksat atau daktinomisin (II-3B).4,10 Pasien
dengan risiko sedang diberi kemoterapi ganda dengan MAC (metotreksat,
daktinomisin, siklofosfamid, atau klorambusil) atau EMA (etoposid, metotreksat,
daktinomisin) (SOGC: III-C); juga dapat digunakan kemoterapi tunggal (III-C). 4,10
Pasien risiko tinggi diberikan kemoterapi gr"a, EMA/CO (etoposid, metotreksat,
daktinomisin diberikan interval satu minggu diselingi dengan vinkristin dan
siklofosfamid), disertai pembedahan dan radioterapi selektif (SOCC: II-3B). Pada
keadaan resisten, maka diberikan tindakan penyelamatan berupa kemoterapi
dengan EP/EMA (etoposid, sisplatin, etoposid, metotreksat, daktinomisin) dan
pembedahan (SOGC: III-C). Pascakemoterapi, pasien tidak dianjurkan hamil
hingga kadar hCG normal selama 1 tahun (SOGC: III-C). Pil kontrasepsi
kombinasi aman digunakan bagi perempuan dengan neoplasia trofoblastik
gestasional (SOGC: III-C).4,10
2.5.Placental Site Trophoblastic Tumor (PSTT)
PSTT merupakan jenis koriokarsinoma yang terutama terdiri dari sel-sel trofoblas
intermediat dari sitotrofoblas sehingga kadar hCG yang dihasilkan oleh tumor ini
relatif sedikit dibandingkan dengan ukuran massanya. Namun, PSTT memiliki
pewarnaan kuat untuk hwman placenal lactogen (hPL) dan glikoprotein gl.ts,zz
Perjalanan penyakit PSTT terjadi secara lambat dan manifestasi klinik dapat
teriadi beberapa tahun setelah persalinan aterm, abortus non-moiar, atau
molahidatidosa komplit. PSTT cenderung terbatas dalam kar.rrm uteri, metastasis
terjadi dalam fase lanjut perjalanan penyakit. Penyebaran cenderung terjadi
melalui infiltrasi lokal dan pembuluh limfe, tetapi dapat ),tga terjadi metastasis
jauh. Gejala kiinik adalah perdarahan pervaginam dan dapat terjadi amenorea atau
galaktorea atau keduanya akibat produksi hPL oleh sel-sel sitotrofoblas yang
menyebabkan hiperprolaktinemia.3,4
Berdasarkan analisis genetik, sebagian besar PSTT adalah diploid; oleh karena itu,
biparental jika berasal dari hasil konsepsi normal atau androgenetik jika berasal
dari molahidatidosa komplit.3,4
33

PSTT relatif tidak sensitif terhadap kemoterapi.3,4 Penatalaksanaan tumor yang


jarang te{adi ini dianjurkan diperoleh dari pusat registrasi (RCOG: III-C;.zt p51t
non-metastatik ditangani dengan histerektomi (III-C). PSTT metastatik ditangani
dengan pemberian kemoterapi; yang paling sering digunakan adalah EMA/CO
(SOGC: IIi-C).3,4
2.6.Tumor Trofoblastik Epiteloid
Tumor trofoblastik epiteloid lebih sering berhubungan dengan riwayat kehamilan
aterm daripada ri'wayat kehamilan mola. Tumor ini berkembang dari perubahan
neoplastik sel-sel trofoblas intermediat tipe korionik. Secara mikroskopik
menyerupai PSTT, tetapi sel-selnya lebih kecil dan memiliki lebih sedikit inti
pleomorfik serta memiliki gambaran epitel yang terbentuk dengan baik.
Gambaran mikroskopiknya sangat menyerupai karsinoma sel skuamosa dan dapat
dibedakan dengan pewarnaan imunohistokimia yang menunjukkan adanya inhibin
dan sitokeratin 18. Secara makroskopik, tumor berasal dari massa intramural
dalam miometrium atau serviks dan bertumbuh dalam pola noduler, berbeda dari
PSTT yang bertumbuh secara infiltratif. Metode penatalaksanaan utama adalah
histerektomi, tetapi sekitar 20 - 25% pasien mengalami metastasis.3,4
2.7 Komplikasi,2,3,4

Syok hipovolemik

Anemia

Infeksi sekunder

Perforasi

Keganasan

Emboli paru

2.8. Prognosis1,2,3,4
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah
jantung atau tirotoksikosis. Di Negara maju kematian karena mola hamper tidak

34

ada lagi. Akan tetapi, di Negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar
antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali
setelah jaringannya dikeluarkan tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian
menderita degenerasi keganasan menjadi koriokrsinoma. Presentase keganasan
yang dilaporkan oleh beberapa klinik berkisar antara 5,56%,

BAB 3
RESUME

Mola hidatidosa termasuk dalam kelompok penyakit trofoblas gestasional,


yang merupakan kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu
berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan
ukuran bervariasi.
Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan
inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini
biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12 - 14
minggu. Sifat perdarahan bisa intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena perdarahan ini umumnya
pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan
amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan
dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detik jantung
anak. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human
35

Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah atau urin, baik secara bioasay,
immunoasay, maupun radioimmunoassay.
Peninggian hCG, terutama dari hari ke-100, sangat sugestif. Bila belum jelas
dapat dilakukan pemeriksaan USG, di mana kasus mola menunjukkan gambaran
yang khas, yaitu berupa badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti
sarang lebah (honey comb). Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat
keluarnya gelembung mola. Namun, bila kita menunggu sampai gelembung mola
keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran gelembung umumnya disertai
perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun. Terbaik ialah bila
dapat mendiagnosis mola sebelum keluar.
Tatalaksana mola hidatidosa secara umum meliputi perbaikan keadaan umum,
pengeluaran jaringan mola, dan tindak lanjut (follow up). Perbaikan keadaan
umum antara lain meliputi pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok
atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia
atau tirotoksikosis. Pengeluaran jaringan mola dapat dilakukan 2 cara, yakni
vakum kuretase dan histerektomi. Sesudah itu perlu dilakukan follow-up
mengingat adanya kemungkinan keganasan. Tes hCG harus mencapai nilai normal
8 minggu sesudah evakuasi. Lama pengawasan berkisar satu tahun.
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah
jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian karena mola hampir tidak
ada lagi. Akan tetapi, di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar
antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali
setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang
kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.

36

DAFTAR PUSTAKA
1.

American College of Obstetricians and Gynecologists: Diagnosis and


treatment of gestational trophoblastic disease. Practice Bulletin No. 53, June
2004, Reaffirmed 2012
2. Prawirohardjo S. Perdarahan Pada Kehamilan Muda: Ilmu Kebidanan Edisi
Keempat, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2010: 488
3. Savage P, Seckl M. Trophoblast Diseases In: Dewhursts Textbook of
obstetrics and Gynaecology, 7th ed. Editor: Edmonds DK, Blackwell
Publishing, London, 2007:117-8
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL,
Casey BM. Gestational Trophoblastic Disease In: Williams obstetrics 24 th
edition, McGraw Hill, New york, 2014: 396
5. Mansjoer A. dkk. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas
Kedoktean Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.2001:
265-7
6. Martaadisoebrata D, Sumapraja S. Penyakit serta kelainan plasenta dan
selaput janin. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2002: 341-8
7. Mochtar R. Penyakit Trofoblas. Sinopsis Obstetri Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran ECG, Jakarta, 1998: 238-43
8. Sebire NJ, Lindsay I, Fisher RA: Overdiagnosis of complete and partial
hydatidiform mole in tubal ectopic pregnancies. Int J Gynecol Pathol
24(3):260, 2005
9. Kanter D, Lindheimer MD, Wang E, Borromeo RG, Bousfield E,
Karumanchi SA, Stillman IE. Angiogenic dysfunction in molar pregnancy,
Am J Obstet Gynecol. 2010 Aug, 202(2): 184-5
10. Royal College of of Obstetrician and Gynaecologysts: The Management of
gestational trophoblastic disease. Green-top Guideline No. 38, February
2010.
11. Society of Obstetricians and Gynaecologysts of Canada: Gestational
37

Trophoblastic Disease. SOGC Clinical Practice Guidelines No 114, May


2002
12. HomesleyHD.Developmentofsingle-agentchemotherapyregimens for
gestational trophoblastic disease. J Reprod Med 1994;39(3):185-92.

38

Anda mungkin juga menyukai