STATUS PENDERITA
Masuk RSUD
: 26 September 2016
Pukul
: 23.05 wib
I. ANAMNESIS
Autoanamnesis dari pasien, tanggal 26 September 2016
Pukul 08.30 wib
Identitas
-
Nama penderita
: Nn. A
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 18 tahun
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Pendidikan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Labuhan Maringgai
No. MR
: 55769
: SMA
Riwayat Penyakit
Keluhan utama
Keluhan tambahan
RASCAL321
kanan bawah seperti diiris-iris. Oleh Ibu pasien, kemudian perut pasien dikerok
hingga akhirnya nyeri perut yang dirasakan terasa menyebar ke seluruh perut
bahkan akan menghebat jika pasien bergerak atau jika perutnya dipegang.
Pasien kemudian juga tiba-tiba mengalami demam tinggi. Pasien juga
mengeluhkan selama sakit, perut menjadi tegang dan kembung serta pasien juga
tidak dapat buang air besar bahkan buang angin serta nyeri saat buang air kecil.
Pasien pun merasa mual- dan muntah. Pasien muntah sebanyak dua kali berwarna
kuning kehijauan kira-kira sebanyak gelas setiap muntah. Karena sakitnya
pasien pun dibawa ke Rumah Sakit Abdoel Moeloek.
Pasien mempunyai riwayat sering makan makanan pedas, dan makan tidak teratur.
Pasien tidak ada riwayat kecelakaan atau terpukul benda tumpul pada perut.
Pasien juga tidak mengalami demam naik turun > 7 hari sebelum nyeri perut
terjadi.
Pasien juga tidak mengeluh ada keluhan menstruasi terlambat
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sering merasa nyeri pada perut kanan yang hilang timbul pada bagian
kanan bawah perut kurang lebih 6 bulan terakhir.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga dekat pasien tidak ada yang menderita sakit seperti ini.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
-
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
TD
: 110/ 70 mmHg
Nadi
: 90 x/menit, reguler
Respirasi
: 24 x/menit
Suhu
: 38,5 C
Status gizi
: Cukup
RASCAL321
Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh
-
Pucat
: (-)
Sianosis
: (-)
Ikterus
: (-)
Perdarahan
: (-)
Oedem umum
: (-)
Turgor
: Cukup
: Cukup
: (-)
KEPALA
-
Bentuk
: Bulat, simetris
Rambut
Kulit
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
LEHER
-
Bentuk
: Simetris
Trakhea
: Di tengah
KGB
: Tidak membesar
THORAKS
-
Bentuk
: simetris
Retraksi suprasternal
: (-)
Retraksi substernal
: (-)
Retraksi intercostal
: (-)
RASCAL321
JANTUNG
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
PARU
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ANTERIOR
KIRI
Pergerakan
pernafasan
simetris
Fremitus taktil =
kanan
Sonor
Vesikuler (+)
Ronki (-)
Wheezing (-)
KANAN
Pergerakan
pernafasan
simetris
Fremitus taktil =
kiri
Sonor
Vesikuler (+)
Ronki (-)
Wheezing (-)
POSTERIOR
KIRI
Pergerakan
pernafasan
simetris
Fremitus taktil =
kanan
Sonor
Vesikuler (+)
Ronki (-)
Wheezing (-)
KANAN
Pergerakan
pernafasan
simetris
Fremitus taktil =
kiri
Sonor
Vesikuler (+)
Ronki (-)
Wheezing (-)
Inspeksi
Palpasi
: Nyeri tekan Mc burney (+), nyeri tekan difuss (+) hepar dan lien
tidak teraba, defense muscular (+)
- Perkusi
GENITALIA EXTERNA
Wanita
EKSTREMITAS
-
Superior
Inferior
RASCAL321
:12.9 g/dl
Limfosit
: 9.3%
- Leukosit
: 19.700 ul
Monosit
: 4.9%
- Trombosit
: 333.000
Granulosit :65.4%
Kimia Darah
Protein
: 6.65 g/dl
Bil Total
: 3.26 mg/dl
Albumin
: 3,35 g/dl
Bil Direk
:1.13 mg/dl
Globulin
: 2,1 g/dl
SGOT
: 12
Ureum
: 24 mg/dl
SGPT
: 12
Kreatinin
: 1.12 mg/dl
GDS
: 69
CT/BT
: 2/12
PPT tes
:-
Urinalisis
pH
: 6.5
Berat Jenis
: 1.020
Glukosa
:-
Keton
:+
Bilirubin
:-
Urobilinogen
:-
Darah samar
:-
Leukosit
:-
Nitrit
:-
USG
Pada regio iliaca dekstra tampak pelebaran dinding appendix 21 mm
membentuk gambaran target, noncompressible, peristaltik (-), lesi
hiperechoic distal
Kesan : Sesuai dengan gambaran appendisitis akut appendicolith
Untuk orang yang aku cintai SHT
RASCAL321
III. RESUME
Riwayat Penyakit
Nn. A, 18 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut hebat pada seluruh bagian
perut terutama kanan bawah sejak satu hari yang lalu. Keluhan disertai dengan
tidak bisa buang angin, tidak bisa buang air besar, demam, nyeri jika buang air
kecil, mual, muntah, perut tegang. Riwayat dikerok (+), riwayat sering makan
makanan pedas dan tidak teratur. Riwayat nyeri perut kanan berulang semenja 6
bulan terakhir. Pasien tidak ada riwayat kecelakaan atau terpukul benda tumpul
pada perut. Pasien juga tidak mengalami demam naik turun > 7 hari sebelum nyeri
perut terjadi. Riwayat menstruasi terlambat disangkal
Status Present
-
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
TD
: 110/ 70 mmHg
Nadi
Respirasi
: 24 x/menit
Suhu
: 38,5 C
Inspeksi
Palpasi
: Nyeri tekan Mc burney (+), nyeri tekan difuss (+) hepar dan lien
sulit dinilai Psoas sign (+), Obturator sign (+), defense muscular
(+)
- Perkusi
- Leukosit
: 19.700 ul
- USG
akut appendicolith
DIAGNOSIS KERJA AWAL
Peritonitis e.c Suspect Apendisitis Gangrenosa
Untuk orang yang aku cintai SHT
RASCAL321
DIAGNOSIS BANDING
Peritonitis e.c Suspect Perforasi Usus
Peritonitis e.c Kehamilan Ektopik Terganggu
PEMERIKSAAN ANJURAN
-
BNO 3 posisi
TERAPI
Pro Laparotomi Cyto
Perbaikan KU
Dekompresi Lambung
o Pemasangan Dower Catheteter
o NGT
IVFD RL : D5% XX gtt/menit
Cefotaxim 1 gram/12 jam
Fumazol IV 500 mg/12 jam
Ranitidin amp 2 dd 1
RASCAL321
FOLLOW UP
Subjective
Objective
TD
Nadi
Pernafasan
Suhu
18 Februari 2012
Nyeri perut (+)
Buang angin (-)
BAB (-)
Demam (+)
Mual (+)
Muntah (-)
Perut tegang (+)
19 Februari 2012
Nyeri perut pada
bekas jahitan (+)
Buang angin (-)
BAB (-)
Demam (-)
Mual (-)
Muntah (-)
Perut tegang (-)
20 Februari 2012
Nyeri perut pada bekas
jahitan (+)
Buang angin (-)
BAB (-)
Demam (-)
Mual (-)
Muntah (-)
Perut tegang (-)
120/80
90 x/menit
24 x/menit
38,9 C
Nyeri tekan diffus (+)
Nyeri ketok diffuse (+)
Defans Muskuler (+)
BU (-)
110/70
88 x/menit
22 x/menit
37,1 C
Nyeri tekan diffus (-)
Nyeri ketok diffus (-)
Defans Muskuler (-)
BU (+) lemah
Luka baik
Post laparomotomi
hari I a.i Peritonitis e.c
appendicitis
gangrenosa
Bed rest
IVFD RL:D5% gtt
20/menit (mikro)
Cefotaxim 1 gram/12
jam
Gentamicin 80 mg/12
jam
Metronidazol 500/8
jam
Pronalgess supp (k/p)
Perawatan luka
110/70
78 x/menit
22 x/menit
36,8 C
Nyeri tekan diffus (-)
Nyeri ketok diffus (-)
Defans Muskuler (-)
BU (+) lemah
Luka baik
Post laparomotomi
hari II a.i Peritonitis
e.c appendicitis
gangrenosa
Bed rest
IVFD RL:D5% gtt
20/menit (mikro)
Cefotaxim 1 gram/12
jam
Gentamicin 80 mg/12
jam
Metronidazol 500/8
jam
Pronalgess supp (k/p)
Perawatan luka
Assesment
Planning
Laparotomi dengan
Spinal Anasthesi :
Appendektomi +
reseksi Omentum
Th/ post operative
Puasa hingga bu (+)
IVFD RL:D5% gtt
20/menit (mikro)
Cefotaxim 1 gram/12
jam
Gentamicin 80 mg/12
jam
Metronidazol 500/8
jam
Pronalgess supp (k/p)
Perawatan luka
RASCAL321
II.1
DEFINISI
II.2
ETIOLOGI
awal
yang
adekuat).
Secara
umum,
infeksi pada
abdomen
RASCAL321
infeksi intraabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat
penyakit hati kronik. Akibat asites akan terjadi kontaminasi hingga ke rongga
peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau
pembuluh limfe mesenterium, kadang-kadang terjadi pula penyebaran
hematogen jika telah terjadi bakteremia. Sekitar 10-30% pasien dengan sirosis
dan asites akan mengalami komplikasi seperti ini. Semakin rendah kadar
protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. Hal
tersebut terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antarmolekul komponen
asites.
Sembilan puluh persen kasus SBP terjadi akibat infeksi monomikroba.
Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negatif,
yakni 40% Eschericia coli, 7% Klebsiella pneumoniae, spesies Pseudomonas,
Proteus, dan gram negatif lainnya sebesar 20%. Sementara bakteri gram
positif, yakni Streptococcus pneumoniae 15%, jenis Streptococcus lain 15%,
dan golongan Staphylococcus sebesar 3%. Pada kurang dari 5% kasus juga
ditemukan mikroorganisme anaerob dan dari semua kasus, 10% mengandung
infeksi campur beberapa mikroorganisme.
Penyebab lain yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi
apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat
divertikulitis, volvulus, atau kanker, dan strangulasi kolon asendens.
SUMBER
Keganasan
Trauma
Iatrogenik
RASCAL321
Lambung
Duodenum
Traktus bilier
Pankreas
Kolon Ascendens
Sindrom Boerhaave
Perforasi ulkus peptikum
Keganasan (mis. Adenokarsinoma,
limfoma,
tumor
stroma
gastrointestinal)
Trauma
Iatrogenik
Perforasi ulkus peptikum
Trauma (tumpul dan penetrasi)
Iatrogenik
Kolesistitis
Perforasi batu dari kandung empedu
Keganasan
Kista duktus koledokus
Trauma
Iatrogenik
Pankreatitis (mis. Alkohol, obatobatan, batu empedu)
Trauma
Iatrogenik
Iskemia kolon
Hernia inkarserata
Obstruksi loop
Penyakit Crohn
Keganasan
Divertikulum Meckel
Trauma
Iskemia kolon
Divertikulitis
Keganasan
Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn
Apendisitis
Volvulus kolon
Trauma
Iatrogenik
Pelvic inflammatory disease
Keganasan
Trauma
RASCAL321
disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
Pada pasien dengan supresi asam lambung dalam waktu panjang, dapat pula
terjadi infeksi gram negatif. Kontaminasi kolon, terutama dari bagian distal,
dapat melepaskan ratusan bakteri dan jamur. Umumnya peritonitis akan
mengandung polimikroba, mengandung gabungan bakteri aerob dan anaerob
yang didominasi organisme gram negatif.
Sebanyak 15% pasien sirosis dengan asites yang sudah mengalami SBP akan
mengalami peritonitis sekunder. Tanda dan gejala pasien ini tidak cukup
sensitif dan spesifik untuk membedakan dua jenis peritonitis. Anamnesis yang
lengkap, penilaian cairan peritoneal, dan pemeriksaan diagnostik tambahan
diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan tata laksana yang tepat untuk
pasien seperti ini.
Adapun penyebab spesifik dari peritonitis adalah:
1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering
menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu
atau usus buntu. Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi.
Jika pemaparan tidak berlangsung terus menerus, tidak akan terjadi
peritonitis, dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan bila
diobati.
2. Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan
kegiatan seksual
3. Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh
beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonore dan infeksi
chlamidia)
4. Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut
(asites) dan mengalami infeksi
Untuk orang yang aku cintai SHT
RASCAL321
RASCAL321
Selain tiga bentuk di atas, terdapat pula bentuk peritonitis lain, yakni
peritonitis steril atau kimiawi. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahanbahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau
proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (mis. Penyakit Crohn)
tanpa adanya inokulasi bakteri di rongga abdomen. Tanda dan gejala klinis
serta metode diagnostik dan pendekatan ke pasien peritonitis steril tidak
berbeda dengan peritonitis infektif lainnya.
II.3
PATOFISIOLOGI
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi. Bila bahan-bahan infeksi tersebar luas pada
pemukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis
umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam
lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguri.
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen
(meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi
fibrin dengan adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin
merupakan mekanisme terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara
ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks
fibrin.
Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme
tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu
RASCAL321
sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah
kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman
dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk
kompartemen-kompartemen yang kita kenal sebagai abses. Masuknya bakteri
dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering
ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau intervensi
bedah yang merusak keadaan abdomen.
Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen,
peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga
mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil.
Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan bakteri
lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides fragilis
dan bakteri gram negatif, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pada pasien
peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif tinggi, sehingga
dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic health
evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat
ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun
tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS)
dan multiple organ failure (MOF).
II.4
MANIFESTASI KLINIK
RASCAL321
Bisa terbentuk satu atau beberapa abses. Infeksi dapat meninggalkan jaringan
parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang akhirnya bisa
menyumbat usus. Bila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi
bisa berkembang dengan cepat.
Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di usus halus
dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam
rongga peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elektrolit.
Selanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti kegagalan paru-paru, ginjal
atau hati dan bekuan darah yang menyebar.
II.5
DIAGNOSA MEDIK
RASCAL321
samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut,
atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan
baik. Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk
membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease, namun pemeriksaan
ini jarang dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa saja jadi positif palsu pada penderita
dalam keadaan imunosupresi, (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid,
pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran
(misalnya trauma kranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan
analgesik), penderita dengan paraplegia, dan penderita geriatri. Penderita
tersebut sering merasakan nyeri yang hebat di perut meskipun tidak terdapat
infeksi di perutnya.
Foto rontgen diambil dalam posisi berbaring dan berdiri. Gas bebas yang
terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto rontgen dan merupakan petunjuk
adanya
perforasi.
Kadang-kadang
sebuah
jarum
digunakan
untuk
II.6
PENATALAKSANAAN
RASCAL321
terjadi karena sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke
dalam rongga peritoneal dan menurunkan caran ke dalam ruang vaskuler.
Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri. Antiemetik dapat diberikan
sebagai terapi untuk mual dan muntah. Intubasi usus dan pengisapan
membantu dalam menghilangkan distensi abdomen dan meningkatkan fungsi
usus. Cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan tekanan yang
membatasi ekspansi paru dan menyebabkan distress pernapasan. Terapi
oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi
secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi jalan napas dan bantuan
ventilasi diperlukan.
Tindakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki
penyebab. Tindakan pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila
terdapat apendisitis, reseksi dengan atau tanpa anastomosis (usus),
memperbaiki pada ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau
divertikulitis dan drainase pada abses. Pada peradangan pankreas (pankreatitis
akut) atau penyakit radang panggul pada wanita, pembedahan darurat biasanya
tidak dilakukan. Diberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam
antibiotik diberikan bersamaan.
Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG merupakan
pilihan tindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu
invasif, namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif
dibanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu
jelas
sehingga
hasilnya
tidak
optimal.
Sebaliknya,
pembedahan
RASCAL321
II.7
KOMPLIKASI
Dua komplikasi pasca operasi paling umum adalah eviserasi luka dan
pembentukan abses. Komplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi
memang tidak sedikit. Secara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula
enterokutan, kematian di meja operasi, atau peritonitis berulang jika
pembersihan kuman tidak adekuat. Namun secara medis, penderita yang
mengalami pembedahan laparotomi eksplorasi membutuhkan narkose dan
perawatan intensif yang lebih lama. Perawatan inilah yang sering
menimbulkan komplikasi, bisa berupa pneumonia akibat pemasangan
ventilator, sepsis, hingga kegagalan reanimasi dari status narkose penderita
pascaoperasi.
II.8
PROGNOSIS
Baik pada bentuk peritonitis local dan ringan dan mematikan pada peritonitis
umum akibat organisme virulen.
DAFTAR PUSTAKA
RASCAL321
Bhimji,Shabir,MD.2010.Peritonitis.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/arti
cle/001335.htm. Diakses tanggal 22 Februari 2012.
Dugdale, David C. 2010. Peritonitis Spontaneus.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000648.htm. Diakses
tanggal 22 Februari 2012
Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto P, Maulany
R.F, Tambajong J. Jakarta : EGC, 1995. pp. 276-8
CASE REPORT
PERITONITIS ET CAUSA APPENDISITIS GANGRENOSA
RASCAL321
Oleh :
Rosalin Yuniarti Maruf
0718011081
Perseptor :
Dr. Yuzar H. Sp. B
SMF BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDOEL MOELOEK
2012