Anda di halaman 1dari 4

A.

Terapi Umum
a. Pasien yang menderita serangan akut ini sering disertai cemas, sehingga
pentingnya edukasi mengenai penyebab penyakit tersebut dan diyakinkan bahwa
penyakit tersebut dapat diobati.
b. Penghentian konsumsi rokok. Dalam rokok terdapat kandungan nikotin yang
dapat menyebabkan vasospasme dan tidak jarang keluhan tersebut membaik
hanya dengan hanya berhenti merokok.
c. Diet rendah garam. Pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam
serendah mungkin dan tidak melebihi 1.5-2.0 g/hari.
d. Hindari minum air yang berlebihan.
e. Hindari konsumsi kopi, the, alkohol.
f. Hindari stres. Olahraga mental seperti yoga didapatkan dapat membantu
mengurangi stres.
B. Tatalaksana Serangan Akut.
Menjelang serangan akut, didapatkan gejala seperti vertigo berat dengan rasa mual dan
muntah. Gerakan kepala dapat memicu rasa kepala berputar. Oleh sebab itu, terapi
diberikan dapat berupa:
1. Edukasi dan suport psikologis untuk mengurangi rasa cemas.
2. Tirah baring dan mengurangi gerakan kepala berlebihan.
3. Pemeberian obat dapat diberikan secara intramuskular ataupun intravena apabila
pasien didapati muntah sehingga pemberian secara oral tidak dapat dilakukan.
Obat yang dapat diberikan pada serangan akut seperti dimenhydrinate
(Dramamine),

promethazine

theoclate

(Avomine)

atau

prochlorperazine

(Stemetil). Diazepam 5-10 mg dapat diberikan secara intravena memiliki efek


tranquilizer dan dapat mensupresi aktivitas nucleus vestibular.
4. Vasodilator
(i)
Inhalasi gas carbogen (5% CO2 & 95% 02).'Merupakan gas yang memiliki
efek vasodilator pada pembuluh darah otak dan dapat meningkatkan sirkulasi
(ii)

labirin.
Histamin dnp. Histamine diphosphate, 2.75 mg diencerkan dalam 500 ml
cairan glukosa, diberikan secara i.v. drip dengan tetesan lambat dapat
digunakan sebagai vasodilator dan membantu mengkontrol serangan akut.
Efek samping yang dapat terjadi seperti takikardia, gangguan irama jantung,
hipotensi, hipertermi, bronkospasme.

C. Tatalaksana Fase Kronis


Pemberian terapi pada pasien dengan fase kronis dapat berupa
1. Vestibular sedatives. Prochlorperazine (Stemetil) 10 mg, thrice a day, orally for
two months and then reduced to 5 mg thrice a day for another month. Vestibular
sedatif. Prochlorperazine (Stemetil) 10 mg, tiga kali sehari secara peroral selama
1 bulan.
2. Vasodilator. Nicotinic acid, 50 mg, diminum 1 jam sebelum makan sebanyak 3
kali sehar.. Betahistine (Vertin) 8-16 mg diberikan 3 kali sehari dapat melancarkan
aliran darah di labirin melalui pelepasan histamine dalam tubuh.
3. Diuretik. Pemberian furosemide, 40 mg tablet setiap 2 hari sekali dengan
suplemen kalium ketika pemberian vestibular sedative dan vasodilator tidak dapat
diberikan.
4. Propantheline bromide (Probanthine), 15 mg, 3 kali sehari dapat diberikan atau
dapat dikombinasi dengan vasodilator dapat memberikan hasil yang baik.
5. Eliminasi allergen. Terkadang alergi makanan atau udara bertanggung jawab akan
terjadinya serangan akut. Oleh sebab itu penyebab allergenharus dihindari atau di
sentisisasi.
6. Rehabilitasi vertigo meiliki tujuan melatih sistem vestibular (co: metode BrandtDaroff)

7. Intratympanic gentamicin therapy (chemical labyrinthectomy). Gentamicin


merupakan vestibulotoxic. Pemberian setiap harinya dengan cara penyuntukan
pada daerah telinga tengah dapat menyebabakan kerusakan vestibular labirin.
Terapi tersebut dirasakan dapat mengihilangkan

gejala vertigo pada 60-80%

pasien. Efek samping hilangnya pendengaran diderita 4-30% pasien yang diterapi
dengan metode tersebut.
D. Operasi
Operasi hanya dilakukan ketika pengobatan tidak berhasil menyebuhkan.
1. Terapi konserfatif. Terapi ini dilakukan ketika vertigo telah menyebabkan disabilitas
namun pendengaran masih baik dan ingin dipertahankan.
i)
Decompression of endolymphatic sac.
ii)
Endolymphatic shunt operation. Selang drainase dipasang dengan
iii)
iv)

menyabungkan endolymphatic sac ke rongga subarachnoid.


Salculotomy (Fick's operation).
Section of vestibular nerve.

v)

Ultrasonic destruction of vestibular labyrinth.

2. Prosedur destruksi. Prosedur ini dilakukan dengan cara merusak cochkear dan
vestibular sehingga tidak berfungsi. Teknik ini hanya dilakukan cochlea memang
sudah tidak berfungsi.
a. Labyrinthectomy..
b. Intermittent low pressure pulse therapy [Meniett device therapy (Fig. 15.5)].
Telah diteliti sebelumnya bahwa pemberian tekanan positif pada cairan dalam
telinga tengah dapat meredakan gejala penyakit Meniere 's seperti vertigo,
tinnitus, rasa penuh ditelinga, juga perbaikan pada pendengaran. Tekanan positif
secara intermittent positive disalurkan melalui alat bernama Meniett device dan
sudah diakui FDA.

Anda mungkin juga menyukai