Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TUMBUHAN

Minimal Area

Disusun oleh

Vivi Mirtha Dian


NIM : F1071141031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada prinsipnya organisme di alam ini tidak bisa hidup secara terpisah sendiri, namun
terbentuk dari berbagai interaksi antara populasi yang ada. Misalnya dalam mencari luas
minimum dan jumlah minimum suatu area. Tentunya didalamnya terdapat suatu komunitas
populasi-populasi tersebut akan berhimpun kedalam kelompok membentuk komunitas.
Pada luas minimum menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan jenis tumbuhan.
Dalam suatu luas terkecil yang dapat mewakili vegetasi. Luas terkecil ini dapat mewakili
karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Bentuk vegetasi dalam
petak tersebut dapat memperlihatkan hubungan saling ketergantungan antara satu dengan
yang lainnya. Vegetasi terbentuk dari interaksi antar jenis tumbuhan (Rohman, 2001).
Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang
dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang
dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan.
Penting diketahui bahwa keanekaragaman jenis itu mempunyai sejumlah komponen yang
dapat memberi reaksi secara berbeda-beda terhadap faktor-faktor geografi, perkembangan
atau fisik komposisi suatu komunitas ditentukan oleh seleksi tumbuhan yang kebetulan
mencapai dan mampu hidup di tempat tersebut dan kegiatan anggota-anggota komunitas ini
bergantung pada penyesuian diri terhadap faktor-faktor fisik dan biologi yang ada di tempattempat tersebut.
Untuk mengetahui apakah penyebaran individu didalam suatu populasi dalam suatu
vegetasi dapat dilakukan pengamatan, dari hasil pengamatan teersebut akan didapatkan
bentuk penyebaran, diantaranya secara acak, merata, atau berkelompok.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara mengetahui ukuran plot yang representatif dari suatu areal?
Bagaimana cara mengetahui jenis tumbuhan yang dominan dalam sebuah
vegetasi, dengan metode luas minimum?
C. Tujuan
Untuk mengetahui ukuran plot yang representatif dari suatu areal
BAB II

KAJIAN TEORI
Tumbuhan berbagai jenis hidup secara alami di suatu tempat membentuk suatu
kumpulan yang di dalamnya menemukan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat kerukunan untuk hidup bersama, toleransi
kebersamaan dan hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini
terbentuk sutu derajat keterpaduan (Hariyanto, 2008)
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang mempunyai
kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan ini disebut biotop. Biotop ini juga dapat
dicirikan oleh unsur organismenya, misalnya padang alng-alang, hutan tusam, hutan cemara,
rawa kumpai, dan sebagainya (Sumardi, 2004).
Penyebaran atau distribusi individu dalam duat populasi bermacam-macam, pada
umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu :
1.

Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya terjadi
apabila faktor lingkungan sangat seragam untuk seluruh daerah dimana populasi
berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut.
Dalam tumbuhan ada bentuk-brntuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya

2.

pengelompokan trmbuhan.
Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya terdapat pada tumbuhan.
Penyebaran semacam ini terjadi apabila da persaingan yang kuat antara individuindividu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk

3.

mendapatkan nutrisi dan ruang.


Penyebaran secara berkelompok, penyebaran ini yang paling umum terdapat di alam,
terutama untuk hewan. Pengelompokan ini terutama disebabkan oleh berbagai hal di
antaranya:
a. Respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal.
b.
Respon dari organismeterhadap perubahan cuaca musiman akibat dari cara
c.

atau proses reproduksi atau regenerasi.


Sifat-sifat organisme dengan organ vegetatifnya yng menunjang untuk
terbentuknya kelompok atau koloni (Marsono, 1977).

Salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui unit penyusun suatu vegetasi yaitu
dengan cara menentukan jumlah minimum dari vegetasi tersebut. Hal ini disebabkan untuk
mengetahui unit penyusun dari suatu vegetasi sangatlah sulit karena adanya pertimbangan
kompleksitas, luas area dan biaya yang sangat mahal. Oleh karena itu cara pengambilan

sampling atau melakukan pencuplikan banyak dilakukan oleh para peneliti. Untuk
mendapatkan gambaran mengenai struktur dan fungsi alam, para ahli ekologi melakukan
penelitian dengan menggunakan dua pendekatan eksperimen. Dalam melakukan penelitian
dengan pendekatan eksperimen dan observasi lapangan, mereka melakukan pengukuran
terhadap komunitas yang keadaannya lebih banyak ditentukan oleh alam daripada oleh
peneliti. Peneliti mengamati sejumlah variable dalam komunitas, tetapi tidak melakukan
manipulasi variable (Soerianegara, 1988).
Dalam dunia modern ini ilmu dan teknologi merupakan tulang punggung
perkembangan ekonomi. Ilmu dan teknologi pada hakekatnya adalah informasi. Hokum
ekologi menyatakan, barangsiapa menguasai jenis, jumlah dan waktu arus informasi, dia
menguasai arus materi dan energy. Dengan menerapkan hokum ini pada ekologi manusia,
jelaslah dengan kesenjangan ilmu dan Negara sedang berkembang kesenjangan ekonomi akan
makin besar pula. Sumber daya hayati dengan segala keanekaragamannya mempunyai
peranan yang besar dalam menjamin kelestararian peradaban sesuatu bangsa. Emampuan
mengelola pengeksplotasiannya secara terlanjutkan, kemahiran dalam mendapatkan
alternative bagi sesuatu komoditas yang mulai melangka, pengembangan potensinya yang
belum terungkap, pengetahuan pengembangannya melalui perakitan dan teknologi
pemamfaatan lainnya haruslah dimiliki dan dikuasai. Kalau tidak menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi dimaksud, suatu ketika dihawatirkan dapat dikuasai bangsa lain
dengan berbagai cara untuk mendapatkannya tanpa disadari (Syafei, 1990).
Untuk mengerti ruang lingkup ekologi adalah dengan memahami pengertian tingkattingkat hirarki organisme dalam kehidupan organisme. Hirarki berarti suatu penataan menurut
skala dari yang terbesar ke yang terkecil atau sebaliknya. Interaksi dan lingkungan fisik
(energi dan materi) pada setiap tingkat menghasilkan system sistem dengan peran dan fungsi
yang khas. Suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang secara teratur berinteraksi dan
berketergantungan

yang

keseluruhannya

membentuk

kesatuan.

Ekologi

terutama

memperhatikan tingkat-tingkat sistem diatas tingkat organism (Michael, 1994).


Salah satu bagian ekologi adalah ekologi tumbuhan yang mempelajari berbagai
komunitas tumbuhan. Setiap mempelajari komunitas tumbuhan kita tidak mungkin
melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati suatu komunitas, terutama apabila
area tersebut sangat luas. Kadang kala kita tidak menggunakan luas minimum atau jumlah
minimum yang menggunakan plot dalam meneliti vegetasi, tetapi menggunakan suatu plot
dengan penggunakan metode kuadran.
Di alam jarang sekali kita temukan kehidupan yang secara individu terpisah
(terisolasi), pada umumnya suatu kehidupan membentuk kelompok atau koloni. Kumpulan

berbagai jenis organisme hidup disebut komunitas biotik yang terdiri atas komunitas
tumbuhan (vegetasi), komunitas hewan dan komunitas jasad renik. Ketiga macam komunitas
itu berhubungan erat dan saling bergantung. Ilmu untuk menjelaskan komunitas masyarakat
ini disebut sinekologi. Di dalam komunitas percampuran jenis-jenis tidak demikian saja
terjadi, melainkan setiap spesies menempati ruang tertentu sebagai kelompok yang saling
mengatur di antara mereka. Kelompok ini disebut populasi sehingga populasi merupakan
kumpulan individu-individu dari satu macam spesies.
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif. Dengan
demikian dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat dilakukan dengan cara
kualitatif dengan parameter kuantitatif. Namun, persoalan yang sangat penting dalam analisis
komunitas adalah bagaimana cara mendapatkan data terutama data kuantitatif dari semua
spesies tumbuhan yang menyusun komunitas. Parameter kuantitatif dan kualitatif apa saja
yang dibutuhkan, penyajian data dan interpretasi data, agar dapat mengemukakan komposisi
floristic serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh (Kusmana, 1997).
Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya atau spesies
ricaness jumlah yang mereka miliki. Mereka juga berada dalam dalam kelimpahan relatif
(relatif abdance), spesies, beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan
beberapa spesies yang jarang semenetara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang di
dalam komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada ciri umumnya, konsep ini
memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan spesies yang sama tetapi jumlahnya lebih
terbagi secara beranekaragam. Mepertimbangkan kedua komponen keanekaragaman yaitu
kekayaan spesies dan kelimpahan relatif (Campbell, 2002).
Vegetasi (komunitas tumbuhan) diberi nama atau digolongkan berdasarkan spesies dan
bentuk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan fungsional. Oleh karena itu, maka
kita dapat menyatakan suatu komunitas seperti vegetasi padang rumput, vegetasi pantai pasir,
vegetasi kebun teh, dan vegetasi hutan bakau. Unit penyusun vegetasi adalah populasi,
sedangkan unit penyusun populasi adalah spesies atau semua individu yang sejenis yang
berada di tempat pengamatan yang dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai
vegetasi tumbuhan dilakukan dengan cara mengamati individu dalam menyusun populasi,
sehingga dapat menggambarkan vegetasi berdasarkan karakteristik suatu populasi tersebut
(Marsono, 1977).
Setiap mempelajari komunitas tumbuhan kita tidak mungkin melakukan penelitian
pada seluruh area yang ditempati suatu komunitas, terutama apabila area tersebut sangat luas.
Kadangkala kita tidak menggunakan luas minimum atau jumlah minimum yang

menggunakan plot dalam meneliti vegetasi, tetapi menggunakan suatu metode titik atau point
frekuensi frame (Syafei, 1990).
Berdasarkan kepentingan deskripsi suatu komunitas tumbuhan diperlukan minimal tiga
macam parameter kuantitatif antara lain : densitas, frekuensi dan dominansi. Meskipun
demikian, masih banyak parameter kuantitatif yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan
komunitas tumbuhan, baik dari segi struktur komunitas maupun tingkat kesamaannya dengan
komunitas lainnya.
Para ahli tidak hanya menggunakan luas minimum dalam meneliti vegetasi, tetapi juga
menggunakan luas tertentu yang sudah ditentukan, misalnya 10x20 meter pesegi untuk
komunitas hutan, dan kemudian melakukan pengulangan dengan ukuran tersebut sampai
didapat jumlah minimum yang mewakili vegetasi. Andaikan kita mengamati vegetasi padang
rumput, dengan ukuran 1x1 meter persegi, maka kita harus mencari beberapa kuadrat yang
diperlukan agar sebagaian besar spesies yang di dalam komunitas termasuk ke dalam
pencuplikan. Dasar Pemikiran yang digunakan untuk menjawab hal ini semua, sama dengan
penetuan luas minimum yaitu berdasarkan jumlah percontoh yang diperkirakan dapat
mewakili seluruh karasterisik vegetasi. Akan tetapi perlu diingat bahwa kadangkala kita tidak
menggunakan luas minimum, jumlah kuadrat minimum maupun point frame dalam meneliti
vegetasi, tetapi menggunakan suatu metode analisa vegetasi dengan menggunakan metode
kuadrat. Gambaran suatu vegetasi dapat dilihat dari keadaan unit penyusun vegetasi yang
dicuplik. Hal tersebut dapat dinyatakan dengan variable berupa nilai dari kerapatan atau
densitas, penutupan atau cover, dan frekuensi (Sumardi, 2004).
Untuk mengamati unit penyusun vegetasi yang luas secara tepat sangat sulit dilakukan
karena pertimbangan kompleksitas, luas area waktu dan biaya. Oleh karena itu dalam
pelaksanaannya peneliti bekerja dengan melakukan pencuplikan (sampling). Unit cuplikan
atau unit sampling dalam analisis vegetasi dapat berupa bidang (plot, kuadrat, garis atau
titik). Dalam perkembangannya unit cuplikan yang dipergunakan untuk suatu analisis
vegetasi menggambarkan metode yang di gunakan. Dengan demikian dalam pencuplikan
mengenai suatu vegetasi digunakan berbagai alternative metode diantaranya: metode kuadrat,
metode garis dan metode titik (Marsono, 1977).
Untuk plot berbentuk persegi, dimulai dengan membuat sebuah plot (bidang datar)
persegi pada suatu tegakan dengan kuadrat (luas) terkecil, misalnya untuk lapangan rumput
adalah 25 x 25 cm2, selanjutnya dicatat spesies tumbuhan yang ada dalam kuadrat terkecil.
Kemudian kuadrat diperluas dua kali luas semula dan kemudian penambahan spesies baru
yang terdapat dalam kuadrat luasan dicatat. Perluasan kuadrat dilanjutkan dengan ukuran dua
kali luas sebelumnya sampai tidak ada lagi penambahan spesies baru. Bila tidak ada

penambahan spesies baru atau penambahan kurang dari 10% maka ukuran kuadrat minimal
dapat ditentukan (Rohman, 2001).
Titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa
menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka
dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area. Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat
ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2)
jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang
mewakili jika menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis
yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis
yang ditemukan kembali didaftarkan (Kusmana, 1997).

BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Minimal Area

(Minimal

sampling Area)/

kurva

spesies

dilaksanakan di laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Tanjungpura. Pada tanggal 11 Oktober 2016 pukul 15.30


17.30.
B. Alat dan Bahan
Meteran
Pancang
Tali rafia
Parang
Buku identifikasi
Alat-alat tulis
C. Cara Kerja
1.
Dibuat plot/petak dengan ukuran 25 x 25 cm
2.
Dicatat dan diamati jenis-jenis tumbuhan yang terdapat dalam plot tersebut
3.
Kemudian plot diperbesar dengan ukuran 25 x 50 cm
4.
Dicatat penambahan jenis pada plot tersebut
5.
Kemudian plot diperbesar dua kali lipat menjadi 50 x 50 cm, dan dicatat
6.

penambahan jenis tumbuhannya.


Hal yang sama dilakukan untuk perbesaran plot selanjutnya yaitu 50 x 100
cm, 100 x 100 cm dan seterusnya sampai tidak terjadi lagi penambahan jenis

7.

tumbuhan baru.
Apabila pertambahan jenis relatif kecil (persentase penambahan jenis kira-kira

8.
9.

10%) maka ukuran plot tidak diperluas lagi


Plot yang terakhir inilah yang disebut minimal area
Buatlah grafik kurva dari hasil percobaan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No
.
1

Jenis
Spesies A

1
2

Petak Contoh
2
3
4
6
13 23

5
41

Keterangan
Habitus: padang
rumput , terna
Bentuk daun : pita
Pertulangan daun:

(Paspalum commersonii

tulang sejajar

Lamk.)

Habitus: padang
Spesies B
2

rumput, semak
2

14

Bentuk daun : bulat


telur
Pertulangan daun:
menyirip

Habitus: padang
Spesies C
3

rumput , terna
0

Bentuk daun : pita


Pertulangan daun:
tulang sejajar
Habitus: padang

Spesies D

rumput, semak
4

Bentuk daun : bulat


telur
Pertulangan daun:
menyirip

Grafik Kurva Minimal Area

Grafik Kurva Minimal Area


80
60
Jumlah spesies 40
20
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Plot

A. Pembahasan

Praktikum kali ini yaitu tentang Minimal Area yang bertujuan untuk mengetahui
ukuran plot yang refresentatif dari suatu areal. Minimal area adalah suatu metode dasar dalam
penyelidikan ekologi tumbuhan dengan memakai plot .Luas minimum digunakan untuk
memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu
tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut.
Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak
contoh yang digunakan.
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui unit penyusun suatu vegetasi yaitu
dengan cara menentukan jumlah minimum dari vegetasi tersebut. Hal ini disebabkan untuk
mengetahui unit penyusun dari suatu vegetasi sangatlah sulit karena adanya pertimbangan
kompleksitas, luas area dan biaya yang sangat mahal. Oleh karena itu cara pengambilan
sampling atau melakukan pencuplikan banyak dilakukan oleh para peneliti. Untuk
mendapatkan gambaran mengenai struktur dan fungsi alam, para ahli ekologi melakukan
penelitian dengan menggunakan dua pendekatan eksperimen. Dalam melakukan penelitian
dengan pendekatan eksperimen dan observasi lapangan, mereka melakukan pengukuran
terhadap komunitas yang keadaannya lebih banyak ditentukan oleh alam daripada oleh
peneliti. Peneliti mengamati sejumlah variable dalam komunitas, tetapi tidak melakukan
manipulasi variable.
Percobaan dilakukan dengan membuat plot berbentuk persegi, dimulai dengan
membuat sebuah plot (bidang datar) persegi pada suatu tegakan dengan luas terkecil pada
lapangan rumput yaitu 25 x 25 cm2, selanjutnya dicatat spesies tumbuhan yang ada dalam
plot tersebut. Dari hasil pengamatan pada plot pertama yaitu (25x25 cm) ditemukan
tumbuhan spesies A dengan jumlahnya sebanyak 2 tumbuhan dan spesies B sebanyak 2
tumbuhan.
Kemudian plot diperbesar dengan ukuran 25 x 50 cm, setelah itu dicatat penambahan
jenis tumbuhan. Dari hasil pengamatan pada plot kedua ditemukan lagi tumbuhan spesies A
dengan penambahan jumlah menjadi 6 tumbuhan, namun tumbuhan spesies B tidak
ditemukan pada plot kedua sehingga tidak terjadi penambahan jumlah spesies B. Pada plot
kedua terdapat penambahan spesies baru yaitu spesies C dengan jumlah tumbuhan sebanyak
2.
Selanjutnya, untuk plot ketiga diperluas dua kali luas semula menjadi 50 x 50 cm dan
kemudian penambahan spesies baru yang terdapat dalam kuadrat luasan dicatat. Dari hasil
pengamatan pada plot ketiga jumlah Spesies A bertambah menjadi 13 tumbuhan, namun
untuk spesies B dan C tidak ditemukan, sehingga tidak terjadi penambahan.

Perluasan plot keempat dilanjutkan dengan ukuran 50 x 100 cm. Dari hasil
pengamatan pada plot keempat terdapat penambahan pada Spesies A menjadi 23 tumbuhan,
penambahan pada spesies B menjadi 5 tumbuhan, spesies C tidak ditemukan dalam plot
keempat. Pada plot keempat sudah tidak terjadi lagi penambahan spesies baru.
Perbesaran plot kelima dengan ukuran 100 x 100 cm. Dari hasil pengamatan spesies A
terjadi penambahan anggota menjadi 41 tumbuhan, Spesies B menjadi 14 , spesies C tidak
terjadi penambahan tumbuhan. Pada plot kelima terdapat penambahan spesies baru yaitu
spesies D dengan jumlah tumbuhan sebanyak 3. Penambahan kurang dari 10% maka ukuran
kuadrat minimal dapat ditentukan atau dianggap repserentatif.

Grafik Kurva Minimal Area


80
60
Jumlah spesies 40
20
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Plot

Plot 1-5 terjadi penambahan dan pengurangan jumlah spesies tanaman dan spesies
yang terbanyak terdapat pada plot kelima tetapi tidak terdapat menambahan spesies baru.
Karena plot kelima tidak mengalami penambahan spesies maka kelompok kami berhenti di
plot keempat. Plot keempat ini disebut dengan minimal area. Kondisi lingkungan tempat
pembuatan plot atau petak minimal area berupa padang rumput yang terdapat beberapa
spesies yang berbeda tetapi secara morfologi terdapat beberapa jenis tanaman yang
memiliki bentuk daun yang sama serta dari pertulangan dan habitus tanaman tersebut
diketahui beberapa tanaman yang muncul pada daerah pembuatan termasuk tanaman
herb( terna) yang tidak menyerupai rumput walaupun pengamatan dilakukan dipadang
rumput serta semak banyaknya tanaman yang memiliki daun menyirip, sejajar, dan
beberapa bulat telur, pita dan jantung begitu pula dengan pertulangannya yang menjari, dan
sejajar. Kondisi lingkungan pembuatan plot, banyak atau sedikitnya jumlah spesies dalam
vegetasi ditentukan oleh beerapa faktor, yaitu: Iklim merupakan factor terpenting yang
menyebabkan keragaman tumbuhan dalam suatu daerah karena masing masing tumbuhan
mempunyai iklim dan habitat tertentu. Keragaman habitat, dengan beragamnya habitat

otomatis akan menyebabkan keragaman spesies tumbuhan yang membuat persaingan dan
kompetisi meningkat.Ukuran, daerah yang luas akan dapat menampung jumlah individu /
spesies yang banyak pula.
Dapat dilihat bahwa dari setiap penambahan luas plot maka akan terjadi penambahan
jumlah jenis tumbuhan yang baru dan sampai pada ukuran plot 100 x 100 cm tidak terjadi
lagi penambahan jumlah jenis tumbuhan baru sehingga plot minimal sudah dapat mewakili
vegetasi yang ada didaerah tersebut dan plot tidak diperbesar lagi ukurannya.
Kelebihan penggunaan petak minimal area memudahkan untuk melihat atau
mengamati jenis spesies dari tumbuh tumbuhan, karena area yang kecil sehingga jumlah jenis
tumbuhan dapat mudah di ketahui. Sedangkan untuk kekurangan dari penggunaan petak
minimal area ini hanya terdapat beberapa jenis tanaman saja yang terdapat di plot area karena
ukuran yang tidak besar,sehingga tanaman yang terdapat pada petak area tidak terlalu banyak.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis
yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu
yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik
berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas
petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan
teknik Kurva Spesies Area (KSA).
Makin tinggi keanekaragaman yang terdapat pada areal tersebut, maka semakin luas
pula petak contoh yang digunakan.ada masing-masing spesies yang menempati tiap kotak
tersebut mempunyai peran masing-masing pada habitat tersebut. Jadi, semakin besar
keanekaragaman yang terdapat pada suatu habitat maka akan semakin luas kotak/petak
contoh yang digunakan (Santoso, 1994).
Analisis minimal area ini tergantung pada tiga factor yaitu populasi dalam minimal area
yang dibuat contoh yang diambil harus dapat dihitung dengan tepat, luas satuan tiap petak
jelas dan pasti dan petak contoh yang diambil harus dapat mewakili seluruh area daerah
penelitian.
Ukuran petak contoh atau plot harus ditentukan dengan jelas sebelum dilakukannya
analisis. Berbeda ukuran tumbuhan yang dianalisis berbeda pula ukuran petak contoh yang
diambil. Ukuran petak contoh tidak boleh kecil dari minimal area yang cocok bagi vegetasi
yang dianalisis. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang
dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi
hasil luas minimum. Petak contoh dapat dibuat bermacam-macam bentuknya. Petak contoh

dapat berupa lingkaran, bujur sangkar, atau persegi. Pemilihan bentuk petak contoh lebih
banyak didasarkan pada kemudahan dalam menganalisis.
Analisis minimal area ini tergantung pada tiga faktor yaitu populasi dalam minimal
area yang dibuat contoh yang diambil harus dapat dihitung dengan tepat, luas satuan tiap
petak jelas dan petak contoh yang diambil harus dapat mewakili seluruh area daerah
penelitian.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa minimal area digunakan untuk
memperoleh luasan petak contoh atau plot yang dianggap representatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Percobaan dilakukan dengan
membuat plot berbentuk persegi, dimulai dengan membuat plot berukuran 25 x 25 cm,
kemudian 25 x 50 cm, 50 x 50 cm, 50 x 100 cm, 100 x 100 cm. Dari hasil pengamatan
ditemukan empat jenis spesies tumbuhan yang berbeda, pada plot terakhir yaitu 100 x 100
terdapat satu penambahan tumbuhan jenis baru. Penambahan kurang dari 10% maka ukuran
kuadrat minimal dapat ditentukan atau dianggap representatif.
B. Saran
Saat melakukan praktikum sebaiknya praktikan lebih teliti sehingga dalam melakukan
pengamatan sedikit kemungkinan untuk terjadinya kekeliruan.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. 2002. Biologi Jilid 3 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.


Hariyanto, Sucipto, dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Penerbit Universias
Airlangga (Airlangga Press).
Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor.
Marsono, D. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika.
Michael, M. 1994. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Odum, E. P., 1971. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Malang: JICA.
Soerianegara, I dan Andry Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Sumardi dan S.M, Widyastuti.2004.Dasar-dasar Perlindungan Hutan.Yogyakarta: UGM
Press.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai