Anda di halaman 1dari 21

PROSES DAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN

"Berpikir Kritis Dalam Keperawatan

OLEH :
KELOMPOK 2
D-IV KEPERAWATAN

1. Ni Made Desi Sugiani

(P07120214017)

2. Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni

(P07120214019)

3. Ni Nyoman Tria Sunita

(P07120214020)

4. Ayu Indah Agustini

(P07120214027)

5. Ayu Putu Eka Tusniati

(P07120214032)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kita haturkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi
Wasa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai Berpikir Kritis Dalam Keperawatan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan,
dukungan dan doanya. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami
mengharapan kritik dan saran dari Bapak/Ibu Dosen dan teman-teman untuk
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah yang penulis tulis ini dapat memberikan tambahan
wawasan bagi teman-teman mahasiswa keperawatan dan semoga bisa menjadi
bahan referensi untuk pembelajaran bersama.

Denpasar, 28 April 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Berpikir Kritis ........................................................................... 3
2.2 Karakteristik Berpikir Kritis ....................................................................... 4
2.3 Model Berpikir Kritis ................................................................................. 5
2.4 Metode Berpikir Kritis ............................................................................. 10
2.5 Elemen Berpikir Kritis .............................................................................. 11
2.6 Aspek-Aspek Berpikir Kritis..................................................................... 11
2.7 Fungsi Berpikir Kritis dalam Keperawatan .............................................. 12
2.8 Pemecahan Masalah Dalam Berfikir Kritis .............................................. 13
2.9 Penerapan Berfikir Kritis Dalam Keperawatan ........................................ 13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 17
3.2 Saran .......................................................................................................... 17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Berpikir kritis adalah cara manusia berpikir secara logis tentang suatu hal.

Dengan berpikir secara kritis, manusia bisa menganalisis fakta, membuat gagasan
atau pendapat, mempertahankan pendapat, menarik kesimpulan, mengevaluasi
argument dan memecahkan masalah. Dalam keperawatan, berpikir kritis sangatlah
diperlukan karena bagaimanapun juga semua tindakan keperawatan yang
dilakukan membutuhkan tingkat pemikiran yang tinggi. Tidak ada tindakan yang
dilakukan tanpa berpikir secara kritis. Berpikir bukan suatu proses yang statis dan
menoton, tetapi selalu berubah secara konstan dan dinamis dalam setiap hari atau
setiap waktu. Dalam praktik keperawatan, seorang perawat haruslah mempunyai
keterampilan dan pengetahuan untuk menganalisis keluhan pasien, mencari
informasi,memprediksi,dan dapat menggunakan alasan-alasan yang rasional
karena mengingat profesi yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita
dalam pengalaman-pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita
miliki sehingga kita bisa jadi lebih mampu untuk membuat pendapat,ideide,ataupun kesimpulan-kesimpulan yang baik. Semua proses tersebut tidak
terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar. Dokumentasi keperawatan
merupakan unsur penting dalam sistem pelaksanaan kesehatan karena adanya
dokumentasi yang baik informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat
diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu dokumentasi merupakan
dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Untuk itu, sangatlah perlu
penerapan berfikir kritis dalam pendokumentasian asuhan keperawatan agar hasil
dokumentasi keperawatan tersebut dapat dipertanggung jawabkan oleh perawat
maupun tim medis lainnya.
1.2

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun beberapa masalah yang dapat

dirumuskan, sebagai berikut :


1. Apakah pengertian dari berpikir kritis?

2. Bagaimanakah karakteristik berpikir kritis?


3. Bagaimanakah model berpikir kritis?
4. Bagaimanakan metode dalam berpikir kritis?
5. Apakah elemen-elemen dalam berpikir kritis?
6. Apakah aspek-aspek dalam berpikir kritis?
7. Bagaimanakah fungsi berpikir kritis dalam keperawatan?
8. Bagaimanakah langkah-langkah pemecahan masalah dalam berpikir
kritis?
9. Bagaimanakah penerapan berpikir kritis dalam keperawatan?
1.3

TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan

dari penulisan makalah ini sebagai berikut.


1. Untuk mengetahui pengertian berpikir kritis.
2. Untuk mengetahui karakteristik dalam berpikir kritis.
3. Untuk mengetahui model-model dalam berpikir kritis.
4. Untuk mengetahui metode dalam berpikir kritis.
5. Untuk mengetahui elemen-elemen dalam berpikir kritis.
6. Untuk mengetahui aspek-aspek dalam berpikir kritis.
7. Untuk mengetahui fungsi berpikir kritis dalam keperawatan.
8. Untuk mengetahui langkah-langkah pemecahan masalah dalam berpikir
kritis.
9. Untuk mengetahui penerapan berpikir kritis dalam keperawatan.
1.4

MANFAAT PENULISAN
Menambah wawasan penulis mengenai berpikir kritis dan penerapannya

dalam asuhan keperawatan.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

PENGERTIAN BEPIKIR KRITIS


Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan

mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari
bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat
keputusan. Kritein yang berarti to choose, to decide. Krites berarti judge.
Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode. Critical
thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang terstandar
dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).
Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi
situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau
keputusan secara terintegrasi. Menurut Bandman (1998) berfikir kritis
adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsipprinsip, argument, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan
aktivitas. Pengujian ini berdasarkan alasan ilmiah, pengambilan keputusan, dan
kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses
kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap
semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan.
Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa alasan :
1.

Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

2.

Penerapan profesionalisme

3.

Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberi asuhan


keperawatan.

4.

Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam


menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas

Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari
konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri
berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir
kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan
standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan
kreatifitas dalam berpikir kritis.

Freely

mengidentifikasi

mengembangkan

kemampuan

bahwa
analisa,

berpikir
kritis,

kritis

dan ide

diperlukan

guna

advokasi. Freely

mengidentifikasi bahwa berpikir kritis menggunakan kemampuan deduktif dan


induktif, kemampuan mengambil keputusan yang tepat didasarkan pada fakta dan
keputusan yang dihasilkan melalui berpikir kritis
Jadi,
berpikir

kritis

kesimpulan
dalam

dari

beberapa

keperawatan

definisi

merupakan

tersebut

komponen

yaitu

dasar

dalam

mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis


keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri,
kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual,
intuisi, pola piker terbuka, pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan
mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa, menerapkan standar,
prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu
pengetahuan.
2.2

Karakteristik Berpikir Kritis


Karakteristik berpikir kritis adalah :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang
realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan
sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran
abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol
dan disimpan dalam otak.
2. Rasional dan beralasan
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap

Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis
akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau
lebih buruk dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua
isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi
tindakan yang akan diambil.
2.3

Model Berpikir Kritis


Terdapat

lima

model

berpikir

kritis

yang

disingkat

dengan T.H.I.N.K. yaitu: Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and
Creativity, Knowing How You Think.
1. Total Recall (T)
Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan
bagaimana untuk mendapatkan fakta/data ketika diperlukan. Data
keperawatan

bisa

dikumpulkan

dari

banyak

sumber,

yaitu

pembelajaran di dalam kelas, informasi dari buku, segala sesuatu


yang perawat peroleh dari klien atau orang lain, data klien
dikumpulkan dari perasaan klien, instrument (darah, urine, feses,
dll), dsb.
Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses
pengetahuan, dengan adanya pengetahuan akan menjadikan sesuatu
dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran. Masing-masing individu
mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikiran mereka.
Ada sekelompok yang mempunyai pengetahuan sangat luas dan ada
yang sebaliknya. Keperawatan diawali dengan pengetahuan yang

minimal tetapi kemudian secara pesat meluas seiring dengan adanya


sekolah-sekolah keperawatan. Contoh pertanyaan Total Recall:
1.

Berapa nomor telepon STIKIM?

2.

Dimana alamat STIKIM?

3.

Berapa Hemoglobin Tn A 2 jam post operasi?

4.

Berapa Trombosit Tn. B dengan DHF?

Yang perlu dipelajari :


1.

Bagaimana menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat dan


cepat?

2.

Bagaimana data tersebut dapat kita ungkapkan setiap saat?

3.

Berapa banyak data yang bisa kita simpan?

4.

Bagaimana rumus/kunci menghafal untuk meningkatkan


memori?

2. Habit/Kebiasaan (H)
Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan
yang diulang berkali-kali sehingga menjadi kebiasaan yang alami.
Mereka menerima apa yang mereka kerjakan menghemat waktu dan
mudah untuk dilakukan. Manusia selalu menggambarkan sesuatu
yang mereka kerjakan sebagai kebiasaan seperti saya mengerjakan
sesuatu di luar pikiran. Hal ini bukan kebiasaan dalam keperawatan
karena tindakan yang dilakukan tidak menggunakan proses berpikir.
Hal ini terjadi jika proses berpikir sudah berakar dalam diri mereka
dalam melihat sesuatu atau kemungkinan yang terjadi, di bawah
sadar.
Habits mengikuti sesuatu yang dikerjakan diluar metode baru
setiap waktu. Contoh : pernahkah kita mengendarai kendaraan dan
apakah pernah kita ingat pepohonan yang pernah kita lewati? Yang
kita pikirkan dan harapkan adalah supaya kita terhindar dari
kecelakaan. Yang perlu dipelajari :
1. Bagaimana sesuatu menjadi sesuatu kebiasaan?
2. Mengapa suatu aktivitas berguna?
3. Cara apa yang terbaik untuk mengembangkan kebiasaan?

3. Inquiry/Penyelidikan/menanyakan keterangan (I)


Inquiry merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara
mendalam dan mengajukan pertanyaan yang mendekati kenyataan.
Jika kita berada di tingkat pertanyaan ini dalam situasi social, kita
akan disebut Mendesak. Hal ini meliputi penggalian data dan
pertanyaan, khususnya pendapat dalam situasi tertentu. Ini berarti
tidak menilai dari raut wajah, mencari factor-faktor yang
menyebabkan, keragu-raguan pada kesan pertama, dan mengecek
segalanya,

tidak

ada

masalah

bagaimana

memperlihatkan

ketidaksesuaian.
Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang
digunakan untuk menyimpulkan sesuatu. Kesimpulan tidak dapat
diambil jika tanpa inquiry, tetapi kesimpulan akan lebih akurat jika
menggunakan inquiry. Inquiry bisa diwujudkan melalui :
1. Melihat sesuatu (menerima informasi)
2. Mendapatkan kesimpulan awal
3. Mengakui keterbatasan pengetahuan yang dimiliki
4. Mengumpulkan data atau informasi mendekati masalah
utama
5. Membandingkan informasi baru dengan yang sudah diketahui
6. Menggunakan pertanyaan netral
7. Menemukan satu atau lebih kesimpulan
8. Memvalidasi kesimpulan utama dan alternative untuk
mendapatkan informasi lebih banyak lagi.
Contoh :
Pukul 3 pagi, perawat melihat lampu kamar Tn. X masih
menyala. Kemudian perawat mendekati pasien dan menanyakan
Selamat pagi Tn.X, saya melihat lampu kamar anda masih menyala,
apa yang anda lakukan? ada yang bisa saya bantu? Tn. X tersenyum
dan menjawab saya baik-baik saja. Perawat mengobservasi dan
menemukan tissue di lantai dan melihat bahwa mata Tn.X merah dan

bengkak. Dari kasus tersebut bisa kita dapatkan kesimpulan


sementara (sedikitnya 4 kesimpulan), yaitu :
1. Klien baik-baik saja, memang normal klien bangun pada jam
tersebut dan mata klien merah mungkin karena klien
menggosok matanya akibat alergi
2. Klien baik-baik saja tetapi tidak bisa tidur siang sebentar
karena rasa bosan. Sehingga mata terlihat merah dan bengkak.
3. Klien tidak dalam keadaan baik tetapi tidak ingin berbicara
kepada siapapun tentang masalahnya.
4. Klien dalam keadaan tidak baik tetapi tidak tahu bagaimana
untuk minta bantuan kepada orang lain
Disini peran perawat adalah memvalidasi : Anda bicara kalau
anda baik-baik saja, tetapi saya melihat mata anda merah dan
bengkak Kemudian bandingkan dengan informasi yang diperoleh
teman kita. Yang perlu dipelajari :
1. Apakah kita mendapat jawaban yang sebenarnya dari
pertanyaan kita?
2. Kapan kita membandingkan jawaban yang kita peroleh dengan
jawaban teman kita apakah ada perbedaan?
4. New Ideas and Creativity (N)
Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan
bervariasi yang khusus bagi individu. Kekhususan dalam berpikir ini
akan selalu dibawa individu selama hidupnya dan biasanya
membentuk kembali norma. Seperti Inquiry, model ini membawa
kita sesuai ide dari literature. Berpikir kreatif merupakan kebalikan
dan akhir dari Habits Model (kebiasaan). Dari kalimat melakukan
sesuatu seperti biasanya menjadi Mari mencoba cara baru.
Berpikir kreatif tidak untuk menjadi pengecut, tetapi salah satu
kadang-kadang akan terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan
ketentuan yang ada. Pemikir kreatif menghargai kesalahan yang
mereka lakukan untuk mempelajari nilai.

Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan


karena merupakan dasar dalam merawat pelanggan atau klien.
Banyak hal yang harus dipelajari perawat untuk menjadi cocok,
terpadu, dan bekerja menyesuaikan keunikan klien. Perawat
mempunyai standart pendekatan untuk menghemat waktu perawatan
dan secara keseluruhan bekerja dengan baik, tetapi cara kerja
perawat berbeda satu sama lain. Contoh : Yudi yang tinggal di rumah
perawatan menghabiskan sisa harinya di atas kursi roda, keluarmasuk ke ruangan yang sama tiap harinya. Dia tidak pernah berkata
kepada seorangpun meskipun perawat mengulangi kata-kata yang
sama dan sudah memahami cara berkomunikasi.
Ketika dalam komunikasi kita berpikir, kebanyakan orang
berpikiran bahwa berbicara kepada orang lain merupakan cara
standar untuk membesarkan hati melalui komunikasi. Jadi hal
tersebut yang sebagian perawat lakukan, kecuali Ella (contoh). Suatu
hari Ella berlutut di depan kursi roda Yudi dan merangkulnya.
Memandang Yudi dan dengan senyum yang lebar mengajaknya
bernyanyi. Apa yang terjadi? Yudi menyanyi. Tidak hanya menyanyi
tetapi juga mempunyai suara seperti penyanyi bangsa Irlandia.
Sekarang apa yang dapat kita pikirkan dari cerita tersebut?
Kebanyakan perawat memahami komunikasi terapeutik yang mereka
pelajari dari buku. Pendekatan verbal untuk komunikasi terapeutik
bisa

dilakukan

dengan

kebanyakan

klien.

Ella,

meskipun

mengembangkan komunikasi dengan cara sentuhan dan menyanyi


hal tersebut kreativitas yang dimiliki yang tidak disebutkan dalam
literature.
Yang perlu dipelajari :
1. Bagaimana perasaan anda jika mempunyai ide baru atau
kreativitas baru?
2. Berapa lama dalam sehari anda berkreativitas?
3. Berapa lama dalam seminggu?
4. Apa yang membuat berbahaya dari bertindak kreatif?

5. Knowing How You Think/Mengetahui apa yang kamu fikirkan?


(K)

Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi


bukannya yang paling tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang
berarti berpikir tentang apa yang kita pikirkan. Berpikir tentang
berpikir

disebut

metacognition. Meta berarti

diantara

atau

pertengahan dancognition berarti Proses mengetahui. Jika kita


berada di antara proses mengetahui, kita akan dapat mengetahui
bagaimana kita berpikir. Yang perlu dipelajari :
1. Apakah hal ini sulit dilakukan? (untuk semua orang)
2. Mengapa hal ini sulit untuk dikerjakan?
3. Satu alasan mengapa hal ini sulit dilakukan adalah karena ada
kosakata special dari akhir analisis yang perlu menggambarkan
BAGAIMANA berpikir.
2.4

Metode Berfikir Kritis


Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking
1. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan
merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok
dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi
2. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri
dalam proses mengambil keputusan
3. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu
masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya.
4. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi
perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui
berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua
bentuk persuasi
5. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang
sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar
6. Coercion :

mengancam

atau

menggunakan

berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak

kekuatan

dalam

7. Kombinasi beberapa metode


2.5

Elemen Berfikir Kritis


Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen,

pemecahan masalah, keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen


keterampilan dan sikap berpikir kritis. Elemen berpikir kritis antara lain:
1. Menentukan tujuan
2. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
3. Menujukan bukti
4. Menganalisis konsep
5. Asumsi
Kriteria elemen terdiri dari kejelasan, ketepatan, ketelitan dan keterkaitan.
2.6

Aspek-Aspek Berfikir Kritis


Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari

beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir
kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek :
1. Relevance
Relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.
2.

Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.

3. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi
baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
4. Outside material
Menggunakan

pengalamanya

sendiri

atau

bahan-bahan

yang

diterimanya dari perkuliahan


5.

Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada
ketidak jelasan

6. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari
data baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.

7.

Justification
Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau
kesimpulan

yang

diambilnya. Termasuk didalamnya

senantiasa

memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu


situasi atau solusi.
2.7

Fungsi Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam

keperawatan adalah sebagai berikut :


1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan seharihari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan
yang dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan

data

dan

petunjuk-petunjuk

yang

akurat

dalam

keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan

dan

menjelaskan

keyakinan

tentang

aktifitas

keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan

dan

menjelaskan

nilai-nilai

keputusan

dalam

keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.

2.8

Pemecahan Masalah Dalam Berfikir Kritis


Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan

keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya.


Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara apa yang ada dan apa
yang seharusnya ada. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang
efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan
mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan
kerjanya.
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi.
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi.
2.9 Penerapan Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam
mengekspresikan idea, pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan,
dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi lain ataupun
secara nonverbal pada saat melakukan pendokumentasian keperawatan.
Dalam hal ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa
secara reflektif
Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :
1) Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of
language)
2) Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language)
3) Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam
tindakan keperawatan (directive use of language)

4) Mengajukan

pertanyaan

dalam

rangka

mencari

informasi,

mengekspresikan keraguan dan keheranan (interrogative use of


language)
5) Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)
2. Argumentasi dalam keperawatan
Badman (1988) mengemukakan beberapa pengertian argumentasi
terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan adalah sebagai
berikut :
1) Berhubungan dengan situasi perdebatan atau pertengkaran (dalam
bahasa sehari-hari)
2) Debat tentang suatu isu
3) Upaya untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk berbuat
suatu dalam rangka merubah perilaku sehat
4) Berhubungan dengan bentuk penjelasan yang rasional dimana
memerlukan serangkaian alas an perlunya suatu keyakinan dan
pengambilan keputusan atau tindakan.
3. Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan
pada situasi dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini
dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama
dalam penyelesaian masalah manajemen di ruangan.
4. Penerapan dalam proses keperawatan
a) Pada tahap pengkajian
Perawat dituntut untuk dapat mengumpulkan data dan
memvalidasinya
melaksanakan

dengan
observasi

hasil

observasi.

Perawat

dapat

dipercaya

yang

harus
dan

membedakannya dari data yang tidak sesuai. Hal ini merupakan


keterampilan

dasar

berfikir

kritis.

Lebih

jauh

perawat

diharapakan dapat mengelola dan mengkategorikan data yang


sesuai dan diperlukan. Untuk memiliki keterampilan ini, perawat
harus

memiliki

menggunakan

kemampuan

ilmu-ilmu

seperti

dalam

mensintesa

biomedik,

keperawatan, ilmu perilaku, dan ilmu sosial

ilmu

dan
dasar

b) Perumusan diagnosa keperawatan


Tahap ini adalah tahap pengambilan keputusan yang paling
kritikal. Dimana perawat dapat menentukan masalah yang
benar-benar dirasakan klien, berikut argumentasinya secara
rasional. Semakin perawat terlatih untuk berfikir kritis, maka ia
akan semakin tajam dalam menentukan masalah atau diagnose
keperawatan klien, baik diagnose keperawatan yang sifatnya
possible, resiko, ataupun actual. Berfikir kritis memerlukan
konseptualisasi dan ketrampilan ini sangat penting dalam
perumusan diagnose, karena taksonomi diagnose keperawatan
pada dasarnya adalah suatu konsep (NANDA, 1998).
c) Perencanaan keperawatan
Pada

saat

merumuskan

rencana

keperawatan,

perawat

menggunakan pengetahuan dan alas an untuk mengembangkan


hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan
yang diberikan. Hal ini merupakan keterampilan lain dalam
berfikir kritis, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan.
Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan perawat dalam mensintesa
ilmu-ilmu yang dimiliki baik psikologi, fisiologi, dan sosiologi,
untuk dapat memilih tindakan keperawatan yang tepat berikut
alasannya. Kemudian diperlukan pula keterampilan dalam
membuat hipotesa bahwa tindakan keperawatan yang dipilih
akan memecahkan masalah klien dan dapat mencapai tujuan
asuhan keperawatan
d) Pelaksanaan keperawatan
Pada tahap ini perawat menerapkan ilmu yang dimiliki terhadap
situasi nyata yang dialami klien. Dalam metode berfikir ilmiah,
pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam
menguji hipotesa. Oleh karena itu pelaksanaan tindakan
keperawatan merupakan suatu tindakan nyata yang dapat
menentukan apakah perawat dapat berhasil mencapai tujuan atau
tidak.
e) Evaluasi keperawatan

Pada tahap ini perawat mengkaji sejauh mana efektifitas


tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan,
yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar kien. Pada proses evaluasi,
standar dan prosedur berfikir kritis sangat memegang peranan
penting karena pada fase ini perawat harus dapat mengambil
keputusan apakah semua kebutuhan dasar klien terpenuhi,
apakah diperlukan tindakan modifikasi untuk memecahkan
masalah klien, atau bahkan harus mengulang penilaian terhadap
tahap perumusan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan
sebelumnya
Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis di pendidikan
keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu : feeling, model, vision
model, dan examine model yaitu sebagai berikut :
1. Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam
melakukan

pengamatan,

kepekaan

dalam

melakukan

aktifitas

keperawatan, dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam


pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk, dan
perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
2. Vision Model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi
dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis,
dugaan, dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien.
Berpikir kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian
dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.
3. Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat
menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan
untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, menguji,
melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan sesuatu
yang berkaitan dengan ide.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari
konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri
berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir
kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan
standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan
kreatifitas dalam berpikir kritis. Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan
komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan.
Adapun karakteristik dalam berpikir kritis, yaitu konseptualisasi, rasional dan
beralasan, reflektif, bagian dari suatu sikap, kemandirian berpikir, berpikir adil
dan terbuka, pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan. Terdapat lima model
berpikir kritis yang disingkat dengan T.H.I.N.K. yaitu: Total Recall, Habits,
Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.
Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking yaitu debate , individual
decision , group discussion , persuasi, propaganda, coercion, dan kombinasi
beberapa metode. Elemen berpikir kritis, yaitu menentukan tujuan, menyususn
pertanyaan atau membuat kerangka masalah, menujukan bukti, menganalisis
konsep, dan asumsi. Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa
aspek yaitu Relevance, Importance, Novelty, Outside material, Ambiguity
clarified, Linking ideas, dan Justification.
Berpikir kritis mempunyai fungsi dan manfaat yang penting dalam
keperawatan. Contohnya : penerapan berpikir kritis dalam asuhan keperawatan.
Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis di pendidikan keperawatan, dapat
digunakan tiga model, yaitu : feeling, model, vision model, dan examine model.
3.2 SARAN
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca khususnya perawat atau
tenaga medis lain dapat lebih memahami mengenai berpikir kritis dan mampu
mengaplikasikan/menerapkan dalam melakukan tindakan medis atau asuhan
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Riah. Makalah Berpikir Kritis.
Available:
https://www.academia.edu/6698550/MAKALAH_BERFIKIR_KRITIS
Diakses tanggal 27 April 2015 pukul 18.35 WITA
Nazumi. Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.
Available:
https://www.academia.edu/6749060/BERFIKIR_KRITIS_DALAM_KE
PERAWATAN_BAB_I_PENDAHULUAN Diakses tanggal 27 April
2015 pukul 18.44 WITA
Labib, Ainul. 2014. Berpikir Kritis.
Available : https://www.academia.edu/8238746/berpikir_kritis
Diakses tanggal 27 April 2015 pukul 19.02 WITA
Sari, Maya. Konsep Berpikir Kritis.
Available :
https://www.academia.edu/7547914/Konsep_Berpikir_Kritis
Diakses tanggal 27 April 2015 pukul 19.08 WITA
Muhamadilafifqozwini. 2013. Konsep Berfikir Kritis Dalam Keperawatan.
Available:
https://muhamadilafifqozwini.wordpress.com/2013/01/16/konsepberfikir-kritis-dalam-keperawatan/ Diakses tanggal 27 April 2015 pukul
19.19 WITA

Anda mungkin juga menyukai