Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya
(SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat
HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak
langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan
cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit HIV/AIDS?
2. Bagaimana triad epidemiologi penyakit HIV/AIDS?
3. Apa saja faktor risiko penyakit HIV/AIDS?
4. Bagaimana tahapan riwayat alamiah penyakit HIV/AIDS?
5. Bagaimana tahapan masa inkubasi penyakit HIV/AIDS?
6. Bagaimana cara pencegahan penyakit HIV/AIDS?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian HIV/AIDS.
2. Menjelaskan triad epidemiologi penyakit HIV AIDS.
3. Menjelaskan faktor risiko penyakit HIV/AIDS.
4. Menjelaskan tahapan riwayat alamiah penyakit HIV/AIDS.
5. Menjelaskan masa inkubasi penyakit HIVAIDS.
6. Menjelaskan cara pencegahan penyakit HIV/AIDS.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang


melemahkan sistem kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia. Sehingga
tidak mampu melindungi tubuh dari serangan penyakit lain. AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan dari beberapa gejala penyakit
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.

B. Triad Epidemiologi Penyakit HIV/AIDS


Epidemiologi meliputi Agent ,Host dan environment :
1. Agent
Virus HIV termasuk Netrovirus yang sangat mudah mengalami mutasi
sehingga sulit untuk menemukan obat yang dapat membunuh, virus tersebut. Daya
penularan pengidap HIV tergantung pada sejumlah virus yang ada didalam
darahnya, semakin tinggi/semakin banyak virus dalam darahnya semakin tinggi
daya penularannya sehingga penyakitnya juga semakin parah. Virus HIV atau
virus AIDS, sebagaimana Virus lainnya sebenarnya sangat lemah dan mudah mati
di luar tubuh. Virus akan mati bila dipanaskan sampai temperatur 60 selama 30
menit, dan lebih cepat dengan mendidihkan air. Seperti kebanyakan virus lain,
virus AIDS ini dapat dihancurkan dengan detergen yang dikonsentrasikan dan
dapat dinonaktifkan dengan radiasi yang digunakan untuk mensterilkan peralatan
medis atau peralatan lain.
2. Host
Distribusi penderita AIDS di Amerika Serikat Eropa dan Afrika tidak jauh
berbeda kelompok terbesar berada pada umur 30 -39 tahun. Hal ini membuktikan
bahwa transmisi seksual baik homoseksual mapupun heteroseksual merupakan
pola transmisi utama. Mengingat masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun
ke atas maka infeksi terbesar terjadi pada kelompok umur muda/seksual paling
aktif yaitu 20-30 tahun. Pada tahun 2000 diperkirakan Virus AIDS menular pada
110 juta orang dewasa dan 110 juta anak-anak. Hampir 50% dari 110 juta orang
itu adalah remaja dan dewasa muda usia 13 -25 tahun. Informasi yang diperoleh
dari Pusat AIDS International fakultas Kesehatan Masyarakatat Universitas
3

Harvard, Amerika Serikat sejumlah orang yang terinfeksi virus AIDS yang telah
berkembang secara penuh akan meningkat 10 kali lipat.
3. Environment
Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat
menentukan penyebaran AIDS. Lingkungan biologis adanya riwata ulkus
genitalis, Herpes Simpleks dan STS (Serum Test for Sypphilis) yang positip akan
meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini menjadi tempat masuknya
HIV. Faktor biologis lainnya adalah penggunaan obat KB. Pada para WTS di
Nairobi terbukti bahwa kelompok yang menggunakan obat KB mempunyai
prevalensi HIV lebih tinggi. Faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama secara
bersama-sama atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual
masyarakat. Bila semua faktor ini menimbulkan permissiveness di kalangan
kelompok seksual aktif, maka mereka sudah ke dalam keadaan promiskuitas.
C. Faktor Resiko Penyakit HIV/AIDS
Faktor resiko epidemiologis infeksi HIV adalah sebagai berikut :
a. Melakukan hubungan seksual dengan penderita penyakit HIV AIDS
b. Tidak memakai pelindung ketika melakukan hubungan seksual dengan
lebih dari satu pasangan dan dengan orang dengan HIV positif
c. Melakukan hubungan seks bebas
d. Memiliki penyakit menular seksual lainnya seperti syphilis, herpes, gonore
atau bacterial vaginosis
e. Mempunyai riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa tes
penapisan.
f.
Bergantian dalam memakai jarum suntik. Sebagai pemakai narkotik
suntik terutama pemakaian jarum bersama secara bergantian tanpa
sterilisasi yang memadai.

g. Mendapatkan transfusi darah dari seorang pendonor yang positif mengidap


HIV AIDS
h. Memiliki sedikit salinan gen CCL3L1 yang membantu melawan infeksi
HIV
i. Ibu yang memiliki HIV, seorang ibu yang telah dinyatakan positif
memiliki penyakit HIV, dan berpotensi menularkan penyakitnya tersebut
pada anak yang dilahirkannya.
j. Memiliki sedikit salinan gen CCL3L1 yang membantu melawan infeksi
HIV
D. Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit HIV/AIDS
1. Fase Rentan/ Kerentanan
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang
disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Human Immunodeficiency Virus
adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel
yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target.
Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk
virus HIV yang disebut CD4. didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan
seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan
inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh penghisap HIV selalu dianggap
infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita
tersebut. HIV termasuk dalam famili retrovirus dan subfamily lentivirus. Virus ini
berbentuk lonjong, diameter 100 um, terdiri dari inti dan kapsul, inaktif dengan
alcohol, pemutih klorine, aldehida, desinfectan, pelarut lemak, detergen, dan pada
pemanasan 500C selama 30 menit, resisten dengan radiasi sinarX dan sinar
ultraviolet. Sampai saat ini telah ditemukan 2 subtipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2.
kedua virus tersebut dapat menyebabkan AIDS, namun perjalanan penyakit yang
disebabkan oleh HIV-2 berlangsung lebih lama.
HIV dapat menular dari suatu satu manusia ke manusia lainnya melalui
kontak cairan pada alat reproduksi, kontak darah (misalnya trafusi darah, kontak
5

luka, dll), penggunaan jarum suntik secara bergantian dan kehamilan. Penularan
melalui produk darah secara teori dapat saja terjadi, namun pada kenyataannya
prosesntasinya sangat kecil. Pada fase ini orang tersebut tidak memperlihatkan
gejala-gejala walaupun jumlah HIV semakin banyak dan semakin menggerogoti
kekebalan tubuhnya. Fase ini berlangsung selama lebih kurang lima sampai
sepuluh tahun. Jika dilakukan tes antibody untuk mengetahui keberadaan HIV,
hasilnya akan negatif.
2. Fase Presimtomatis
Pada fase ini didalam tubuh terdapat HIV namun penderita tidak menunjukkan
gejala apapun, tetapi jika dilakukan tes antibody hasilnya sudah menunjukkan
positif. Fase ini berlangsung selama 1 sampai 6 bulan. Pada fase ini penderita
mengalami perubahan patologi seperti sindrom retroviral akut berupa pembesaran
kelenjar, pembesaran hati atau ginjal, nyeri otot, nyeri tenggorokan dan
sebagainya seeprti pada infeksi virus lain.
3. Fase Klinis
Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atai keseluruhan
system immune penerita dan penderita dapa dinyatakan positif mengidap AIDS.
Gejala klinis pada orang dewasa ialah jika ditemukan dua dari tiga gejala utama
dan satu dari lima gejala minor. Gejala utamanya antara lain demam
berkepanjangan, penurunan berat badan lebih dari 10% dalam kurun waktu tiga
bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu bulan secara berulang-ul;ang
maupun terus menerus. Gejala minornya yaitu batuk krois selama lebih dari 1
bulan, munculnya Herpes zoster secara berulang-ulang, infeksi pad amulut dan
tenggorokan yang disebabkan oleh Candida albicans, bercak-bercak gatal di
seluruh tubuh, serta pembengkakan kelenjar getah bening secara menetap di
seluruh tubuh. Akibat rusaknya system kekebalan, penderita menjadi mudah
terserang penyuakit-penyakit yang disebut penyakit oportunitis. Penyakit yang
biasa menyerang orang normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dan lain-lain. Bias
menjadi penyakit yang mematikan di tubuh seorang penderita AIDS.

4. Tahap inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar
virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang
dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan
semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Selama masa
inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa dimana
virus HIV tidak dapat tedeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3
bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan masa window periode.
Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus
HIV kepad aorang lain dengan berbagai caa sesuai pola transmisi virus HIV.
Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak
menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan
terjadi pada fase inkubasi ini.
5. Tahap Penyakit Dini
Penderita mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya
tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik,
orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan
kekebalan tubuhnya menurun/ lemah hingga jatuh sakit Karena serangan demam
yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani uji
antibody HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang
berisiko terkena virus HIV.
6. Tahap Penyakit Lanjut
Pada tahap ini penderita sudah tidak bias melakukan aktivitas apa-apa.
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk serta nyeri
dada.penderita mengalami jamur pada rongga mulut dan kerongkongan.
Terjadinya gangguan pad apersyarafan central mengakibatkan kurang ingatan,
sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon
anggota gerak melambat. Paa system persyarafan ujung (peripheral) akan
menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon

yang kurang selalu mengalami tensi darah rendah dan impotent. Penderita
mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau cacar api (herpes zoster)
dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan
kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pad akulit (folliculities),
kulit kering berbeca-bercak.
7. Fase Terminal
Fase ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit AIDS pada
tubuh penderita. Fase akhir dari penderita penyakit AIDS adalah meninggal dunia.
E. Tahapan Masa Inkubasi Penyakit HIV/AIDS
Masa inkubasi terdiri dari berbagai tahap:
1. Tenggang waktu pertama setelah HIV masuk kedalam aliran darah, disebut
masa jendela atau window period. Tenggang waktu berkisar antara 1-6
bulan. Pada rentang waktu ini tes HIV akan menunjukkan hasil yang
negatif. Hal ini terjadi karena tes yang mendeteksi antibodi HIV belum
dapat menemukannya pada masa jendela, sehingga hasil negatif bisa
berarti negatif palsu karena orang bersangkutan sebenarnya sudah
terinfeksi. Yang pasti, walaupun seseorang yang terinfeksi HIV baru pada
masa jendela, tetap saja dia dapat menularkan HIV kepada orang lain.
2. Tahap kedua disebut asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak
menunjukkan gejala-gejala walaupun didalam tubuh seseorang sudah ada
HIV yang dapat dideteksi melalui tes. Kondisi ini berlangsung antara 5-10
tahun. Pada tahap ini pun seseorang yang positif tentu bisa menularkan
HIV, sama dengan pada tahap pertama.
3. Tahap ketiga ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe yang menetap
dibanyak bagian tubuh.
4. Tahap keempat ditandai dengan kondisi seseorang yang sel T-4 pada
dirinya sudah berada dibawah 200/mikroliter sehingga muncul berbagai
macam penyakit, terutama penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi
oportunistik. Sebenarnya infeksi oportunistik ini juga sudah sering muncul

sebelum seseorang mencapai masa AIDS, tetapi dia belum akan dikatakan
dalam kondisi AIDS bila sel T-4 di darahnya masih diatas 200/mikrolite.
F. Pencegahan Penyakit HIV/AIDS
Pencegahan menurut 3 pola penyebaran virus HIV :
1. Pencegahan Infeksi HIV Melaui Hubungan Seksual
HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti
berperan dalam penularan AIDS adalah mani, cairan vagina dan darah. HIV dapat
menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari wanita ke pria dan dari
pria ke pria. Setelah mengetahui cara penyebaran HIV melaui hubungan seksual
maka upaya pencegahan adalah dengan cara :

Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif,


namun tidak mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan
biologis.

Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang


setia dan tidak terinfeksi HIV (homogami)

Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin

Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.

Tidak melakukan hubungan anogenital.

Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan
kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.

2. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Darah


Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS. Penularan
AIDS melalui darah terjadi dengan transfusi darah yang mengandung HIV, jarum
suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas pakai orang yang

mengidap HIV tanpa disterilkan dengan baik, pisau cukur, gunting kuku atau sikat
gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV. Langkah-langkah untuk
mencegah terjadinya penularan melalui darah adalah:

Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan jalan
memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan sebab
memerlukan biaya yang tingi serta peralatan canggih karena prevalensi
HIV di Indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor darah hanya
dengan uji petik.

Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi


donor darah. Apabila terpaksa karena menolak, menjadi donor menyalahi
kode etik, maka darah yang dicurigai harus di buang.

Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku
setiap kali habis dipakai.

Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus
disterillisasikan secara baku.

Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan


penyuntikan obat ke dalam badannya serta menghentikan kebiasaan
mengunakan jarum suntik bersama.

Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)

Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.

3. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Ibu


Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada
janinnya. Penularan dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada
waktu persalinan dan sesudah bayi di lahirkan. Upaya untuk mencegah agar tidak

10

terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak
hamil.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV (Human ImmunoDevesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam
tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS
(Acguired ImmunoDeviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya
gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.

Epidemiologi

HIV/AIDS meliputi Agent, host dan environment.


Faktor resiko epidemiologis infeksi HIV adalah sebagai berikut :
1. Melakukan hubungan seksual dengan penderita penyakit HIV AIDS
2. Tidak memakai pelindung ketika melakukan hubungan seksual dengan
lebih dari satu pasangan dan dengan orang dengan HIV positif
3. Melakukan hubungan seks bebas
4. Memiliki penyakit menular seksual lainnya seperti syphilis, herpes,
gonore atau bacterial vaginosis
5. Mempunyai riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa tes
penapisan.
6. Bergantian dalam memakai jarum suntik. Sebagai pemakai narkotik
suntik terutama pemakaian jarum bersama secara bergantian tanpa
sterilisasi yang memadai.
7. Mendapatkan transfusi darah dari seorang pendonor yang positif
mengidap HIV AIDS
8. Memiliki sedikit salinan gen CCL3L1 yang membantu melawan infeksi
HIV

11

9. Ibu yang memiliki HIV, seorang ibu yang telah dinyatakan positif
memiliki penyakit HIV, dan berpotensi menularkan penyakitnya tersebut
pada anak yang dilahirkannya.
10. Memiliki sedikit salinan gen CCL3L1 yang membantu melawan infeksi
HIV
Fase riwayat alamiah: fase rentan/ kerentanan, Fase Presimtomatis, Fase
Klinis, Tahap inkubasi, Tahap Penyakit Dini, Tahap Penyakit Lanjut, Fase
Terminal. Masa inkubasi terdiri dari berbagai tahap. Tenggang waktu pertama
setelah HIV masuk kedalam aliran darah, disebut masa jendela atau window
period. Tahap kedua asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak menunjukkan
gejala-gejala walaupun didalam tubuh seseorang sudah ada HIV yang dapat
dideteksi melalui tes. Tahap ketiga ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe
yang menetap dibanyak bagian tubuh. Tahap keempat ditandai dengan kondisi
seseorang yang sel T-4 pada dirinya sudah berada dibawah 200/mikroliter
sehingga muncul berbagai macam penyakit, terutama penyakit-penyakit yang
disebabkan infeksi oportunistik.
B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui apa
itu HIV/AIDS, faktor risiko penyakit HIV/AIDS, dan tahapan riwayat alamiah
penyakit, masa inkubasi penyakit dan cara pencegahan penyakit.

12

Anda mungkin juga menyukai