I. Definisi1
Demensia adalah sindrom klinis ditandai dengan gangguan daya ingat disertai satu atau
lebih domain kognitif lainnya (atensi, fungsi bahasa, fungsi visuospasial, fungsi eksekutif) yang
sudah menggangu aktivitas kehidupan sehari hari dan tidak disebabkan oleh gangguan pada fisik.
II. Epidemiologi2
Demensia adalah penyakit global dan prevalensi demensia setiap 5 tahun antara usia 60
sampai 90 tahun: 1 % dari orang berusia 60-64 tahun sampai dengan 30-50% dari mereka yang
lebih tua dari yang berusia 85 tahun. Sedangkan penyakit demensia alzheimer terjadi pada usia
55 tahun sebanyak 50-90% dari semua kasus. diperkirakan lebih dari 4 juta orang di Amerika
Serikat menderita demensia alzheimer.
III. Etiologi3
Demensia pada prinsipnya dapat terjadi karena dua hal yaitu:
1. karena sebagian neuron otak rusak, terutama yang terletak di korteks lobus frontalis dan
dibagian medial lobus temporalis.
2. karena hilangnya fungsi sebagian jaringan otak akibat iskemik atau tekanan dalam tengkorak
yang meningkat hal ini juga termasuk demensia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B1.
IV. Klasifikasi3,4
1. Demensia Alzheimer
Penyebab paling umum dari demensia adalah penyakit Alzheimer (AD). Gejala utama
adalah masalah memori, kemunduran progresif kemampuan untuk melakukan kegiatan dasar
hidup sehari-hari, perubahan prilaku dan terutama penarikan diri, apatis dan sosial. Masa
hidup rata-rata untuk pasien setelah terdiagnosis adalah delapan sampai sepuluh tahun.
Lebih dari 5 juta orang di Amerika memiliki penyakit Alzheimer, dan jumlah ini
diperkirakan akan mencapai 13 juta tahun 2050. Pada tahun 2009, penyakit Alzheimer adalah
penyebab keenam utama kematian di Amerika Serikat.
Dimensia Alzheimer merupakan bentuk demensia yang paling sering dijumpai yang dapat
disebabkan oleh:
a. faktor genetik
b. lingkungan dan toksin
c. faktor infeksi
d. autoimun
e. trauma.
Kriteria diagnosis di bidang neurologi untuk demensia Alzheimer yang banyak dipakai
adalah kriteria diagnosis sebagai berikut:
A. Kriteria probable demensia Alzheimer:
atau perubahan non spesifik dan bukti atrofi otak pada CT scan ulangan.
C. Gejala klinis lain yang sesuai dengan diagnosis probable demensia Alzheimer:
Perjalanan progresivitas penyakit.
Gejala ikutan seperti depresi, insomnia, inkontinensia, waham ilusi, halusinasi katastropik,
ledakan emosi, verbal atau fisik, gangguan seks, dan kehilangan berat badan.
Kejang pada demensia Alzheimer yang berat.
CTscan yang normal untuk umur penderita.
D. Gejala yang membuat diagnosis probable demensia Alzheimer meragukan:
Permulaan yang mendadak.
Gejala neurologic fokal seperti hemiparesis, gangguan sensorik, defisit lapang pandang dan
atau sistemik lainnya yang cukup untuk menyebabkan demensia atau perjalanan klinik.
Dapat dibuat dengan adanya gangguan sistemik atau gangguan otak lainnya yang cukup
Diagnosis Banding3
Diagnosis banding untuk demensia Alzheimer adalah:
1. Depresi: kehilangan inisiatif.
2. Sindrom hiperestetik emosional.
3. Intoksikasi kronis oleh psikofarmaka karena fungsi ginjal berkurang.
4. konversi jawaban sistematis salah.
5. Psikoasis atau skizofrenia karena waham penderita.
6. kesadaran menurun.
7. Demensia vascular
3
Penatalaksanaan5
Tujuan kita memberikan terapi adalah:
1. Mempertahankan kualitas hidup yang optimal.
2. Memanfaatkan kemampuan yang masih ada seoptimal mungkin.
3. Berupaya memperlambat perburukan.
4. Membantu keluarga yang merawat, memberikan informasi yang tepat.
5. Menghadapi keadaan penyakit secara realistis.
Penderita demensia sering disertai dengan gangguan lain, seperti: depresi, ansietas,
delusi, halusinasi dan insomnia. Terhadap gangguan ini dapat diberikan obat-obatan yaitu
antidepresan, obat penenang dan obat sedatif.
A. Obat penghambat kholinesterase
Zat choline acetyl transferase (Chat) merupakan marka neurotranmiter bagi penyakit
Alzheimer. Substitusi neurotransmiter dapat dilakukan melalui peningkatan sintesis atau
meningkatkan pelepasannya (misalnya dengan pemberian prekursor atau menghambat
pemecahannya atau dengan pemberian zat agonis reseptor). Penghambatan kholinesterase
memperpanjang kerja acetilcolin di reseptor kolinergik pasca sinaps. Dapat mengurangi
gangguan di bidang kognitif, gangguan behavioral seperti apatis, inisiatif yang berkurang,
agitasi, delusi, dan halusinasi. Obat penghambat kholinesterase, seeperti: tacrine, donepezil,
rivastigmine, metrifonate, galantamine, physostigmine, epastigmine.
B. Estrogen
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mendapatkan estrogen setelah
menopause mempunyai risiko yang lebih rendah untuk mendapatkan Alzheimer dari pada
mereka yang tidak mendapatkan. Penelitian lain, menunjukkan bahwa wanita yang telah
menderita Alzheimer dan diberikan estrogen mengalami kemajuan yang nyatadalam bidang
memori dan atensi. Terapi hormonal sebagai terapi Alzheimer pada wanita yang menopause
sampai saat ini masih di teliti secara aktif.
C. Antioxidant
Terapi dengan antioksidan pada Alzheimer masih terus di teliti, uji-klinik yang
menggunakan antioksidan selegiline ( 5 mg 2 x sehari) dan alphatocopherol (vit. E) (2 x 1000 U
4
Nortriptyline (Pamelor)
Desipramine (norpramine)
Doxepin (Sinequan)
Trazodone (Desyrel)
Sertraline (Zoloft)
Paroxetine (Paxil)
Venlafaxin (Effexor)
Nefazodone (Serzone)
(mg)
50
50
50
100
50
20
100
400
2. Demensia Vaskuler3,6
`Demensia vaskuler (VDa) meliputi suatu kondisi heterogen, terdiri dari semua sindroma
demensia akibat iskemik, perdarahan dan hipoksik otak.
Prevelansi DVa berkisar antara 3% hingga 21% dan lebih sering pada kelompok orang
Asia. Perkiraan VDa terjadi antara 10-50% dari seluruh demensia. Faktor risiko utama untuk
terjadinya VDa adalah usia 65 tahun keatas, jenis kelamin (umumnya pria), hipertensi, infark
miokard, diabetes mellitus, ateroklerosis, merokok, dyslipidemia dan riwayat adanya stroke.
Kejadian VDa dua tahun pasca stroke adalah 26,3% atau sembilan kali lipat dibandingkan
penderita tanpa stroke.
Klasifikasi Dva6:
Sub Demensia vaskular
DVa Pasca Stroke
Demensia multi-infark (tromboemboli
Mekanisme
Thrombosis/ emboli arteri ukuran
5
makro vaskuler)
Kriteria diagnosis6
ICD-10
Demensia adalah suatu keadaan pemburukan fungsi intelektual meliputi memori dan
proses berpikir, sehingga mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.Gangguan memori
khas mempengaruhi registrasi, penyimpanan dan pengambilan kembali informasi.Dalam
hal ini harus terdapat gangguan proses berpikir dan reasoning disamping memori.
DSM IV
Demensia adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan terjadinya defisit kognisi
multipel meliputi daya ingat dan paling sedikit satu dari kognisi lain seperti afasia,
apraksia, agnosia atau gangguan fungsi eksekutif yang cukup berat sehingga mengganggu
fungsi-fungsi okupasi, sosial dan harus memperlihatkan penurunan fungsi dibanding
sebelumnya
salah satunya.
Hubungan kedua
gangguan
diatas
(demensia
dan
penyakit
serebrovaskuler)
penyakit urologi
Perubahan mood dan kepribadian, abulia, depresi, emosi labil, defisit subkortikal lainnya
Klasifikasi dari demensia vaskuler untuk tujuan penelitian dapat dibuat berdasarkan
gambaran klinik, radiologist, dan gambaran neuropatologis untuk subkategori atau
kondisi sbb:
Demensia vaskuler vertikal
Demensia vaskuler subkortikal
Penyakit Binswanger
Demensia talamik
Pemeriksaan fisik umum6
Meliputi observasi penampilan, tanda vital, arteriosclerosis, risiko vaskuler seperti
fusnduskopi, bising karotis, hipertensi, penyakit jantung.
Pemeriksaan Neurologi6
Meliputi derajat kesadaran, rangsang meningeal, saraf kranial, gangguan berjalan,
gangguan kekuatan, tonus atau control motorik, gangguan sensorik propioseptik, gangguan saraf
tepi, gangguan keseimbangan dan gangguan refleks.
Pemeriksaan Neuropsikologi6
Pemeriksaan neuropsikologi meliputi pemeriksaan status mental, aktivitas sehari-hari
atau fungsional:
1) Pemeriksaan status mental mini (Mini Mental Stase Examination)
Nilai status Mini Mental (SMM) berkisar antara 0 sampai 30. Pada individu yang
berpendidikan (mampu membaca, menulis dan berhitung), nilai SMM di dibawah 24 dicurigai
sindrom demensia.
2). Pemeriksaan aktivitas fungsional
Pemeriksaan ADL (Activity of Daily Living) dan IADL (Instrumental Activity of daily
Living) bertujuan untuk menilai kemampuan aktivitas dasar sehari-sehari pasien pada saat
pemeriksaan dibanding sebelumnya.
3). Pemerikaan fungsi kognitif
Pemeriksaan skiring Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-InA)
bertujuan untuk menilai fungsi kognitif individu. Fungsi kognitif adalah keseluruhan proses
dimana seorang individu menerima, mencatat, menyimpan dan mempergunakan suatu informasi,
proses mental: persepsi, memori, kreasi imajinasi. MoCa terdiri dari 30 poin yang akan dinilai
9
dari fungsi kognitif individu, hasilnya nilai maksimal sebesar 30 poin dan jika nilai akhir bertotal
26 poin maka individu masih di anggap normal.
Pemeriksaan Penunjang6
Laboratorium
DPL
Kimia darah
Foto thorax
CT-scan / MRI
EEG
EKG
Lain-lain:fungsi tiroid,HIV,LCS,PET
Neuroimaging
CT-scan otak / MRI otak
Neurobehavior
Pemeriksaan neuropsikologis meliputi pemeriksaan status mental,aktivitas seharihari/fungsional dan asfek kognitif lainnya seperti memori episodik,
memori tunda,
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sastroasmoro S. Panduan pelayanan medis departemen neurologi. Jakarta: RS. DR. Cipto
Mangunkusumo. 2007.
2.
Mitchell SL, Teno JM, Kiely DK, et al. The clinical course of advanced dementia. N Engl J
Med. 2009; 361 (16): 1529-38.
3.
4.
5.
6.
11
12